Oleh :
Riris Raudya Tuzahra
19360140
Pembimbing :
dr. Fonda Octarianingsih, Sp.OG
terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia
menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-
coccygis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu: m.puborectalis,
penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.
samping fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis
perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda
1. Ester
2. Amide
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada
degradasi dan aktivasi dalam tubuh gugus tersebut akan dihidrolisis oleh
C. Mekanisme Kerja
yang dihambat anestesi lokal. Ini terjadi akibat adanya interaksi langsung
antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap perubahan
E. Dosis Obat
Dosis
No. Golongan Penggunaan Maksimal
(mg/kg BB)
1. Ester
Procaine Spinal, Infiltrasi,
12
(Novocaine) blok syaraf perifer
Cocaine Topikal
3
Chloroprocaine Epidural, Caudal,
(Nesacaine) infiltrasi,
12
blok syaraf perifer.
3
Tetracaine Spinal, topikal
(Pontocaine)
2. AMIDE
Bupivacaine Epidural, caudal, 3
(Marcaine) spinal, infiltrasi,
blok syaraf perifer
dari anastesi lokal sering disebut “reaksi” yang dibagi terpisah dalam 2
disebabkan oleh zat anastesi lokal paling banyak melibatkan susunan syaraf
pusat (SSP) dan sistem kardiovaskuler. Pada umumnya SSP lebih sensitif
pada SSP cenderung terjadi lebih cepat. Reaksi sistemik tergantung dari
dosis, sehingga makin tinggi konsentrasi obat anastesi lokal dalam darah,
makin jelas responsnya. Oleh karena itu tindakan untuk menurunkan kadar
anastesi lokal dalam darah (seperti penggunaan gabungan dengan dosis kecil
sistemik.
Reaksi lokal:
Nyeri pada penyuntikan
Rasa terbakar
Anastesia persisten
Infeksi
Edema
Toksisitas lokal
Sumber:
A. Definisi
secara luas, baik menggunakan cara one shot (sekali suntik) maupun
konduksi impuls secara reversible pada susunan saraf. Mekanisme kerja obat
ini dengan menghambat saluran natrium membran sel saraf sehingga tidak
yang adekuat, meningkatkan gastric stasis dan depresi fetus. Opioid pada
setinggi T10-L1 untuk kala I dan T10-S4 untuk kala II yang melibatkan nyeri
karena distensi vagina dan tekanan perineum. Terdapat pemikiran bahwa
pemberian epidural analgesia secara dini selama fase laten (dilatasi serviks 2-
dan seksio sesaria terutama pada nullipara. Tetapi, secara umum dikatakan
bahwa tidak ada perbedaan insiden seksio sesaria pada nullipara antara yang
Kala II dikatakan memanjang jika lebih dari 3 jam untuk nullipara dan 2 jam
terhadap pH arteri neonatal atau skor Apgar pada bayi baru lahir dari ibu
pasien yang mendapat induksi oksitosin, dimana pasien ini pada umumnya
lebih nyeri selama his karena kontraksi uterus yang lebih kuat. Analgesia
epidural dapat diterapkan pada pasien dengan penyakit saluran pernapasan
terhadap rasa sakit dan pada pasien dengan cadangan fisiologis terbatas
Epidural analgesia dapat dilakukan sejak diminta oleh ibu yang akan
persalinan.
fetal distress, kontraksi yang adekuat dan reguler tiap 3-4 menit selama
kirakira 1 menit, dilatasi servikal yang adekuat yaitu 3-4 cm dan didapatkan
gawat janin. Adanya blok simpatis akan menimbulkan hipotensi berat dan
C. Mekanisme Kerja
Larutan anestesi lokal dapat menyebabkan blokade saluran ion Natrium dan
dapat terjadi jika aksi yang sama timbul pada neuron ventral horn. Blokade
saluran ion Kalsium di spinal cord dapat menghambat stimulasi elektrik dari
D. Teknik Pelaksanaan
minimal berupa pengukur tekanan darah dan oxymetri. Disiapkan juga obat-
obat vasopressor dan alat ventilasi yang dapat memberi tekanan positif.
Selain itu juga disiapkan obat – obatan dan perlengkapan resusitasi bantuan
dengan operator tentang pendekatan operasi, posisi pasien dan perkiraan lama
operasi.
derajat pada ujung jarum yang tumpul. Ujung jarum didesain untuk
epidural. Antara badan jarum dengan hub (konektor spuit) berbentuk seperti
dibuat agar bersifat tahan lama, plastik yang fleksibel berguna agar dapat
memasuki lumen jarum Tuohy. Pada ujungnya memiliki satu lubang dan
Posisi pasien bisa duduk atau lateral tergantung keadaan medis dan
posisi garis tengah dari tulang belakang bisa terlihat jelas, terutama pada
posisi ideal dimana punggung pasien ditempatkan di tepi meja operasi dekat
dengan ahli anestesi, paha fleksi kearah perut dengan lutut mendekat ke dada
dan leher fleksi sehingga dagu menempel dada. Dikatakan tidak ada
topi, masker dan sarung tangan steril. Pendekatan ruang epidural dilakukan
Untuk tehnik identifikasi ruang epidural bisa dilakukan dengan LOR (Loss of
untuk menentukan LOR. Cairan salin (NaCl 0.9%) dan udara merupakan
media yang paling sering digunakan. Oleh karena konsentrasi dan volume
obat anestesi lokal pada epidural lebih besar daripada spinal, maka harus
dilakukan tes pada kateter yang telah menempati ruang epidural. Fungsi “test
Perubahan denyut jantung lebih besar dari 20% merupakan tanda injeksi
intravaskuler. Jika denyut jantung tidak meningkat lebih dari 20% atau tidak
didapatkan blok motorik dalam 5 menit setelah “test dose” diberikan, maka
hasil tes negatif. Pada pasien obstetri, jika “test dose” diberikan selama
epinefrin. Jadi “test dose” diberikan saat uterine diastol, segera setelah
kontraksi uterus.
Gambar 1. Jarum Epidural
lokal berdurasi panjang, memiliki onset paling lama diantara semua obat
anestesi lokal dan menghasilkan blok sensorik melebihi blok motorik pada
sensoris yang sangat baik dan telah digunakan untuk analgesia persalinan
dan tidak ada bukti yang mendukungbahwa Ropivacain lebih baik daripada
0,5% atau Lidocain 1%, atau jika dibutuhkan efek yang cepat dapat
Sumber:
Suryono B., Uyun Y., Mahisa O. 2016. Epidural Labour Analgesia. Jurnal
(KOMPETENSI 2)
bawahnya yang disertai robekan otot sfingter ani dan mukosa anus.
sfingter ani
harus diidentifikasi dan jika robek harus dijahit terpisah dengan SAE
Matras
anus (A) dan sfingter ani interna (I) juga telah dijahit
Gambar 8. SAE dijahit dengan PDS atau PGA 2/0 menggunakan teknik overlap
membentuk kembali perineal body. Kemudian mukosa vagina dan kulit perineum di
aproksimasi dan dijahit menggunakan PGA 2/0 atau 3/0 secara jelujur, sedangkan
Sumber:
Sultan A.H., Kettle C. 2007. Diagnosis of Perineal Trauma. Perineal and Anal
A. Definisi
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
Cara:
1. Secara rnedis
a. Infus oksitosin.
b. Prostaglandin.
a. Amniotomi
membrane)
B. Indikasi Induksi
4. Isoimunisasi Rh.
5. Diabetes melitus.
6. Korioamnionitis.
7. Kematian janin.
8. Solusio plasenta.
2. Insufisiensi plasenta.
3. Disproporsi sefalopelvik.
5. Grande multipara.
6. Gemelli.
8. Plasenta previa.
memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-
Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop, yaitu bila nilai
Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil. Skor bishop
adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responnya terhadap suatu
induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks dengan skor bishop rendah
(artinya serviks belum matang) memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi
1. Infus oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasi yang
baik.
oksitosin.
3. Cairan yang sudah mengandung 5 Unit oksitosin ini dialirkan secara intravena
permenit.
5. Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Biia dalam waktu
15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat dinaikkan. Umumnya tetesan
menit. Bila sudah mencapai kadar ini, namun kontraksi rahim belum juga
dihentikan.
Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan
gawat janin. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar
tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat
kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau semenrara dihentikan. Infus oksitosin ini
hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai, yaitu sampai 1 jam sesudah
lahirnya plasenta. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan
periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. Pada wakru pemberian infus oksitosin
bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan
sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infus
persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila
sepanjang pemberian infus oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin, maka
infus oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan
seksio sesarea.
E. Pemberian Prostaglandin
otot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah
diberikan secara intravena, oral, vaginal, rektal dan intra amnion. Pada
Dosis yang dapat diberikan adalah 25mcg dan diberikan dosis ulang setelah 6
jam tidak ada his. Apabila tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25mcg,
dianjurkan melebihi dosis 50mcg dan melebihi 4 dosis atau 200mcg karena
kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang
dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain.
G. Amniotomi
baik di bagian bawah depan (Fore Water) maupun di bagian belakang (Bind
rahim.
permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang
a. Infeksi.
b. Prolapsus funikuli.
c. Gawat janin.
d. Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara
cepat).
1. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukkan ke dalam jalan lahir
sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan
dengan tuntunan kedua jari yang telah ada di dalam. Ujung pengait
diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah rangan yang di dalam.
dapat menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait
ini dapat juga dilakukan dengan saru tangan, yaitu pengait dijepit di antara
jari tengah dan jari telunjuk rangan kanan, kemudian dimasukkan ke dalam
4. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisren menahan kepala janin ke
5. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri,
prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta.
Sumber:
BOKONG/SUNGSANG (KOMPETENSI 3)
A. Definisi
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
B. Klasifikasi
Yaitu apabila bagian bawah janin adalah kaki atau paha. Bisa satu kaki
atau kedua kaki, bisa kaki dan paha atau kedua lutut.
Gambar 1. Klasifikasi Presentasi Bokong
C. Diagnosis
bulat, keras.
- Denyut jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit di atas
umbilikus.
-Setelah ketuban pecah, dapat diraba adanya bokong yang ditandai adanya
-Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya
tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
1. Persalinan pervaginam
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
sampai pusar (scapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini
berbahaya.
b. Tahap kedua adalah fase cepat, yaitu mulai lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
terjepit. Oleh karena itu, fase ini harus segera diselesaikan dan tali
c. Tahap ketiga adalah fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
lahirnya kepala. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari
Setelah bokong lahir, bokong dan paha janin dicekam dengan kedua
tangan, sedemikian hingga kedua ibu jari sejajar pada pangkal paha dan 4
Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan ke atas perut itu
a. Manuver Lovset
Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua
tangan
Putar bayi 180° sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang
terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang menjungkit, sehingga
Bantu lahirkan dengan memasukkan satu atau dua jari pada lengan atas
jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada
c. Manuver Mueller
bawahnya.
Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-
Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari
3. Full Extraction
yang lain.
2. Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang
dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada
2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin,
depan. Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikait dan ditarik
Bila kemacetan pada kelahiran kepala (After coming head), perlu dilakukan
Kedua kaki janin dipegang oleh seorang asisten dan diangkat keatas.
terhadap panggul.
Setelah dengan tarikan pada cunam batas rambut kepala janin tampak di
bawah simfisis, dengan batas tersebut sebagai titik pemutaran, lambat laun
muka bayi dilahirkan melalui perineum, disusul oleh bagian kepala yang
berambut
Gambar 9. Melahirkan Kepala dengan Cunam Piper
Sumber:
Cunningham F.G., Leveno K.J., Bloom S.L., Et Al. 2007. Williams Obstetrics.
A. Definisi
dan intervensi. Hal ini masih dikenal sebagai standar baku dalam
B. Indikasi
Hipertensi ibu
C. Kontraindikasi
D. Syarat
kepala
Sumber:
Arias F. 1993. Practicial Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. 2nd ed.
A. Definisi
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin lebih dari 500 gram.
B. Indikasi
1. Indikasi Ibu
Stenosis serviks/vagina
Plasenta previa
Preklamsia-Eklamsia
Diabetes Melitus
Penyakit Jantung
Gagal Induksi
2. Indikasi Janin
Makrosomia
Malpresentasi (Melintang dan Sungsang)
Gawat Janin
Postmatur
Gemelli
C. Kontra Indikasi
Janin Mati
Syok
Anemia Berat
1. Segmen Atas
2. Segmen Bawah
a. Insisi Melintang
Keuntungan:
memudahkan ekstraksi
peritoneum generalisata
Kerugian:
luas
Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan sikatrik
b. Insisi Membujur
rahim (uterus).
Keuntungan:
Apabila pada kasus bayi yang besar (baby giant), luka pada
yang menyatu.
Kerugian:
Perdarahan pada tepi sayatan akan lebih banyak karena
terpotongnya otot
Sumber: