Anda di halaman 1dari 29

MODUL

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL


15-17 MARET 2016

Disusun Oleh :
PRAMADAVITA ANDINI, S.Gz, M.M
WIDYAISWARA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH
UPT PELATIHAN KOPERASI DAN UKM
Jl. Teluk Pacitan No. 47-48 Gedung Teknologi Informasi (TI) VEDC Arjosari-Blimbing

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah
dan rahmat-Nya, modul Manajemen Risiko Operasional ini dapat diselesaikan. Modul
ini adalah sebagai bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta pelatihan
Manajemen Risiko Koperasi dengan peserta yang berasal dari pengurus,
pengawas,maupun manajer koperasi di wilayah Kabupaten/ Kota di Jawa Timur.
Dengan adanya modul ini diharapkan dapat membantu peserta pelatihan dalam
memahami dan melakukan pengendalian dan penyelesaian risiko yang dihadapi
koperasi, khususnya risiko operasional.

Modul ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan focuss group discussion,
seminar penyusunan dan pembahasan kurikulum dan silabi serta modul yang
diselenggarakan oleh UPT Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur dengan
melibatkan seluruh widyaiswara di lingkungan UPT Pelatihan Koperasi dan UKM
Provinsi Jawa Timur serta stakeholder dan pihak-pihak terkait.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian modul ini. Tak dapat dipungkiri masih banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan isi modul di masa yang akan datang. Akhirnya, kami
berharap semoga modul ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap
kegiatan belajar mengajar di UPT Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur.

Malang, 19 Februari 2020


Plt Ka.UPT Pelatihan Koperasi

Ir. SUMBANGTO, MM
NIP. 19630824 198903 1 011

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................................5
B. Deskripsi Singkat.....................................................................................................6
C. Manfaat Modul.........................................................................................................6
D. Tujuan Pembelajaran..............................................................................................6
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.......................................................................6
F. Petunjuk Belajar.......................................................................................................7
BAB II DEFINISI RISIKO OPERASIONAL........................................................................8
A. Pengantar Risiko Operasional.................................................................................8
B. Pengertian Risiko Operasional................................................................................8
C. Latihan...................................................................................................................10
D. Rangkuman...........................................................................................................10
E. Evaluasi.................................................................................................................10
BAB III RUANG LINGKUP RISIKO OPERASIONAL......................................................11
A. Ruang Lingkup Risiko Operasional.......................................................................11
B. Jenis Kejadian Risiko Operasional berdasarkan Frekuensi dan Dampak............11
C. Bentuk – Bentuk Risiko Operasional.....................................................................13
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Operasional........................................15
E. Latihan...................................................................................................................16
F. Rangkuman...........................................................................................................17
G. Evaluasi.................................................................................................................17
BAB IV PENGENDALIAN RISIKO OPERASIONAL.......................................................18
A. Pengendalian Risiko Operasional.........................................................................18
B. Standar Organisasi dan Manajemen.....................................................................19
C. Standar Pengelolaan Organisasi...........................................................................20
D. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Usaha Koperasi..............................21
E. Latihan...................................................................................................................22
F. Rangkuman...........................................................................................................22
G. Evaluasi.................................................................................................................22

3
BAB V PENYELESAIAN RISIKO OPERASIONAL.........................................................23
A. Proses Pengelolaan Risiko Operasional...............................................................23
B. Strategi Penyelesaian............................................................................................24
C. Penyelesaian Risiko Operasional..........................................................................24
D. Latihan...................................................................................................................25
E. Rangkuman...........................................................................................................25
F. Evaluasi.................................................................................................................26
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT...................................27
A. Kesimpulan............................................................................................................27
B. Rekomendasi Tindak Lanjut..................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau


kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, koperasi
akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat,
mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan
operasi. Manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari
setiap kemungkinan yang merugikan.
Kondisi terjadinya risiko operasional (operasional risk) sangat dipengaruhi
oleh bagus dan rendahnya kualitas kematangan manajemen yang dimiliki oleh
pimpinan. Seorang pimpinan dalam mengambil setiap keputusan harus selalu
memikirkan dampak yang akan timbul baik secara jangka pendek maupun
jangka panjang. Misalnya ingin menambah karyawan baru.
Manajemen risiko operasional merupakan risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional koperasi. Oleh karena itu, pengendalian harus
menyediakan keyakinan yang memadai dan sehat dalam koperasi dan
menghasilkan pelaporan yang dapat dipercaya. Sumber-sumber risiko tersebut
dapat menyebabkan kejadian-kejadian yang berdampak negative pada
operasional koperasi sehingga kemunculan dari jenis–jenis kejadian risiko
operasional merupakan salah satu ukuran keberhasilan atau kegagalan
manajemen risiko untuk risiko operasional.
Modul ini akan digunakan untuk koperasi dan UKM yang terletak di Provinsi
Jawa Timur dengan tujuan untuk memahami potensi dari semua faktor yang
mampu memberikan dampak bagi perusahaan. Harapan, tentunya, modul ini
dapat menjadi pegangan dalam mengidentifikasi dan mengatasi risiko suatu
perusahaan.

5
B. Deskripsi Singkat

Modul Manajemen Risiko ini membekali peserta dengan kemampuan untuk


mengidentifikasi dan mengatasi risiko. Secara umum modul ini bermanfaat untuk
koperasi dan UKM agar bisa mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Selain itu
modul diharapkan juga berkontribusi melengkapi berbagai referensi terkait
manajemen risiko.

C. Manfaat Modul

Manfaat modul ini adalah sebagai bahan pembelajaran agar koperasi dapat
memahami mengenai manajemen risiko operasional pada koperasi.

D. Tujuan Pembelajaran

Modul ini secara umum ditujukan untuk menambah referensi bagi koperasi
untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko yang akan terjadi.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Modul ini terbagi menjadi 4 (empat) materi pokok. Setiap materi pokok
sebagai didiskusikan dalam satu bab khusus sehingga akan didapatkan empat
bab utama dalam sistematika modul ini. Berikut ini rincian materi pokok dan sub
materi pokok untuk masing-masing bab:
I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

6
II Definisi Risiko Operasional
A. Pengantar Risiko Operasional
B. Pengertian Risiko Operasional

III Ruang Lingkup Risiko Operasional


A. Ruang Lingkup Risiko Operasional
B. Jenis Kejadian Risiko Operasional berdasarkan Frekuensi dan Dampak
C. Bentuk – Bentuk Risiko Operasional
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Operasional

IV Pengendalian Risiko Operasional


A. Pengendalian Risiko Operasional
B. Standar Organisasi dan Manajemen
C. Standar Pengelolaan Organisasi
D. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Usaha Koperasi

V Penyelesaian Risiko Operasional


A. Strategi Penyelesaian
B. Penyelesaian Risiko Operasional

F. Petunjuk Belajar

Modul ini dapat digunakan dengan cara sebagai berikut:


1. Anda dapat membaca dan memahami mengenai risiko operasional.
2. Setelah Anda memahami definisi mengenai risiko operasional, anda dapat
memahami bagaimana cara pengendalian dan penyelesaiannya.
3. Pada Bab terakhir akan diberikan kesimpulan dan rekomendasi bagi pembaca
mengenai manajemen risiko operasional.

7
BAB II

DEFINISI RISIKO OPERASIONAL

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat memahami
definisi risiko operasional.

A. Pengantar Risiko Operasional

Risiko operasional (operational risk) merupakan risiko yang paling lama


dikenal dan sekaligus paling sering dihadapi oleh koperasi. Risiko Operasional
seperti digariskan dalam Basel II Capital Accord telah mengungkap sisi menarik
jenis risiko operasional ini. Cakupan rumusan risiko operasional ini beragam
dengan sekian banyak versi definisinya.
Risiko Operasional dapat terjadi pada semua kegiatan bisnis karena
senantiasa terkait dengan proses serta kegiatan operasional bisnis tersebut.
Risiko operasinal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung
maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan
memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang melekat pada setiap
aktivitas fungsional koperasi, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana),
operasional dan jasa, pendanaan, teknologi sistem informasi dan sistem
informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia

B. Pengertian Risiko Operasional

Risiko Operasional menurut Basel II Accord didefinisikan sebagai risiko


yang terjadi sebagai akibat dari kurangnya sistem pengawasan internal,
kesalahan manusia dan sistem atau disebabkan dari kondisi eksternal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.

8
Menurut Fahmi, risiko operasional merupakan risiko yang
umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini
terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen
(management control system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Menurut Djohanputro, risiko operasional adalah potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu
sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada
2 tingkatan : teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional
bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang
tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai.
Pada tataran organisasi, resiko operasional bisa muncul karena sistem
pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Kountur mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko-risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam.
Menurut Hennie Van Greening dan Zamir Iqbal, Risiko operasional adalah risiko
kerugian sebagai akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan proses internal,
yang terkait dengan manusia dan sistem, atau risiko eksternal. Risiko
operasional juga terkait dengan risiko kegagalan teknologi, sistem dan modal
analitis.
Pendapat yang lain disampaikan oleh Organisai Institut Bankir Indonesia
(IBI) dalam bukunya Manajemen Risiko, bahwa risiko operasional adalah risiko
yang terjadi akibat kesalahan faktor manusia, kegagalan atau tidak berfungsinya
sistem, kesalahan dalam prosedur kerja, dan akibat faktor eksternal, yang
semuanya merupakan penyebab terjadinya risiko operasional.
Sedangkan menurut Adiwarman A. Karim, Risiko operasional adalah risiko
yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan aau tidak berfungsinya proses
internal, human error, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional koperasi.
Risiko operasional sebagai risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau
tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau kejadian-
kejadian eksternal. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah
masalah yang berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur. Oleh
karena itu, risiko operasional sebenarnya bukan merupakan suatu risiko

9
yang baru. Risiko ini dapat terjadi semua kegiatan usaha baik pada koperasi
maupun UKM.

C. Latihan

Berdasarkan penjelasan tentang definisi risiko operasional di atas,


cobalah Anda jelaskan tujuan dilakukannya manajemen risiko operasional.

D. Rangkuman

Risiko Operasional merupakan risiko yang paling sering dihadapi oleh


koperasi. Risiko operasional ini dapat terjadi pada semua kegiatan bisnis
koperasi. Risiko operasinal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara
langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan.
Pengertian Risiko Operasional menurut Basel II Accord yaitu risiko yang
terjadi sebagai akibat dari kurangnya sistem pengawasan internal, kesalahan
manusia dan sistem atau disebabkan dari kondisi eksternal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.

E. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!


1. Apa pengertian risiko operasional menurut Basel II Accord?
2. Sebutkan 2 tingkatan terjadinya risiko operasional
3. Mengapa bisa timbul risiko operasional?

10
BAB III

RUANG LINGKUP RISIKO OPERASIONAL

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat memahami
definisi risiko operasional

A. Ruang Lingkup Risiko Operasional

Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko kerugian


yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia,
kerusakan atau kesalahan sistem dan kerugian yang disebabkan kejadian dari
luar perusahaan.

B. Jenis Kejadian Risiko Operasional berdasarkan Frekuensi dan Dampak

Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan


dampak :
1. Low Frequency / Low Impact (LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya
rendah
2. Low Frequency / High Impact  (LF / HI) – jarang terjadi namun
dampaknya sangat besar 
3. High Frequency / Low Impact (HF / LI) – sering terjadi namun
dampaknya rendah
4. High Frequency / High Impact (HF / HI) – sering terjadi dan dampaknya
sangat besar

Berikut ilustrasi dari beberapa jenis kejadian risiko operasional :


Manajemen risiko operasional umumnya hanya terfokus kepada kejadian yang
sifatnya Low Frequency / High Impact (LF/HI) dan High Frequency / Low
Impact  (HF/LI).  Koperasi tidak terfokus kepada kejadian dengan frekuensi

11
rendah dan dampak yang ditimbulkan juga rendah (LF/LI), karena biaya
pengelolaan dan pemantauannya mungkin lebih tinggi dari kerugian yang
ditimbulkan. Sebaliknya, kejadian yang sifatnya HF/HI (atau sering terjadi dan
dampaknya besar) adalah tidak relevan, mengingat kejadian ini akan
mengakibatkan koperasi mengalami kerugian yang besar.
Kejadian yang sifatnya high frequency / low impact (HF/LI) dikelola oleh
koperasi untuk menciptakan efisiensi. Kejadian ini cenderung sudah diantisipasi /
dapat diperkirakan (expected loss) dan dianggap sebagai biaya pelaksanaan
usaha. Misal : untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan karyawan dalam
penyaluran kredit, umumnya dapat diatasi oleh koperasi dengan penerapan
kebijakan dan prosedur rutin yang dilakukan sehari-hari untuk meminimumkan
frekuensi maupun dampaknya.
Untuk kejadian risiko yang bersifat Low Frequency / High Impact perlu
diperhatikan secara seksama mengingat kejadian ini dapat mengakibatkan
kerugian yang sangat besar bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan. Dalam
manajemen risiko operasional, koperasi dipersyaratkan untuk memperhitungkan
kerugian yang diperkirakan (expected loss) dan kerugian yang tidak diperkirakan
(un-expected loss) dalam kebutuhan modal bagi risiko operasional.
Expected loss atau kerugian yang diperkirakan didefinisikan sebagai kerugian
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan usaha secara normal. Jenis kerugian ini
diasumsikan selalu ada sepanjang koperasi melaksanakan kegiatan usahanya.
Oleh karena itu, koperasi telah mengantisipasinya dengan menawarkan harga
produk yang mana didalamnya telah mengcover potensi kerugian.
Un-Expected Loss atau kerugian yang tidak diperkirakan didefinisikan
sebagai kerugian  yang timbul dari kejadian luar biasa yang menurut koperasi
potensi kejadiannya sangat kecil dan besarnya kerugian yang ditimbulkan sangat
signifikan jauh berada di atas nilai wajar yang dapat dikategorikan sebagai
kerugian yang diperkirakan.

12
C. Bentuk – Bentuk Risiko Operasional

1. Risiko pada Komputer (Computer Risk)


Risiko pada computer ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti
masuknya virus yang disebabkan oleh proteksi software yang tidak
memadai. Pada era sekarang ini setiap kemajuan teknologi perangkat
lunak diikuti dengan berbagai permasalahan yang timbul. Ada beberapa
risiko yang diperkirakan akan timbul pada bidang computer, yaitu :
a. Terjadinya perubahan data-data computer karena terserang oleh virus.
Kondisi ini sering terjadi karena jaringan computer berhubungan
dengan internet. Oleh karena itu, koputer harus memiliki antivirus
terbaru.
b. Komputer adalah teknologi yang selalu mengalami perubahan
terutama pada setiap program yang ditawarkan, sehingga beberapa
aplikasi pada komputer sebaiknya dapat di update setiap waktu,
dengan tujuan agar berbagai permasalahan yang akan timbul di
kemudian hari dapat dihindari.
c. Komputer masuk ke dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar tinggi,
sehingga setiap pergantian perangkat computer dan biaya tenaga
ahlinya selalu saja membutuhkan biaya yang tinggi, seperti : biaya
training, course, service computer dan pembelian program berbagai
computer.

2. Kerusakan Maintenance Kantor


Kantor Koperasi setiap bulannya memerlukan pemeliharaan dan
perawatan. Beberapa risiko yang harus ditanggung oleh koperasi,
misalnya : Biaya service (service cost) dengan mendatangkan tenaga ahli

3. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja terjadi pada Koperasi apabila tidak menerapkan dan
memberlakukan suatu konsep keselamatan dan jaminan bekerja sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Terkadang beberapa koperasi
tidak menerapkan konsep keselamatan dan jaminan kerja sesuai dengan
ketentuan, dengan tujuan menghindari pengeluaran biaya (cost).

13
Penghindaran biaya tersebut mencakup beberapa hal seperti :
a. Biaya asuransi kepada setiap karyawan harus dibayar setiap bulan.
b. Biaya tanggungan pada saat karyawan mengalami kecelakaan dan
pihak asuransi belum menyerahkan ajuan klaim asuransi yang
diajukan. Sehingga menunggu proses keluarnya klaim asuransi
menyebabkan pihak perusahaan harus menanggung sementara
waktu.
c. Jika aturan tentang jaminan dan konsep keselamatan kerja
dicantumkan pada setiap kontrak kerja dengan para karyawan.

4. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual


Risiko dalam bidang pembukuan secara manual sebenarnya terjadi
karena beberapa sebab, seperti :
a. Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat di kertas, sehingga
apabila pada suatu saat mengalami kebanjiran, kebakaran, kesalahan
dalam peletakan sulit mencari penggantinya
b. Jika kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan terjadi, maka
penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga harus dilakukan
secara manual.
c. Proses penyusunan pembukuan akan berlangsung dengan waktu
yang lama sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan efektif. Efisien
dilihat dari segi biaya dan efektif dilihat dari segi waktu.
d. Setiap pengiriman informasi dilakukan melalui kantor pos atau jasa
pengiriman surat. Sementara dengan penggunaan teknologi sudah
dapat dilakukan dengan cara email atau via internet.

5. Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa


Barang yang Dibeli Dapat Ditukar Kembali
Risiko ini timbul apabila di setiap pembelian barang tidak diikuti
dengan perjanjian bahwa barang tersebut nantinya bisa ditukar kembali,
sehingga apabila terjadi kesalahan pembelian barang maka perusahaan
harus menanggung kerugian, salah satu contohnya adalah perusahaan
tidak bisa melakukan penghematan biaya, karena tidak ada konsep
service purna jual.

14
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Operasional
1. Risiko Proses Internal
Risiko proses internal (internal process risk) adalah risiko yang terkait
dengan kegagalan yang menyebabkan tidak efektifnya penerapan proses
atau prosedur yang berlaku dalam manajemen koperasi. Risiko Proses
Internal ini meliputi:
a. Kesalahan dokumentasi
b. Kurang efektifnya pengawasan (lack of controls)
c. Kesalahan informasi dalam menjual produk
d. Pencucian uang (Money laundering)
e. Kesalahan pencatatan (Incorrect atau insuffient reporting), karena
tidak memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku
f. Kesalahan transaksi (Transaction error)

2. People Risk
People Risk adalah risiko yang terkait dengan dan bersumber dari
permasalahan karyawan. Karyawan merupakan aset yang sangat
berharga bagi perusahaan. Namun terkadang terjadi pula peristiwa
dimana karyawan merupakan sumber permasalahan timbulnya risiko
operasional. Risiko itu terjadi, baik sebagai akibat dari tindakan yang
sengaja maupun yang secara kebetulan dilakukan oleh karyawan. Bahkan
juga dalam kenyataannya, risiko operasional dapat terjadi pula pada
bagian organisasi yang berperanan melaksanakan fungsi manajemen
risiko. Dengan demikian menjadi penting sekali untuk memastikan bahwa
seluruh karyawan telah dibekali dengan kemampuan dan keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. People
risk biasanya terkait dengan permasalahan – permasalahan antara lain :
1. Isu kesehatan dan keamanan
2. Tingginya karyawan yang mengundurkan diri
3. Internal fraud
4. Rendahnya peran serta pengurus koperasi
5. Pendidikan dan pelatihan yang sedikit
6. Menaruh kepercayaan berlebihan pada salah satu stafff

15
3. Risiko Sistem
Risiko Sistem adalah risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi
dan sistem. Ketergantungan terhadap kemajuan teknologi dan sistem
menyebabkan datangnya ancaman risiko operasional.
Adapun risiko sistem tersebut pada umumnya disebabkan oleh hal-hal
diantaranya :
a. Kehilangan data
b. Kesalahan penginputan data
c. Tidak memadai pengawasan terhadap perubahan
d. Kesalahan program
e. Ancaman terhadap sistem pelayanan, baik yang menimbulkan
kegagalan atas sebagian atau keseluruhan sistem
f. Masalah keamanan sistem, seperti terjadinya serangan virus dan
hacking terhadap sistem komputer.
g. Kesesuaian sistem
h. Penggunaan teknologi baru yang belum teruji ketangguhannya

4. Risiko Eksternal
Risiko Eksternal adalah risiko yang terkait dan bersumber dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar pengendalian langsung suatu
koperasi. Risiko eksternal ini dapat mengakibatkan terjadinya kerugian
besar. Contoh risiko eksternal ini yaitu terjadinya perampokan.
Beberapa Koperasi sebenarnya telah aktif memusatkan perhatiannya
pada upaya pencegahan agar terlindung dari akibat risiko eksternal ini.
Misalnya dengan penempatan tenaga pengaman untuk mencegah tindak
kejahatan.

E. Latihan

Berdasarkan penjelasan tentang ruang lingkup risiko operasional di atas,


cobalah Anda jelaskan jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi
dan dampak, yang sering terjadi pada koperasi.

16
F. Rangkuman

Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko kerugian


yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia,
kerusakan atau kesalahan sistem dan kerugian yang disebabkan kejadian dari
luar perusahaan. Bentuk-bentuk risiko operasional yaitu:
1. Risiko pada Komputer
2. Kerusakan Maintenance Kantor
3. Kecelakaan Kerja
4. Kesalahan dalam Pembukuan secara Manual
5. Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa Barang
yang Dibeli Dapat Ditukar Kembali

G. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!


1. Sebutkan salah satu contoh risiko operasional yang terjadi pada komputer
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko operasional
3. Apakah risiko yang terjadi pada pembelian barang yang tidak ada
kesepakatan penukaran?

17
BAB IV

PENGENDALIAN RISIKO OPERASIONAL

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami dan merumuskan cara pengendalian risiko
operasional

A. Pengendalian Risiko Operasional

Risiko operasional dapat dikendalikan dan diantisipasi. Pentingnya dilakukan


pengendalian risiko operasional adalah agar dampak yang timbul atas kesalahan
operasional tidak semakin merugikan koperasi. Dalam proses pengendalian atau
manajemen risiko operasional ini dapat dilalui dengan empat langkah, yaitu :
1. Mengidentifikasi Risiko (risk identification)
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi mengenai sumber risiko dan akibatnya
serta penetapan langkah-langkah mitigasi (mitigate) alias mengurangi risiko.

2. Mengukur Risiko (risk measurement)


Tahap ini merinci lima kategori risiko, yaitu :
a. Potensi risiko paling rendah (kemungkinan kurang dari 2 persen)
b. Potensi risiko rendah (2-5 persen)
c. Potensi risiko sedang (5-10 persen)
d. Potensi risiko tinggi (10-20 persen)
e. Potensi risiko paling tinggi (lebih dari 20 persen)
Pengukuran risiko ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

3. Menanggapi Risiko (risk response)


Ada beberapa langkah yang dapat diambil, yaitu :
a. Mengembangkan teknologi
b. Menghindari transaksi yang menjadi sumber risiko

18
c. Menyusun kebijakan dan prosedur yang lebih ketat dan rinci
d. Membangun kepekaan sumber daya manusia (SDM) terhadap budaya risiko
dan pemahaman tentang manajemen risiko operasional
e. Mengalihkan risiko melalui asuransi dan lindung nilai (hedging).
f. Meningkatkan pengawasan melekat oleh manajemen

4. Memantau Risiko (risk monitoring)


Tahap ini diharapkan koperasi dapat memanfaatkan teknologi informasi
(TI). Hal ini agar dapat bermanfaat memantau dan menganalisis risiko.

B. Standar Organisasi dan Manajemen

Standar organisasi manajemen dilakukan sebagai salah satu cara


pengendalian risiko operasional. Aspek yang perlu dimiliki dan dicantumkan oleh
koperasi adalah sebagai berikut :

1. Visi dan Misi


Visi dan misi diperlukan agar Koperasi dapat tumbuh dan berkembang secara
professional dan mandiri. Oleh sebab itu perlu dibentuk visi, misi dan tujuan yang
jelas dan tertulis.
a. Visi
Visi merupakan cita-cita yang dirumuskan agar koperasi dan UKM
memiliki semangat untuk mencapai keunggulan di masa yang akan datang.
Visi mengandung beberapa makna, yaitu :
 Gambaran target kerja yang jelas
 Keunggulan yang menjadi standar
 Tujuan yang akan diwujudkan oleh koperasi atau UKM
Contoh visi koperasi : Menjadi mitra kerja yang handal dalam permodalan
usaha anggota

19
b. Misi
Misi lebih ditekankan kepada apa yang harus dipegang sebagai patokan
strategis dan operasional yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen
koperasi atau UKM untuk mencapai visinya.
Contoh misi koperasi : menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota
koperasi.

2. Tujuan Pendirian
Tujuan pendirian atau pembentukan koperasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, yang pada akhir periode kerja pencapaian tujuan
tersebut harus dapat ditampilkan dalam laporan promosi ekonomi anggota,
Oleh karena itu tujuan yang sudah dirumuskan harus dapat diterjemahkan ke
dalam ukuran kuantitatif dan dapat diukur dengan satuan uang.
Contoh : tujuan pendirian koperasi adalah untuk meningkatkan pendapatan
anggota koperasi yang memiliki kegiatan usaha produktif.

3. Standar Keanggotaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, Anggota koperasi
adalah pemilik sekaligus pengguna jasa. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
 Anggota sebagai pemilik, yaitu anggota berperan aktif dalam
memberikan masukan kepada pengurus dalam menetapkan kebijakan
koperasi baik dalam forum rapat anggota maupun pada kesempatan
lainnya
 Peran anggota dipilih menjadi pengurus dan pengawas, yaitu berperan
aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha koperasi.
Berperan aktif dalam mengikuti rapat anggota.

C. Standar Pengelolaan Organisasi

Koperasi harus memiliki standar pengelolaan organisasi yang baik. Bahkan


pada koperasi harus mempunyai perangkat organisasi yang lengkap, yaitu :

20
1. Memiliki struktur organisasi yang jelas menggambarkan fungsi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab setiap elemen organisasi secara tertulis dan
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi
2. Memiliki kantor koperasi yang jelas status dan kedudukannya
3. Memiliki identitas organisasi yang jelas diketahui dan disetujui oleh Rapat
Anggota
4. Memiliki kepengurusan yang dipilih dan disetujui oleh Rapat Anggota
5. Memiliki rencana kerja tertulis yang mencakup :
a. Rencana kerja jangka pendek
b. Rencana kerja jangka panjang
c. Rencana operasional pencapaian target kerja
6. Memiliki sistem dan prosedur kerja tertulis
7. Memiliki kelengkapan dan prosedur administrasi tertentu

D. Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Usaha Koperasi

Dalam pengelolaannya koperasi disarankan untuk mempunyai standar


operasional prosedur. Hal ini diperlukan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak
menyimpang dari standar prosedur yang ditetapkan, sehingga dapat mengantisipasi
timbulnya dampak akibat risiko operasional.
Bahkan untuk koperasi simpan pinjam, pemerintah telah mengatur yang
tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1995, bahwa yang dimaksud
dengan pengelolaan usaha simpan pinjam oleh Koperasi Simpan Pinjam adalah
manajemen pelayanan jasa keuangan berupa :
1. Penghimpunan dana
2. Penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kepada anggota, calon anggota dan
koperasi lain dan anggotanya

Adanya kebijakan dan prosedur pelayanan penghimpunan dan penyaluran dana


koperasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan transparansi
serta akuntabilitas koperasi kepada anggotanya yang berfungsi sebagai pemilik dan
sekaligus sebagai pengguna jasa juga kepada pengawas internal koperasi dan
pengawas koperasi dari pihak pemerintah.

21
E. Latihan

Berdasarkan penjelasan tentang pengendalian risiko operasional di atas,


cobalah Anda jelaskan langkah-langkah pengendalian manajemen risiko
operasional.

F. Rangkuman

Risiko operasional dapat dikendalikan dan diantisipasi. Pentingnya


dilakukan pengendalian risiko operasional adalah agar dampak yang timbul atas
kesalahan operasional tidak semakin merugikan koperasi. Manajemen risiko
operasional dapat dilakukan melalui empat langkah, yaitu identifikasi risiko,
mengukur risiko, menanggapi risiko dan memantau risiko.

G. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!


1. Sebutkan lima kategori risiko berdasarkan hasil pengukuran risiko
2. Apa sajakah peran anggota sesuai dengan standar keanggotaan yang
tercantum pada standar organisasi dan manajemen
3. Mengapa dibutuhkan standar operasional prosedur pengelolaan usaha
koperasi?

22
BAB V

PENYELESAIAN RISIKO OPERASIONAL

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami dan menyelesaikan dampak yang terjadi akibat
risiko operasional

A. Proses Pengelolaan Risiko Operasional

Dalam proses pengelolaan risiko langkah-langkah yang harus dilalui adalah : 


1.      Mengidentifikasi terlebih dahulu obyektif atau tujuan yang ingin dicapai dari
pengelolaan risiko.  Misalnya: karyawan dapat bekerja dengan tenang.
2.     Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian atau
mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi.  Langkah ini adalah yang paling
sulit, tetapi juga paling penting, sebab keberhasilan pengelolaan risiko
sangat tergantung pada hasil identifikasi ini.
3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang
dievaluasi dan diukur adalah :
a. Besarnya frekuensi kemungkinan kerugian yang akan terjadi selama
suatu periode tertentu
b.  Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan
koperasi
c. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat
dan paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul akibat terjadinya suatu kerugian

23
B. Strategi Penyelesaian

Strategi penyelesaian risiko operasional dapat dilakukan dengan beberapa


cara, yaitu :
1. Menghindari risiko (avoidance)
Mengidentifikasi gejala-gejala terjadinya risiko, dan apabila suatu keadaan
sudah mengarah ke gejala risiko tersebut, maka segera dihindari. Misalnya
dengan menyediakan asuransi bagi karyawan.

2. Mengurangi risiko (reduction)


Apabila suatu keadaan sudah mengarah ke risiko, maka dapat
dikurangitingkat risikonya. Misalnya dengan menyimpan data-data penting
ke perangkat computer eksternal.

3. Memindahkan risiko (sharing)


Apabila terjadi suatu risiko dan untuk menyelesaikan agar biaya yang
dikeluarkan akibat dampak risiko tadi tidak makin besar maka bisa
dilakukan dengan cara memindahkan risiko. Misalnya untuk jenis risiko
kebakaran dapat dipindahkan ke pihak asuransi.

4. Menerima risiko (acceptance)


Apabila terjadi suatu risiko, maka yang dapat dilakukan adalah
menerimanya. Misalnya untuk jenis risiko pemadaman listrik, tanggapan
yang dilakukan tentu adalah menerima risiko.

C. Penyelesaian Risiko Operasional

Penyelesaian dari bentuk-bentuk risiko operasional dapat dilakukan sebagai berikut:


1. Risiko pada Komputer (Computer Risk)
Yang dapat dilakukan apabila terjadi risiko pada komputer adalah dengan cara
komputer harus selalu memiliki antivirus yang terbaru. Selain itu untuk
mengantisipasi kehilangan file yang terdapat pada komputer, maka perusahaan

24
disarankan untuk mencadangkan data penting yang terdapat pada komputer ke
penyimpanan data.

2. Kerusakan Maintenance Kantor


Yang dapat dilakukan apabila terjadi kerusakan maintenance kantor adalah
dengan mencadangkan biaya dan melakukan perawatan terhadap sarana kantor
secara rutin.

3. Kecelakaan Kerja
Yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengikutsertakan karyawan ke
program asuransi kesehatan dan keselamatan, serta memperbaiki sistem
manajemen kerja dengan cara menerapkan kebijakan dan prosedur yang lebih
detail.

4. Kesalahan dalam Pembukuan secara Manual


Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan manual, maka
penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga harus dilakukan secara
manual sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan efektif. Efisien dilihat dari
segi biaya dan efektif dilihat dari segi waktu. Oleh sebab itu penyelesaiannya
adalah dengan melakukan pembukuan menggunakan software akuntansi.

D. Latihan

Berdasarkan penjelasan tentang penyelesaian risiko operasional di atas, cobalah


Anda jelaskan strategi dalam penyelesaian risiko operasional.

E. Rangkuman

Dalam proses pengelolaan risiko maka perlu dilakukan identifikasi tujuan


yang ingin dicapai, identifikasi risiko yang dihadapi serta mengevaluasi dan
mengukur besarnya kerugian potensial. Ada beberapa cara yang perlu dilakukan
dalam proses penyelesaian risiko operasional.

25
F. Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!


1. Mengapa dibutuhkan identifikasi pada risiko-risiko yang dihadapi?
2. Bagaimana cara penyelesaian pada kasus risiko operasional karena
kecelakaan kerja?
3. Apakah akibatnya apabila suatu risiko operasional tidak segera ditangani?

26
BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Risiko Operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari


masalah internal koperasi, dimana risiko itu terjadi disebabkan oleh lemahnya
sistem kontrol manajemen (management control sytem) yang dilakukan oleh
pihak pimpinan. Tujuan dilakukan manajemen risiko untuk risiko operasional
adaiah untuk meminimalkan kemungklnan dampak negatif akibat
ketidaklayakan atau kegagalan proses internal, manusia, sistem teknologi
informasi, dan adanya kejadian-kejadian yang berasal dari luar lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mampu memberi pengaruh pada terbentuknya
resiko operasional, yaitu: risiko pada komputer, kerusakan maintenance
kantor, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pembukuan secara manual,
kesalahan pembelian dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli
dapat ditukar kembali.

B. Rekomendasi Tindak Lanjut

Setelah mempelajari modul ini diharapkan dapat dilakukan tindak lanjut


mengenai manajemen risiko operasional, antara lain:
1. Koperasi perlu melakukan peningkatan yang terkait dengan kualitas
sumber daya manusia dan sumber daya sistem teknologi informasi untuk
menghindari terjadinya risiko manusia dan IT
2. Koperasi perlu memberikan penjelasan yang rinci mengenai standar
organisasi manajemen, standar operasional prosedur dan standar
pengelolaan organisasi koperasi agar semua aktifitas operasional berjalan
dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku

27
3. Koperasi perlu mencadangkan dana untuk mengantisipasi apabila
diperlukan biaya-biaya tidak terduga (maintenance kantor, pembelian
software)
4. Koperasi dapat lebih teliti apabila akan melakukan pembelian barang atau aset
kantor, diharapkan membeli dengan kesepakatan bahwa barang yang dibeli
dapat ditukar kembali

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Subagyo. 2014. Manajemen Koperasi Simpan Pinjam. Depok : Mitra Wacana
Media

Irham Fahmi. 2011. Manajemen Risiko. Bandung : Alfabeta

Masyhud Ali. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada

Ronny Kountur. 2004. Manajemen Resiko Operasional. Jakarta : PPM

29

Anda mungkin juga menyukai