Anda di halaman 1dari 33

MODUL

TAHAPAN PELAKSANAAN
15-17 MARET 2016

MANAJEMEN RISIKO

Disusun oleh
Heru Oktavianto,S.Kom,MM
Widyaiswara

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH
UPT PELATIHAN KOPERASI DAN UKM
Jl. Teluk Pacitan No. 47-48 Gedung Teknologi Informasi (TI) VEDC Arjosari-Blimbing

1
KATA PENGANTAR

Malang, 17 Februari 2020


Plt Kepala UPT Pelatihan Koperasi, dan
UKM Provinsi Jawa Timur

Ir. Sumbangto, MM

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................................ 3
C. Manfaat Modul ..............................................……………………….. 3
D. Tujuan Pembelajaran ...................................................................... 3
1. Kompetensi dasar ..................................................................... 3
2. Indikator Hasil Belajar ................................................................. 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ............................................... 4
F. Petunjuk Belajar .............................................................................. 4

BAB II. JENIS JENIS RISIKO DAN TYPE RISIKO


A. Jenis-Jenis Risiko ......................................................................... 5
B. Type Risiko ……............................................................................. 12
C. Latihan ..........................................................……………………… 14
D. Rangkuman ..................................................……………………… 14
E. Evaluasi ........................................................……………………… 14

BAB III. PROSES IDENTIFIKASI RISIKO DAN SUMBER INFORMASI


A. Definisi Identifikasi Risiko ................................................................. 15
B. Metode Identifikasi Risiko ……........................................................ 15
C. Sumber Informasi Risiko ................................................................. 16
D. Proses dan Tahapan Identifikasi Risiko ........………………………. 18
E. Latihan ..........................................................………………………. 19
F. Rangkuman ..................................................………………………. 19
G. Evaluasi ........................................................………………………. 19

BAB IV. PROSES PENGUKURAN RISIKO DAN PERINGKAT RISIKO


A. Definisi Proses Pengukuran .........................................…................ 20
B. Teknik Pengukuran Risiko ............................................................... 21
C. Definisi Perangkat Risiko ..............................………………………. 22
D. Latihan ..........................................................………………………. 23
E. Rangkuman ..................................................………………………. 24

3
F. Evaluasi ........................................................……………………… 24

BAB V. PROSES EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


A. Tahapan Evaluasi ............................................................................. 25
B. Tahapan Tindak Lanjut ……............................................................ 29
C. Latihan ..........................................................……………………….. 31
D. Rangkuman ..................................................……………………….. 31
E. Evaluasi ........................................................……………………….. 31

BAB VI. PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................ 32
B. Implikasi............................................................................................. 32
C. Tindak Lanjut.................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi sendiri sekarang ini banyak dihadapkan dengan banyak masalah
yang membuat koperasi lambat dalam berkembang, hambatan tersebut baik dari
sisi internal maupun eksternal koperasi. Dari sisi internal koperasi pengelolaan
aktifitas usaha yang kurang profesional, prinsip kehati-hatian, manajemen risiko
yang diabaikan oleh pengurus maupun pengelola menjadi penyebab utama
kegagalan sebuah bisnis koperasi, peran serta anggota yang memiliki hak suara
dalam pengambilan keputusan keputusan strategis sering dilewatkan dan
mempercayakan semua terhadap pengurus dan pengelola koperasi,tingkat
pengembalian pinjaman yang rendah juga menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan dan dibutuhkan penanganan yang serius dari semua pihak,fungsi
pengawas yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya juga menjadi penyebab
masalah yang terjadi dalam bisnis koperasi. Dari sisi eksternal regulasi yang
setiap saat terdapat update atau perubahan akan tetapi tidak diketahui sehingga
dalam prakteknya dapat berakibat pelanggaran kepatuhan dari sisi hukum yang
berlaku karena koperasi merupakan badan hukum dan badan usaha sehingga
dalam pengelolaan harus mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku saat itu.
Sesuai data di sistem ODS bahwanya saat ini jumlah koperasi di Jawa Timur
di tahun 2019 berjumlah 35.025 dengan kategori aktif sekitar 21.808 dan yang
tidak aktif 13.217 dengan data ini menunjukkan bahwasanya pengelolaan
sebuah bisnis koperasi harus dijalankan dengan baik agar supaya koperasi yang
berdiri harus bisa aktif dan membawa dampak positif bagi anggota koperasi
bukan menjadi sumber masalah bagi anggota dikarenakan koperasinya
bermasalah dan masuk dalam kategori tidak aktif. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut maka perlunya dibuat sebuah tahapan pelaksanaan
manajemen risiko bagi koperasi.

5
B. Deskripsi Singkat
Didalam modul ini akan dibahas tentang tahapan-tahapan pelaksanaan
manajemen risiko khususnya bagi koperasi yang meliputi jenis-jenis risiko dan
type risiko, proses identifikasi risiko dan sumber informasi, selanjutnya akan
dibahas tentang proses pengukuran risiko dan peringkat risiko serta proses
evaluasi dan tindak lanjut.

C. Manfaat Modul
Dengan mengetahui tahapan pelaksanaan manajemen risiko di sebuah
usaha koperasi ada beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu :
1. Bisnis koperasi memiliki ukuran yang jelas dan kuat dalam mengambil
setiap keputusan, sehingga keputusan yang diambil pengurus ,
pengawas dan pengelola koperasi selalu menempatkan prinsip kehati-
hatian untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
2. Memungkinkan bisnis koperasi meminimalkan potensi kerugian,
sehingga bisnis koperasi bisa membawa dampak positif bagi anggota
dan masyarakat luas.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi dasar
Setelah melakukan pembelajaran ini peserta mampu mengetahui jenis
dan type risiko, serta dapat melakukan tahapan-tahapan proses
manajemen risiko pada koperasinya sesuai jenis usaha yang dijalankan.
2. Indikator hasil belajar
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta dapat :
a. Memahami jenis-jenis risiko dan type risiko dalam usaha koperasi
b. Memahami tentang tahapan-tahapan manajemen risiko
c. Melakukan tahapan-tahapan manajemen risiko

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi tahapan pelaksanaan manajemen risiko ini merupakan mata pelatihan
dengan durasi 4 jam pelajaran ( JP ) dengan alokasi ceramah atau input 3 JP,

6
latihan dengan praktek 1 JP dengan materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut :
1. Jenis-Jenis Risiko dan Type Risiko
a. Jenis-Jenis risiko
b. Type Risiko
2. Proses Identifikasi Rasio dan Sumber Informasi Rasio
a. Definisi Proses Identifikasi Risiko
b. Metode Identifikasi Risiko
c. Sumber Informasi Risiko
d. Proses & Tahapan Identifikasi Risiko
3. Proses Pengukuran Risiko dan Peringkat Risiko
a. Definisi Proses Pengukuran Risiko
b. Teknik Pengukuran Risiko
c. Definisi Peringkat Risiko
4. Proses Evaluasi dan Tindak Lanjut
a. Tahapan Evaluasi
b. Tahapan Tindak Lanjut

F. Petunjuk Belajar
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik, peserta diklat dapat mengikuti langkah-
langkah petunjuk belajar sebagai berikut :
1. Bacalah secara cermat dan pahami tujuan pembelajaran yang tertera
pada setiap bab
2. Pelajari setiap bab secara berurutan mulai dari Bab I hingga Bab V
3. Untuk memperluas wawasan, peserta diklat disarankan untuk
mempelajari bahan-bahan dari sumber lain yang tertera pada daftar
pustaka di akhir modul ini.

7
BAB II
JENIS JENIS RISIKO DAN TYPE RISIKO

Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab II ini, peserta diklat mampu mengetahui jenis-jenis risiko dan type risiko

A. JENIS-JENIS RISIKO
Suatu aktifitas bisnis ataupun produk koperasi tentu mengandung satu jenis
risiko atau lebih dari satu jenis risiko, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan
risiko tersebut. Manajemen risiko pada hakikatnya merupakan serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengelola risiko agar peluang
mendapatkan keuntungan berbasis risiko dapat diwujudkan secara sustainable.
Sering keputusan yang diambil bukan melihat pada besarnya risiko yang akan
terjadi namun lebih melihat pada besarnya keuntungan yang akan diterima.
Mengingat perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran serta kompleksitas usaha
koperasi, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko universal. Berikut
adalah jenis-jenis risiko antara lain :
1. Risiko Pemberian Pinjaman
Risiko pemberian pinjaman merupakan risiko kerugian akibat
kegagalan pihak lawan ( counterparty ) memenuhi kewajibannya
secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah
jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan
yang berlaku. Risiko ini terjadi pada saat kreditut dan debitur
melakukan tindakan yang tidak hati-hati.Keputusan menyalurkan
pinjaman tidak selalu terjadi sesuai seperti yang diharapkan, karena
ada berbagai bentuk risiko yang akan dialami disana baik risiko
pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang, adapun
pengertian kedua bentuk risiko tersebut adalah
a. Risiko yang bersifat jangka pendek ( short term risk )
adalah risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan
dari sisi debitur memenuhi dan menyelesaikan

8
kewajibannya yang bersifat jangka pendek kepada
kreditur.
b. Risiko yang bersifat jangka panjang ( long term risk )
adalah risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan
dari sisi debitur memenuhi dan menyelesaikan berbagai
kewajibannya yang bersifat jangka panjang.
2. Risiko Likuiditas Keuangan
Risiko likuiditas keuangan merupakan bentuk risiko yang dialami
oleh suatu koperasi karena ketidakmampuannya dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dari sumber pendanaan arus kas dan
dari aset likuid lain yang berkualitas tinggi yang dapat diagunkan
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan, contohnya
koperasitidak terpat waktu dalam membayar gaji karyawan,
pembayaran listrik terhambat dan lain sebagainya, sehingga kondisi
ini memberikan arah bahwa koperasi sudah mengalami
permasalahan keuangan yakni tertundanya berbagai kewajiban
jangka pendeknya. Untuk menganalisis lebih mendalam tentang
risiko likuiditas keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis
kondisi kemampuan suatu koperasiyang dapat dilihat dari segi :
a. Analisis arus kas
b. Analisis kewajiban jangka pendek
c. Melakukan analisis terhadap arus dana jangka pendek
3. Risiko Operasional
Kondisi terjadinya risiko operasional sangat dipengaruhi oleh bagus
tidaknya kualitas kemantangan pengelolaan yang dimiliki baik
pengurus maupun pengelola koperasi. Seorang pengurus atau
pengelola dalam mengambil setiap keputusan harus selalu
memikirkan dampak yang akan timbul baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Adapun risiko operasional sendiri merupakan risiko
yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan,
dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol

9
yang dilakukan oleh pihak internal. Bentuk bentuk risiko operasional
antara lain :

a. Sistem dan teknologi


Risiko pada bidang sistem dan teknologi ini terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor masuknya virus yang
disebabkan oleh proteksi software yang tidak memadai,
terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor
terserang virus sering terjadi karena jaringan komputer
yang terhubung dengan internet oleh karena itu komputer
harus memiliki anti virus yang up to date.
b. Keselamatan dan Kesehatan kerja
Dalam pengelolaan risiko operasional terdapat pula yang
menjadi fokus saat ini adalah mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja berdasarkan undang-undang no 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja, setiap aktivitas
pekerjaan mewajibkan untuk melakukan perlindungan
terhadap keselamatan kerja bagi pekerja, orang lain dan
sumber-sumber produksi. Kadang kala beberapa koperasi
tidak mengindahkan serta tidak menerapkan konsep
keselamatan dan jaminan kerja sesuai dengan ketentuan,
dengan tujuan menghindari pengeluaran biaya.
c. Proses Internal
a) Kesalahan pembelian barang dan tidak ada
kesepakatan bahwa barang dapat ditukar kembali
atau garansi barang

b) Pengelolaan pegawai outsourching


Penerimaan dan penempatan pegawai secara
konsep outsourching memberi pengaruh besar
bagi koperasi baik secara jangka pendek dan

10
jangka panjang maka ada beberapa risiko yang
harus ditanggung koperasi

c) Kesalahan transaksi internal


Kesalahan dalam penginputan serta pengolahan
transaksi-transaksi yang terjadi internal yang
dilakukan oleh karyawan/ti sehingga menimbulkan
dampak kerugian baik finansial maupun non
finansial.
d. Kejadian eksternal
Risiko yang terjadi dikarenakan ancaman-ancaman fisik
seperti perampokan, bencana alam dll dimana
penyebabnya dari lingkungan eksternal perusahaan.

4. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan jika koperasi tidak mematuhi dan tidak
memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan. Sehingga perlu setiap pengurus,pengawas dan
pengelola koperasi update peraturan terbaru serta menyusun
sebuah SOP, SOM, Peraturan-peraturan khusus internal koperasi
yang selaras dengan peraturan yang lebih tinggi kedudukannya.

5. Risiko Pasar
Kondisi dan situasi pasar dengan berbagai stabilitas dan
instabilitasnya mampu memberikan pengaruh pada kontinuetas dan
profit sebuah usaha. Jika situasi dan kondisi masih berada dalam
posisi kendali manajemen maka itu masih dianggap aman namun
jika itu sudah berada di luar kendali maka usaha tersebut akan
terkena suatu permasalahan, baik secara finansial maupun non
finansial

11
Setiap keputusan yang diambil harus atas dasar pertimbangan
pertimbangan yang kuat dan melihat aspek pandangan jauh ke
depan salah satu dasar keputusan yang dipergunakan untuk
menempatkan kinerja sebuah usaha bukan hanya bersifat stimulus
namin lebih dari itu yakni bersifat berkelanjutan. Risiko pasar dapat
didefinisikan merupakan kondisi yang dialami oleh sebuah
koperasiatau usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan
situasi pasat di luar dari kendali perusahaan.
Bentuk bentuk risiko pasar secara umum ada 2 ( dua ) bentuk
yaitu :
1. General market risk
General market risk ini dialami oleh seluruh koperasi yang
disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu
memberikan pengaruh bagi seluruh sektor bisnis.

2. Spesific market risk


Suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus
pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat
menyeluruh.

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya gejolak harga di


pasar menurut masyhud ali,2006 ada 6 ( enam faktor ) yang
mempengaruhi gejolak harga di pasar yaitu :

1. Faktor fundamental ekonomi


2. Terjadinya peristiwa besar dalam ekonomi dan politik
3. Campur tangannya financial authorities
4. Perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran
5. Likuiditas pasar

B. Type Risiko

12
Bagi pelaku sektor bisnis dan koperasi khususnya perlu mengamati dan
memahami tipe-tipe risiko dengan seksama, dari sudut pandang akademisi ada
banyak jenis risiko namun secara umum risiko hanya dikenal dalam 2 ( dua ) tipe
saja, yaitu risiko murni ( pure risk ) dan risiko spekulatif ( speculative risk )
adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah :
1. Risiko murni ( pure risk )
Adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa apa dan tidak mungkin menguntungkan, salah satu
contoh adalah kebakaran apabila koperasimenderita kebakaran,
maka koperasitersebut akan menderita kerugian kemungkinan yang
lain adalah tidak terjadi kebakaran. Salah satu cara menghindari
risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
dapat diminimalkan itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat di asuransikan. Dapat
dikelompokkan menjadi 3 ( tiga ) tipe risiko yaitu
a. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat
timbulnya kerugian pada aset fisik suatu koperasi contoh
kebakaran, banjir, gempa, pencurian, dll.
b. Risiko karyawan, merupakan risiko karena apa yang
dialami oleh karyawan yang bekerja di koperasitersebut
contoh kecelakaan kerja sehingga terganggu aktivitas
perusahaan.
c. Risiko legal merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan
rencana contoh perselisihan dengan lembaga lain
sehingga ada kerugiaan finansial maupun non finansial.
2. Risiko spekulatif ( speculative risk )
adalah suatu keadaan yang dihadapi koperasi yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis. Perbedaan utama
antara risiko murni dan risiko spekulatif adalah kemungkinan
untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat

13
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat
kemungkinan untung. Risiko spekulatif dapat dikelompokkan
menjadi 4 ( empat ) risiko yaitu
a. Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari
pergerakan harga di pasar
b. Risiko likuiditas merupakan risiko karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas
c. Risiko pinjaman merupakan risiko yang terjadi karena
pihak lawan gagal memenuhi kewajiban bayar terhadap
pemberi pinjaman
d. Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan
pada kegiatan operasional yang tidak berjalan lancar

C. Latihan
Setelah mempelajari jenis-jenis risiko dan type risiko maka, sebutkan
beberapa jenis kejadian dan klasifikasikan kejadian tersebut termasuk jenis risiko
apa yang ada pada usaha koperasi yang dijalankan.

D. Rangkuman
Jenis-jenis risiko yang terdapat pada usaha koperasi antara lain risiko
pemberikan pinjaman, risiko likuiditas keuangan, risiko operasional, risiko
kepatuhan, risiko pasar. Dari sekian banyak jenis risiko dapat pula dilihat dari
type risiko yang terjadi yakni risiko murni dan risiko spekulatif dimana perbedaan
utamanya adalah jika risiko murni tidak dapat kemungkinan untung, jika risiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan mendapatkan keuntungan jika dilakukan
pengelolaan secara baik dan tepat.

E. Evaluasi
1. Apakah yang dimaksud dengan risiko pemberian pinjaman ?
2. Sebutkan analisis-analisis pengelolaan risiko likuiditas keuangan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan risiko spekulatif ?

14
BAB III
Proses Identifikasi Risiko Dan Sumber Informasi

Indikator keberhasilan:
Setelah mempelajari BAB III, peserta diklat mampu mengetahui proses identifikasi risiko dan
mengetahui sumber-sumber informasi

A. Definisi Identifikasi Risiko


Proses identfikasi risiko adalah pada tahap ini pengurus, pengawas beserta
pengelola koperasi melakukan tindakan untuk menemukan atau mengetahui
risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan baik dari sisi
operasional maupun dari sisi produk yang dimiliki koperasi. Hasil identifikasi
risiko biasanya didokumentasikan dalam daftar risiko yang mencakup daftar
risiko yang telah teridentifikasi bersama dengan sumbernya, potensi risiko dan
kategori risiko.

B. Metode Identifikasi Risiko


1. Metode kuesioner analisis risiko
Analisis ini menggunakan metode kuesioner yang disebarkan kepada para
karyawan, anggota, pihak pihak yang berkepentingan guna memperoleh
masukan atas risiko yang mungkin terjadi dari sebuah bisnis.
2. Metode laporan keuangan
Menganalisis neraca, laba-rugi, dan catatan lain yang mendukung guna
mengidentifikasi risiko yang berkenaan dengan harta, utang dan modal
koperasi
3. Metode flow chart

15
Menganalisis berkenaan dengan tanggung jawab masing-masing bagian dari
sisi operasional koperasi dan produk koperasi sampai dengan diminati oleh
anggota.
4. Metode Inspeksi langsung pada objek
Dengan mengamati langsung jalannya operasional, lingkungan kerja,
kebiasaan kerja pegawai dll. Dapat mempelajari lebih banyak lagi dan
menyakinkan tentang hazard yang mungkin tidak disadari oleh pekerja atau
yang mungkin tidak pernah ditemukan dalam laporan tertulis.
5. Metode statistik kerugian
Pengidentifikasian risiko dapat dilakukan berdasarkan data statistik tentang
kerugian yang lalu dan kerugian mana yang sering terjadi, berdasarkan data
yang ada akan dilihat kemungkinan terjadi risiko yang sama pada masa yang
akan datang
6. Metode analisis lingkungan
Identifikasi dengan memperhatikan perubahan kondisi lingkungan eksternal
baik dari sisi regulasi atau peraturan yang berlaku maupun dari sisi
kompetitor yang dapat menjadikan risiko bagi lingkungan internal.
7. Metode pendapat ahli
Hal ini bisa digunakan metode untuk dapat mengetahui risiko dari sisi ahli,
praktisi, akademisi terkait kegiatan yang akan dilakukan sebagai bahan
pertimbangan-pertimbangan.

C. Sumber Informasi Risiko


Sumber informasi risiko adalah dokument sumber yang digunakan untuk
dapat melakukan proses identifikasi ada 4 ( empat ) sumber informasi yang
dapat digunakan yaitu :
1. Dokument internal
Laporan keuangan, RK&RAPB, SOP ( standart operasional prosedur ), SOM
( standart operasional manajemen ), Persus ( Peraturan khusus ), laporan
pertanggung jawaban pengurus dan pengawas, berita acara-berita acara,
laporan hasil RAT ( rapat anggota tahunan ).
2. Dokument eksternal

16
Peraturan perundang-undangan yang berlaku, peraturan pemerintah,
peraturan menteri terkait kegiatan usaha.
3. Pihak internal perusahaan
Karyawan, pengelola koperasi, anggota koperasi dapat sebagai sumber
informasi awal identifikasi risiko.

4. Pihak eskternal koperasi


Pembina koperasi, dinas koperasi prov/kab/kota setempat, para ahli
dibidangnya.

Jenis informasi yang dibutuhkan meliputi


1. Informasi PLESTER
Informasi mengenai kondisi ( politik, lingkungan, ekonomi, sosial, teknologi &
regulasi )
2. Informasi keuangan
Laporan keuangan dapat dijadikan rujukan untuk identifikasi risiko dengan
melakukan analisa-analisa rasio laporan keuangan
3. Informasi proses
Didasarkan atas aliran produk dari awal proses hingga akhir. Biasanya
sebuah bisnis atau koperasimemiliki alur kerja. Identifikasi rasio dimulai dari
unit yang kecil hingga yang paling besar, risiko nisa muncul dimana saja dan
kapan saja tidak ada habis-habisnya proses identifikasi menyuluruh juga
akan memakan biaya, energi dan waktu. Sehingga dibutuhkan strategi
prioritas untuk penanganan-penanganan risiko yang dianggap potensial dan
dampaknya besar.
4. Informasi aliran dokumen
Penyimpangan aliran dokument atai tidak lengkapnya otorisasi dapat
menunjukkan adanya sebuah risiko, kita dapat melakukan survey terhadap
aliran dokument atau mengevaluasi proses aliran dokument untuk melihat
titik kritis dan mengidentifikasi risiko.
5. Informasi kontrak

17
Risiko dapat timbul dari loop hole ( celah ) yang ada didalam kontrak yang
dapat dimanfaatkan pada pihak, analisa kontrak sebaiknya melibatkan ahli
hukum.

D. Proses dan tahapan identifikasi risiko


Proses dan tahapan identifikasi risiko adalah sebagai berikut :
1. Menentukan unit risiko
Semisal yang mau diidentifikasi adalah unit pemasaran, maka risk
ownernya adalah unit pemasaran.
2. Memahami bisnis proses
Dengan memahami proses bisnis, kita bisa mengetahui aktifitas-
aktifitas yang ada pada suatu unit risiko, pada umumnya proses bisnis
terdiri dari 2 kelompok aktifitas yakni aktifitas utama dan aktifitas
pendukung.
3. Menentukan aktivitas yang krusial
Yang dikatakan krusial atau kritis adalah apabila jika terjadi risiko
maka dampak yang ditimbulkan besar dan merugikan dari sisi
finansial.
4. Menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi
Bentuk kerugiannya dari sebuah risiko yang terjadi contoh kegiatan
operasional akan lumpuh jika listrik mati dan kantor tidak mempunyai
genset/backup daya dll.
5. Menentukan penyebab terjadinya kerugian atau risiko
Setiap risiko yang terjadi selalu ada penyebabnya terlebih dahulu dan
itu harus diketahui pada saat menentukan sebuah risiko harus
mengetahui pula penyebabnya karena apa.
6. Membuat laporan daftar risiko
Daftar risiko berisi 3 ( tiga ) hal penting yakni pernyataan risiko dan
penyebab risiko dan bentuk kerugiannya.
Contoh membuat daftar risiko :

Unit kerja Pernyataan Penyebab Potensi


risiko Kerugian
Operasional Lampu Mati Pln gangguan dan kantor tidak Operasional

18
mempunyai genset / backup kantor terhenti
daya selama proses
lampu mati

E. Latihan
Setelah mempelajari proses identifikasi risiko dan sumber-sumber
informasinya maka, sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah risiko.

F. Rangkuman
Tahapan manajemen risiko dimulai dari proses identifikasi risiko pada tahap
ini dilakukan pendataan untuk mengetahui risiko-risiko yang timbul dalam
kegiatan usaha, tentunya diperlukan dokument sumber informasi pendukung
untuk dapat melakukan identifikasi salah satunya dokument internal dan
dokument eksternal perusahaan. Dalam melakukan identifikasi prosesnya adalah
menentukan unit risiko, memahami bisnis proses, menentukan aktifitas yang
krusial, menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi, menentukan penyebab
terjadinya dan membuat laporan.

G. Evaluasi
1. Apakah data kerugian koperasi di tahun-tahun sebelumnya dapat
dijadikan sumber informasi identifikasi risiko ? jelaskan menurut
pendapat saudara
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan proses identifikasi sebuah risiko ?
3. Sebutkan dan berikan contoh 4 sumber informasi risiko ?

19
BAB IV
Proses Pengukuran Risiko dan Peringkat Risiko

Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab IV ini, peserta diklat mampu mengetahui cara pengukuran sebuah risiko dan
dapat memberikan peringkat risiko

A. Definisi Proses Pengukuran


Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya risiko
yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang
dihadapi, kemudian bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja usaha
sekaligus bisa melakukan peringkat risiko prioritas.
Manfaat pengukuran risiko antara lain :
1. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi
2. Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh pengurus,
pengelola dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara yang
paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan sarana
penanggulangan risiko

Dimensi yang diukur dalam sebuah proses pengukuran sebuah risiko antara
lain :

1. Besarnya frekuensi kerugian artinya berapa kali terjadinya suatu


kerugian selama satu periode tertentu.
2. Tingkat Urgenty ( Kegawatan ) atau keparahan dari kerugian kerugian
tersebut artinya untuk mengetahui sampai besar pengaruh dari suatu
kerugian terhadap kondisi usaha terutama kondisi finansialnya.

Paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah

1. Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran

20
2. Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran
yang lain naik turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu
3. Dampak keseluruhan dari kerugian kerugian tersebut

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi pengukuran


tersebut antara lain

1. Orang umumnya memandang bahwa dimensi urgenty ( kegawatan )


dari suatu kerugian potensial lebih penting dari pada frekuensinya.
2. Dalam menentukan urgenty ( kegawatan ) dari suatu potensi seorang
pengurus, pengeloa harus secara cermat memperhitungkan semua
tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama dalam kaitannya dengan
pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan.
3. Dalam mengestimasi urgenty ( kegawatan ) dari suatu kerugian
penting pula diperhatikan jangka waktu dari suatu kerugian, disamping
nilai rupiahnya.

B. Teknik Pengukuran Risiko


1. Pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi
kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari
kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau
hasil. Probabilitas dilambangka dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0
menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan
kejadian atau hasil yang pasti.
2. National risiko diukur berdasarkan nilai eksprosur
Besarannya diukur berdasarkan batas atas besarnya nilai yang rentan
terhadap risiko ( eksposur ), eksposur adalah objek yang rentan terhadap
risiko dan berdampak pada kinerja koperasiapabila risiko yang diprediksi
benar-benar terjadi. Eksposur yang paling umum berkaitan dengan ukuran
keuangan. Risiko diukur berdasarkan nilai eksposur contohnya pengukuran
risiko kredit dengan metode national, jika koperasi meminjamkan uang
kepada pihak lain senilai Rp 2 juta, maka besarnya risiko kredit berdasarkan
pendekatan notional adalah Rp 2 juta.

21
3. Sensitivitas risiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur terhadap perubahan
faktor penentu, contoh yang paling populer adalah risiko aset keuangan atau
sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian ( return
) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar
ukuran ini dikenal sebagai beta pasar.
4. Volatilitas risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi. Ukuran yang
umum adalah standart deviasi, semakin besar standart deviasi suatu
eksposur, semakin berflutuasi nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin
beresiko eskposur atau aset tersebut. Contoh volatilitas saham adalah
standart deviasi yang dihitung secara tahunan dan kemudian digunakan
untuk mengukur risiko saham tersebut ditahun berikutnya. Berapa bilai
saham lebih tinggi volatilitasnya dibandingkan saham yang lain, hal ini
disebabkan jumlah transaksi yang juga berbeda yang mengakibatkan
perubahan harga secara signifikan dalam rentang waktu yang singkat, akan
tetapi secara fundamental nilai dari sebuah harga saham cenderung stabil,
hanya saja jika akan bertransaksi saham untuk mengambil keuntungan
dalam periode waktu yang singkat, maka saham dengan volatilitas tinggi
akan lebih memiliki potensi untuk naik harganya secara cepat, walaupun
risiko juga jadi lebih tinggi. Dalam saham estimasi volatilitas dengan
menggunakan data historis dan juga data perdagangan hari ini.
5. Pendekatan var ( value at risk )
Diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset
untuk investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan ( level of
confident ) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VAR,
diperlukan data standart deviasi dan skor dari tabel distribusi normal.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana ( tidak terlalu melibatkan
kuantifikasi yang rumit ) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan 2
( dua ) dimensi yaitu frekuensi dan dampak signifikan yang ditumbulkan.

22
C. Definisi Peringkat Risiko
Peringkat risiko adalah proses penetapan peringkat yang dilakukan untuk
masing-masing jenis risiko, pihak pengurus,pengawas dan pengelola koperasi
mengkategorikan ke dalam peringkat 1 ( low ), peringkat 2 ( low to moderate ),
peringkat 3 ( moderate ), peringkat 4 ( moderate to high ), dan peringkat 5 (
high ). Dalam menentukan peringkat risiko harus dilakukan dengan sangat hati-
hati dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak tidak sesuai dengan
kasus yang ditangani maka yang kana diperoleh nantinya juga dianggap tidak
akan akurat. Dalam memberikan peringkat tergantung pada kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa ( dari peristiwa yang paling tidak mungkin sampai yang
palin mungkin ) serta memperhatikan tingkat dampak yang mungkin timbul jika
peristiwa itu sampai terjadi. Dari peringkat yang sudah ditetapkan maka dapat
ditentukan prioritas penyelesaian.
Contoh peringkat risiko unit operasional koperasi xyz

PERINGKAT RISIKO
RASIO PERINGKAT PERNYATAAN DAMPAK Frekuensi Kerugian
LEVE DESKRIPSI
RISIKO
L
1 Low Kesalahan Pada saat Jarang terjadi Non
pengadministrasian pinjaman Karena sistem finansial
file dokument jatuh tempo pengadministrasian
pemberian pinjaman file sudah dijalankan
oleh petugas dokument prinsip dual control
administrasi akan susah dan terarsipkan by
dicari oleh sistem.
petugas
administrasi
2 Low
to Medium
3 Medium
4 Medium
to High
5 High

D. Latihan
Setelah mempelajari pengukuran risiko dan dapat memberi peringkat risiko
maka, sebutkan manfaat dari pengukuran sebuah risiko.

23
E. Rangkuman
Tahapan pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau
kecilnya risiko yang akan terjadi, sehingga dapat digunakan untuk menganalisa
dampak yang akan ditimbulkan. Dalam proses pengukuran sebuah risiko yang
paling penting adalah didapatkannya berapa besar frekuensi kejadiannya, lalu
bagaimana dampak/kerugiaan harus dapat di ukur terutama jika potensi
kerugiaannya berupa financial. Proses selanjutnya adalah proses memberikan
peringkat atas sebuah risiko yakni mengkategorikan menjadi 5 yakni peringkat 1
( Low ) , peringkat 2 ( low to moderate ), peringkat 3 ( moderate ), peringkat 4 (
moderate to high ) dan peringkat 5 ( high ).

F. Evaluasi
1. Dalam pengukuran sebuah risiko sebutkan 2 hal penting yang harus
diketahui dari setiap kejadian yang berpotensi menjadi sebuah risiko ?
2. Jelaskan teknik pengukuran risiko berdasarkan matriks frekuensi dan
signifikansi risiko ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan peringkat risiko ?

24
BAB V
Proses Evaluasi dan Tindak Lanjut

Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab V ini, peserta diklat mampu mengetahui tahapan proses evaluasi dan tindak
lanjut

A. Tahapan Evaluasi
Tahapan terakhir dari proses manajemen risiko adalah evaluasi dan tindak
lanjut dimana setelah semua pihak atau unit terkait telah melakukan proses
identifikasi , pengukuran , peringkat risiko maka hasil yang didapat perlu kiranya
ditindak lanjuti bagaimana mengelola risiko tersebut, pada dasarnya risiko sendiri
dapat dikelola dengan 4 ( empat ) cara yaitu :
1. Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak
memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi
membatasinya bahkan meminimalisirnya guna agar risiko tersebut tidak
menambah menjadi besar di luar dari kontrol pihak manajemen
perusahaan. Karena mengambil keputusan di luar dari pemahaman
manajemen koperasimaka itu sama artinya dengan melakukan keputusan
yang sifatnya spekulatif . contoh pada bidang usaha koperasi simpan
pinjam risiko yang terjadi adalah salah satunya kredit macet guna
memperkecil risiko tersebut sesuai amanah dari Permenkop
15/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang usaha simpan pinjam pasal 23 ayat 1
yang berbunyi pelaksanaan pemberian pinjaman oleh KSP dan USP
koperasi wajib memperhatikan prinsip pemberian pinjaman yang sehat hal

25
ini memberikan arti bahwasanya dalam pemberian pinjaman harus
memperhatikan antara lain :
a. Analisa 5C ( character, capacity, capital,collateral,condition )
b. Adanya kontrak pemberian pinjaman antara pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman
c. Adanya Kontrak agunan / jaminan disesuaikan dengan jenisnya
d. Melakukan penyisihan dana cadangan piutang tak tertagih
e. Desk call angsuran yang yang akan jatuh tempo

Dalam hal jika sudah terjadi kredit macet maka dapat dilakukan hal –hal
antara lain untuk memperkecil sebuah risiko :

a. Melakukan rescheduling ( penjadwalan ) pinjaman


b. Melakukan restructuring ( menambah persyaratan ) pinjaman
c. Melakukan reconditioning ( penataan kembali ) pinjaman
d. Melakukan penagihan secara rutin
e. Melakukan proses lelang agunan / jaminan sesuai peraturan
yang berlaku

Hal – hal tersebut diatas merupakan contoh usaha dalam memperkecil


risiko baik yang akan terjadi maupun jika risiko tersebut sudah terjadi
dengan tujuan meminimalkan jumlah kerugian di sisi finansial.

Adapun di Permenkop 15/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang usaha simpan


pinjam pasal 25 juga diatur tentang jaminan pada ayat 1 berbunyi untuk
mengurangi risiko pemberian pinjaman, KSP dan USP koperasi dapat :

a. Menerapkan simpanan wajib pinjaman


b. Menerapkan sistem tanggung renteng di antara anggota
c. Menetapkan jaminan atas pinjaman yang dapat berupa
barang atau hak tagih yang diperhitungkan dibiayai oleh dana
pinjaman yang bersangkutan
d. Apabila diperoleh keyakinan mengenai kemampuan dalam
mengembalikan pinjaman, maka agunan dapat berupa barang
secara fisik tetap berada pada pemiliknya ( fidusia )

26
e. Melindungi keamanan pinjaman melalui penjaminan dan
asuransi

Pada ayat 2 KSP/USP koperasi bersama KSP/USP koperasi lainnya


dapat membangun sistem informasi pinjaman anggota dan di pasal 3
dalam hal KSP dan USP koperasi memiliki agunan yang telah jatuh tempo
dan tidak mungkin lagi ditebus oleh peminjam, dapat dilakukan tindakan
sesuai dengan isi perjanjian perikatan.

2. Mengalihkan risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima
tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan
mengansurasikan usaha guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya
tidak diketahui kapan waktunya.akan tetapi tidak sedikit dalam
mengalihkan risiko masih dianggap hanya membuang biaya atas sesuatu
yang belum atau tidak mungkin terjadi, asuransi dan risiko sering dilihat
sebagai sekeping mata uang logam yang berkaitan, walau bisa dikaji
secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Alasan dasar
pendirian lembaga asuransi adalah untuk memperkecil risiko yang dialami
oleh berbagai pihak baik individu/organisasi/lembaga
keuangan/perusahaan. Secara umum ada 2 ( dua ) bentuk mengalihkan
risiko yang dilakukan yakni
a. Mengalihkan risiko ke perusahaan asuransi , dalam konteks ini
koperasi mendaftarkan dirinya ke perusahaan asuransi.
Pendaftaran ke koperasiasuransi ini dapat dilakukan dalam
bentuk seperti :
a) Asuransi pada benda-benda yang dimiliki koperasi
contoh aset bangunan / gedung, kendaraan, uang kas
yang disimpan di kantor dan lain-lain
b) Asuransi jiwa dan kesehatan, mencakup asuransi
yang diberikan kepada setiap pengelola atau
karyawan yang bekerja di koperasi tersebut sehingga

27
pada saat pengelola atau karyawan tersebut
mengalami kecelakaan kerja atau sakit maka
karyawan tersebut akan mendapatkan tanggungan
biaya
c) Asuransi jiwa anggota yang meminjam dana ke
koperasi hal ini sebagai satu langkah jika terjadi risiko
kematian anggota maka sisa pinjaman bisa dijamin
oleh asuransi

Pada saat ini dalam memutuskan akan mengalihkan risiko ke


asuransi tentunya yang harus menjadi pertimbangan
pengurus, pengawas , anggota adalah terdapat beberapa
risiko asuransi yang mungkin terjadi antara lain :

a) Permasalahan saat klaim ke asuransi terjadi, biasanya


dikarenakan bagi pihak koperasiasuransi harus
menyediakan dana sesuai dengan yang disepakati
kedua belah pihak dalam perjanjian dan itu
membutuhkan waktu yang relatif lama
b) Jika terjadi sebuah kejadian yang berdampak masalah
masal sehingga banyak klaim yang masuk ke
koperasiasuransi maka pembayarannya akan
membutuhkan waktu yang relatif lama
c) Pihak asuransi juga akan berusaha menghindari
menerima klien yang bekerja sama jika produk yang
ingin diasuransikan memiliki tingkat risiko tinggi jika
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
b. Mengalihkan risiko ke perusahaan non asuransi, dalam konteks
ini koperasi dapat memindahkan sejumlah risiko yang akan
dialaminya ke perusahaan lain ini dapat dilakukan seperti :
a) Koperasi akan mentransfer sejumlah pekerjaannya
kepada pihak lain, karena jika dikerjakan sendiri
diperkirakan tidak akan bisa maksimal atau
terselesaikan tepat waktu.

28
b) Koperasi memutuskan untuk memindahkan asetnya
yang semula dalam bentuk uang ke bentuk aset
seperti tanah, gedung dengan prediksi memiliki nilai
profit ke depan.

3. Mengkontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi,
kebijakan seperti ini biasanya berupa tindakan-tindakan prefentif
contohnya seperti memasang APAR ( alat pemadam api ringan ) di titik-
titik tertentu jika ada api bisa digunakan sewaktu-waktu dengan cepat,
memasang CCTV pada area-area yang dianggap rawan contoh tempat
penyimpanan uang, tempat parkir kendaraan, memasang alarm di area-
area yang dianggap rawan.

4. Pendanaan risiko
Keputusan pedanaan risiko adalah menyangkut dengan menyediakan
sejumlah dana sebagai reserve ( cadangan ) guna mengantisipasi
timbulnya risiko di kemudian hari. Seperti cadangan piutang tak tertagih
yang harus dilakukan pencadangan sesuai dengan aturan yang berlaku
sehingga pada saat terjadi risiko kredit macet opsi terakhir dengan
penghapusan piutang menggunakan dana cadangan tersebut.

B. Tahapan Tindak Lanjut


Tahapan tindak lanjut adalah proses dimana dilakukan pengawasan atas
proses evaluasi yang telah dijalankan apakah sudah berjalan efektif atau perlu
dilakukan penanganan pendukung lainnya. Berikut tahapan tindak lanjut
pengelolaan risiko
1. Monitoring proses tahapan evaluasi.

29
2. Review AD, ART, SOP, SOM, Persus yang berlaku disesuaikan dengan
kompleksitas bisnis dan usaha yang dijalankan secara berkala.
3. Membuat laporan rencana kerja tindak lanjut pengelolaan sebuah risiko
yang telah teridentifikasi.
4. Membuat BCP ( Business Continuity Planning ) yang berisikan rencana
untuk membantu memastikan bahwa proses bisnis dapat terus berjalan
selama waktu darurat atau bencana.
Seperti amanah yang terdapat pada UU no 25 tahun 1992 pasal 30 tentang
tugas dan wewenang pengurus pada ayat 1 dan ayat 2, pada ayat 1 berbunyi
pengurus bertugas
1. Mengelola koperasi dan usahanya
2. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi
3. Menyelenggarakan rapat anggota
4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas
5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib
6. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus

Berikut adalah contoh format rencana kerja tindak lanjut pengelolaan risiko yang
timbul dari sebuah pengelolaan usaha, aktifitas operasional serta produk
koperasi.

N Aspek Sasaran Penanggung Tujuan Kegiatan Jadwal Identifikasi Biaya


o Jawab Risiko

1 Operasiona Pelayana Kabag opr Terciptany Cek Awal Risiko Tanpa


l n a kondisi hari Operasiona biaya
Kepada Lingkungan genset l
anggota opr berkala,
yang cek
ramah thd kondisi
anggota komputer
kantor
berkala

30
C. Latihan
Setelah mempelajari proses evaluasi dan tindak lanjut maka, sebutkan dan
jelaskan 4 cara mengelola sebuah risiko.

D. Rangkuman
Pada tahapan evaluasi ada 4 cara dalam mengelola sebuah risiko yakni
memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengkontrol risiko, dan pendanaan risiko
yang harus diambil oleh seorang pengurus, pengawas, dan pengelola. Adapun
untuk proses tindak lanjut jika risiko sudah benar-benar terjadi maupun atas risiko
yang sudah teridentifikasi dan membutuhkan penanganan yang menimbulkan
adanya biaya adalah pengurus, pengawas dan pengelola membuat sebuah
laporan rencana kerja tindak lanjut pengelolaan risiko.

E. Evaluasi
1. Sebutkan dan jelaskan 2 bentuk pengalihan risiko kepada pihak lain ?
2. Jelaskan bagaimana cara mengkontrol sebuah risiko dan berikan contoh
kejadian ?
3. Sebutkan 4 tahapan proses tindak lanjut atas pengelolaan sebuah
risiko ?

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu aktifitas bisnis ataupun produk koperasi tentu mengandung satu jenis
risiko atau lebih dari satu jenis risiko, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan
risiko tersebut. Manajemen risiko pada hakikatnya merupakan serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengelola risiko agar peluang
mendapatkan keuntungan berbasis risiko dapat diwujudkan secara sustainable. Jika

31
dilihat dari type risiko terdapat 2 jenis yakni : (1) risiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan (2) risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.

Tahapan dari proses manajemen risiko adalah identifikasi risiko, pengukuran


risiko, peringkat risiko dan proses evaluasi serta penetapan tindak lanjut atas risiko.
Tahapan tersebut harus dilakukan secara saling keterkaitan satu sama lain dan hasil
yang didapat antara koperasi A dengan koperasi B walau sejenis usahanya bisa jadi
berbeda dikarenakan ada perbedaan di karakteristrik produk, karakteristik
pengelolaan usahanya sertaertimbangan-pertimbangan yang lainnya.

Sesuai undang-undang no 25 tahun 1992 tentang perkoperasian di pasal 30


dimana tugas dan wewenang pengurus yakni mengelola koperasi dan usahanya hal
tersebut salah satunya kaittannya dengan pengurus harus menjalankan tahapan dan
proses manajemen risiko dalam setiap pengelolaan usaha koperasi demi terciptanya
koperasi yang lebih aware terhadap kemungkinan risiko dan bertahan dengan
kondisi ekonomi dan persaingan usaha saat ini.

B. Implikasi
Pembelajaran tahapan pelaksanaan manajemen risiko ini diharapkan
memberikan pengetahuan bagi pengurus, pengawas, pengelola serta anggota
koperasi terkait penyusunan laporan manajemen risiko dan lebih aware dengan
potensi / dampak baik kerugian finansial maupun non finansial jika sebuah risiko
dibiarkan begitu saja. Harapan yang lebih luas adalah menciptakan koperasi yang
unggul serta berdaya saing dan berujung meningkatnya kesejahteraan anggotanya.

C. Tindak Lanjut
Setelah melakukan pembelajaran ini diharapkan peserta mampu melakukan
tahapan-tahapan pelaksanaan manajemen risiko dengan baik pada koperasinya.

32
DAFTAR PUSTAKA

,Undang-Undang Negara Republik Indonesia No 25 Tahun 1992


Tentang Perkoperasian.
Ahmad Subagyo, 2014. Manajemen Koperasi Sipan Pinjam. Penerbit Mitra
Wacana Media. Depok.
Irham Fahmi, 2018. Manajemen Risiko, Teori, Kasus, dan Solusi. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Masyhud Ali, 2006. Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Penerbit PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai