TAHAPAN PELAKSANAAN
15-17 MARET 2016
MANAJEMEN RISIKO
Disusun oleh
Heru Oktavianto,S.Kom,MM
Widyaiswara
1
KATA PENGANTAR
Ir. Sumbangto, MM
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................................ 3
C. Manfaat Modul ..............................................……………………….. 3
D. Tujuan Pembelajaran ...................................................................... 3
1. Kompetensi dasar ..................................................................... 3
2. Indikator Hasil Belajar ................................................................. 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ............................................... 4
F. Petunjuk Belajar .............................................................................. 4
3
F. Evaluasi ........................................................……………………… 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi sendiri sekarang ini banyak dihadapkan dengan banyak masalah
yang membuat koperasi lambat dalam berkembang, hambatan tersebut baik dari
sisi internal maupun eksternal koperasi. Dari sisi internal koperasi pengelolaan
aktifitas usaha yang kurang profesional, prinsip kehati-hatian, manajemen risiko
yang diabaikan oleh pengurus maupun pengelola menjadi penyebab utama
kegagalan sebuah bisnis koperasi, peran serta anggota yang memiliki hak suara
dalam pengambilan keputusan keputusan strategis sering dilewatkan dan
mempercayakan semua terhadap pengurus dan pengelola koperasi,tingkat
pengembalian pinjaman yang rendah juga menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan dan dibutuhkan penanganan yang serius dari semua pihak,fungsi
pengawas yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya juga menjadi penyebab
masalah yang terjadi dalam bisnis koperasi. Dari sisi eksternal regulasi yang
setiap saat terdapat update atau perubahan akan tetapi tidak diketahui sehingga
dalam prakteknya dapat berakibat pelanggaran kepatuhan dari sisi hukum yang
berlaku karena koperasi merupakan badan hukum dan badan usaha sehingga
dalam pengelolaan harus mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku saat itu.
Sesuai data di sistem ODS bahwanya saat ini jumlah koperasi di Jawa Timur
di tahun 2019 berjumlah 35.025 dengan kategori aktif sekitar 21.808 dan yang
tidak aktif 13.217 dengan data ini menunjukkan bahwasanya pengelolaan
sebuah bisnis koperasi harus dijalankan dengan baik agar supaya koperasi yang
berdiri harus bisa aktif dan membawa dampak positif bagi anggota koperasi
bukan menjadi sumber masalah bagi anggota dikarenakan koperasinya
bermasalah dan masuk dalam kategori tidak aktif. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut maka perlunya dibuat sebuah tahapan pelaksanaan
manajemen risiko bagi koperasi.
5
B. Deskripsi Singkat
Didalam modul ini akan dibahas tentang tahapan-tahapan pelaksanaan
manajemen risiko khususnya bagi koperasi yang meliputi jenis-jenis risiko dan
type risiko, proses identifikasi risiko dan sumber informasi, selanjutnya akan
dibahas tentang proses pengukuran risiko dan peringkat risiko serta proses
evaluasi dan tindak lanjut.
C. Manfaat Modul
Dengan mengetahui tahapan pelaksanaan manajemen risiko di sebuah
usaha koperasi ada beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu :
1. Bisnis koperasi memiliki ukuran yang jelas dan kuat dalam mengambil
setiap keputusan, sehingga keputusan yang diambil pengurus ,
pengawas dan pengelola koperasi selalu menempatkan prinsip kehati-
hatian untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
2. Memungkinkan bisnis koperasi meminimalkan potensi kerugian,
sehingga bisnis koperasi bisa membawa dampak positif bagi anggota
dan masyarakat luas.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi dasar
Setelah melakukan pembelajaran ini peserta mampu mengetahui jenis
dan type risiko, serta dapat melakukan tahapan-tahapan proses
manajemen risiko pada koperasinya sesuai jenis usaha yang dijalankan.
2. Indikator hasil belajar
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta dapat :
a. Memahami jenis-jenis risiko dan type risiko dalam usaha koperasi
b. Memahami tentang tahapan-tahapan manajemen risiko
c. Melakukan tahapan-tahapan manajemen risiko
6
latihan dengan praktek 1 JP dengan materi pokok dan sub materi pokok sebagai
berikut :
1. Jenis-Jenis Risiko dan Type Risiko
a. Jenis-Jenis risiko
b. Type Risiko
2. Proses Identifikasi Rasio dan Sumber Informasi Rasio
a. Definisi Proses Identifikasi Risiko
b. Metode Identifikasi Risiko
c. Sumber Informasi Risiko
d. Proses & Tahapan Identifikasi Risiko
3. Proses Pengukuran Risiko dan Peringkat Risiko
a. Definisi Proses Pengukuran Risiko
b. Teknik Pengukuran Risiko
c. Definisi Peringkat Risiko
4. Proses Evaluasi dan Tindak Lanjut
a. Tahapan Evaluasi
b. Tahapan Tindak Lanjut
F. Petunjuk Belajar
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik, peserta diklat dapat mengikuti langkah-
langkah petunjuk belajar sebagai berikut :
1. Bacalah secara cermat dan pahami tujuan pembelajaran yang tertera
pada setiap bab
2. Pelajari setiap bab secara berurutan mulai dari Bab I hingga Bab V
3. Untuk memperluas wawasan, peserta diklat disarankan untuk
mempelajari bahan-bahan dari sumber lain yang tertera pada daftar
pustaka di akhir modul ini.
7
BAB II
JENIS JENIS RISIKO DAN TYPE RISIKO
Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab II ini, peserta diklat mampu mengetahui jenis-jenis risiko dan type risiko
A. JENIS-JENIS RISIKO
Suatu aktifitas bisnis ataupun produk koperasi tentu mengandung satu jenis
risiko atau lebih dari satu jenis risiko, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan
risiko tersebut. Manajemen risiko pada hakikatnya merupakan serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengelola risiko agar peluang
mendapatkan keuntungan berbasis risiko dapat diwujudkan secara sustainable.
Sering keputusan yang diambil bukan melihat pada besarnya risiko yang akan
terjadi namun lebih melihat pada besarnya keuntungan yang akan diterima.
Mengingat perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran serta kompleksitas usaha
koperasi, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko universal. Berikut
adalah jenis-jenis risiko antara lain :
1. Risiko Pemberian Pinjaman
Risiko pemberian pinjaman merupakan risiko kerugian akibat
kegagalan pihak lawan ( counterparty ) memenuhi kewajibannya
secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah
jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan
yang berlaku. Risiko ini terjadi pada saat kreditut dan debitur
melakukan tindakan yang tidak hati-hati.Keputusan menyalurkan
pinjaman tidak selalu terjadi sesuai seperti yang diharapkan, karena
ada berbagai bentuk risiko yang akan dialami disana baik risiko
pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang, adapun
pengertian kedua bentuk risiko tersebut adalah
a. Risiko yang bersifat jangka pendek ( short term risk )
adalah risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan
dari sisi debitur memenuhi dan menyelesaikan
8
kewajibannya yang bersifat jangka pendek kepada
kreditur.
b. Risiko yang bersifat jangka panjang ( long term risk )
adalah risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan
dari sisi debitur memenuhi dan menyelesaikan berbagai
kewajibannya yang bersifat jangka panjang.
2. Risiko Likuiditas Keuangan
Risiko likuiditas keuangan merupakan bentuk risiko yang dialami
oleh suatu koperasi karena ketidakmampuannya dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dari sumber pendanaan arus kas dan
dari aset likuid lain yang berkualitas tinggi yang dapat diagunkan
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan, contohnya
koperasitidak terpat waktu dalam membayar gaji karyawan,
pembayaran listrik terhambat dan lain sebagainya, sehingga kondisi
ini memberikan arah bahwa koperasi sudah mengalami
permasalahan keuangan yakni tertundanya berbagai kewajiban
jangka pendeknya. Untuk menganalisis lebih mendalam tentang
risiko likuiditas keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis
kondisi kemampuan suatu koperasiyang dapat dilihat dari segi :
a. Analisis arus kas
b. Analisis kewajiban jangka pendek
c. Melakukan analisis terhadap arus dana jangka pendek
3. Risiko Operasional
Kondisi terjadinya risiko operasional sangat dipengaruhi oleh bagus
tidaknya kualitas kemantangan pengelolaan yang dimiliki baik
pengurus maupun pengelola koperasi. Seorang pengurus atau
pengelola dalam mengambil setiap keputusan harus selalu
memikirkan dampak yang akan timbul baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Adapun risiko operasional sendiri merupakan risiko
yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan,
dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol
9
yang dilakukan oleh pihak internal. Bentuk bentuk risiko operasional
antara lain :
10
jangka panjang maka ada beberapa risiko yang
harus ditanggung koperasi
4. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan jika koperasi tidak mematuhi dan tidak
memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan. Sehingga perlu setiap pengurus,pengawas dan
pengelola koperasi update peraturan terbaru serta menyusun
sebuah SOP, SOM, Peraturan-peraturan khusus internal koperasi
yang selaras dengan peraturan yang lebih tinggi kedudukannya.
5. Risiko Pasar
Kondisi dan situasi pasar dengan berbagai stabilitas dan
instabilitasnya mampu memberikan pengaruh pada kontinuetas dan
profit sebuah usaha. Jika situasi dan kondisi masih berada dalam
posisi kendali manajemen maka itu masih dianggap aman namun
jika itu sudah berada di luar kendali maka usaha tersebut akan
terkena suatu permasalahan, baik secara finansial maupun non
finansial
11
Setiap keputusan yang diambil harus atas dasar pertimbangan
pertimbangan yang kuat dan melihat aspek pandangan jauh ke
depan salah satu dasar keputusan yang dipergunakan untuk
menempatkan kinerja sebuah usaha bukan hanya bersifat stimulus
namin lebih dari itu yakni bersifat berkelanjutan. Risiko pasar dapat
didefinisikan merupakan kondisi yang dialami oleh sebuah
koperasiatau usaha yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan
situasi pasat di luar dari kendali perusahaan.
Bentuk bentuk risiko pasar secara umum ada 2 ( dua ) bentuk
yaitu :
1. General market risk
General market risk ini dialami oleh seluruh koperasi yang
disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu
memberikan pengaruh bagi seluruh sektor bisnis.
B. Type Risiko
12
Bagi pelaku sektor bisnis dan koperasi khususnya perlu mengamati dan
memahami tipe-tipe risiko dengan seksama, dari sudut pandang akademisi ada
banyak jenis risiko namun secara umum risiko hanya dikenal dalam 2 ( dua ) tipe
saja, yaitu risiko murni ( pure risk ) dan risiko spekulatif ( speculative risk )
adapun kedua bentuk tipe risiko tersebut adalah :
1. Risiko murni ( pure risk )
Adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa apa dan tidak mungkin menguntungkan, salah satu
contoh adalah kebakaran apabila koperasimenderita kebakaran,
maka koperasitersebut akan menderita kerugian kemungkinan yang
lain adalah tidak terjadi kebakaran. Salah satu cara menghindari
risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
dapat diminimalkan itu sebabnya risiko murni kadang dikenal
dengan istilah risiko yang dapat di asuransikan. Dapat
dikelompokkan menjadi 3 ( tiga ) tipe risiko yaitu
a. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat
timbulnya kerugian pada aset fisik suatu koperasi contoh
kebakaran, banjir, gempa, pencurian, dll.
b. Risiko karyawan, merupakan risiko karena apa yang
dialami oleh karyawan yang bekerja di koperasitersebut
contoh kecelakaan kerja sehingga terganggu aktivitas
perusahaan.
c. Risiko legal merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan
rencana contoh perselisihan dengan lembaga lain
sehingga ada kerugiaan finansial maupun non finansial.
2. Risiko spekulatif ( speculative risk )
adalah suatu keadaan yang dihadapi koperasi yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis. Perbedaan utama
antara risiko murni dan risiko spekulatif adalah kemungkinan
untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
13
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat
kemungkinan untung. Risiko spekulatif dapat dikelompokkan
menjadi 4 ( empat ) risiko yaitu
a. Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari
pergerakan harga di pasar
b. Risiko likuiditas merupakan risiko karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas
c. Risiko pinjaman merupakan risiko yang terjadi karena
pihak lawan gagal memenuhi kewajiban bayar terhadap
pemberi pinjaman
d. Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan
pada kegiatan operasional yang tidak berjalan lancar
C. Latihan
Setelah mempelajari jenis-jenis risiko dan type risiko maka, sebutkan
beberapa jenis kejadian dan klasifikasikan kejadian tersebut termasuk jenis risiko
apa yang ada pada usaha koperasi yang dijalankan.
D. Rangkuman
Jenis-jenis risiko yang terdapat pada usaha koperasi antara lain risiko
pemberikan pinjaman, risiko likuiditas keuangan, risiko operasional, risiko
kepatuhan, risiko pasar. Dari sekian banyak jenis risiko dapat pula dilihat dari
type risiko yang terjadi yakni risiko murni dan risiko spekulatif dimana perbedaan
utamanya adalah jika risiko murni tidak dapat kemungkinan untung, jika risiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan mendapatkan keuntungan jika dilakukan
pengelolaan secara baik dan tepat.
E. Evaluasi
1. Apakah yang dimaksud dengan risiko pemberian pinjaman ?
2. Sebutkan analisis-analisis pengelolaan risiko likuiditas keuangan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan risiko spekulatif ?
14
BAB III
Proses Identifikasi Risiko Dan Sumber Informasi
Indikator keberhasilan:
Setelah mempelajari BAB III, peserta diklat mampu mengetahui proses identifikasi risiko dan
mengetahui sumber-sumber informasi
15
Menganalisis berkenaan dengan tanggung jawab masing-masing bagian dari
sisi operasional koperasi dan produk koperasi sampai dengan diminati oleh
anggota.
4. Metode Inspeksi langsung pada objek
Dengan mengamati langsung jalannya operasional, lingkungan kerja,
kebiasaan kerja pegawai dll. Dapat mempelajari lebih banyak lagi dan
menyakinkan tentang hazard yang mungkin tidak disadari oleh pekerja atau
yang mungkin tidak pernah ditemukan dalam laporan tertulis.
5. Metode statistik kerugian
Pengidentifikasian risiko dapat dilakukan berdasarkan data statistik tentang
kerugian yang lalu dan kerugian mana yang sering terjadi, berdasarkan data
yang ada akan dilihat kemungkinan terjadi risiko yang sama pada masa yang
akan datang
6. Metode analisis lingkungan
Identifikasi dengan memperhatikan perubahan kondisi lingkungan eksternal
baik dari sisi regulasi atau peraturan yang berlaku maupun dari sisi
kompetitor yang dapat menjadikan risiko bagi lingkungan internal.
7. Metode pendapat ahli
Hal ini bisa digunakan metode untuk dapat mengetahui risiko dari sisi ahli,
praktisi, akademisi terkait kegiatan yang akan dilakukan sebagai bahan
pertimbangan-pertimbangan.
16
Peraturan perundang-undangan yang berlaku, peraturan pemerintah,
peraturan menteri terkait kegiatan usaha.
3. Pihak internal perusahaan
Karyawan, pengelola koperasi, anggota koperasi dapat sebagai sumber
informasi awal identifikasi risiko.
17
Risiko dapat timbul dari loop hole ( celah ) yang ada didalam kontrak yang
dapat dimanfaatkan pada pihak, analisa kontrak sebaiknya melibatkan ahli
hukum.
18
mempunyai genset / backup kantor terhenti
daya selama proses
lampu mati
E. Latihan
Setelah mempelajari proses identifikasi risiko dan sumber-sumber
informasinya maka, sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah risiko.
F. Rangkuman
Tahapan manajemen risiko dimulai dari proses identifikasi risiko pada tahap
ini dilakukan pendataan untuk mengetahui risiko-risiko yang timbul dalam
kegiatan usaha, tentunya diperlukan dokument sumber informasi pendukung
untuk dapat melakukan identifikasi salah satunya dokument internal dan
dokument eksternal perusahaan. Dalam melakukan identifikasi prosesnya adalah
menentukan unit risiko, memahami bisnis proses, menentukan aktifitas yang
krusial, menentukan bentuk kerugian yang dapat terjadi, menentukan penyebab
terjadinya dan membuat laporan.
G. Evaluasi
1. Apakah data kerugian koperasi di tahun-tahun sebelumnya dapat
dijadikan sumber informasi identifikasi risiko ? jelaskan menurut
pendapat saudara
2. Sebutkan dan jelaskan tahapan proses identifikasi sebuah risiko ?
3. Sebutkan dan berikan contoh 4 sumber informasi risiko ?
19
BAB IV
Proses Pengukuran Risiko dan Peringkat Risiko
Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab IV ini, peserta diklat mampu mengetahui cara pengukuran sebuah risiko dan
dapat memberikan peringkat risiko
Dimensi yang diukur dalam sebuah proses pengukuran sebuah risiko antara
lain :
Paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah
20
2. Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran
yang lain naik turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu
3. Dampak keseluruhan dari kerugian kerugian tersebut
21
3. Sensitivitas risiko
Diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur terhadap perubahan
faktor penentu, contoh yang paling populer adalah risiko aset keuangan atau
sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian ( return
) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar
ukuran ini dikenal sebagai beta pasar.
4. Volatilitas risiko
Diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi. Ukuran yang
umum adalah standart deviasi, semakin besar standart deviasi suatu
eksposur, semakin berflutuasi nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin
beresiko eskposur atau aset tersebut. Contoh volatilitas saham adalah
standart deviasi yang dihitung secara tahunan dan kemudian digunakan
untuk mengukur risiko saham tersebut ditahun berikutnya. Berapa bilai
saham lebih tinggi volatilitasnya dibandingkan saham yang lain, hal ini
disebabkan jumlah transaksi yang juga berbeda yang mengakibatkan
perubahan harga secara signifikan dalam rentang waktu yang singkat, akan
tetapi secara fundamental nilai dari sebuah harga saham cenderung stabil,
hanya saja jika akan bertransaksi saham untuk mengambil keuntungan
dalam periode waktu yang singkat, maka saham dengan volatilitas tinggi
akan lebih memiliki potensi untuk naik harganya secara cepat, walaupun
risiko juga jadi lebih tinggi. Dalam saham estimasi volatilitas dengan
menggunakan data historis dan juga data perdagangan hari ini.
5. Pendekatan var ( value at risk )
Diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset
untuk investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan ( level of
confident ) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VAR,
diperlukan data standart deviasi dan skor dari tabel distribusi normal.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana ( tidak terlalu melibatkan
kuantifikasi yang rumit ) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan 2
( dua ) dimensi yaitu frekuensi dan dampak signifikan yang ditumbulkan.
22
C. Definisi Peringkat Risiko
Peringkat risiko adalah proses penetapan peringkat yang dilakukan untuk
masing-masing jenis risiko, pihak pengurus,pengawas dan pengelola koperasi
mengkategorikan ke dalam peringkat 1 ( low ), peringkat 2 ( low to moderate ),
peringkat 3 ( moderate ), peringkat 4 ( moderate to high ), dan peringkat 5 (
high ). Dalam menentukan peringkat risiko harus dilakukan dengan sangat hati-
hati dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak tidak sesuai dengan
kasus yang ditangani maka yang kana diperoleh nantinya juga dianggap tidak
akan akurat. Dalam memberikan peringkat tergantung pada kemungkinan
terjadinya suatu peristiwa ( dari peristiwa yang paling tidak mungkin sampai yang
palin mungkin ) serta memperhatikan tingkat dampak yang mungkin timbul jika
peristiwa itu sampai terjadi. Dari peringkat yang sudah ditetapkan maka dapat
ditentukan prioritas penyelesaian.
Contoh peringkat risiko unit operasional koperasi xyz
PERINGKAT RISIKO
RASIO PERINGKAT PERNYATAAN DAMPAK Frekuensi Kerugian
LEVE DESKRIPSI
RISIKO
L
1 Low Kesalahan Pada saat Jarang terjadi Non
pengadministrasian pinjaman Karena sistem finansial
file dokument jatuh tempo pengadministrasian
pemberian pinjaman file sudah dijalankan
oleh petugas dokument prinsip dual control
administrasi akan susah dan terarsipkan by
dicari oleh sistem.
petugas
administrasi
2 Low
to Medium
3 Medium
4 Medium
to High
5 High
D. Latihan
Setelah mempelajari pengukuran risiko dan dapat memberi peringkat risiko
maka, sebutkan manfaat dari pengukuran sebuah risiko.
23
E. Rangkuman
Tahapan pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau
kecilnya risiko yang akan terjadi, sehingga dapat digunakan untuk menganalisa
dampak yang akan ditimbulkan. Dalam proses pengukuran sebuah risiko yang
paling penting adalah didapatkannya berapa besar frekuensi kejadiannya, lalu
bagaimana dampak/kerugiaan harus dapat di ukur terutama jika potensi
kerugiaannya berupa financial. Proses selanjutnya adalah proses memberikan
peringkat atas sebuah risiko yakni mengkategorikan menjadi 5 yakni peringkat 1
( Low ) , peringkat 2 ( low to moderate ), peringkat 3 ( moderate ), peringkat 4 (
moderate to high ) dan peringkat 5 ( high ).
F. Evaluasi
1. Dalam pengukuran sebuah risiko sebutkan 2 hal penting yang harus
diketahui dari setiap kejadian yang berpotensi menjadi sebuah risiko ?
2. Jelaskan teknik pengukuran risiko berdasarkan matriks frekuensi dan
signifikansi risiko ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan peringkat risiko ?
24
BAB V
Proses Evaluasi dan Tindak Lanjut
Indikator keberhasilan:
Setelah mempelejari Bab V ini, peserta diklat mampu mengetahui tahapan proses evaluasi dan tindak
lanjut
A. Tahapan Evaluasi
Tahapan terakhir dari proses manajemen risiko adalah evaluasi dan tindak
lanjut dimana setelah semua pihak atau unit terkait telah melakukan proses
identifikasi , pengukuran , peringkat risiko maka hasil yang didapat perlu kiranya
ditindak lanjuti bagaimana mengelola risiko tersebut, pada dasarnya risiko sendiri
dapat dikelola dengan 4 ( empat ) cara yaitu :
1. Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak
memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi
membatasinya bahkan meminimalisirnya guna agar risiko tersebut tidak
menambah menjadi besar di luar dari kontrol pihak manajemen
perusahaan. Karena mengambil keputusan di luar dari pemahaman
manajemen koperasimaka itu sama artinya dengan melakukan keputusan
yang sifatnya spekulatif . contoh pada bidang usaha koperasi simpan
pinjam risiko yang terjadi adalah salah satunya kredit macet guna
memperkecil risiko tersebut sesuai amanah dari Permenkop
15/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang usaha simpan pinjam pasal 23 ayat 1
yang berbunyi pelaksanaan pemberian pinjaman oleh KSP dan USP
koperasi wajib memperhatikan prinsip pemberian pinjaman yang sehat hal
25
ini memberikan arti bahwasanya dalam pemberian pinjaman harus
memperhatikan antara lain :
a. Analisa 5C ( character, capacity, capital,collateral,condition )
b. Adanya kontrak pemberian pinjaman antara pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman
c. Adanya Kontrak agunan / jaminan disesuaikan dengan jenisnya
d. Melakukan penyisihan dana cadangan piutang tak tertagih
e. Desk call angsuran yang yang akan jatuh tempo
Dalam hal jika sudah terjadi kredit macet maka dapat dilakukan hal –hal
antara lain untuk memperkecil sebuah risiko :
26
e. Melindungi keamanan pinjaman melalui penjaminan dan
asuransi
2. Mengalihkan risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima
tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan
mengansurasikan usaha guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya
tidak diketahui kapan waktunya.akan tetapi tidak sedikit dalam
mengalihkan risiko masih dianggap hanya membuang biaya atas sesuatu
yang belum atau tidak mungkin terjadi, asuransi dan risiko sering dilihat
sebagai sekeping mata uang logam yang berkaitan, walau bisa dikaji
secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Alasan dasar
pendirian lembaga asuransi adalah untuk memperkecil risiko yang dialami
oleh berbagai pihak baik individu/organisasi/lembaga
keuangan/perusahaan. Secara umum ada 2 ( dua ) bentuk mengalihkan
risiko yang dilakukan yakni
a. Mengalihkan risiko ke perusahaan asuransi , dalam konteks ini
koperasi mendaftarkan dirinya ke perusahaan asuransi.
Pendaftaran ke koperasiasuransi ini dapat dilakukan dalam
bentuk seperti :
a) Asuransi pada benda-benda yang dimiliki koperasi
contoh aset bangunan / gedung, kendaraan, uang kas
yang disimpan di kantor dan lain-lain
b) Asuransi jiwa dan kesehatan, mencakup asuransi
yang diberikan kepada setiap pengelola atau
karyawan yang bekerja di koperasi tersebut sehingga
27
pada saat pengelola atau karyawan tersebut
mengalami kecelakaan kerja atau sakit maka
karyawan tersebut akan mendapatkan tanggungan
biaya
c) Asuransi jiwa anggota yang meminjam dana ke
koperasi hal ini sebagai satu langkah jika terjadi risiko
kematian anggota maka sisa pinjaman bisa dijamin
oleh asuransi
28
b) Koperasi memutuskan untuk memindahkan asetnya
yang semula dalam bentuk uang ke bentuk aset
seperti tanah, gedung dengan prediksi memiliki nilai
profit ke depan.
3. Mengkontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi,
kebijakan seperti ini biasanya berupa tindakan-tindakan prefentif
contohnya seperti memasang APAR ( alat pemadam api ringan ) di titik-
titik tertentu jika ada api bisa digunakan sewaktu-waktu dengan cepat,
memasang CCTV pada area-area yang dianggap rawan contoh tempat
penyimpanan uang, tempat parkir kendaraan, memasang alarm di area-
area yang dianggap rawan.
4. Pendanaan risiko
Keputusan pedanaan risiko adalah menyangkut dengan menyediakan
sejumlah dana sebagai reserve ( cadangan ) guna mengantisipasi
timbulnya risiko di kemudian hari. Seperti cadangan piutang tak tertagih
yang harus dilakukan pencadangan sesuai dengan aturan yang berlaku
sehingga pada saat terjadi risiko kredit macet opsi terakhir dengan
penghapusan piutang menggunakan dana cadangan tersebut.
29
2. Review AD, ART, SOP, SOM, Persus yang berlaku disesuaikan dengan
kompleksitas bisnis dan usaha yang dijalankan secara berkala.
3. Membuat laporan rencana kerja tindak lanjut pengelolaan sebuah risiko
yang telah teridentifikasi.
4. Membuat BCP ( Business Continuity Planning ) yang berisikan rencana
untuk membantu memastikan bahwa proses bisnis dapat terus berjalan
selama waktu darurat atau bencana.
Seperti amanah yang terdapat pada UU no 25 tahun 1992 pasal 30 tentang
tugas dan wewenang pengurus pada ayat 1 dan ayat 2, pada ayat 1 berbunyi
pengurus bertugas
1. Mengelola koperasi dan usahanya
2. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi
3. Menyelenggarakan rapat anggota
4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas
5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib
6. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Berikut adalah contoh format rencana kerja tindak lanjut pengelolaan risiko yang
timbul dari sebuah pengelolaan usaha, aktifitas operasional serta produk
koperasi.
30
C. Latihan
Setelah mempelajari proses evaluasi dan tindak lanjut maka, sebutkan dan
jelaskan 4 cara mengelola sebuah risiko.
D. Rangkuman
Pada tahapan evaluasi ada 4 cara dalam mengelola sebuah risiko yakni
memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengkontrol risiko, dan pendanaan risiko
yang harus diambil oleh seorang pengurus, pengawas, dan pengelola. Adapun
untuk proses tindak lanjut jika risiko sudah benar-benar terjadi maupun atas risiko
yang sudah teridentifikasi dan membutuhkan penanganan yang menimbulkan
adanya biaya adalah pengurus, pengawas dan pengelola membuat sebuah
laporan rencana kerja tindak lanjut pengelolaan risiko.
E. Evaluasi
1. Sebutkan dan jelaskan 2 bentuk pengalihan risiko kepada pihak lain ?
2. Jelaskan bagaimana cara mengkontrol sebuah risiko dan berikan contoh
kejadian ?
3. Sebutkan 4 tahapan proses tindak lanjut atas pengelolaan sebuah
risiko ?
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu aktifitas bisnis ataupun produk koperasi tentu mengandung satu jenis
risiko atau lebih dari satu jenis risiko, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan
risiko tersebut. Manajemen risiko pada hakikatnya merupakan serangkaian
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengelola risiko agar peluang
mendapatkan keuntungan berbasis risiko dapat diwujudkan secara sustainable. Jika
31
dilihat dari type risiko terdapat 2 jenis yakni : (1) risiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan (2) risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
B. Implikasi
Pembelajaran tahapan pelaksanaan manajemen risiko ini diharapkan
memberikan pengetahuan bagi pengurus, pengawas, pengelola serta anggota
koperasi terkait penyusunan laporan manajemen risiko dan lebih aware dengan
potensi / dampak baik kerugian finansial maupun non finansial jika sebuah risiko
dibiarkan begitu saja. Harapan yang lebih luas adalah menciptakan koperasi yang
unggul serta berdaya saing dan berujung meningkatnya kesejahteraan anggotanya.
C. Tindak Lanjut
Setelah melakukan pembelajaran ini diharapkan peserta mampu melakukan
tahapan-tahapan pelaksanaan manajemen risiko dengan baik pada koperasinya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33