Anda di halaman 1dari 32

PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO

MATA PELATIHAN
RISIKO PEMBERIAN PINJAMAN

Oleh:

Drs. MARIS ABD. MULUK, M.Si


Widyaiswara Ahli Madya

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
UPT PELATIHAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
MALANG
2020
.
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
UPT PELATIHAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

KATA PENGANTAR

Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar,
yang dalam hal ini Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak dalam
penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan dan Pembimbingan. Widyaiswara yang langsung
berinteraksi dengan peserta Diklat dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga menjadi
inspirasi bagi peserta. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara menentukan pemahaman
dan kemampuan peserta dalam menghasilkan outcome Diklat.

Dengan peran strategis tersebut, Widyaiswara dituntut untuk semakin profesional


dan kualifikasi yang mumpuni, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam
mengelola kelas. Oleh karena itu untuk menjamin profesionalisme Widyaiswara, UPT
Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur telah melakukan pengaturan tentang
penyusunan materi Diklat yang diantaranya kurikulum dan Modul Diklat agar dapat
memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Untuk mendukung penyelenggaraan Diklat Manajemen Risiko, diperlukan adanya


modul yang menjadi standar Diklat dan mempermudah peserta dalam memahami maksud
pembelajaran materi yang diajarkan. Dengan demikian, modul ini lebih merupakan
pedoman bagi pengajar yang diharapkan selalu dikembangkan/disempurnakan materinya
untuk menjamin kualitas Diklat.

Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun telah dikerjakan dengan seoptimal


mungkin, namun tak dapat dipungkiri masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan masukan dari
para stakeholders demi peningkatan materi modul dan kualitas Mata Risiko Pemberian
Pinjaman. Selanjutnya, kepada para penulis, kami sampaikan banyak terima kasih dan
penghargaan atas kontribusi dan kerjasamanya.

Akhirnya, semoga Tuhan selalu meridhoi usaha kita semua. Amin.

Malang, Pebruari 2020


Plt. Kepala UPT Pelatihan
Koperasi dan UKM Jatim

Ir. SUMBANGTO, MM
Pembina Tingkat I

1
NIP. 19630824 198903 1 011

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 2
A. Latar Belakang................................................................................ 3
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 4
C. Tujuan Pembelajaran...................................................................... 4
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................... 4
E. Petunjuk Belajar.............................................................................. 5

BAB II DEFINISI RISIKO PINJAMAN............................................................. 6


A. Definisi Risiko Pinjaman.................................................................. 6
B. Implikasi Risiko Pemberian Pinjaman............................................. 7
C. Latihan............................................................................................. 9
D. Rangkuman..................................................................................... 9
E. Evaluasi........................................................................................... 9

BAB III PENGENDALIAN RISIKO PINJAMAN................................................ 10


A. Kebijakan Pemberian Pinjaman...................................................... 10
B. Kajian dalam Pemberian Pinjaman................................................. 14
C. Pengendalian Pinjaman.................................................................. 16
D. Latihan............................................................................................. 18
E. Rangkuman..................................................................................... 18
F. Evaluasi........................................................................................... 18

BAB III PENYELESAIAN PINJAMAN BERMASALAH.................................... 19


A. Indikasi timbulnya pinjaman bermasalah........................................ 19
B. Penanganan / Penyelesaian Pinjaman Bermasalah....................... 20
C. Kunci Penyelamatan Pinjaman bermasalah................................... 24
D. Latihan............................................................................................. 25
E. Rangkuman..................................................................................... 25
F. Evaluasi........................................................................................... 25

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT..................... 26


A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Rekomendasi Tindak Lanjut.................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terdapat hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan koperasi dengan


eksistensi perkreditan, mempunyai hubungan / korelasi yang sangat erat, baik
bersifat negative maupun positif. Kredit akan mempunyai kedudukan yang
istimewa (prioritas) bagi Koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan
pinjam. Sehingga pendapatan bunga dari kredit akan merupakan komponen
yang dominan, namun risiko akan selalu mengikuti dimana lalu lintas
perkreditan itu berjalan.

Dilema ini muncul karena pemberian kredit adalah berdasarkan perhitungan


akan sesuatu hasil dimasa depan, namun kejadiannya sering berada diluar
kemampuan pengendali, sehingga risiko itu akan selalu ada dan menjadi
membesar bila tidak ada kegiatan untuk mengantisipasinya.

Kata risiko yang dalam bahasa asing kita dengar sebagai risk selalu
dipersandingkan dengan kata eksposure (expositus – in litoribus urbes) yang
keduanya mengandung arti bahwa sesuatu yang ada atau selalu eksis di
dunia ini akan selalu ekspose to risk atau terbuka terhadap risiko.

Ibaratnya orang diam saja di suatu tempat masih juga terkena risiko apalagi
yang beraktivitas.

Oleh karena itu sejak lama dikenal apa yang dinamakan asuransi yakni suatu
lembaga untuk menjamin berbagai risiko tersebut sehingga dapat dipastikan
(assurance) bahwa kerugian dapat dihindarkan dengan mengalihkan beban
kerugian itu kepada lembaga yang memang bersedia menanggung kerugian
tersebut, tentunya dengan premi atau imbalan tertentu

Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko, agar organisasi bisa


bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali
secara sengaja mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan
dibalik risiko tersebut.

4
Usaha simpan pinjam Koperasi merupakan lembaga intermediasi antara yang
memiliki uang dan yang berkeinginan berkembang dengan skema
pembiayaan yang relative lebih mudah, fleksibel dan murah. Disisi lain
diharapkan Koperasi mampu menekan segala kerugian yang akan terjadi
berkaitan dengan pemberian pinjaman tersebut.

Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko (risk


control), dan pendanaan risiko (risk financing), secara dini diharapkan
kejadian yang membebani koperasi akan dapat terdeteksi, bila Koperasi tidak
melakukan tindakan yang tidak hati hati dalam melakukan keputusan
pinjaman, maka risiko yang tidak diharapkan akan muncul.

Pinjaman / kredit adalah penyediaan uang atau tagihan tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.

Oleh karena itu perlu adanya kehati hatian, salah satunya dengan
menyebutkan ketentuan ketentuan yang jelas mencakup hak dan kewajiban
(seperti jangka waktu, tingkat suku bunga, agunan dan sanksi-sanksi),
ketidakhati-hatian tersebut berbagai factor antara lain :

- Keinginan mendapatkan uang dengan cepat dan secepatnya.


- Menggunakan uang tersebut dengan harapan mampu memberi turn
over yang maksimal
- Factor yang disengaja dari calon debitur/anggota.

Risiko pemberian pinjaman merupakan bentuk ketidakmampuan suatu


perusahaan, intitusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan
kewajiban kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo
maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan
kesepakatan yang berlaku.

Penafsiran risiko pemberian pinjaman lebih spesifik lagi pada saat diharapkan
pada bentuk bisnis yang dijalankan. Koperasi simpan Pinjam dari segi
perspektif adalah kerugian yang diderita yang diderita Koperasi, terkait

5
dengan kemungkinan bahwa saat jatuh tempo, anggota/counterpartnya gagal
memenuhi kewajiban – kewajibannya pada koperasi.

Agar dapat meminimalisasi risiko pemberian pinjaman, berbagai aktivitas input


dan output tersebut memberi celah masuknya berbagai risiko pemberian
pinjaman.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Menyusun Risiko pemberian Pinjaman sebagai mata Pelatihan adalah untuk
mendapatkan gambaran dan kesamaan persepsi mengenai risiko pemberian
pinjaman di Koperasi, dengan demikian akan terwujud pemahaman, sikap
dan ketrampilan Pengurus dan Pengelola Koperasi dalam menghadapi
kemungkinan risiko yang terjadi pada pemberian pinjaman, dan sebagai
panduan bagi Widyaiswara/Pengajar lain yang akan menyampaikan mata
diklat risiko pemberian pinjaman.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Modul ini secara umum ditujukan untuk menambah referensi bagi


Widyaiswara dalam menelaah risiko pemberian pinjaman berdasarkan logika
dan prosedur penyusunan risiko pinjaman.

Selain itu modul ini juga dimaksudkan secara khusus sebagai acuan
utama/pegangan peserta Pelatihan Manajemen Risiko dalam proses
pembelajaran mata pelatihan Risiko Pinjaman, serta dapat menjadi bekal awal
untuk Pengurus/Pengawas dan Pengelola Koperasi dalam menyusun risiko
pinjaman di koperasi masing-masing, sesuai kondisi dan kondisi.

D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Modul ini terbagi menjadi 3 (tiga) materi pokok dan beberapa sub materi
pokok untuk masing-masing materi pokok. Setiap materi pokok didiskusikan
dalam satu bab khusus sehingga akan didapatkan tiga bab utama dalam
sistematika modul ini.

Berikut ini rincian materi pokok dan sub materi pokok untuk masing-masing
bab, yaitu :

6
Bab III akan mendiskusikan materi pokok mengenai Pengendalian Risiko
Pinjaman. Materi pokok ini dibagi menjadi beberapa sub materi pokok, yaitu :
pengertian pengendalian risiko pinjaman, langkah langkah preventif dalam
melakukan pengendalian pinjaman, logika dalam melihat calon peminjam. Bab
ini didekasikan sepenuhnya untuk membangun kompetensi dasar
mengendalikan risiko pinjaman.

Bab IV mendiskusikan materi pokok penyelesaian risiko pinjaman. Materi


pokok ini dikembangkan ke dalam beberapa sub materi pokok, yaitu:
penyelesaian secara ligitasi dan non ligitasi. Bab ini diperuntukkan
mengembangkan kemampuan teknis praktik melakukan penyelesaian
pinjaman bermasalah. Disini akan dialokasikan waktu untuk melakukan praktik
penyelesaian pinjaman bermasalah.

Bab I dan Bab V pada modul ini memberikan pengantar dan menyimpulkan
berbagai materi pokok dan sub materi pokok masing-masing sehingga modul
ini dapat dibaca dan dipelajari dengan baik dan nyaman. Selain itu kedua bab
ini juga diharapkan dapat memberikan ilustrasi secara garis besar mengenai
isi modul ini sehingga para pembaca dapat secara ringkas mengetahui isi
modul secara keseluruhan.

E. PETUNJUK BELAJAR
Modul ini dapat digunakan dengan cara sebagai berikut:
1. Anda dapat membaca dan memahami terlebih dahulu berbagai
konsep risiko, jenis, sumber, dan proses risiko secara umum di modul
pengantar dan tahapan manajemen risiko.
2. Setelah Anda memahami, maka pada Bab II anda dapat memulai
tahapan melakukan pengendalian risiko pemberian pinjaman.
3. Setelah Anda memahami pengendalian risiko di Bab II, pada Bab
III anda memulai praktek menyelesaikan risiko pemberian pinjaman.
4. Terakhir Bab IV akan memberikan kesimpulan dan rekomendasi
bagi pembaca bagaimana menerapkan modul ini dalam mengatasi risiko
pemberian pinjaman.

7
BAB II
DEFINISI RISIKO PINJAMAN

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami definisi risiko pinjaman/pembiayaan ke Anggota.

A. RISIKO PINJAMAN

Risiko adalah “serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk


mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul
dari kegiatan usaha keuangan” (Bank Indonesia).

Risiko yang dalam bahasa asing sering kita dengar sebagai R I S K selalu
dipersandingkan dengan kata eksposure (expositus–in litoribus urbes) yang
keduanya mengandung arti bahwa sesuatu yang ada atau eksis di dunia ini
akan selalu ekspose to risk atau terbuka terhadap risiko. Ibaratnya orang diam
saja di suatu tempat masih juga terkena risiko, kita berkarya atau tidak tetap
umur kita berkurang !!

Risiko Pinjaman merupakan bentuk ketidakmampuan suatu institusi/anggota


Koperasi dalam menyelesaikan kewajiban kewajibannya secara tepat waktu
baik pada saat jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo.

Ada kata petuah : “Payung tidak dapat menghentikan hujan, tetapi setidak-
tidaknya dengan payung kita dapat menembus hujan dan mencapai tujuan “,
artinya risiko itu pasti ada dan bagaimana kita mengantisipasinya. Setiap
bisnis menghadapi tantangan yang setara antara pertumbuhan pendapatan
dan pengelolaan risiko.

Pada perspektif koperasi adalah risiko kerugian yang diderita koperasi, tekait
dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo anggota gagal memenuhi
kewajiban kewajibannya pada bank. Kinerja suatu koperasi memberi
pengaruh besar pada input dan output yang dihasilkan, lebih jauh koperasi
dituntut untuk mampu melakukan pemetaan risiko agar bisa dipahami secara
mudah.

8
Risiko ini biasanya timbul karena kegagalan pihak lawan (debitur) memenuhi
kewajibannya karena kinerja yang kurang baik/buruk, Karena risiko ini
merupakan penyimpangan kinerja portofolio kredit dari nilai yang diharapkan
maka sebagian risiko ini dapat diversifikasi, dan termasuk dalam risiko ini
transaksi off balance sheet.

Risiko pemberian pinjaman dapat mengancam modal koperasi, bila


penyalurannya tidak sesuai dengan prosedur serta merupakan akar penyebab
hampir semua kerugian yg besar di Koperasi (berdasar pengalaman) dengan
kata lain kegiatan operasional adalah penyebab utama kebangkrutan dalam
industri keuangan ; sehingga diharapkan koperasi merencanakan untuk
menyisihkan modal guna menutupi kerugian operasional akibat risiko
penyaluran pinjaman.

Keputusan menyalurkan pinjaman Apapun alasannya, tidak selalu sesuai


dengan yang diharapkan oleh karena itu kita perlu mengetahui risiko yang
akan terjadi baik jangka pendek maupun jangka panjang.

1. Risiko yang bersifat jangka pendek (Short term risk)

Risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan anggota koperasi


memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka pendek
terutama kewajiban likuiditas.

2. Risiko yang bersifat jangka panjang (long term risk)

Ketidakmampuan anggota koperasi menyelesaikan berbagai


kewajibannya yang bersifat jangka panjang.

Jika terjadi risk event, siapa yang menanggung kerugian ?


1. Yang menanggung adalah kreditur, atau
2. Sesuai perjanjian.

B. IMPLIKASI RISIKO PEMBERIAN PINJAMAN

Umumnya jika salah satu risiko terwujud dan berubah menjadi masalah (Risk
Event), maka kejadian tersebut akan memicu dan memacu terjadinya risiko

9
lainnya (Efek Domino), sehingga bisa berakibat fatal Koperasi gulung tikar/
bubar.

Contoh RISK EVENT :

Pinjaman diberikan mengandung Risk Credit, ternyata tidak dapat


dikembalikan oleh Anggota; Dampaknya:

1. Kemampuan memperoleh Pendapatan Menurun;


2. Kemampuan menjaga Likuiditas Menurun;
3. Gaji Karyawan tersendat, Motivasi menurun;
4. Pelayanan Jelek dan Dropping Menurun;
5. Terpaksa Manajemen vs Anggota beperkara di Pengadilan;
6. Reputation Risk, kepercayaan Anggota Menurun;
7. Terjadi Rush dan atau Anggota banyak yang keluar.

Untuk menanggulangi risk event proses pemberian pinjaman ke anggota


seharusnya merata, kita lihat diagram pareto bahwa bila pinjaman yang
diberikan Cuma sedikit anggota maka kemungkinan permasalahan akan
besar.

Gambar 1

Sesuai keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 31/177/KRP/Dir tanggal 31


Des. 1999, skema pemberian pinjaman batas maksimum kredit yang diberikan
kepada nasabah peminjam atau kelompok atau group yang tidak terkait
dengan bank setinggi tingginya 20 % dari modal sejak tanggal 1 Januari 2003.

10
Merupakan upaya untuk menghindari risiko, dengan memperhitungkan risiko
serta berbagai situasi dan kondisi yang juga terkait dengan kasus dan
kejadian di lapangan, terkait pula dengan sikap dan prinsip kehati hatian
(prudential principle) harus ditetapkan secara maksimal.

C. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang definisi Risiko Pinjaman diatas, cobalah Anda
jelaskan Pengertian Risiko Pinjaman.

D. RANGKUMAN

Pemberian pinjaman koperasi kepada anggota memiliki risiko Pinjaman


merupakan bentuk ketidakmampuan suatu institusi/anggota Koperasi dalam
menyelesaikan kewajiban kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo.

E. EVALUASI
1. Mengapa risiko Pinjaman yang dapat berdampak pada kegiatan lain ?
2. Apa yang dimaksud dengana risk event ?
3. Sebutkan ciri ciri risiko pemberian pinjaman dalam jangka panjang !
4. Apa dampak risiko pemberian pinjaman jangka pendek ?

11
BAB III
PENGENDALIAN RISIKO PINJAMAN

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami konsep pengendalian risiko pinjaman
dalam menyalurkan pinjaman/pembiayaan ke Anggota.

A. KEBIJAKAN DALAM PEMBERIAN PINJAMAN

Tidak seperti perbankan, pemberian pinjaman koperasi kepada anggota


dianggap untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, oleh karena itu Dalam
proses kebijakan pemberian pinjaman mempunyai fungsi menyaring dan
memfilter pemberian pinjaman ke anggota, antara lain melakukan tindakan :
1. Menghindari penyaluran pinjaman melebihi plafond pinjaman yang
diberikan ;
2. Memberikan alasan dari aspek keuangan dan non keuangan terhadap
adanya pengajuan kredit yang melebihi plafond kredit.
3. Memberikan alasan dari segi positif dan negative terhadap pengajuan kredit
/ pinjaman yang berada di atas plafond kredit.
4. Pinjaman sebaiknya tidak diberikan karena pertimbangan pertimbangan :
a. Belas kasihan, kenalan (bersaudara atau berteman).
b. Calon peminjam adalah orang terhormat (terkenal, disegani, status
social tinggi dan sebagainya).
c. Tidak layak usahanya dan kemampuan membayarnya kurang.
d. Permintaan dan Penawaran dana tanpa adanya rencana usaha.
e. Bentuk pengembalian yang tidak konsisten

Kebijakan yang terkait dengan pemberian pinjaman, antara lain :


1. Ketentuan Administrasi Permohonan Pinjaman
a. Setiap pemberian pinjaman yang diberikan koperasi dibukukan dan
diadministrasikan oleh seksi administrasi pinjaman atau petugas yang
ditunjuk.

12
b. Petugas hanya akan membukukan dokumen yang telah lengkap dan
sesuai dengan ketentu yang digariskan dalam buku pedoman pemberian
pinjaman.
c. Dokumen dokumen yang berkaitan dengan pemberian pinjaman :
- Permohonan Pinjaman
- Surat Jaminan pinjaman
- Tanda terima jaminan
- Memoranda Komite Analis Pinjaman
- Notulen rapat Komite pinjaman
- Perjanjian Pinjaman
d. Biaya – biaya yang dibebankan kepada anggota dapat berupa :
- Biaya Taksasi Pinjaman
- Biaya Materai
- Biaya Notaris jika perjanjian diikat secara notariil

Ketentuan pemberian pinjaman harus diatur sedemikian rupa, sehingga


usaha simpan pinjam berjalan lancar dan aman serta memberikan rasa
keadilan bagi semua anggota, oleh karena itu pengurus /pengelola harus
membuat peraturan yang konsisten, tertulis, mudah dipahami dan jika perlu
disahkan dalam forum Rapat Anggota.
Beberapa hal yang perlu diatur adalah sebagai berikut ;
1) Calon peminjam sudah memenuhi sepenuhnya/ sebagian simpanan
pokok baik anggota maupun calon anggota
2) Calon peminjam statusnya calon anggota menduduki prioritas kedua,
dan tiga bulan kemudian harus menjadi anggota.
3) Tidak menunggak atas pinjaman terdahulu/sebelumnya kepada
koperasi, jika akan recheduling harus diadakan kompensasi dengan
pinjaman terdahulu
4) Setiap calon peminjam diwajibkan mengisi formulir permohonan kredit
yang disediakan koperasi baik melalui petugas lapangan atau langsung
ke kantor cabang/ cabang pembantu koperasi, diagenda dan diberikan
nomor urut sebagai bahan pertimbangan untuk direkomendasi.

13
5) Jangka waktu dan tata cara pengembalian pinjaman tergantung kepada
permohonn peminjam dan pertimbangan kepala unit perkreditan/ anlisis
kredit apakah angsurannya secara mingguan atau bulanan.
6) Plafond kredit dapat ditentukan berdasarkan gaji, usahanya, konditenya,
simpanannya, jaminannya.
7) Setiap permohonan harus diadakan kajian peminjam dan diputuskan
oleh petugas yang berwenang.
8) Selanjutnya yang sudah disetujui diwajibkan membayar biaya
administrasi dan simpanan wajib pinjam (sebesar 1% - 2% dari besar
pinjaman atau disesuaikan kondisi koperasi masing-masing), pada saat
pencairan pinjaman yang diklasifikasikan menurut besarnya pinjaman.
Contoh : Biaya administrasi dengan klasifikasi :
 Pinjaman Rp. 25.000,- s/d Rp 100.000,- dibebani 1,5 %
 Pinjaman Rp. 101.000 ,- s/d Rp. 200.000,- dibebani 1,25 %
 Pinjaman diatas Rp. 201.000,- dibebani 1 %, simpanan wajib pinjam
ditarik pada saat realisasi kredit dan seterusnya saat membayar
angsuran, yaitu antara 1 % - 2 % sesuai besarnya pinjaman, simpanan
ini akan kembali kepad anggota sessuai ketentuan yang berlaku di
koperasi.
9). Setiap peminjam dibebani imbalan /bunga simpan pinjam yang
besarnya bervariasi di tiap koperasi, yaitu antara 2 - 5 %. Bagi
peminjam yang menunggak dikenai denda bunganya tergantung pada
kebijakan koperasi.
10).Bagi peminjam khusus (tidak regular) dikenai imbalan / jaminan / aturan
khusus.

3. Kebijakan komite pinjaman


Komite Pinjaman adalah suatu lembaga yang berwenang untuk
memberikan persetujuan suatu permohonan fasilitas pinjaman dari anggota
koperasi, keputusan yang diambil oleh komite pinjaman ini antara lain :
a. Memberikan persetujuan terhadap proposal yang diajukan ;
b. Memberikan persetujuan dengan bersyarat atau catatan yang harus
dipenuhi terlebih dahili terhadap proposal uang diajukan ;

14
c. Menolak Proposal yang diajukan, membahas dan mengevaluasi
perubahan/pengalihan tingkat kolektabilitas

Rekomendasi yang diberikan komite pinjaman adalah rekomendasi yang


memiliki pertanggungjawaban yang bersifat akademisi dan sesuai kaidah
kaidah yang berlaku yang diterapkan dalam koperasi, dengan kata lain
keputusan dibuat dengan menghindari adanya celah lemah atau cacat
untuk digugat balik oleh pihak debitur.
Rekomendasi tersebut memiliki kandungan pertanggungjawaban yang
bersifat akademisi dan sesuai dengan kaidah kaidah yang berlaku, dengan
kata lain keputusan yang dibuat untuk menghindari celah lemah atau cacat
untuk digugat balik oleh pihak debitur/anggota.

4. Kebijakan agunan
Sesuai dengan SOP dan Peraturan khusus koperasi bila dibutuhkan, maka
agunan yang di berikan kekayaan milik pribadi peminjam, bila miliki pihak
ke III maka diminta untuk ada surat keterangan dari ybs tentang
penyerahan agunan tersebut
Besar agunan fluktuatif tergantung kebijakan masing masing koperasi,
untuk mengurangi risiko pinjaman, agunan dapat diperluas kepada lembaga
penjamin dan asuransi kredit. (Permen No. 15 Tahun 2015 Pasal 25 ayat 1
huruf d).

4. Kebijakan Analis Pinjaman


Analisis pinjaman dilakukan agar pengelola KSP/USP Koperasi
memperoleh keyakinan bahwa pinjaman yang diberikan dapat dikembalikan
oleh peminjam. Terdapat 2 (dua) aspek yang dianalisis, yaitu :
a. Analisis terhadap kemauan membayar (Analisis kualitatif) mencakup
karakter/watak, dan komitmen terhadap kewajiban.
b. Analisis terhadap kemampuan membayar (analisis kuantitatif)
mencakup sumber dana yang diharapkan dapat memenuhi
kewajibanya pada KSP/USP Koperasi, sis pinjaman pada pihak lain
(jika ada) dan pengeluaran untuk biaya hidup.

15
Pendekatan yang diberikan untuk analisis kuantitatif adalah pendapatan
bersih, nilai pinjaman maksimal antara 50 % dari pendapatan bersih.
disamping itu penetapan bunga pinjaman dilakukan secara rasional, tidak
memberatkan dan dinamis setiap saat dapat ditinjau sesuai formula model
pinjaman. Serta melihat tingkat persaingan dengan lembaga keuangan
yang lain disekitar KSP/USP koperasi.
Dalam memberikan pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit simpan
Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat
dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon
pinjaman. Agar usaha simpan pinjam dapat berjalan lancar dan tidak terjadi
tunggakan yang mengakibatkan kerumitan usaha simpan pinjam
dikemudian hari, maka sebelum realisasi atau pencairan kredit perlu
diadakan kajian terhadap calon peminjam yang membutuhkan pinjaman.

B. KAJIAN DALAM PEMBERIAN PINJAMAN


Tujuannya adalah mengetahui batas-batas kelayakan terhadap pinjaman yang
akan diberikan. Kajian kelayakan peminjam (kajian 7 C ) kepada anggota
maupun calon anggota adalah sebagai berikut :

1. Character ( Watak)
Yang dimaksud dengan character (watak) adalah kepribadian, moral dan
kejujuran dari pemohon pinjaman. Apakah pemohon pinjaman dari
kalangan anggota atau calon anggota dapat dijamin mempunyai iktikad baik
untuk melunasi pinjamannya atau tidak. Dalam hal ini pengelola koperasi
diharapkan dapat menganalisis kehidupan pribadi. Pemohon pinjaman,
misalnya apakah ia suka berjudi, royal, pernah tersangkut perkara pidana /
perdata, mempunyai istri lebih dari satu, pernah menunggak dan
sebagainya. Penilaian watak terhadap pemohon pinjaman, memang agak
sulit dilaksanakan secara obyektif, oleh karenanya usahakan tim penilai
bekerja sama dengan lembaga penilai yang sejenis. Pengelola usaha
simpan pinjam diharapkan mempunyai atuan khusus, kriteria, mengenai
layak tidaknya seseorang mendapatkan pinjaman dan membuat semacam
daftar konduite peminjam.

16
2. Capacity (Kemampuan)
Yang dimaksud dengan capacity (kemampuan) adalah sejauh mana
pemohon pinjaman menguasai bidang usaha yang dimintakan pinjaman,
kesungguhannya, pengalamnnya, kepastiannya, sehingga diharapkan
usaha pemohon dapat berjalan dengan baik, mendapatkan laba, ada
jaminan pengembalian pinjamannya. Idealnya untuk meneliti kemampuan
pemohon, permohonannya perlu dilampiri studi kelayakan atau setidak-
tidaknya proyeksi rugi laba, neraca dan rencana penggunaan dan
pengembalian pinjaman (cash flow). Atau jika sulit menyusun studi
kelayakan, rapat anggota dapat menentukan plafond kredit bagi kelompok-
kelompok tertentu yang homogen.
3. Capital (modal)
Pemohon pinjaman diwajibkan memiliki modal sendiri atau kelkayaan bersih
sebagai awal usahanya, sedangkan pinjaman berfungsi sebagai modal
tambahan. Dengan adanya kewajiban ini diharapkan ada kesungguhan dari
pemohon, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap usahanya
sendiri.
Idealnya perbandingan modal sendiri dan hutang yang akan diberikan
adalah 1 : 1 atau maksimal 3 : 1 .

4. Collateral (Jaminan)
Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat diikat guna kepastian
pengembalian sesuai jangka waktunya, jika peminjam tidak melunasi
pinjamannya.
Jaminan di koperasi yang dapat dikenakan misalnya :
b. Jaminan barang, barang bergerak dan barang tidak bergerak dengan
klausul fiducia, artinya penguasaan dan penggunaan tetap pada
peminjam.
c. Jaminan Orang (avalis)
Sebagai penanggung, bisa orang per orang pribadi, bisa orang secara
bersama-sama (tanggung renteng/ kelompok)
c. Jaminan Surat Berharga
Buku simpanan, deposito, saham, BPKB, D>O atau hak-hak lainnya.

17
5. Condition of Economic (kondisi ekonomi)
Yang dimaksud disini adalah apakah kondisi ekonomi saat sekarang atau
proyeksinya dimasa yang akan dating mempunyai prospek yang cerah bagi
pemohon pinjaman, karena pada umumnya koperasi hanya memberikan
pinjaman jangka pendek, maka yang perlu dianalisis adalah kondisi
ekonomi saat kini (realisasi pinjaman) sampai dengan jatuh temponya
pinjaman.
Collusion (Kolusi)
Yang dimaksudkan adalah perjanjian rahasia antara dua pihak yakni pihak
pengelola maupun karyawan/ petugas KSP/USP Koperasi dengan pihak
calon peminjam KSP/USP Koperasi untuk melakukan tindakan yang diluar
prosedur yang telah ditetapkan atau digariskan dalam KSP/USP baik yang
menyangkut mulai permohonan sampai transaksi keuangan yang akhirnya
akan membuat merosotnya akuntabilitas KSP/USP Koperasi yang
mengakibatkan kerugian bagi KSP/USP Koperasi tersebut.

6. Commission (Komisi)
Yang dimaksud komisi adalah imbalan yang diberikan calon peminjam
kepada pengelola maupun karyawan /petugas berdasarkan prosentase
tertentu akibat hasil yang diberikan oleh KSP/USP Koperasi, sehingga
pihak internal KSP/USP koperasi secara komitmen sudah melanggar kode
etik yang sudah dibuat didalam ketentuan anggaran dasar (AD) dan
anggaran rumah tangganya (ART) baik secara implisit maupun eksplisit
secara legalitas hukum.

F. PENGENDALIAN PINJAMAN

Sebelum mengendalikan pinjaman maka perlu disusun kolektabilitas pinjaman


anggota, Kolektabilitas adalah tingkat kelancaran pemenuhan/ pembayaran
kewajiban-kewajiban peminjam yang terdiri hutang pokok dan bunga pinjaman
atas pinjaman yang telah diterimanya.
Kolektabilitas dapat dinilai dari :
1. Ketepatan waktu dan jumlah pembayaran pokok dan bunga pinjaman
2. Jangka waktu pinjaman

18
3. Kemampuan dan kemauan peminjam
4. Ketersediaan agunan (jaminan)

Pinjaman yang disalurkan kepada anggota dapat dibagi 4 kriteria, yaitu :


1. Pinjaman Lancar : Pinjaman yang angsurannya tepat waktu sesuai jadwal
yang telah ditentukan (sesuai perjanjian)
2. Pinjaman Kurang Lancar : Pinjaman yang angsurannya tidak lancar,
sampai jatuh tempo masih ada beberapa angsuran yang belum dilunasi,
baik tunggakan angsuran maupun tunggakan bunga.
3. Pinjaman Diragukan : Pinjaman yang sisa pinjamannya masih dapat
diselamatkan, karena agunannya sama atau lebih besar dari sisa
pinjamannya, sekurang kurangnya 75 % dari utang peminjam termasuk
bunganya.
Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang kurangnya 100 % dari utang peminjam
4. Pinjaman Macet : Pinjaman yang tidak masuk kategori kurang lancar dan
diragukan, atau memenuhi kriteria diragukan belum ada pelunasan atau
usaha penyelamatan pinjaman, atau pinjaman tersebut penyelesaian telah
diserahkan kepada pengadilan negeri atau diajukan permohonan ganti rugi
kepada perusahaan asuransi kredit.

Langkah langkah pengendalian risiko secara internal dan eksternal adalah :


1. Melakukan Standarisasi dan memutakhirkan semua kebijakan dan
prosedur dalam pemberian pinjaman kepada anggota koperasi.
2. Mengkaji penetapan limit risiko, berapa % penyisihan pinjaman
macet
3. Membangun konstruksi portofolio asset, yang dapat dipinjamkan dan
seleksi secara mendalam kondisi anggota peminjam
4. Memanfaatkan keuntungan diversifikasi.
5. Melakukan proses pendidikan mengenai risiko secara berkelanjutan
untuk semua pegawai.
6. Membangun budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi.

19
G. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang pengendalian Risiko Pinjaman bermasalah
diatas, cobalah Anda jelaskan tujuan dari Pengendalian Risiko Pinjaman.

H. RANGKUMAN
Pemberian pinjaman koperasi kepada anggota dianggap untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota, oleh karena itu Dalam proses kebijakan pemberian
pinjaman mempunyai fungsi menyaring dan memfilter pemberian pinjaman ke
anggota. Langkah langkah pengendalian dilakukan dengan membagi pinjaman
anggota menjadi 4, dan membangun system dan prosedur di Koperasi agar
tidak terjadi kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.
Besar agunan fluktuatif tergantung kebijakan masing masing koperasi, untuk
mengurangi risiko pinjaman, agunan dapat diperluas kepada lembaga
penjamin dan asuransi kredit. (Permen No. 15 Tahun 2015 Pasal 25 ayat 1
huruf d).

I. EVALUASI
1. Jelaskan langkah - langkah pengendalian risiko Pinjaman !
2. Kolektabilitas dinilai dari aspek apa saja ?
3. Sebutkan ciri ciri dan aspek apa saja penilaian kepada anggota dari segi
Karakter !
4. Sebutkan 4 kriteria peminjaman anggota !
5. Sebutkan aspek aspek yang menjadi penilaian komite peminjam, seorang
anggota layak mendapatkan pinjaman !
6. Aspek Capital bagi Anggota Koperasi merupakan salah satu penilaian
untuk mendapatkan pinjaman, mengapa hal itu terjadi ?

20
BAB IV
PENYELESAIAN RISIKO PINJAMAN

Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami dan mempraktekkan penyelesaian Risiko Pinjaman
Bermasalah
dalam menyalurkan pinjaman/pembiayaan ke Anggota.

A. INDIKASI TIMBULNYA PINJAMAN MACET/BERMASALAH


Kondisi terjadinya default Risk akan menyebabkan timbulnya permasalahan
baik dipihak Koperasi maupun Anggota itu sendiri, maka untuk menghindari
timbulnya default risk tersebut ada beberapa tindakan yang harus dilakukan,
yaitu :
1. Koperasi menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar benar
aman
2. Mengihindari jaminan yang memiliki tingkat risiko, sehingga dengan
menerima benda tersebut sebagai jaminan malah akan menyebabkan
perusahaan akan mengalami kesulitan di kemudian hari.
3. Menghindari benda jaminan yang mempunyai nilai fluktuasi di
pasaran.
Koperasi semakin baik dan berusaha menghindari timbulnya pinjaman macet,
karena semakin kecil NPL nya maka semakin lancer arus kas yang berasal
dari kredit yang masuk ke perbankan tersebut. Begitu juga sebaliknya
anggota, semakin disiplin dan tepat waktu dalam mengembalikan pinjaman
atau mengangsur, maka semakin baik pula reputasinya dimata koperasi.
Reputasi yang baik tersbut memberi pengaruh kepada anggota dalam
berbagai urusan selanjutnya dengan koperasi, seperti ingin menambah/
meningkatkan angka pinjaman atau memperbaharui pinjaman.
Beberapa indikasi timbulnya pinjaman macet, yaitu :
1. Menurunnya jumlah uang kas yang dimiliki anggota peminjam.
2. Semakin lama masa perputaran piutang ;
3. Indikasi lainnya anggota yang berprofesi sebagai pedagang /
produsen, adalah meningkatnya jumlah persediaan.

21
4. Disisi lainnya juga adanya penurunan jumlah persediaan
5. Meningkatnya rasio utang (debt Ratio)
6. Menurunnya ratio likuiditas
7. Penjualan meningkat tetapi laba menurun
8. Terjadi selisih yang signifikan antara penjualan kotor dengan
penjualan bersih.
9. Target penjualan tidak tercapai bahkan terjadi penurunan disbanding
tahun yang lalu
10. Timbulnya bencana alam (seperti banjir, longsor, gempa dll) yang
berimplikasi pada perputaran barang hasil produksi yang tidak lancer.
11. Munculnya pesaing baru yang sejenis, sehingga menyebabkan pangsa
pasar berkurang.

B. PENANGANAN / PENYELESAIAN PINJAMAN BERMASALAH


Penanganan pinjaman bermasalah pada koperasi jelas berbeda dengan di
perbankan, prinsip prinsip yang harus diperhatikan dalam penanganan
pinjaman bermasalah pada koperasi adalah :
1. Keterbukaan
2. Tanggung jawab bersama dan solidaritas anggota
3. Pembinaan berkelanjutan kepada anggota
4. Effisiensi dengan memperhatikan prinsip bahwa manfaat yang
diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
a. Manajemen pinjaman bermasalah
1. Langkah langkah mengelola pinjaman bermasalah ;
menggolongkan pinjaman bermasalah sesuai dengan tingkat
kolektabilitasnys, yaitu : pinjaman kurang lancer, pinjaman
diragunakan dan pinjaman macet
2. Menentukan langkah langkah tindakan penyelamatan
pinjaman bermasalah.
3. Memonitor proses penyehatan pinjaman bermasalah
4. Mengidentifikasi hal hal yang mendukung berhasilnya
pengelolaan pinjaman bermasalah, dengan dilaksanakan pada
waktu yang tepat dan cara penyehatan yang tepat dan benar.

22
5. Langkah - langkah identifikasi pinjaman bermasalah, dengan
mendapatkan data usaha peminjam, antara lain :
a) Aspek keuangan (neraca, laporan raba/rugi dan lain lain)
b) Aspek pemasaran (data penjualan, potensi pasar, dan lain lain)
c) Aspek teknis Produksi (Kapasitas produksi, kondisi
peralatan/mesin dan lain lain)
d) Aspek manajemen (jumlah tenaga kerja, kualifikasi karyawan,
dan lain lain)
6. Analisis data dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan dari waktu ke waktu (time series trend)
b) Merumuskan keterkaitan antar factor (intern-intern atau intern-
ekstern)
c) Analisis rasio keuangan dan lain lain
b. Penyelamatan pinjaman bermasalah
Upaya penyelamatan pinjaman bermasalah, dapat ditempuh setelah
melalui proses pengelompokkan yaitu :
1. Pinjaman kurang lancar
2. Pinjaman diragukan
3. Pinjaman macet
c. Penyelamatan pinjaman kurang lancar
1. Meningkatkan intensitas penagihan
2. Memperpanjang jangka waktu pinjaman, dengan syarat :
a) Pinjaman koperasi masih terpakai dan berputar pada usaha
anggota secara efektif/produktif
b) Modal tersebut masih diperlukan (untuk pinjaman produktif) tidak
terdapat tunggakan bunga.
c) Anggota harus bersedia menandatangani perjanjian
perpanjangan jangka waktu pinjaman (dan membayar bea
materai serta biaya lain/provisi, bila diharuskan peraturan)
d. Penyelamatan pinjaman diragukan
1. Penjadwalan kembali pinjaman (rescheduling)
Mekanisme penjadwalan kembali dilakukan dengan memberi
kesempatan kepada penunggak untuk mengadakan konsolidasi
usahanya dengan cara menjadwalkan kembali jangka waktu

23
pinjaman, berbeda dengan sebelumnya syarat syarat yang diajukan
koperasi tidak seberat pada perpanjangan, karena dianggap
anggota menghadapi persoalan berat, syarat syarat tersebut antara
lain :
a. Anggota masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali
(untuk pinjaman produktif)
b. Adanya keyakinan bahwa penunggak akan tetap berniat dan
menjalankan usahanya secara sungguh sunggu (untuk pinjaman
produktif)
c. Adanya keyakinan bahwa penunggak masih mempunyai itikad
untuk membayar.
Contoh Kasus :
Ahmad Hotma anggota koperasi meminjam pada KSP Sinar Merpati
Jaya Malang dengan nilai nominal Rp. 30.000.000,- jangka waktu
20 bulan, dengan bunga 1% per bulan / flat.
Ahmad Hotma diwajibkan membayar cicilan tiap bulan sebesar :
Pokok pinjaman Rp. 1.500.000,-
Bunga/jasa Rp. 300.000,- +
Pembayaran Rp. 1.800.000,-
Dari bulan 1 sampai bulan ke 10 anggota membayar tepat waktu,
pada bulan ke 11 sampai dengan 13 menunggak pada bulan ke 14
KSP merencanakan melakukan penjadwalan kembali sebagai
berikut :
Tunggakan pokok pinjaman Rp. 15.000.000,-
Tunggakan bunga/jasa Rp. 900.000,-
Rp. 15.900.000,-
Menjadi pokok pinjaman abaru dengan jangka waktu 10 bulan dan
tingkat bunga 1 % per bulan.
Cicilannya menjadi :
Pokok pinjaman Rp. 1.590.000,-
Bunga/jasa Rp. 159.000,- +
Pembayaran Rp. 1.749.000,-

2. Persyaratan kembali pinjaman (reconditioning)

24
Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan
sebagian syarat atau seluruh syarat pinjaman ; misalnya dengan
pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian bunga
disamping yang menyangkut perubahan jadwal pembayaran/
angsuran pinjaman.
3. Penataan kembali pinjaman (restructuring)
Disamping perubahan syarat pinjaman seperti pada reconditioning,
pada cara restructuring, KSP/USP Koperasi menambah kembali
jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh
pinjaman tersebut menjadi ekuitas/penyertaan KSP/USP Koperasi
terhadap anggota penunggak terhadap anggota penunggak
tersebut.
e. Penyelamatan pinjaman macet
1. Penjadwalan kembali jangka waktu pinjaman (Rescheduling).
2. Persyaratan kembali pinjaman (Reconditioning).
3. Penataan Kembali Pinjaman (Restructuring).
4. Penjualan asset yang dijadikan jaminan(agunan) oleh
Peminjam.
5. Pengajuan klaim kepada lembaga penjamin/asuransi
6. Melalui pengadilan, bagi peminjam yang dalam surat
perjanjiannya sudah diatur tentang ini.
7. Penjualan usaha, jika kondisi ini benar benar terpaksa
sehingga menjual perusahaan dinilai sebagai jalan penyelesaian
terbaik.
8. Pengambilalihan hutang oleh pihak ke 3 yang dinilai dapat
menjadi pengembalian kewajibannya.
9. Meminta anggota mengupayakan dana dari pihak lain untuk
melunasi kewajibannya.
10. Mensyaratkan adanya tenaga professional dalam mengelola usaha
baik dari pihak lain maupun tenaga dari pihak koperasi yang
ditempatkan di usaha anggota.
11. Penghapusan (write off)
Dilakukan dengan penghapusan sebagian atau keseluruhan
tergantung dari aturan di koperasi, dengan jalan membentuk pos

25
cadangan piutang ragu ragu sebagai antisipasi terhadap
kemungkinan timbulnya penghapusan pinjaman macet.
Tindakan write off dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan
terutama neraca tampak konservatif, namun secara teknis tindakan
penagihan atau hal hal lain dalam rangka pengumpulan piu
12. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan masih terjadi
perselisihan antara Koperasi dengan anggota, maka penyelesaian
dilakukan dan dapat ditempuh melalui ligitasi menurut UU perdata
yang berlaku

C. KUNCI PENYELAMATAN PINJAMAN BERMASALAH

1. Menghindari risiko, misalnya menghindari dengan tidak membeli barang


tapi dengan menyewa barang atau menghindar tidak memberi Pinjaman
diberikan pada Usaha tertentu.
2. Mencegah dan mengendalikan risiko, Pencegahan dan pengendalian
risiko dilakukan dengan tujuan menghilangkan segala kerugian, atau
mengurangi kerugian seminimal mungkin. Keputusannya akan
tergantung kelayakan program dari sudut teknis dan hukumnya.
3. Menahan risiko (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika
kita menghadapi sendiri risiko tersebut . Artinya, kita memutuskan untuk
menanggung sendiri risiko apapun.
4. Diversifikasi. Menyebarkan eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. (Penyebaran Risiko).
Contoh,
Jika Aset terkonsentrasi pada Jenis tertentu/pada satu aset, jika terjadi
kerugian tidak ada lagi harapan bisa dikompensasi dari laba aset
lainnya.
Jenis Pinjaman yang tunggal akan lebih berisiko daripada Berbagai
Jenis Pinjaman.
5. Memindahkan Risiko.
Cara termudah memindahkan risiko adalah asuransi. Dengan asuransi,
KSP/Orang memindahkan risiko tertentu yang dipikulnya kepada

26
perusahaan asuransi dengan membayar premi. Yang perlu dipikirkan
adalah dari aspek Keuangan / Pendanaannya.

D. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang Penyelamatan Risiko Pinjaman bermasalah
diatas, cobalah Anda jelaskan langkah ligitasi dan non ligitasi dalama
penyelamatan Pinjaman bermasalah.

E. RANGKUMAN
Pemberian pinjaman Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota,
oleh karena itu dalam proses pemberian pinjaman mempunyai fungsi
menyaring dan memfilter pemberian pinjaman ke anggota agar tepat sasaran.
Langkah langkah penyelamatan pinjaman bias berupa ligitasi dan non ligitasi
serta membangun system dan prosedur di Koperasi agar tidak terjadi
kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.

F. EVALUASI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penjadwalan kembali pinjaman
(Rescheduling).
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Persyaratan kembali pinjaman
(Reconditioning) !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penataan Kembali Pinjaman
(Restructuring) !

27
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT

A. KESIMPULAN

Pemberian pinjaman koperasi kepada anggota memiliki risiko Pinjaman


merupakan bentuk ketidakmampuan suatu institusi/anggota Koperasi dalam
menyelesaikan kewajiban kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo.

Langkah langkah pengendalian dilakukan dengan membagi pinjaman anggota


menjadi 4, dan membangun system dan prosedur di Koperasi agar tidak
terjadi kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.

Besar agunan fluktuatif tergantung kebijakan masing masing koperasi, untuk


mengurangi risiko pinjaman, agunan dapat diperluas kepada lembaga
penjamin dan asuransi kredit. (Permen No. 15 Tahun 2015 Pasal 25 ayat 1
huruf d).

Langkah langkah penyelamatan pinjaman bias berupa ligitasi dan non ligitasi
serta membangun system dan prosedur di Koperasi agar tidak terjadi
kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.

B. REKOMENDASI TINDAK LANJUT

Dalam mengantisipasi risiko pemberian pinjaman, perlu kita menentukan


Besar kecilnya risiko yang akan diterima: (risk exposures), yang melandaskan
pada :

1. Kemampuan dan kejelian dari manajemen untuk membaca dan


memprediksi pergerakan suku bunga, perubahan-perubahan yang terjadi
di pasar.

2. Risk appetite dari pengurus dan pengawas koperasi itu sendiri


apakah cenderung bersifat tinggi atau rendah.

28
3. Kemampuan mencegah dan mengendalikan risiko, Pencegahan dan
pengendalian risiko dilakukan dengan tujuan menghilangkan segala
kerugian, atau mengurangi kerugian seminimal mungkin. Keputusannya
akan tergantung kelayakan program dari sudut teknis dan hukumnya.

Risiko pemberian Pinjaman ini timbul karena kegagalan pihak lawan (debitur)
memenuhi kewajibannya karena kinerja yang kurang baik/buruk, karena risiko
ini merupakan penyimpangan kinerja portofolio kredit dari nilai yang
diharapkan maka sebagian risiko ini dapat diversifikasi, termasuk dalam risiko
ini transaksi off balance sheet.

29
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham, 2010, Manajemen Risiko Kredit : Teori Kasus dan Solusi, Jakarta,
Alfabetha.

Ali, Mashudi. 2006. Manajemen Risiko : Strategi perbankan dan Dunia Usaha
menghadapi tantangan globalisasi Bisnis, Jakarta, PT Raja Grafika Persada.

Muridno, Bambang, 2008, Manajemen Usaha Simpan Pinjam Koperasi, Malang,


UPT Diklat Koperasi dan UMKM Jatim.

Ria Sandra Alimbudiono, 2018, Manajemen Resiko terhadap Interlending


Keuangan Antar Kopwan, Ubaya Surabaya.

30
31

Anda mungkin juga menyukai