MATA PELATIHAN
RISIKO PEMBERIAN PINJAMAN
Oleh:
KATA PENGANTAR
Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar,
yang dalam hal ini Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak dalam
penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan dan Pembimbingan. Widyaiswara yang langsung
berinteraksi dengan peserta Diklat dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga menjadi
inspirasi bagi peserta. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara menentukan pemahaman
dan kemampuan peserta dalam menghasilkan outcome Diklat.
Ir. SUMBANGTO, MM
Pembina Tingkat I
1
NIP. 19630824 198903 1 011
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata risiko yang dalam bahasa asing kita dengar sebagai risk selalu
dipersandingkan dengan kata eksposure (expositus – in litoribus urbes) yang
keduanya mengandung arti bahwa sesuatu yang ada atau selalu eksis di
dunia ini akan selalu ekspose to risk atau terbuka terhadap risiko.
Ibaratnya orang diam saja di suatu tempat masih juga terkena risiko apalagi
yang beraktivitas.
Oleh karena itu sejak lama dikenal apa yang dinamakan asuransi yakni suatu
lembaga untuk menjamin berbagai risiko tersebut sehingga dapat dipastikan
(assurance) bahwa kerugian dapat dihindarkan dengan mengalihkan beban
kerugian itu kepada lembaga yang memang bersedia menanggung kerugian
tersebut, tentunya dengan premi atau imbalan tertentu
4
Usaha simpan pinjam Koperasi merupakan lembaga intermediasi antara yang
memiliki uang dan yang berkeinginan berkembang dengan skema
pembiayaan yang relative lebih mudah, fleksibel dan murah. Disisi lain
diharapkan Koperasi mampu menekan segala kerugian yang akan terjadi
berkaitan dengan pemberian pinjaman tersebut.
Pinjaman / kredit adalah penyediaan uang atau tagihan tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Oleh karena itu perlu adanya kehati hatian, salah satunya dengan
menyebutkan ketentuan ketentuan yang jelas mencakup hak dan kewajiban
(seperti jangka waktu, tingkat suku bunga, agunan dan sanksi-sanksi),
ketidakhati-hatian tersebut berbagai factor antara lain :
Penafsiran risiko pemberian pinjaman lebih spesifik lagi pada saat diharapkan
pada bentuk bisnis yang dijalankan. Koperasi simpan Pinjam dari segi
perspektif adalah kerugian yang diderita yang diderita Koperasi, terkait
5
dengan kemungkinan bahwa saat jatuh tempo, anggota/counterpartnya gagal
memenuhi kewajiban – kewajibannya pada koperasi.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Menyusun Risiko pemberian Pinjaman sebagai mata Pelatihan adalah untuk
mendapatkan gambaran dan kesamaan persepsi mengenai risiko pemberian
pinjaman di Koperasi, dengan demikian akan terwujud pemahaman, sikap
dan ketrampilan Pengurus dan Pengelola Koperasi dalam menghadapi
kemungkinan risiko yang terjadi pada pemberian pinjaman, dan sebagai
panduan bagi Widyaiswara/Pengajar lain yang akan menyampaikan mata
diklat risiko pemberian pinjaman.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selain itu modul ini juga dimaksudkan secara khusus sebagai acuan
utama/pegangan peserta Pelatihan Manajemen Risiko dalam proses
pembelajaran mata pelatihan Risiko Pinjaman, serta dapat menjadi bekal awal
untuk Pengurus/Pengawas dan Pengelola Koperasi dalam menyusun risiko
pinjaman di koperasi masing-masing, sesuai kondisi dan kondisi.
Modul ini terbagi menjadi 3 (tiga) materi pokok dan beberapa sub materi
pokok untuk masing-masing materi pokok. Setiap materi pokok didiskusikan
dalam satu bab khusus sehingga akan didapatkan tiga bab utama dalam
sistematika modul ini.
Berikut ini rincian materi pokok dan sub materi pokok untuk masing-masing
bab, yaitu :
6
Bab III akan mendiskusikan materi pokok mengenai Pengendalian Risiko
Pinjaman. Materi pokok ini dibagi menjadi beberapa sub materi pokok, yaitu :
pengertian pengendalian risiko pinjaman, langkah langkah preventif dalam
melakukan pengendalian pinjaman, logika dalam melihat calon peminjam. Bab
ini didekasikan sepenuhnya untuk membangun kompetensi dasar
mengendalikan risiko pinjaman.
Bab I dan Bab V pada modul ini memberikan pengantar dan menyimpulkan
berbagai materi pokok dan sub materi pokok masing-masing sehingga modul
ini dapat dibaca dan dipelajari dengan baik dan nyaman. Selain itu kedua bab
ini juga diharapkan dapat memberikan ilustrasi secara garis besar mengenai
isi modul ini sehingga para pembaca dapat secara ringkas mengetahui isi
modul secara keseluruhan.
E. PETUNJUK BELAJAR
Modul ini dapat digunakan dengan cara sebagai berikut:
1. Anda dapat membaca dan memahami terlebih dahulu berbagai
konsep risiko, jenis, sumber, dan proses risiko secara umum di modul
pengantar dan tahapan manajemen risiko.
2. Setelah Anda memahami, maka pada Bab II anda dapat memulai
tahapan melakukan pengendalian risiko pemberian pinjaman.
3. Setelah Anda memahami pengendalian risiko di Bab II, pada Bab
III anda memulai praktek menyelesaikan risiko pemberian pinjaman.
4. Terakhir Bab IV akan memberikan kesimpulan dan rekomendasi
bagi pembaca bagaimana menerapkan modul ini dalam mengatasi risiko
pemberian pinjaman.
7
BAB II
DEFINISI RISIKO PINJAMAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami definisi risiko pinjaman/pembiayaan ke Anggota.
A. RISIKO PINJAMAN
Risiko yang dalam bahasa asing sering kita dengar sebagai R I S K selalu
dipersandingkan dengan kata eksposure (expositus–in litoribus urbes) yang
keduanya mengandung arti bahwa sesuatu yang ada atau eksis di dunia ini
akan selalu ekspose to risk atau terbuka terhadap risiko. Ibaratnya orang diam
saja di suatu tempat masih juga terkena risiko, kita berkarya atau tidak tetap
umur kita berkurang !!
Ada kata petuah : “Payung tidak dapat menghentikan hujan, tetapi setidak-
tidaknya dengan payung kita dapat menembus hujan dan mencapai tujuan “,
artinya risiko itu pasti ada dan bagaimana kita mengantisipasinya. Setiap
bisnis menghadapi tantangan yang setara antara pertumbuhan pendapatan
dan pengelolaan risiko.
Pada perspektif koperasi adalah risiko kerugian yang diderita koperasi, tekait
dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo anggota gagal memenuhi
kewajiban kewajibannya pada bank. Kinerja suatu koperasi memberi
pengaruh besar pada input dan output yang dihasilkan, lebih jauh koperasi
dituntut untuk mampu melakukan pemetaan risiko agar bisa dipahami secara
mudah.
8
Risiko ini biasanya timbul karena kegagalan pihak lawan (debitur) memenuhi
kewajibannya karena kinerja yang kurang baik/buruk, Karena risiko ini
merupakan penyimpangan kinerja portofolio kredit dari nilai yang diharapkan
maka sebagian risiko ini dapat diversifikasi, dan termasuk dalam risiko ini
transaksi off balance sheet.
Umumnya jika salah satu risiko terwujud dan berubah menjadi masalah (Risk
Event), maka kejadian tersebut akan memicu dan memacu terjadinya risiko
9
lainnya (Efek Domino), sehingga bisa berakibat fatal Koperasi gulung tikar/
bubar.
Gambar 1
10
Merupakan upaya untuk menghindari risiko, dengan memperhitungkan risiko
serta berbagai situasi dan kondisi yang juga terkait dengan kasus dan
kejadian di lapangan, terkait pula dengan sikap dan prinsip kehati hatian
(prudential principle) harus ditetapkan secara maksimal.
C. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang definisi Risiko Pinjaman diatas, cobalah Anda
jelaskan Pengertian Risiko Pinjaman.
D. RANGKUMAN
E. EVALUASI
1. Mengapa risiko Pinjaman yang dapat berdampak pada kegiatan lain ?
2. Apa yang dimaksud dengana risk event ?
3. Sebutkan ciri ciri risiko pemberian pinjaman dalam jangka panjang !
4. Apa dampak risiko pemberian pinjaman jangka pendek ?
11
BAB III
PENGENDALIAN RISIKO PINJAMAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami konsep pengendalian risiko pinjaman
dalam menyalurkan pinjaman/pembiayaan ke Anggota.
12
b. Petugas hanya akan membukukan dokumen yang telah lengkap dan
sesuai dengan ketentu yang digariskan dalam buku pedoman pemberian
pinjaman.
c. Dokumen dokumen yang berkaitan dengan pemberian pinjaman :
- Permohonan Pinjaman
- Surat Jaminan pinjaman
- Tanda terima jaminan
- Memoranda Komite Analis Pinjaman
- Notulen rapat Komite pinjaman
- Perjanjian Pinjaman
d. Biaya – biaya yang dibebankan kepada anggota dapat berupa :
- Biaya Taksasi Pinjaman
- Biaya Materai
- Biaya Notaris jika perjanjian diikat secara notariil
13
5) Jangka waktu dan tata cara pengembalian pinjaman tergantung kepada
permohonn peminjam dan pertimbangan kepala unit perkreditan/ anlisis
kredit apakah angsurannya secara mingguan atau bulanan.
6) Plafond kredit dapat ditentukan berdasarkan gaji, usahanya, konditenya,
simpanannya, jaminannya.
7) Setiap permohonan harus diadakan kajian peminjam dan diputuskan
oleh petugas yang berwenang.
8) Selanjutnya yang sudah disetujui diwajibkan membayar biaya
administrasi dan simpanan wajib pinjam (sebesar 1% - 2% dari besar
pinjaman atau disesuaikan kondisi koperasi masing-masing), pada saat
pencairan pinjaman yang diklasifikasikan menurut besarnya pinjaman.
Contoh : Biaya administrasi dengan klasifikasi :
Pinjaman Rp. 25.000,- s/d Rp 100.000,- dibebani 1,5 %
Pinjaman Rp. 101.000 ,- s/d Rp. 200.000,- dibebani 1,25 %
Pinjaman diatas Rp. 201.000,- dibebani 1 %, simpanan wajib pinjam
ditarik pada saat realisasi kredit dan seterusnya saat membayar
angsuran, yaitu antara 1 % - 2 % sesuai besarnya pinjaman, simpanan
ini akan kembali kepad anggota sessuai ketentuan yang berlaku di
koperasi.
9). Setiap peminjam dibebani imbalan /bunga simpan pinjam yang
besarnya bervariasi di tiap koperasi, yaitu antara 2 - 5 %. Bagi
peminjam yang menunggak dikenai denda bunganya tergantung pada
kebijakan koperasi.
10).Bagi peminjam khusus (tidak regular) dikenai imbalan / jaminan / aturan
khusus.
14
c. Menolak Proposal yang diajukan, membahas dan mengevaluasi
perubahan/pengalihan tingkat kolektabilitas
4. Kebijakan agunan
Sesuai dengan SOP dan Peraturan khusus koperasi bila dibutuhkan, maka
agunan yang di berikan kekayaan milik pribadi peminjam, bila miliki pihak
ke III maka diminta untuk ada surat keterangan dari ybs tentang
penyerahan agunan tersebut
Besar agunan fluktuatif tergantung kebijakan masing masing koperasi,
untuk mengurangi risiko pinjaman, agunan dapat diperluas kepada lembaga
penjamin dan asuransi kredit. (Permen No. 15 Tahun 2015 Pasal 25 ayat 1
huruf d).
15
Pendekatan yang diberikan untuk analisis kuantitatif adalah pendapatan
bersih, nilai pinjaman maksimal antara 50 % dari pendapatan bersih.
disamping itu penetapan bunga pinjaman dilakukan secara rasional, tidak
memberatkan dan dinamis setiap saat dapat ditinjau sesuai formula model
pinjaman. Serta melihat tingkat persaingan dengan lembaga keuangan
yang lain disekitar KSP/USP koperasi.
Dalam memberikan pinjaman, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit simpan
Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat
dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon
pinjaman. Agar usaha simpan pinjam dapat berjalan lancar dan tidak terjadi
tunggakan yang mengakibatkan kerumitan usaha simpan pinjam
dikemudian hari, maka sebelum realisasi atau pencairan kredit perlu
diadakan kajian terhadap calon peminjam yang membutuhkan pinjaman.
1. Character ( Watak)
Yang dimaksud dengan character (watak) adalah kepribadian, moral dan
kejujuran dari pemohon pinjaman. Apakah pemohon pinjaman dari
kalangan anggota atau calon anggota dapat dijamin mempunyai iktikad baik
untuk melunasi pinjamannya atau tidak. Dalam hal ini pengelola koperasi
diharapkan dapat menganalisis kehidupan pribadi. Pemohon pinjaman,
misalnya apakah ia suka berjudi, royal, pernah tersangkut perkara pidana /
perdata, mempunyai istri lebih dari satu, pernah menunggak dan
sebagainya. Penilaian watak terhadap pemohon pinjaman, memang agak
sulit dilaksanakan secara obyektif, oleh karenanya usahakan tim penilai
bekerja sama dengan lembaga penilai yang sejenis. Pengelola usaha
simpan pinjam diharapkan mempunyai atuan khusus, kriteria, mengenai
layak tidaknya seseorang mendapatkan pinjaman dan membuat semacam
daftar konduite peminjam.
16
2. Capacity (Kemampuan)
Yang dimaksud dengan capacity (kemampuan) adalah sejauh mana
pemohon pinjaman menguasai bidang usaha yang dimintakan pinjaman,
kesungguhannya, pengalamnnya, kepastiannya, sehingga diharapkan
usaha pemohon dapat berjalan dengan baik, mendapatkan laba, ada
jaminan pengembalian pinjamannya. Idealnya untuk meneliti kemampuan
pemohon, permohonannya perlu dilampiri studi kelayakan atau setidak-
tidaknya proyeksi rugi laba, neraca dan rencana penggunaan dan
pengembalian pinjaman (cash flow). Atau jika sulit menyusun studi
kelayakan, rapat anggota dapat menentukan plafond kredit bagi kelompok-
kelompok tertentu yang homogen.
3. Capital (modal)
Pemohon pinjaman diwajibkan memiliki modal sendiri atau kelkayaan bersih
sebagai awal usahanya, sedangkan pinjaman berfungsi sebagai modal
tambahan. Dengan adanya kewajiban ini diharapkan ada kesungguhan dari
pemohon, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap usahanya
sendiri.
Idealnya perbandingan modal sendiri dan hutang yang akan diberikan
adalah 1 : 1 atau maksimal 3 : 1 .
4. Collateral (Jaminan)
Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat diikat guna kepastian
pengembalian sesuai jangka waktunya, jika peminjam tidak melunasi
pinjamannya.
Jaminan di koperasi yang dapat dikenakan misalnya :
b. Jaminan barang, barang bergerak dan barang tidak bergerak dengan
klausul fiducia, artinya penguasaan dan penggunaan tetap pada
peminjam.
c. Jaminan Orang (avalis)
Sebagai penanggung, bisa orang per orang pribadi, bisa orang secara
bersama-sama (tanggung renteng/ kelompok)
c. Jaminan Surat Berharga
Buku simpanan, deposito, saham, BPKB, D>O atau hak-hak lainnya.
17
5. Condition of Economic (kondisi ekonomi)
Yang dimaksud disini adalah apakah kondisi ekonomi saat sekarang atau
proyeksinya dimasa yang akan dating mempunyai prospek yang cerah bagi
pemohon pinjaman, karena pada umumnya koperasi hanya memberikan
pinjaman jangka pendek, maka yang perlu dianalisis adalah kondisi
ekonomi saat kini (realisasi pinjaman) sampai dengan jatuh temponya
pinjaman.
Collusion (Kolusi)
Yang dimaksudkan adalah perjanjian rahasia antara dua pihak yakni pihak
pengelola maupun karyawan/ petugas KSP/USP Koperasi dengan pihak
calon peminjam KSP/USP Koperasi untuk melakukan tindakan yang diluar
prosedur yang telah ditetapkan atau digariskan dalam KSP/USP baik yang
menyangkut mulai permohonan sampai transaksi keuangan yang akhirnya
akan membuat merosotnya akuntabilitas KSP/USP Koperasi yang
mengakibatkan kerugian bagi KSP/USP Koperasi tersebut.
6. Commission (Komisi)
Yang dimaksud komisi adalah imbalan yang diberikan calon peminjam
kepada pengelola maupun karyawan /petugas berdasarkan prosentase
tertentu akibat hasil yang diberikan oleh KSP/USP Koperasi, sehingga
pihak internal KSP/USP koperasi secara komitmen sudah melanggar kode
etik yang sudah dibuat didalam ketentuan anggaran dasar (AD) dan
anggaran rumah tangganya (ART) baik secara implisit maupun eksplisit
secara legalitas hukum.
F. PENGENDALIAN PINJAMAN
18
3. Kemampuan dan kemauan peminjam
4. Ketersediaan agunan (jaminan)
19
G. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang pengendalian Risiko Pinjaman bermasalah
diatas, cobalah Anda jelaskan tujuan dari Pengendalian Risiko Pinjaman.
H. RANGKUMAN
Pemberian pinjaman koperasi kepada anggota dianggap untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota, oleh karena itu Dalam proses kebijakan pemberian
pinjaman mempunyai fungsi menyaring dan memfilter pemberian pinjaman ke
anggota. Langkah langkah pengendalian dilakukan dengan membagi pinjaman
anggota menjadi 4, dan membangun system dan prosedur di Koperasi agar
tidak terjadi kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.
Besar agunan fluktuatif tergantung kebijakan masing masing koperasi, untuk
mengurangi risiko pinjaman, agunan dapat diperluas kepada lembaga
penjamin dan asuransi kredit. (Permen No. 15 Tahun 2015 Pasal 25 ayat 1
huruf d).
I. EVALUASI
1. Jelaskan langkah - langkah pengendalian risiko Pinjaman !
2. Kolektabilitas dinilai dari aspek apa saja ?
3. Sebutkan ciri ciri dan aspek apa saja penilaian kepada anggota dari segi
Karakter !
4. Sebutkan 4 kriteria peminjaman anggota !
5. Sebutkan aspek aspek yang menjadi penilaian komite peminjam, seorang
anggota layak mendapatkan pinjaman !
6. Aspek Capital bagi Anggota Koperasi merupakan salah satu penilaian
untuk mendapatkan pinjaman, mengapa hal itu terjadi ?
20
BAB IV
PENYELESAIAN RISIKO PINJAMAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah proses pembelajaran, peserta pelatihan dapat
memahami dan mempraktekkan penyelesaian Risiko Pinjaman
Bermasalah
dalam menyalurkan pinjaman/pembiayaan ke Anggota.
21
4. Disisi lainnya juga adanya penurunan jumlah persediaan
5. Meningkatnya rasio utang (debt Ratio)
6. Menurunnya ratio likuiditas
7. Penjualan meningkat tetapi laba menurun
8. Terjadi selisih yang signifikan antara penjualan kotor dengan
penjualan bersih.
9. Target penjualan tidak tercapai bahkan terjadi penurunan disbanding
tahun yang lalu
10. Timbulnya bencana alam (seperti banjir, longsor, gempa dll) yang
berimplikasi pada perputaran barang hasil produksi yang tidak lancer.
11. Munculnya pesaing baru yang sejenis, sehingga menyebabkan pangsa
pasar berkurang.
22
5. Langkah - langkah identifikasi pinjaman bermasalah, dengan
mendapatkan data usaha peminjam, antara lain :
a) Aspek keuangan (neraca, laporan raba/rugi dan lain lain)
b) Aspek pemasaran (data penjualan, potensi pasar, dan lain lain)
c) Aspek teknis Produksi (Kapasitas produksi, kondisi
peralatan/mesin dan lain lain)
d) Aspek manajemen (jumlah tenaga kerja, kualifikasi karyawan,
dan lain lain)
6. Analisis data dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan dari waktu ke waktu (time series trend)
b) Merumuskan keterkaitan antar factor (intern-intern atau intern-
ekstern)
c) Analisis rasio keuangan dan lain lain
b. Penyelamatan pinjaman bermasalah
Upaya penyelamatan pinjaman bermasalah, dapat ditempuh setelah
melalui proses pengelompokkan yaitu :
1. Pinjaman kurang lancar
2. Pinjaman diragukan
3. Pinjaman macet
c. Penyelamatan pinjaman kurang lancar
1. Meningkatkan intensitas penagihan
2. Memperpanjang jangka waktu pinjaman, dengan syarat :
a) Pinjaman koperasi masih terpakai dan berputar pada usaha
anggota secara efektif/produktif
b) Modal tersebut masih diperlukan (untuk pinjaman produktif) tidak
terdapat tunggakan bunga.
c) Anggota harus bersedia menandatangani perjanjian
perpanjangan jangka waktu pinjaman (dan membayar bea
materai serta biaya lain/provisi, bila diharuskan peraturan)
d. Penyelamatan pinjaman diragukan
1. Penjadwalan kembali pinjaman (rescheduling)
Mekanisme penjadwalan kembali dilakukan dengan memberi
kesempatan kepada penunggak untuk mengadakan konsolidasi
usahanya dengan cara menjadwalkan kembali jangka waktu
23
pinjaman, berbeda dengan sebelumnya syarat syarat yang diajukan
koperasi tidak seberat pada perpanjangan, karena dianggap
anggota menghadapi persoalan berat, syarat syarat tersebut antara
lain :
a. Anggota masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali
(untuk pinjaman produktif)
b. Adanya keyakinan bahwa penunggak akan tetap berniat dan
menjalankan usahanya secara sungguh sunggu (untuk pinjaman
produktif)
c. Adanya keyakinan bahwa penunggak masih mempunyai itikad
untuk membayar.
Contoh Kasus :
Ahmad Hotma anggota koperasi meminjam pada KSP Sinar Merpati
Jaya Malang dengan nilai nominal Rp. 30.000.000,- jangka waktu
20 bulan, dengan bunga 1% per bulan / flat.
Ahmad Hotma diwajibkan membayar cicilan tiap bulan sebesar :
Pokok pinjaman Rp. 1.500.000,-
Bunga/jasa Rp. 300.000,- +
Pembayaran Rp. 1.800.000,-
Dari bulan 1 sampai bulan ke 10 anggota membayar tepat waktu,
pada bulan ke 11 sampai dengan 13 menunggak pada bulan ke 14
KSP merencanakan melakukan penjadwalan kembali sebagai
berikut :
Tunggakan pokok pinjaman Rp. 15.000.000,-
Tunggakan bunga/jasa Rp. 900.000,-
Rp. 15.900.000,-
Menjadi pokok pinjaman abaru dengan jangka waktu 10 bulan dan
tingkat bunga 1 % per bulan.
Cicilannya menjadi :
Pokok pinjaman Rp. 1.590.000,-
Bunga/jasa Rp. 159.000,- +
Pembayaran Rp. 1.749.000,-
24
Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan
sebagian syarat atau seluruh syarat pinjaman ; misalnya dengan
pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian bunga
disamping yang menyangkut perubahan jadwal pembayaran/
angsuran pinjaman.
3. Penataan kembali pinjaman (restructuring)
Disamping perubahan syarat pinjaman seperti pada reconditioning,
pada cara restructuring, KSP/USP Koperasi menambah kembali
jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh
pinjaman tersebut menjadi ekuitas/penyertaan KSP/USP Koperasi
terhadap anggota penunggak terhadap anggota penunggak
tersebut.
e. Penyelamatan pinjaman macet
1. Penjadwalan kembali jangka waktu pinjaman (Rescheduling).
2. Persyaratan kembali pinjaman (Reconditioning).
3. Penataan Kembali Pinjaman (Restructuring).
4. Penjualan asset yang dijadikan jaminan(agunan) oleh
Peminjam.
5. Pengajuan klaim kepada lembaga penjamin/asuransi
6. Melalui pengadilan, bagi peminjam yang dalam surat
perjanjiannya sudah diatur tentang ini.
7. Penjualan usaha, jika kondisi ini benar benar terpaksa
sehingga menjual perusahaan dinilai sebagai jalan penyelesaian
terbaik.
8. Pengambilalihan hutang oleh pihak ke 3 yang dinilai dapat
menjadi pengembalian kewajibannya.
9. Meminta anggota mengupayakan dana dari pihak lain untuk
melunasi kewajibannya.
10. Mensyaratkan adanya tenaga professional dalam mengelola usaha
baik dari pihak lain maupun tenaga dari pihak koperasi yang
ditempatkan di usaha anggota.
11. Penghapusan (write off)
Dilakukan dengan penghapusan sebagian atau keseluruhan
tergantung dari aturan di koperasi, dengan jalan membentuk pos
25
cadangan piutang ragu ragu sebagai antisipasi terhadap
kemungkinan timbulnya penghapusan pinjaman macet.
Tindakan write off dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan
terutama neraca tampak konservatif, namun secara teknis tindakan
penagihan atau hal hal lain dalam rangka pengumpulan piu
12. Apabila seluruh prosedur diatas telah ditempuh dan masih terjadi
perselisihan antara Koperasi dengan anggota, maka penyelesaian
dilakukan dan dapat ditempuh melalui ligitasi menurut UU perdata
yang berlaku
26
perusahaan asuransi dengan membayar premi. Yang perlu dipikirkan
adalah dari aspek Keuangan / Pendanaannya.
D. LATIHAN
Berdasarkan penjelasan tentang Penyelamatan Risiko Pinjaman bermasalah
diatas, cobalah Anda jelaskan langkah ligitasi dan non ligitasi dalama
penyelamatan Pinjaman bermasalah.
E. RANGKUMAN
Pemberian pinjaman Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota,
oleh karena itu dalam proses pemberian pinjaman mempunyai fungsi
menyaring dan memfilter pemberian pinjaman ke anggota agar tepat sasaran.
Langkah langkah penyelamatan pinjaman bias berupa ligitasi dan non ligitasi
serta membangun system dan prosedur di Koperasi agar tidak terjadi
kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.
F. EVALUASI
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penjadwalan kembali pinjaman
(Rescheduling).
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Persyaratan kembali pinjaman
(Reconditioning) !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penataan Kembali Pinjaman
(Restructuring) !
27
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT
A. KESIMPULAN
Langkah langkah penyelamatan pinjaman bias berupa ligitasi dan non ligitasi
serta membangun system dan prosedur di Koperasi agar tidak terjadi
kebobolan dalam penyaluran pinjaman ke anggota.
28
3. Kemampuan mencegah dan mengendalikan risiko, Pencegahan dan
pengendalian risiko dilakukan dengan tujuan menghilangkan segala
kerugian, atau mengurangi kerugian seminimal mungkin. Keputusannya
akan tergantung kelayakan program dari sudut teknis dan hukumnya.
Risiko pemberian Pinjaman ini timbul karena kegagalan pihak lawan (debitur)
memenuhi kewajibannya karena kinerja yang kurang baik/buruk, karena risiko
ini merupakan penyimpangan kinerja portofolio kredit dari nilai yang
diharapkan maka sebagian risiko ini dapat diversifikasi, termasuk dalam risiko
ini transaksi off balance sheet.
29
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham, 2010, Manajemen Risiko Kredit : Teori Kasus dan Solusi, Jakarta,
Alfabetha.
Ali, Mashudi. 2006. Manajemen Risiko : Strategi perbankan dan Dunia Usaha
menghadapi tantangan globalisasi Bisnis, Jakarta, PT Raja Grafika Persada.
30
31