Anda di halaman 1dari 15

UJI ANTI DIARE

DISUSUN OLEH :
PUTRI RIZKY ARNETA
34190304

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya penulis
mampu menyelesaikan makalah dengan judul UJI ANTI DIARE.

     Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Farmakologi. Melalui makalah yang
berjudul UJI ANTI DIARE ini yang diharapkan dapat memenuhi tugas penulis di dalam
mata kuliah farmakologi . Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

     Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Banyuwangi, 15 Mei 2020

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C.Tujuan................................................................................................................5
D. Metode Penulisan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6
a. Pengertian Diare.......................................................................................6
b. Klasifikasi Diare........................................................................................7
c. Mekanisme Terjadinya Diare ...................................................................8
d. Pengobatan Diare.......................................................................................9
e. Contoh ObatDiare......................................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................13


a. Kesimpulan................................................................................................13
b. Saran..........................................................................................................14
Daftar Pustaka.......................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200
mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB,
tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa
inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus
menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki
kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang
balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit
diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne,
2011).

Angka kejadian diare, penyakit yang ditandai perubahan konsistensi tinja dan
peningkatan frekuensi berak, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Kepala Subdit Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I
Wayan Widaya di Jakarta, Kamis, mengatakan, angka kejadian diare Indonesia
menurut survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003
berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk. "Sedangkan pada balita, setiap
balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam satu tahun," katanya
serta menambahkan bahwa tingkat kematian akibat diare pun masih cukup
tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per
100 ribu balita. Selama 2006, kata Wayan, sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di wilayahnya.

Jumlah kasus diare yang dilaporkan, kata dia, sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian (Case Fatality Rate/CFR=2,5 persen). Hal
tersebut, kata dia, utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih,
sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih. Ia menyebutkan menurut

4
laporan dari 119 dinas kesehatan kabupaten/kota tahun 2004 air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan hanya 57,09 persen. Sementara persentase keluarga
yang menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan baru sekitar 67,12
%. Lebih lanjut Wayan menjelaskan, guna menurunkan angka kejadian dan
kematian akibat diare pihaknya memfokuskan strategi penanganan pada
penatalaksanaan diare pada tingkat rumah tangga, sarana kesehatan dan KLB
diare. Penatalaksanaan kasus diare yang tepat pada ketiga hal tersebut
diharapkan dapat menurunkan fatalitas akibat penyakit. Selain itu, ia
melanjutkan, dilakukan pula upaya pencegahan melalui promosi pemberian ASI

dan Makanan Pendampingan ASI, penggunaan air bersih, penggunaan jamban,


cuci tangan dan pembuangan tinja pada tempat yang tepat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari diare?
b. Bagaimana klasifikasi dari diare?
c. Bagaimana mekanisme terjadinya diare?
d. Bagaimanakah pengobatan diare?
e. Bagaimanakah contoh obat diare?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian dari diare
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari diare
c. Untuk mengetahui mekanisme terjadsinya diare
d. Untuk mengetahui pengobatan diare
e. Untuk mengetahui contoh obat diare

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode dengan studi
kepustakaan yaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan sebagai
referensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diare
Diare adalah Keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya6.
Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau
setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak
dari biasanya, normalnya 100 – 200 ml per tinja. Buang air besar encer tersebut
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.

Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari
serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau
bahan- bahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan
kerusakan mukosa saluran cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi
meningkat dengan konsentrasi tinja lebih lembek dan cair,bersifat mendadak dan
berlangsung selama 7-14 hari.

Gejala diare pada umumnya yaitu :

1. Fase prodromal ( sindrom pradiare )


Antara lain : perut terasa penuh, mual,muntah,keringat dingin dan pusing.
2. Fase diare
Antara lain : diare dengan segala akibatnya berlanjut dengan
dehidrasi,asidosis,syok dengan atau tanpa pusing dan panas.
3. Fase penyembuhan
Antara lain : diare semakin jarang, mulas berkurang,penderita merasa lemas atau
lesu.

Berdasarkan penyebabnya diare dapat dibedakan menjadi :

1. Diare karena virus


misalnya ’influenza perut ’ dan ’travellers diarrhoea’yang disebabkan antara lain
oleh rotavirus dan adenovirus.

6
2. Diare karena bakteri
Bakteri- bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang
terinfeksi oleh banyak kuman, menjadi ”invasif” dan menyerbu ke dalam
mukosa.
3. Diare parasiter
seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Lambia, Cryptosporidium,dan
Cyclospora,yang terutama terjadi didaerah (sub) tropis.
4. Diare akibat enterotoksin
Penyebabnya adalah kuman yang membentuk enterotoksin misalnya : E
coli,Vibrio cholera kadang-kadang Shigella ,Salmonella, Champylobacter, E
hystolitica. Toksin menempel pada mukosa dan merusaknya.

B. Klasifikasi Diare
Beberapa klasifikasi diare antara lain adalah :
1. Klasifikasi berdasarkan pada jenis infeksi gastroenteritis (diare dan
muntah),diklasifikasikan menurut dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik: titis abdomen dan poratitus, disentri bani
(Shigella) 
b. Diare non spesifik 
2. Klasifikasi lain berdasarkan organ yang terkena infeksi
a. Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri,
virus, parasit). 
b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus
(otitis,media, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan
lainnya).
3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare
a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan
bisa berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh
karena infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila
menyerang umumnya disebut gastroenteritis infantile.

7
Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua
minggu,sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare
kronik disebut diare sub akut6

C. Mekanisme terjadinya Diare


Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan
diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah,
disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan
ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba
melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan untuk
menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan
peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan
diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih
dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (Anne, 2011).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa
mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,
seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi
garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini
tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus
sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai
diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang
disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Anne, 2011).
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada
kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi
usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung
distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh
peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya,
peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare tetapi
lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat
patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen (Anne, 2011).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa
dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik

8
dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa
yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka
halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau
peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti
plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan
proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan
elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif.
Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive
(Shigella, Salmonella) (Anne, 2011).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan
mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan
karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada
permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau
kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam
luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat
dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik
dan bisa dihambat dengan berpuasa (Anne, 2011).
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri
dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus (Anne, 2011).
D. Pengobatan diare

Tindakan pertama adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi


kehilangan cairan dan garam dengan :
1. Garam rehidrasi oral (ORS) terdiri dari campuran NaCl,KCL,Na sitrat dan
glukosa dalam air matang (oralit,pedyalite). Glukosa menstimulasi secara
aktif transfor Na dan air melalui dinding usus sehingga resorpsi air dalam
usus halus meningkat.
2. ORS beras, tepung beras jagung,shorgum dan kentang sebagai pengganti
glukosa. Tepung dicerna dalam usus menghasilkan glukosa 2x lebih
banyak,mengurangi kuantitas tinja dan lamanya fase diare.

9
Golongan obat yang sering digunakan pada diare adalah :
1. Kemoterapeutika
Digunakan untuk terapi kausal (memberantas bakteri penyebab diare ) seperti
antibiotic,sulfonamide,kinolon dan furazolidon.
2. Obstipansia
Digunakan untuk terapi simtomatik yang dapat menghentikan diare dengan
beberapa cara yaitu :
a. Zat-zat penekan peristaltic : candu dan alkaloidnya,derivate petidin
(difenoksilat dan loperamid) dan antikolinergik (atropine,extract belladon)
b. Adstringens : tannin,tanalbumin,garam bismuth dan alumunium berkhasiat
menciutkan selaput lendir usus.
c. Adsorbensia : carbo adsorbens,mucilagines,kaolin,pectin,garam bismuth
permukaannya dapat menyerap zat beracun yang dihasilkan bakteri atau
berasal dari makanan. Mucilagines dapat menutupi luka dengan lapisan
pelindung.
3. Spasmolitik
Adalah zat yang dapat melepaskan kejang otot yang sering menyebabkan nyeri
perut pada penderita diare,contohnya : papaverin dan oksifenomium.
E. Contoh Obat Diare

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen


meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus (Anne, 2011).
Penggolongan obat diare :
1) Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh
infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi
parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab

10
diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida,
furazolidin, dan kuinolon) (Harkness, 1984).
2) Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan
alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
3) Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat
atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam
golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan
garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI,
2007).Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat
bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama
tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif,
karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
Contoh Uraian obat Diare
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap
sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang  pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993
memenuhi semua syarat ideal tersebut. Berdasarkan uji klinis didapatkan bahwa
anti diare ini memberikan hasil klinis yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh.
Produk ini juga merupakan anti diare pertama yang cara kerjanya
mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur  penyebaran air
dan elektrolit ke usus. Selain itu, Hidrasec pun mampu menghambat
enkephalinase dengan baik. Dengan demikian, efek samping yang
ditimbulkannya sangat minimal.

11
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga
diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor
tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan
toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
- Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi intestinal
biasa seperti kloroyodokuin.
- Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih memiliki daya
bakterisidal.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik,  baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik  berstruktur filitik,
secara in vitro telah terbukti dapat melindungi  barrier mukosa usus dan
menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus
lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga
dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi
rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut (Anne, 2011).
F.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat dimengerti bahwa Diare adalah Keadaan buang
air besar dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-
penyakit tertentu atau gangguan lainnya6. Diare merupakan buang air besar
(defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat),
dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya 100 –
200 ml per tinja. Buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir
dan darah. Klasifikasi diare adalah :
1. Klasifikasi berdasarkan pada jenis infeksi gastroenteritis (diare
dan muntah),diklasifikasikan menurut dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik
b. Diare non spesifik
2. Klasifikasi lain berdasarkan organ yang terkena infeksi
a. Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus
b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus
3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare
a. Diare akut dan Diare kronik

Contoh Uraian obat Diare:


1. Racecordil
2. Loperamide
3. Nifuroxazide
4. Dioctahedral smectite

13
B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan informasi. Diharapkan kepada para
penulis agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi karena kami
akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan untuk para
pembaca diharapkan ada saran dan kritik yang membangun supaya makalah
kedepannya bisa tersusun secara sempurna. Semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni dyah,2020,buku petunjuk praktikum farmakologi,Yogyakarta: Stikes surya


global

Anonim,1999, Majalah Farmasi Indonesia Vol 10 No 04 , Mandiri Jaya Offest,


Yogyakarta.

Gordon Dan Paul Skett, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Presss, Jakarta .

Katzung, Bertram. G, 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Merdeka, Jakarta.

Nurramadhani, 2012, Farmakologi, www.academia.edu, diakses tanggal 15 Mei 2020

15

Anda mungkin juga menyukai