Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pokok pikiran ini
menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam Pembukaan, dan merupakan suatu
kuasa finalis (sebab tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang harus
dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada tujuan itu yang didasari dengan bekal
persatuan.
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mengandung pengertian
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab yang
mengandung pengertian menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusiaan yang
luhur. Pokok pikiran keempat itu merupakan Dasar Moral Negara yang pada hakikatnya merupakan suatu
penjabaran dari Sila Kedua Pancasila.
Alinea I menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Pernyataan ini mengandung 2 (dua) makna, yaitu
makna objektif (universal), yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan
- makna subjektif (tekad yang tumbuh dari bangsa Indonesia), yaitu menghapuskan penjajahan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea II menyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
Hal ini mengandung makna sebagai berikut.
Perjuangan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang menentukan.
Kemerdekaan bukanlah tujuan akhir.
Pernyataan tentang cita-cita negara yang didirikan, yaitu negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Alinea III berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Alinea ini mengandung makna sebagai berikut.
Pernyataan kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh nilai luhur bangsa yang bermartabat
dan mempunyai harga diri sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain di dunia.
Motivasi spiritual religius, yaitu pengakuan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan Indonesia
merupakan berkat rahmat Allah, bukan semata-mata usaha manusia atau rakyat dan bangsa
Indonesia.
Alinea IV berbunyi “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
Alinea ini mengatur beberapa segi yang mendasari penyelenggaraan kehidupan bernegara yang
disebut pokok kaidah negara yang fundamental. Ketentuan tersebut adalah:
Tujuan negara, yaitu:
melindungi segenap bangsa Indonesiadan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Ketentuan akan adanya undang-undang dasar: “... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar...”
Asas politik negara, yakni asas politik dalam negeri berkedaulatan rakyat: “...negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...”. Sedangkan asas politik luar negeri adalah
bebas aktif.
Asas kerohanian negara, yakni Pancasila: “ ...yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia...”.
Sejarah: Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Tujan, & Dampak| Hai kali ini mengenai dekrit presiden
5 juli 1959 yang membahas mengenai, isi konsepsi, isi dekrit presiden, alasan dikeluarkan dekrit
presiden atau latar belakang dikeluarkan dekrit presiden, tujuan dekrit presiden, dan dampak dekrit
presiden baik positif dan negatif. Berikut Sejarah dekrit presiden antara lain sebagai berikut..
Penjelasan Dekrit Preisden (5 Juli 1959), Pada Pemilu I tahun 1955 rakyat selain memilih anggota
DPR juga memilih anggota badan Konstituante. Badan Ini bertugas menyusun Undang-Undang Dasar
sebab ketika Indonesia kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tanggal 17 Agustus
1945 menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (1950).
Sejak itu pula di negara kita diterapkan Demokrasi Liberal dengan sistem Kabinet Parlementer.
Pertentangan antarpartai politik seringkali terjadi. Situasi politik dalam negeri tidak stabil dan di
daerah-daerah mengalami kegoncangan karena berdirinya berbagai dewan, seperti Dewan Manguni di
Sulawesi Utara, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Garuda
di Sumatera Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan yang kemudian menjadi
gerakan yang ingin memisahkan diri. Karena keadaan politik yang tidak stabil maka Presiden
Soekarno pada tanggal 21 Februari 1957 mengemukakan konsepnya yang terkenal
dengan “Konsepsi Presiden”yang isinya antara lain sebagai berikut....
Partai-partai Masyumi, NU, PSII, Katholik, dan PRI menolak konsepsi ini dan berpenadapat bahwa
merubah susunan ketatanegaraan secara radikal harus diserahkan kepada konstituante. Karena
keadaan politik semakin hangat maka Presiden Soekarno mengumumkan Keadaan Darurat Perang
bagi seluruh wilayah Indonesia. Gerakan-gerakan di daerah kemudian memuncak dengan
pemberontakan PRRI dan Permesta. Setelah keadaan aman maka Konstituante mulai bersidang untuk
menyusun Undang-Undang Dasar. Sidang Konstituante in berlangsung sampai beberapa kali yang
memakan waktu kurang lebih tiga tahun, yakni sejak sidang pertama di Bandung tanggal 10
November 1956 sampai akhir tahun 1958. Akan tetapi sidang tersebut tidak membuahkan hasil yakni
untuk merumuskan Undang-Undang Dasar dan hanya merupakan perdebatan sengit.
Perdebatan-perdebatan itu semakin memuncak ketika akan menetapkan dasar negara. Persoalan
yang menjadi penyebabnya adalah adanya dua kelompok yakni kelompok partai-partai Islam
yang menghendaki dasar negara Islam dan kelompok partai-partai hon-Islam yang menghendaki
dasar negara Pancasila. Kelompok pendukung Pancasila mempunyai suara lebih besar dari pada
golongan Islam akan tetapi belum mencapai mayoritas 2/3 suara untuk mengesahkan suatu
keputusan tentang Dasar Negara (pasal 137 UUD S 1950).
Pada tanggal 22 April 1959 di hadapan Konstituante, Presiden Soekarno berpidato yang isinya
menganjurkan untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Pihak yang pro dan militer
mendesak kepada Presiden Soekarno untuk segera mengundangkan kembali Undang-Undang Dasar
1945 melalui dekrit. Akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 Presiden Soekarno menyampaikan dekrit
kepada seluruh rakyat Indonesia. Adapun isi dekrit presiden tersebut adalah :
Pembubaran konstituante
Berlakunya kembali UUD1945,
Tidak berlakunya lagi UUD S 1950
Pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam waktu sesingkat-
singkatnya
Menurut Presiden Soekarno bahwa inti dan Manipol ini adalah Undang- Undang Dasar 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Kelima
inti manipol ini sering disingkat USDEK. Dengan demikian sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bemegara ini baik di bidang politik, ekonomi
maupun sosial budaya. Dalam bidang politik, semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni
ada unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis. Dalam bidang ekonomi pemerintah menerapkan ekonomi
terpimpin, yakni kegiatan ekonomi terutama dalam bidang impor hanya dikuasai orang- orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah. Sedangkan dalam bidang sosial budaya, pemerintah
melarang budaya-budaya yang berbau Barat dan dianggap sebagai bentuk penjajahan baru atau Neo
Kolonialis dan imperalisme (Nekolim) sebab dalam hal ini pemerintah lebih condong ke Blok Timur.
B. Dampak Negatif
Dari dampak positif dekrit Presiden , terdapat pula dampak negatif dikeluarkannya Dekrit Presiden 5
juli 1959 Seperti berikut ini....
1.Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat
pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.
2. Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama
Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru
dan tetap terasa sampai sekarang.
3. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang harusnya
menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi
slogan-slogan kosong belaka
Baca Juga:
Sejarah: Latar Belakang & Kronologis Peristiwa Rengasdenklok
Sejarah: Isi Perjanjian Bongaya
Sejarah: Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia RI
Demikianlah informasi mengenai Sejarah: Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Tujan, &
Dampak. Semoga teman-teman dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu sejarah
dekrit presiden, latar belakang dikeluarkan dekrit presiden, isi konsepsi presiden, isi dekrit presiden,
pengaruh dekrit presiden, alasan dikeluarkan dekrit presiden, tujuan dekrit presiden, dan dampak
dekrit presiden baik dampak positif dekrit presiden maupun dampak negatif dekrit presiden. Sekian
dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman