Tujuan adalah ke arah mana segala upaya, tindakan, dan pertimbangan dicurahkan. Oleh
karena itu, penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial dalam
perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen keuangan. Untuk
menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju dan kepentingannya harus
diidentifikasi dengan jelas sehingga informasi yang dihasilkan pelaporan keuangan dapat
memuaskan kebutuhan informasional pihak yang dituju. Pada gilirannya, pihak yang dituju akan
melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang mengarah ke pencapaian tujuan pelaporan
keuangan. Dengan demikian, diharapkan tujuan yang lebih luas (tujuan ekonomik dan sosial
negara) akan tercapai.
PEMAKAI DAN KEPENTINGANNYA
Kepentingan pemakai juga beragam, antara lain adalah pertanggungjawaban,
kebermanfaatan keputusan, riset keuangan dan pasar, penentuan tarif, penentuan pajak,
pengendalian sosial, pengendalian alokasi sumber daya ekonomik dan pengukuran kinerja
entitas. Karakteristik pemakai statemen keuangan juga harus dipertimbangkan dalam penentuan
tujuan pelaporan keuangan. Karakteristik pemakai antara lain kedudukan pemakai terhadap
entitas pelapor (akses terhadap informasi) dan tingkat pengetahuan pemakai tentang bisnis dan
ekonomi.
Dengan masalah di atas, Most menunjukkan dua pendekatan dalam penentuan tujuan
penyediaan informasi (pelaporan keuangan), yaitu:
1. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai bermacam-macam
kepentingan keputusan, atau
2. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai kepentingan
tertentu yang diketahui (teridentifikasi).
Tujuan fungsional adalah suatu tujuan masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa
memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing individual di dalamnya. Tujuan individual tidak
dapat diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati konsekuensi-
konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau organisasi yang nyatanya terjasi. Selain itu, tujuan
fungsional juga dapat merupakan konsekuensi-konsekuensi sebagai hasil ketetapan atau harapan
penguasa (misalnya pemerintah). Dengan demikian, tujuan fungsional merupakan tujuan
normatif yang menjadi pedoman dalam pembuatan kebijakan di tingkat nasional atau organisasi.
Sebagai kegiatan sosial, tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan misalnya untuk:
3. Membantu pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien
7. Mengarahkan perilaku manajer untuk mengambil keputusan yang selaras dengan tujuan sosial
dan ekonomik negara.
8. Mengurangi atau mencegah konflik kepentingan antara manajer, auditor, dan pemegang
saham.
Tujuan fungsional akuntansi dapat terdiri atas satu atau beberapa (sehimpunan)
Tujuan yang berkaitan. Walaupun tujuan/motif individual tidak diketahui dan dipertimbangkan,
diharapkan bahwa tujuan fungsional yang ditetapkan selaras dengan sebagian atau bahkan
seluruh tujuan individual.
· TUJUAN BERSAMA
Tujuan bersama adalah satu atau beberapa tujuan individual yang sama dengan tujuan
individual lainnya. Tujuan fungsional disusun tanpa memperhatikan tujuan-tujuan individual,
sedangkan tujuan bersama ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan individual
kemudian memilih tujuan-tujuan individual (seluruh anggota masyarakat) yang sama untuk
dijadikan tujuan kegiatan sosial.
Atas dasar aspek sosial, tujuan pelaporan keuangan dalam profesi akuntansi di Amerika
mengalami semacam evolusi. Perkembangan terjadi karena pergeseran kesepakan dalam hal
siapa kelompok yang dituju, apa kepentingannya, dan seperti apa model pengambilan keputusan
yang digunakan.
C. PENGUKURAN
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah) yang akan
dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian atau
keadaan untuk mereprsentasi makna atau atribut objek tersebut. FASB mengidentifikasi atribut
pengukuran yang sekarang diterapkan dan masih dapat dilanjutkan penggunaannya (SFAC No.
5, prg 67):
1. Kos historis atau perolehan kas historis
2. Kos sekarang
3. Nilai pasar sekarang
4. Nilai terealisasi/pelunasan neto
5. Nilai sekarang atau diskunan aliran kas masa datang
D. PENGAKUAN
Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi melalui statemen
keuangan sebagaiciri sentral pelaporan keuangan. Secara teknik, pengakuan berarti pencatatan
secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam
statemen keuangan.
FASB menetapkan empat kriteria pengakuan fundamental (konseptual) sebagai berikut:
Definisi (definitions) – suatu pos harus memenuhi definisi elemen statemen keuangan.
Keterukuran (measurability) – suatu pos harus mempunyai atribut yang terpaut dengan
keputusan dan dapat diukur dengan tingkat keterandalan yang cukup.
Keberpautan (relevance) – informasi yang dikandung suatu pos mempunyai daya untuk
membuat perbedaan dalam keputusan pemakai.
Keterandalan (reliability) – informasi yang dikandung suatu pos secara tepat menyimbolkan
fenomena, teruji (terverifikasi) dan netral.