LOMPAT KE ISI
B E RANDA
AB OUT
KULO
↓ Jump to Comments
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh
mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi
mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai
akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar pertama kali adalah pada
tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena mahasiswa
dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke dalam kampus
IPB sehingga bentrok dengan aparat. Saat itu demonstrasi gabungan mahasiswa dari
berbagai perguruan tingi di Jakarta merencanakan untuk secara serentak melakukan
demonstrasi turun ke jalan di beberapa lokasi sekitar Jabotabek.Namun yang berhasil
mencapai ke jalan hanya di Rawamangun dan di Bogor sehingga terjadilah bentrokan yang
mengakibatkan puluhan mahasiswa luka dan masuk rumah sakit.
Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya sikap
Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani turun ke
jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi menolak
pemilihan kembali Soeharto sebagai Presinden Indonesia saat itu yang telah terpilih
berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi
Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.
Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di Slipi.
Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya
terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlansung sepanjang
sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang
lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka.
Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan
melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta.
Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta geger dan
mencekam.
Mahasiswa mahasiswa yang Gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi
Trisakti adalah:
Elang Mulya
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hafidin Royan
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hendriawan Sie
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
.
Hery Hartanto
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
ADVERTISEMENT
Suka
Be the first to like this post.
12 Komentar
Filed under sejarah
Tagged as reformasi
1. anton
Mei 22, 2008 pukul 9:31 pm
lalu, sepuluh tahun setelah itu, ternyata rezim yang sama masih saja ada. penguasa memang
berganti, tp kondisi negara ini tidak jauh berbeda. masih banyak yg sengsara.
maka, tenanglah semua kawan di alam sana. biarkan kami yg melanjutkan perjuangan
kalian..
Balas
2. Koen
Mei 22, 2008 pukul 10:18 pm
Ditunggu sambungan & ulasannya ya. Sampai si Mbah longsor kepriben.
Balas
3. Pingback: Pendudukan Gedung DPR/MPR oleh Mahasiswa « Budayawan Muda
4. Pingback: Sontoloyo Matah Kelur » Blog Archive » tragedi trisakti mei 98
5. xxx
Oktober 23, 2008 pukul 6:05 am
seharus nya kita melihat lebih jauh ke belakang. jangan saling menyalahkan.
menurut saya yang perlu di usut adalah….siapa dalang di balik layar yang menggerakkan
masa ( mahasiswa ) para tragedi trisakti tersebut…..kalo jawaban nya tidak ada penggerak
atau karena replek atau soladiritas….saya katakan itu 0 Bohong Besar….,
saya mohon kepda yg berwenang untuk mengusut tuntas dalang dari semua ini.
dan saya mencurigai cuman 1 orang …yaitu orang yang tiba-2 kembali ke indonesia dan
langung melengserkan pemerintahan soeharto, lalu dengan visi nya ingin merubah indonesia
menjadio negara federal. dan orang yang sama mengincar kedudukan pemerintahan pada
saat itu, tapi sayang nya dia tidak terpilih……malah sekarang ikutan di usut kpk masalah
dana ????? ….cari tahu saja sendiri siapakah maling teriak maling tersebut…….
Balas
6. ari
Oktober 30, 2008 pukul 6:34 pm
Saya melihat mahasiswa hanyalah korban ambisi politik, namun sayangnya mahasiwa tidak
menyadari itu.
Dahulu ex Dosen saya (Almarhum), menjanjikan nilai B untuk sebuah mata kuliah kepada
siapapun yang namanya tercantum dalam daftar pendemo…
Tentu hal ini cukup menggiurkan bagi mereka2x yang cenderung ingin meraih sesuatu
dengan sedikit pengorbanan, namun sayangnya saya tidak tergiur walaupun akibatnya saya
harus mendapat nilai yang tidak sepantasnya untuk mata kuliah yang dari Sekolah Dasarpun
kita telah mendapatkannya…, sebaliknya mereka yang namanya tercantum sebagai peserta
demo demikian mudahnya mendapatkan nilai B walau tanpa mengikuti kegiatan belajar dan
nama mereka tetap tertera dalam kertas absensi. Adilkah itu?? Tentu tidak bagi saya,
sebaliknya tentu adil bagi mereka yang menganggap nilai harus didapat dengan keberanian
turun dijalan.
Adil dan tidak adil, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu apa tugas dan fungsi mahasiswa,
dan apa tugas dan fungsi aparat penegak hukum sebenarnya. Mahasiswa gugur dalam
sesuatu yang dianggap sebagai perjuangan *walau sekarang bukan jaman perjuangan seperti
tahun ’45* patut disegani.
Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana aparat dibakar hidup-hidup di Cawang,
lalu gerombolan aparat yang barisannya sengaja ditabrakkan oleh sebuah VW combi di
bawah jembatan Semanggi didepan Universitas Atmajaya, saya melihat bagaimana seorang
kakek tua yang hanya karena dia memakai celana panjang ABRI harus ditarik paksa dari
motornya hingga tersungkur, begitu kejam… begitu anarkis… mengingat itu baru hal yang
terlihat, belum kisah penculikan aparat dan lain2x, seperti yang dialami juga oleh mahasiswa
(sayangnya saat itu media dalam meliput terlihat berpihak, karena yang ditayangkan
kebanyakan korban pada mahasiswa/masyarakat) Adilkah itu…??
Jika Mahasiswa berpikir keanarkisan hanyalah ungkapan kekesalan mereka saat itu, apakah
mahasiswa tidak berpikir bahwa Aparat juga manusia yang punya perasaan saat mereka
berjaga dibawah terik matahari atas sesuatu yang sebenarnya mereka terpaksa
melakukannya namun karena tugas mereka sebagai pengabdi negara harus menerima
diludahi, dihujam kata-kata koror, dilempar *maaf: kotoran manusia*, dilempar batu…??
*hal itu bukan mengada2x, karena saya lihat dgn mata kepala sendiri, dan berpikir, wajarlah
kalo mereka emosi*
Hal itu yang membuat saya lebih salut pada mereka, atas segala resiko yang mereka terima,
mereka tidak menuntut, apalagi harus mengadukannya ke HAM karena dari sisi mereka
sebagai manusia mereka juga seharusnya punya HAM (Hak Asasi Manusia bukan Hak Asasi
Mahasiswa), namun mereka sepenuhnya menyadari bahwa itu resiko dari pekerjaan
mereka…
Apakah mahasiswa, kaum cendikiawan yang seharusnya bertugas belajar dikampus, dan
membangun bangsa dengan intelejensinya menyadari resiko yang harus mereka hadapi
dengan turun kejalan berhadapan dengan mereka yang bertugas melindungi negara dari
semua ancaman baik dari dalam atau luar negeri dengan mempertaruhkan jiwa dan
raganya??
Yang saya lihat dari atas jembatan semanggi, sikap aparat memandang mahasiswa cukup
lunak, dalam arti tidak memandang sabagi musuh negara, jikalaupun dari mahasiswa jatuh
korban, hal itu belumlah bagaimana jika aparat memandang manusia sebagai musuh
terutama dengan adanya protap tembak ditempat, bagi pelaku anarkis yang telah diberikan
tembakan peringatan… mungkin petugas HAM akan lebih sibuk mengurusi korban yang
berjatuhan…
Lalu bagaimana sikap sosok yang heboh menyuarakan suara mahasiswa seperti Amin Rais
setelah mendapatkan kedudukan di Negara ini?? Perdulikah dia??? Atau mungkin disaat
jabatannya bergulir ia akan kembali menyuarakan mahasiswa agar ia kembali mendapatkan
jabatan yang ia inginkan.
Bagunlah mahasiswa.. sadarilah tugas, fungsi, dan tanggung jawabmu, jangan mau dijadikan
budak politik dengan iming-iming nilai, nasi bungkus, atau ijin dari kampus untuk tidak
belajar “kedok patriot untuk menutupi sebuah kekurangan”, sehingga niat terpuji yang
kalian ingin tunjukkan justru dinilai sebelah mata tidak lebih dari “Tauran anak SMA yang
hanya menganggu kepentingan umum”.
Sebelum menyuarakan keadilan sebaiknya kita melihat diri kita sendiri, sudahkah saya
bersikap adil?
Balas
sabrina
Mei 6, 2009 pukul 12:07 pm
waduh…benar banget tuh mas apa yang mas katakan!
kemarin saya ke kampus trisakti, untuk melihat bagaimana peringatan tragedi trisakti. ada
segelintir orang yang ber-orasi di taman depan toga…yang saya liat.boro-boro
membangkitkan semangat untuk tetap memperjuangkan.bagi saya malah kaya’ badut yang
cuma koar-koar gak jelas…
buktinya?…tiap orang yang lewat lalu lalang aja tanpa sedikit pun tergerak untuk orasi juga
atau menanggapi apa yang harusnya mereka suarakan.
malah yang saya rasakan beda sekali dengan zaman saat elang dkk menyuarakan
aspirasinya. bahkan yang mau saya tanya.orangorang yang orasi di taman itu pernah gak
mengenal pribadi, pola pikir bahkan misi dari perjuangan elang dkk.
yang saya liat kampus itu cuma ajang untuk sok borju, hippie bahkan mungkin sarang
narkoba klo saya liat dari penampilan dan pola yang ada di kampus.gak terima saya
ngomong ini ?
klo gak terima liat dulu IPK kalian bisa gak jadi standar untuk bisa cuap-cuap di medan
pertempuran MPR/DPR.kalian belajar hukum tapi gak tau bagaimana menuangkan
aspirasi kalian.lembaga apa yang berwenang untuk mengatur negara ini.kalian sadar gak
jalur yang kalian lalui itu SALAH!!!
selesaikan studi kalian cepat,bangun negara,berkarya sesuai kemampuan kalian.klo cuma
ngomong doang sampai kalian berbusa mulutnya juga aspirasi kalian gak akan di
dengar.bantu dong pemerintah dengan tenaga,jiwa,loyalitas kalian untuk perbaikan
negara.klo cuma taunya demo,udah ngabisin uang ortu,jadi korban aparat,menimbulkan
kerusuhan,nama kalian pun cuma dikenang hanya sebatas batu nisan!!!
cepat-cepat lah lulus,sadari bahwa tanggung jawab itu ada di pundak kita,kita yang
putuskan.bukan lagi zamannya amin rais berkoar-koar di media sampai mulutnya berbusa
begitu dapat jabatan langsung bungkam karena proyek udah ditangan,duduk enak-enak
gaji selangit tanpa perlu keringatan,bahkan busa di mulutnya udah gak ada mungkin
karena udah ke dokter kali ya di terapi…sedangkan kalian?…MANA?…nol besar!yg ada
keluarga elang dkk cuma melayat aja tiap tahun menziarahi makam anak-anak mereka.
harusnya klo kalian sadar,terutama yang saat itu demo seangkatan dengan elang dkk…
kasus ini udah tuntas..11 tahun bro..lu pada sia-siakan perjuangan elang dkk..cuma orasi
gak jelas di taman depan toga,maki-maki orang bilang banci…lu yang pada kaya
banci,kuliah hukum tapi gak tau jalur hukumnya bagaimana menyelesaikan
kasus,memperjuangkan aspirasi,menata negara yang babak belur…
kita mahasiswa,ayo dong bantu pak SBY gebrak meja anggota yang tidur saat
sidang..caranya…duduk lah di DPR/MPR,sharing sama pak SBY,tuangkan ide kasih beliau
masukan yang membangun.beliau juga bukan superman yang bisa belajar sendiri.ibaratnya
indonesia itu seorang manusia,pak SBY kepalanya,masyarakat badannya,militer itu kaki
tangannya,harusnya kita mahasiswa jadi hati dan otaknya…pake dong nurani kalian,jangan
pake nurani saat demo,tapi jadi setan saat menjabat…bukan cuma amin rais doang,tuh
orang yang dalam sidang tidur dulunya juga jadi mahasiswa…mana dong perjuangan
kalian?cuma bikin elang dkk sia-sia
gak malu kalian baca memorian mereka yang udah tinggal tulang…jiwa mereka masih ada
sama kita..bangkit dong!!!buat lembaga,orang-orang yang satu ide
KEDAMAIAN,KESEJAHTERAAN N KEMAKMURAN INDONESIA itu yang jadi misi dan
visi…konsep kan dong arah kalian..pake parameter yang berjuang terdahulu dari kita..sia-
sia gak perjuangan dan pengorbanan mereka?…bantu SBY!!!dia bukan superman,ato
mega-loman…kasian kan beliau saking pusingnya ngurus negara, 5 tahun lalu segar bugar
setelah jadi presiden malah kena liver,kantung mata tebal,anak juga di kirim ke medan
perang…itu pengorbanan beliau.bahkan sejak beliau menjadi presiden kita jadi urutan
kesekian dari daftar negara penghasil korupsi!!!kebijakan-kebijakan beliau membuat
penanam modal asing juga gak bisa sembarangan terhadap tenaga kerja kita,baik yang
kerja di Indonesia maupun yang jadi TKI diluar negeri.pejabat-pejabat yang korupsi
dibabat tuntas…
jadi kita mahasiswa jeli dong liat percaturan politik di Indonesia.masyarakat kita yang
dibilang buruh,petani,ato cuma orang biasa aja udah jeli dengan gak salah contreng waktu
pemilu kemarin,karena apa?buktinya banyak caleg stres,abis uang ratusan juta ternyata
gak terpilih…KPU memang lengah dengan adanya money politik tapi masyarakat gak
dong…kita kaum civitas akademi masa gak lebih pintar dari yang di anggap buruh ato
orang NDESO…ayo dong bangkit,tentukan arah,punya konsep seperti Pak SBY,duduki
legislatif,ambil hak aspirasi kalian,jujur memberikan kewajiban terhadap masyarakat,tata
negara ini sesuai pancasila…jadi apapun hasilnya kita puas…karena hasil kerja keras
kita,pemikiran kita,dan keringat kita…jangan cuma jadi badut depan toga!ok bro…
Balas
Futra
Februari 7, 2010 pukul 9:16 pm
saya sependapat dengan komentar mas ARI dan kak SABRINA, tidak semua hal yg kita
lakukan harus dengan EMOSI…
coba intropeksi diri kita dulu sudah pantas kita ber orasi, berkoak-koak untuk
mensejahteraka Indonesia yg kita agungkan….
untuk semuanya mari kita bangkit dari kontrofersial selama ini di Negara R.I berjanji
untuk bangkit, semangat seperti para pahlawan kita yg terlebih dahulu meninggalkan
Bumi Pertiwi.
Jangan lupa…?
- Jaga hati kita jangan mudah terpengaruh perbuatan yg merugikan diri kita, tinggal kan
kenangan yg teramat silam atau menyedihkan untuk dikanang,
- jadi lah mahasiswa yg berprestasi,
ya,,,
dodo
Mei 4, 2010 pukul 9:53 am
cukup salut apa yang kawan kawan utarakan . hidup dalam kedamaian tanpa
permasalahan ,demo hanya sebuah bualan mahasiswa…yang begitu manis ..namun tanpa
arti..hanya kekacauan …yang terjadi.begitu manis hidup ini .. . kami dengar dan kami
taati perintah pimpinnan ….pimpinana adalah kebenaran .yang tidak perlu dipertanyakan
…sikapnya ….apa deibalik kebijakan pimpinan negara …… ada berapa ….mahasiswa
yang ..digunakan pemerintah saat ini yangmenggunakan ……ideal sutu negara ………kita
ini punya negara …dan pemerintahan punya hukum namun siapa yang menikmati hukum
kita ini ….dengan ipk 4.00 apakah yang akan kamu tawarkan untuk negrimu ini…jujurkah
kita ini dalam ……..hidup.ini …….memang orasi tidak menjajikan …….nilai ipk 4.00 dan
kecerdasan yang begitu menjajikan masa depan ……. apalagi perubahan pemerintahan …
tapi . masih ada rasa yang ada saat ini …penyikapan …kebijakan yang tidak bisa kita
tembus karena sudah dibendung degan setumpuk uang balas jasa dan politik kepentingan
………..
1. orasi tidak menghasilkan nilai IPK 4.00
2. orasi tidak menjadikan kita cepat lulus
3. orasi bikin kita benturan dengan polosi
4. orasi bikin kita dibenci
5. orasi bikin kita lelah payah buang buang waktu
6. orasi bikin kita masuk penjara
7. orasi bikin membosankan
8. orasi penuh dengan kepentingan dan politik
dsb
namun dibalik itulah satu makna yang belum teman – teman rasakan . bagi teman
-teman yang belum menjalan kan demotrasi dan memaknai demontrasi memang
demontrasi itu memuakan hina dan perlu menjijikan ..
wahai mahasiswa kami hargai semua sikap mu namun mari kita sikapi makna mahasiswa
bagi bangsa …….
saya juga sadar mungkin yang menulis ini orang yang bodoh dan dungu dan tidak tahu
hukum dan yang diberi komentar juga mantan demontran yang sudah tobat demo dan
sekarang sudah sadar …dan hidup dalam kemapanan .
Balas
8. Tika
Desember 1, 2010 pukul 8:46 pm
Balas
Balas
Tinggalkan Balasan
Enter your comment here...
Email (wajib)(Belum diterbitkan)
Nama (wajib)
Situs web
Profile
Budayawan bukan orang paling berbudaya. Budayawan hanya sekelompok orang yang punya perhatian
akan kebudayaan. Kebudayaan yang bagi kebanyakan orang sekarang hanyalah berupa tontonan kesenian
tradisional. Blog ini hanya mencoba meresonansikan nilai nilai budaya dari sisi lain seorang budayawan
muda.
-Wibisono Sastrodiwiryo
Halaman
About
Kulo
Tulisan Terkini
Strategi Turunkan Nurdin Halid
Jakarta Lawyer’s Club: Penegakan Hukum Terhadap Aksi Kekerasan
Inception
Shutter Island
Java Jazz Festival 2010 Hari Pertama
Film Balibo(hong)
Koin Keadilan
Klaim Tari Pendet: Inferioritas Malaysia
#merdeka
Public Enemies
Teori Konspirasi Bom Marriot 2
blog.cybergl.co.id
Kandidat Cawapres SBY
Catatan Penjurian Speedy Blogging Competition 2008
Saykoji Online
Kategori
budaya (19)
curhat (29)
ekonomi (1)
iseng (6)
islam (3)
musik (13)
politik (24)
sastra (5)
sejarah (17)
sinema (6)
sosial (16)
teater (7)
televisi (11)
tokoh (24)
Uncategorized (3)
Komentar Terakhir
Pardicukup on Pembantaian November Kela…
Tulisan Teratas
Presenter Berita Televisi
Kekayaan Keluarga Soeharto
Tragedi Trisakti Mei 98
Prisa The Cute Devil
Malaysia Klaim Reog Ponorogo
Malari 1974 dan Sisi Gelap Sejarah
Malaysia Klaim Wayang Kulit
Sekilas Universitas Udayana Bali
Visi Kebangsaan Dr AAM Djelantik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Puisi Untuk Bapak
Jakarta Lawyer's Club: Penegakan Hukum Terhadap Aksi Kekerasan
Klik tertinggi
gravatar.com/d54c423597fe…
thejakartaglobe.com/home/…
facebook.com/people/Wibis…
detiknews.com/read/2009/0…
tourism.gov.my/en/about/c…
gravatar.com/45c6ad763283…
id.wikipedia.org/wiki/Reo…
theatre-contemporain.net/…
id.wikipedia.org/wiki/Soe…
kompas.com/kompas-cetak/0…
Arsip
Desember 2010 (1)
Oktober 2010 (1)
Juli 2010 (1)
Maret 2010 (2)
Desember 2009 (2)
Agustus 2009 (3)
Juli 2009 (1)
Mei 2009 (1)
April 2009 (2)
Maret 2009 (1)
Februari 2009 (2)
Januari 2009 (1)
Desember 2008 (1)
November 2008 (4)
September 2008 (2)
Agustus 2008 (3)
Juli 2008 (6)
Juni 2008 (1)
Mei 2008 (4)
April 2008 (11)
Maret 2008 (11)
Februari 2008 (5)
Januari 2008 (10)
Desember 2007 (13)
November 2007 (11)
Oktober 2007 (21)
September 2007 (10)
Agustus 2007 (6)
Juni 2007 (2)
Mei 2007 (2)
April 2007 (1)
Februari 2007 (2)
Januari 2007 (1)
Juli 2006 (4)
Catatan Pinggir
Isak Agustus 8, 2011
Sering tak terduga: kemurnian menghendaki kekerasan. Bahkan kematian. Meskipun pada awalnya ini
bukan tema kisah Isak, orang dalam cerita ini, yang berjalan naik ke hutan: “Lelaki itu datang, berjalan ke
utara. Seorang yang wungkul dan kuat, dengan jenggot kemerahan yang kaku, dan bekas luka di tangan dan
wajahnya… sosok laki-laki dalam kesendirian yan […]
anick
Kebakhilan Agustus 1, 2011
Ia tak gila. Atau ia bagian dari patologi yang tak tersendiri. Anders Behring Breivik, memakai seragam polisi,
membidik dengan tepat anak-anak muda yang sedang berkemah di Pulau Utoeya. Sebanyak 68 orang
terbunuh di pulau di Danau Tyrifjorden, 38 kilometer dari Oslo, itu pekan lalu. Delapan lain mati karena
ledakan bom. Breivik ditangkap. Pengacaranya membel […]
anick
Srebrenica Juli 25, 2011
Di sebuah tempat yang dulu tak dikenal dunia, sekitar 8.000 muslim dibunuh. Sejak itu Srebrenica, sebuah
kota kecil pegunungan di sebelah timur Bosnia dan Herzegovina, jadi sebuah nama yang menakutkan. Atau
menjijikkan. Atau memalukan. Di situlah selama tujuh hari di pertengahan kedua Juli 1995, Jenderal Ratko
Mladic, panglima tentara yang berdarah Serbia, […]
anick
Bastiat Juli 4, 2011
Seorang “neo-liberal” adalah orang yang jengkel kepada “Negara”. Tapi ada seorang pendahulunya yang tak
jengkel, malah kocak: Frédéric Bastiat, orang Prancis di abad ke-19. Ia mempersamakan Negara dengan
tokoh Figaro yang harus mendengarkan tuntutan dari delapan penjuru angin: “Aturlah buruh dan pekerjaan
mereka!” “H […]
anick
Grrr Juni 27, 2011
Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”.
Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater
Mandiri. Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir
semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Ind […]
anick
Tari Mei 2, 2011
Di udara Surakarta yang gerah dan terik, sejumlah penari menari selama 24 jam. Ini Hari Tari Sedunia, 29
April 2011. Tari adalah penemuan. Martha Graham mengutarakannya dengan satu kalimat pendek:
”Dancing is just discovery, discovery, discovery….” Jika hari-hari ini tari, terutama sebagai ekspresi, penting,
itu karena yang terjadi adalah sebuah penemuan yan […]
anick
Melihat April 11, 2011
Dengan ironi yang dahsyat, dengan magnífica ironía, Tuhan memberi Jorge Luis Borges dua hal: buku-buku
dan malam hari. Di tahun 1950-an, pada usia setengah abad, penyair besar Argentina itu jadi buta
sepenuhnya. Tapi menarik bahwa dalam sajak yang ditulisnya tentang kejadian itu ia memakai kata ”malam
hari”, la noche, untuk menggambarkan ”buta”. Borges yang […]
anick
Memangku Maret 14, 2011
Para raja di Jawa adalah ekspresi sebuah idaman. Terutama idaman tentang stabilitas. Kita ingat nama-
nama mereka: Amangkurat dan Mangkubumi berarti ”memangku bumi”. Hamengku Buwono berarti
”memangku benua”. Paku Buwono: ”paku” atau ”pasak” yang membuat kontinen tak bergerak terus,
terpacak tak terguncang-guncang. Sering kali kita lupa, nama-nama itu relatif […]
anick
Mesh Maret 7, 2011
anick
Ahimsa Februari 28, 2011
Lapangan Tahrir, sebelum Mubarak lengser. Ketika malam menutupi Kairo, para pemuda yang ikut protes
bergeletakan berbaring. Ada yang tidur, ada yang membaca. Sebuah cerita di BBC menyebut, di bawah
bayang-bayang tank tentara yang menjaga alun-alun itu, seorang demonstran membaca buku Gene Sharp.
Sejak itu Sharp disebut di BBC dan The New York Times sebagai p […]
anick
Para Pembaca
Lihat semua pembaca
Berita Budaya
Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
Widgets
Foto foto
More Photos
Meta
Daftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog Stats
269,951 hits
Budayawan Muda · Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa
Blog pada WordPress.com. · Theme: Pilcrow by Automattic.
Ikuti
Enter your e
Sign me up
Powered by WordPress.com