Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang
menghimpun sejumlah nilai dan norma yang merupakan substansi, sebagai
medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam proses
belajar mengajar terdapat dua kegiatan, yakni kegiatan guru dan kegiatan siswa.
Sebagai guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga belajar memahami
suasana psikologis siswanya dan kondisi kelas. Dalam mengajar, guru harus
memahami gaya-gaya belajar siswanya sehingga kerelavansian antara gaya-gaya
mengajar guru dan siswa akan memudahkan guru menciptakan interaksi edukatif
dan kondusif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ametembun (1993) bahwa suatu
interaksi yang harmonis terjadi bila dalam prosesnya tercipta keselarasan,
keseimbangan, keserasian antara kedua komponen yaitu guru dan siswa. Dalam
proses edukatif guru harus berusaha agar siswanya aktif dan kreatif secara
optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya konvensional, karena
gaya mengajar seperti ini tidak sesuai dengan konsepsi pendidikan modern.
Pendidikan modern menghendaki siswa lebih aktif dalam kegiatan interaktif
edukatif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa
aktif dalam belajar.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat. Strategi pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa
yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi,
didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur (urutan langkah)
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan
kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran ini sebagai
penjelas untuk mempermudah bagi guru memberikan pelayanan belajar dan juga
mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru

1
dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu
solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu strategi pembelajaran yang
membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Strategi
pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan strategi pembelajaran mandiri
yang mampu mengajak siswa melakukan tindakan mandiri dalam pembelajaran.
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.
Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari
kelompok kecil (Hamzah, 2007: 12). Perubahan paradigma dalam proses
pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa,
maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk belajar secara mandiri,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, sebagai calon guru kami sangat tertarik
membahas mengenai strategi pembelajaran mandiri dalam makalah ini, sehingga
nantinya diharapkan akan menjadi guru profesional yang mampu menciptakan
suatu kegiatan pembelajaran di kelas yang lebih bervariasi, inovatif, dan kreatif
agar siswa lebih termotivasi untuk belajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi strategi pembelajaran mandiri?
2. Apa saja ciri-ciri strategi pembelajaran mandiri?
3. Apa saja metode strategi pembelajaran mandiri?
4. Bagaimana langkah-langkah strategi pembelajaran mandiri?
5. Apa saja keunggulan strategi pembelajaran mandiri?
6. Apa saja kelemahan strategi pembelajaran mandiri?

2
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui deskripsi strategi pembelajaran mandiri.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri strategi pembelajaran mandiri.
3. Untuk mengetahui metode strategi pembelajaran mandiri.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi pembelajaran mandiri.
5. Untuk mengetahui keunggulan strategi pembelajaran mandiri.
6. Untuk mengetahui kelemahan strategi pembelajaran mandiri.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Strategi Pembelajaran Mandiri


Salah satu definisi belajar mandiri atau kemandirian dalam belajar
adalah “…the ability to take  charge of one’s learning” (Holec, 1981) yaitu
kemampuan seseorang dalam bertanggung jawab atas proses
pembelajarannya. Belajar mandiri disebut juga sebagai self directed learning
atau independent learning atau self regulated learning. Harrison (1978),
melihat self directed learning sebagai proses pengorganisasian instruksi, yaitu
memfokuskan perhatian siswa pada tingkat otonomi atas proses instruksional.
Kasworm (1991) mendefinisikan self directed learning sebagai pengarahan
diri sendiri sebagai atribut pribadi, dengan tujuan pendidikan digambarkan
sebagai individu berkembang yang dapat mengasumsikan otonomi moral,
emosional, dan intelektual (dalam Hamzah, 2007: 12).
Belajar mandiri dalam pengertian self regulated learning menurut Bell
dan Akroyd (2006) merupakan bagian dari teori pembelajaran kognitif yang
menyatakan bahwa perilaku, motivasi, dan aspek lingkungan belajar
mempengaruhi prestasi seorang siswa. Chamot (1999) menyatakan bahwa,
self regulated learning adalah sebuah situasi belajar di mana siswa memiliki
kontrol terhadap proses pembelajaran tersebut melalui pengetahuan dan
penerapan strategi yang sesuai, pemahaman terhadap tugas-tugasnya,
penguatan dalam pengambilan keputusan dan motivasi belajar. Montalvo dan
Torres (2004) berpendapat bahwa siswa yang telah mampu melakukan self
regulated learning akan tercermin dari kemampuan mereka berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran baik dari segi metakognitif, motivasi dan
kesungguhan perilaku dalam pencapaian tujuan belajar (dalam Hamzah,
2007: 13).
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan
diri. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian

4
dari kelompok kecil (Hamzah, 2007: 12).  Strategi pembelajaran mandiri
lebih ditentukan oleh motif belajar yang timbul di dalam diri pembelajar,
maka pendidik dalam menyelenggarakan pembelajarannya dituntut untuk
dapat menumbuhkan niat atau motif belajar dalam diri pembelajar. Oleh
karena itu pendidik harus sungguh-sungguh menguasai bidang studinya.
Selain itu mereka harus menguasai berbagai teknik mengajar untuk menarik
pembelajar terhadap materi pelajarannya dan selanjutnya tertarik untuk
mempelajarinya sendiri lebih jauh. Berbagai teknik belajar juga perlu
dikuasai oleh pendidik untuk diajarkan atau dilatihkan kepada pembelajar
agar mampu melakukan kegiatan belajar lebih jauh tanpa bantuan sepenuhnya
oleh pendidik.
Strategi pembelajaran mandiri memungkinkan siswa belajar secara
mandiri dari bahan cetak, siaran maupun bahan rekam yang telah terlebih
dahulu disiapkan, istilah mandiri menegaskan bahwa kendali belajar, serta
keluwesan waktu, maupun tempat belajar, terletak pada pembelajar yang
belajar. Dengan demikian, pembelajaran mandiri sebagai strategi yang dapat
didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang memposisikan pembelajar
sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau
inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri
dengan atau tanpa bantuan dari orang lain (Mudjiman, 2008: 4).
Bagian terpenting dari konsep strategi pembelajaran mandiri adalah
bahwa setiap siswa harus mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi,
karena identifikasi sumber informasi ini sangat dibutuhkan untuk
memperlancar kegiatan belajar seorang siswa pada saat siswa tersebut
membutuhkan bantuan atau dukungan. Sesuai dengan konsep pembelajaran
mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat (Mudjiman, 2008: 6):
1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada,
namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
2. Mengetahui konsep belajar mandiri.
3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan
atau dukungan.

5
4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh
bantuan/dukungan.

B. Ciri-Ciri Strategi Pembelajaran Mandiri


Ciri-ciri umum strategi pembelajaran mandiri menurut Mudjiman
(2008: 5) adalah:
1. Tujuan Berbentuk Piramid
Pembelajaran mandiri terbentuk struktur tujuan belajar (yang
identik dengan struktur kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan bentuk
piramid sangat bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor
yang berpengaruh. Di antaranya adalah kekuatan motivasi belajar,
kemampuan belajar, dan ketersediaan sumber belajar. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi
kemampuan belajar, dan semakin tersedia sumber belajar. Secara umum
dapat dikatakan, bahwa keadaan ini menunjukkan kemungkinan semakin
tingginya kualitas kegiatan belajar, dan semakin banyaknya kompetensi
yang diperoleh.
2. Sumber dan Media Belajar
Pembelajaran mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan
media belajar. Pengajar, tutor, kawan, pakar, praktisi, dan siapapun yang
memiliki informasi dan ketrampilan yang diperlukan pembelajar dapat
menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar yang berisi instruksi dan
materi, buku teks, hingga teknologi informasi dapat digunakan sebagai
media belajar dalam pembelajaran mandiri. Ketersediaan sumber dan
media belajar turut menentukan kekuatan motivasi belajar. Apabila
sumber dan bahan belajar tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup
di dalam mesyarakat, kegiatan pembelajaran mandiri menjadi terdukung.
Lebih-lebih bila penguasaan kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka pembelajaran
mandiri akan berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat.

6
3. Tempat Belajar
Pembelajaran mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di
perpustakaan, di warnet, dan di mana pun tempat yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar. Akan tetapi, memang ada tempat-
tempat belajar tertentu yang paling sering digunakan pembelajar, yaitu
rumah dan sekolah. Lingkungan belajar di tempat-tempat tersebut perlu
mendapatkan perhatian, sehingga pembelajar merasa nyaman melakukan
kegiatan belajar.
4. Waktu Belajar
Pembelajaran mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang
dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatan-
kegiatan lain. Masing-masing pembelajar memiliki preserensi waktu
sendiri-sendiri, sesuai dengan ketersediaan waktu yang ada padanya.
5. Tempo dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri
oleh pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan
yang tersedia.
6. Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri.
Ini antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah ia termasuk auditif,
visual, kinestetik, atau tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu
menemukan tipe dirinya, serta cara belajar yang cocok dengan keadaan
dan kemampuannya sendiri.
7. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri.
Dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya,
pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil self
evaluation yang dilakukan berulang-kali akan turut membentuk kekuatan
motivasi belajar yang lebih lanjut. Pada umumnya kegagalan yang terus
menerus dapat menurunkan kekuatan motivasi belajar. Sebaliknya
keberhasilan-keberhasilan akan memperkuat motivasi belajar.

7
C. Metode Strategi Pembelajaran Mandiri
Untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran mandiri, dapat
dilakukan dengan menggunakan metode-metode seperti small group
discussion, simulation, case study, discovery learning (DL), self directed
learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning (CBL),
contextual instruction (CI), project based learning (PJBL) dan problem
based learning an inquiry (PBL). Adapun penjelasan metode-metode pada
strategi pembelajaran mandiri, antara lain (Suryani, 2014):
1. Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan
merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain,
seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta
para siswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk
mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh pengajar ataupun bahan
yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Metode ini dapat
digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting,
mengakses tingkat skill dan pengetahuan siswa, mengkaji kembali topik
di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat
juga untuk menyelesaikan masalah.
2. Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan
sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang
manajer atau pemimpin, siswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif,
kemudian di minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam
perusahaan tersebut. Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role
playing). Permainan-permainan simulasi dan lain-lain. manfaat dari
model ini adalah dapat mengubah cara pandang (mindset) siswa dengan
cara mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan
nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan
kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.

8
3. Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan
informasi yang tersedia, baik yang diberikan pengajar maupun yang di
cari sendiri oleh siswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara
belajar mandiri. Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk memperoleh bahan ajar dari
sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku,
koran, majalah dan lain sebagainya.
4. Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu
siswa sendiri. Siswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan
menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani,
dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Peran pengajar
dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi
arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah
dilakukan individu siswa tersebut. Manfaat dari metode ini adalah
menyadarkan dan memberdayakan siswa, bahwa belajar adalah tanggung
jawab mereka sendiri. Individu siswa didorong untuk bertanggung jawab
terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Untuk dapat
menerapkan metode ini, kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa
kemampuan siswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada
orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
5. Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh
pengajar untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan
suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang siswa yang
memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat
terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas,
langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan,
semuanya ditentukan dan dikontrol oleh pengajar. Siswa hanya
mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh pengajar. CL bermanfaat

9
untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif
pada diri siswa, rasa tanggung jawab individu dan kelompok siswa,
kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar siswa, dan keterampilan
sosial siswa.
6. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama
antar siswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh
anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari pengajar
dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan
pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja
kelompok ingin di nilai oleh pengajar, semuanya ditentukan melalui
konsensus bersama antar anggota kelompok.
7. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu pengajar mengaitkan isi
mata pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan
memotivasi siswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat,
pelaku kerja professional atau manajerial, entrepreneur,
maupun investor. Contoh: apabila kompetensi yang dituntut mata
pelajaran adalah siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya,
selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh
dan mendiskusikannya. Siswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk
terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara
langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung
sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
8. Project-Based Learning (PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan siswa
dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses
pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap

10
pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang
dirancang dengan sangat hati-hati.
9. Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah, dimana siswa
harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat
memecahkan masalah tersebut.
Tentu saja tidak semua metode-metode di atas dapat diterapkan,
tergantung pada mata pelajaran yang akan guru ajarkan. Diharapkan juga
setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas guru dapat
mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam
hal penilaian siswa terhadap pengajar, penilaian pengajar terhadap siswa,
ataupun sikap siswa dalam menerima pembelajaran di kelas.

D. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Mandiri


Sedangkan dalam proses pembelajaran mandiri ini ada beberapa
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pembelajar baik satu orang atau
kelompok yaitu (Mudiman, 2008: 6):
1. Menetapkan Tujuan
Pembelajar memilih atau berpartisipasi dalam memilih, untuk
bekerja demi sebuah tujuan penting, baik yang tampak maupun yang
tidak tampak, yang bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Tujuan
bukanlah akhir semuanya. Tujuan itu akan memberikan kesempatan
untuk menerapkan keahlian profesional akademik ke dalam kehidupan
sehari-hari. Saat pembelajar mencapai tujuan yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari, proses tersebut membantu mereka mencapai
standar akademik yang tinggi.
2. Membuat Rencana
Pembelajar menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
mereka. Merencanakan disini meliputi melihat lebih jauh ke depan dan
memutuskan bagaimana cara untuk berhasil. Rencana yang diputuskan
siswa tergantung pada apakah mereka ingin menyelesaikan masalah,

11
menentukan persoalan, atau menciptakan suatu proyek. Rencana yang
dibuat seseorang bergantung pada tujuannya. Baik tujuan tersebut
melibatkan penyelesaian masalah, menyelesaikan persoalan tersebut,
semuannya membutuhkan pengambilan tindakan, mengajukan
pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisa
informasi, serta berfikir secara kritis. Kemampuan untuk melakukan hal-
hal tersebut memungkinkan keberhasilan pembelajaran mandiri.
3. Mengikuti Rencana dan Mengukur Kemajuan Diri
Sejak semula, pembelajar tidak hanya menyadari tujuan mereka,
tetapi mereka juga harus menyadari keahlian akademik mereka yang
harus dikembangkan serta kecakapan yang diperoleh dalam proses
belajar mandiri. Selain proses tersebut mereka harus mengevaluasi
seberapa baik rencana mereka berjalan.
4. Membuahkan Hasil Akhir
Pembelajar mendapatkan suatu hasil baik yang tampak maupun
yang tidak tampak bagi mereka. Ada ribuan cara untuk menampilkan
hasil-hasil dari pembelajaran mandiri. Yang paling jelas adalah sebuah
kelompok mungkin menghasilkan portofolio, dan dapat pula memberikan
informasi menggunakan grafik, atau tampil untuk mempresentasikan
hasil belajar mereka dan siap dikomentari oleh pembelajar yang lainnya.
5. Menunjukkan Kecakapan Melalui Penilaian Autentik
Para pembelajar menunjukkan kecakapan terutama dalam tugas-
tugas yang mandiri dan autentik. Dengan menggunakan standar nilai dan
penunjuk penilaian untuk menilai portofolio, jurnal, presentasi, dan
penampilan pembelajar sehingga pengajar dapat memperkirakan tingkat
pencapaian akademik mereka. Sebagai tambahan penilaian autentik
menunjukkan sedalam apakah proses belajar mengajar yang diperoleh
siswa dari pembelajaran mandiri tersebut. Proses belajar mandiri adalah
proses yang kaya, bervariasi, dan menantang. Keefektifan bergantung
tidak hanya pada pengetahuan dan dedikasi pembelajar, tetapi juga
dedikasi dan keahlian pengajar.

12
E. Keunggulan Strategi Pembelajaran Mandiri
Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam
program pembelajaran mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu
lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri menurut Astawan (2010: 23)
memberikan sejumlah keunggulan unik sebagai strategi pengajaran:
1. Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban
maupun yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
2. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa
oleh   program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai
kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas
pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
3. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian
tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih
luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa.
4. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam strategi
pembelajaran mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi
berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa
dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
5. Membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab.
6. Siswa mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas yang
diselesaikan.
7. Siswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam hal penelusuran
literatur, penelitian, analisis dan pemecahan masalah, jika dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya siswa berkelompok menjadi semakin
bertambah, karena melalui kelompok tesebut siswa akan belajar tentang
kerja sama, kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
8. Mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu siswa dapat menjadi guru
bagi dirinya sendiri.

13
F. Kelemahan Strategi Pembelajaran Mandiri
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus
diketahui, yaitu (Astawan, 2010: 22):
1. Kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau antara
pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai
sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu
direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar
secara berjangka.
2. Strategi pembelajaran mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau
semua pengajar. Amatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya
belajar dan mengajar, kira-kira 20% siswa lebih menyukai belajar dalam
kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui
kegiatan perseorangan.
3. Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan
kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan
pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam
belajar mandiri. Karena alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu
(mingguan atau bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut
kecepatannya masing-masing.
4. Strategi pembelajaran mandiri sering menuntut kerja sama dan
perencanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Juga,
koordinasi dengan pelayanan penunjang (sarana, media, percetakan, dan
lain-lain) mungkin diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan.
Semuanya ini berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya
dilakukan oleh seorang guru saja.
5. Bila strategi ini diterapkan kepada siswa yang belum dewasa, ia belum
bisa belajar secara mandiri (masih memerlukan bimbingan).
6. Apa yang di dapat dalam pembelajaran mandiri masih belum tentu
benar, maka perlu melakukan pertanyaan atau diskusi.

14
BAB III
KESIMPULAN

Strategi pembelajaran mandiri bukan dalam artian sebatas belajar “sendiri”


tanpa bimbingan. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri di rumah,
maupun berkelompok di sekolah. Hal yang lebih essensial dari belajar
mandiri adalah siswa dalam melakukan pembelajaran atas kehendak dan dengan
kemauan serta motivasi dari dirinya sendiri. Belajar dilakukan karena dorongan
individu yang berkehendak dan termotivasi untuk belajar.Untuk meningkatkan
efektivitas belajar mandiri diperlukan lingkungan yang mendukung antara lain:
sumber  belajar yang mudah diakses, sarana prasarana yang memadai, kesiapan
pengajar dalam memfasilitasi. Peningkatan jumlah siswa yang mampu melakukan
pembelajaran  mandiri dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru
dalam mendisain pembelajaran yang mengakomodir hal tersebut. 
Sistem pembelajaran mandiri atau proses pembelajaran mandiri, memberi
kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan
guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang
khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Strategi
pembelajaran mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak
mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran
atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan
kemandirian inilah, belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa,
diantaranya menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh (e-learning).
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur
diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator,
seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar,
atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial.
Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke
dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri. Sebagai contoh rencana
pelaksanaan pembelajaran kurikulum Nasional sudah dapat mencerminkan belajar
mandiri. Karena guru hanya memberikan fakta atau konsep saja, siswalah yang

15
megembangkan materinya. Dalam Pembelajaran mandiri peserta didik dituntut
aktif dan kooperatif untuk memperoleh informasi. Tugas pengajar/pembimbing
hanya sebagai fasilitator yang mendukung, membimbing dan membantu peserta
didik bila mengalami kesulitan. Jadi peserta didik tidak tergantung kepada
pengajar, sehingga peserta didik bisa lebih perkembang dan mandiri. Sarana
pendukung pembelajaran ini bisa menggunakan media cetak maupun elektronik
seperti komputer, internet, dan lain-lain. Tujuannya agar dapat meningkatkan
kemampuan, ketrampilan, serta kreatifitas peserta didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ametembun. 1993. Manajemen Kelas. Bandung: IKIP Bandung.

Astawan, I Gede. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja:


Universitas Pendidikan Ganesha.

Hamzah, B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudjiman, Haris. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.

Suryani. 2014. Pembelajaran Mandiri. [Online]. Tersedia:


http://srisuryani20.blogspot.co.id/2014/01/makalah-materi-pembelajaran-
mandiri.html, diakses pada Kamis, 27 April 2017.

17

Anda mungkin juga menyukai