Anda di halaman 1dari 18

Tugas 3 :

AGRIBISNIS

Prospek Pengembangan Agribisnis Dalam Mewujudkan Ketahanan


Pangan

OLEH :

NAMA : FEBRIANSYAH
NIM : B1A1 17 184
KELAS :A

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya dengan ijin dan
kuasanyalah, saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Prospek
Pengembangan Agribisnis Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan” dengan tepat
waktu. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agribisnis.

Tak lupa pula sholawat serat salam marilah kita hanturkan kepada
baginda Rasulullah SAW karena dengan perantara beliaulah kita di
pandu dari zaman kebodohan, zaman kebatilan, menuju zaman penuh
dengan cahaya ilmu pengetahuan.

Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, karena


kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu jika dalam
makalah ini ada kesalahan, saya meminta agar pembaca dapat
memberikan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Kendari, Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................
A. Latar Belakang......................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................

C. Tujuan Penulisan...................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................

A. Pengertian Agribisnis............................................................

B. Proses Kegiatan Agribisnis...................................................

C. Konsep Pengembangan Agribisnis..........................................................

D.Prospek Pengembangan Agribisnis Dalam


Mewujudkan Ketahanan Pangan.....................................

BAB III PENUTUP............................................................................

A. Kesimpulan............................................................................

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir”
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan
(food supply chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi
usaha penyediaan pangan.

Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi untuk memperoleh


keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.

Indonesia adalah negara agraris di mana mayoritas penduduknya adalah kaum


tani. Negara agraris menjadikan Indonesia memiliki wilayah yang luas serta kaya
akan lahan yang subur untuk bertani. Atas dasar ini, Indonesia mulai mengenal
agribisnis. Perjalanan perkembangan agribisnis di Indonesia sejalan dengan sejarah
pembangunan pertanian secara umum yang mengalami periode jatuh bangun. Hal ini
sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi di Indonesia baik secara mikro
maupun secara makro.

Agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki


beberapa komponen subsistem yaitu, subsistem usaha tani yang memproduksi
bahan baku, subsistem pengolahan hasil pertanian, dan subsistem pemasaran hasil
pertanian. Terdapat beberapa permasalahan yang seringkali ditemui dalam
manajemen agribisnis diantaranya: terdapat pengalihan fungsi lahan, produktivitas
mengalami penurunan, kegiatan impor produk pertanian yang semakin
meningkat, ketidakberdayaan pemerintah untuk membendung kegiatan impor, dan
lain-lain. Ini tercermin dalam berbagai persoalan yang ada pada sektor pertanian
seperti: masalah perebutan bahan baku untuk kebutuhan pangan dan energi, jutaan
hektar tanah telah beralih fungsi, dan lain-lain. Solusi dari permasalahan tersebut
di atas harus dilakukan secara terintegrasi dan bersinergi antara pelaku-pelaku
agribisnis, masyarakat sebagai konsumen dan pemerintah.

B. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan Agribisnis?


b) Bagaimana Proses Kegiatan Agribisnis ?
c) Bagaimana Konsep Pengembangan Agribisnis ?
d)Bagaimana Prospek Pengembangan Agribisnis Dalam Mewujudkan Ketahanan
Pangan?

C. Tujuan Penulisan
a) Untuk Mengetahui Pengertian Agribisnis
b) Untuk Mengetahui Proses Kegiatan Agribisnis
c) Untuk Mengetahui Konsep Pengembangan Agribisnis
d) Untuk Mengetahui Prospek Pengembangan Agribisnis Dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agribisnis

Agribisnis atau usaha niaga tani adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau
bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan
"hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada
rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah
cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik,
agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek
budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran. Dalam konteks manajemen agribisnis di dalam dunia akademik, setiap
elemen dalam produksi dan distribusi pertanian dapat dijelaskan sebagai aktivitas
agribisnis. Namun istilah "agribisnis" di masyarakat umum sering kali ditekankan
pada ketergantungan berbagai sektor ini di dalam rantai produksi

Kata atau istilah agribisnis merupakan kombinasi antara kata agriculture


yang berarti “pertanian” dan kata bussiness yang berarti “usaha”. Jadi agribisnis
berarti usaha pertanian yakni semua usaha yang dilakukan dalam bidang
produksi dan distribusi hasil-hasil pertanian.

Beberapa Pengeritan Agribisnis Menurut Para Ahli:

Menurut G. Karta Sapoetra, dkk (1985), mengartikan agribisnis sebagai usaha


yang berhubungan dengan produksi/distribusi dilapangan pertanian, misalnya
usaha-usaha produksi hasil-hasil pertanian, penyimpanan hasil-hasil produksi,
processing, dan distribusi hasil pertanian.

Menurut Goldbrerh agribisnis adalah penjumlahan seluruh kegiatan yang


berhubungan dengan produksi dan distribusi sarana produksi pertanian,
kegiatan produksi dalam usahatani, penyimpanan, pengolahan dan pemasaran
komoditi pertanian dan komoditi lain yang terbuat dari padanya.

Arsyad, dkk (1985), mengemukakan bahwa dalam ”arti sempit” agribisnis


merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian. Sedangkan dalam ”arti yang luas agribisnis”
adalah kegiatan usaha yang dijunjung oleh kegiatan pertanian.

A.A. Soeharjo (1987), mendefinisikan bahwa agribisnis atau bisnis pertanian


mencakup semua kegiatan usaha mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian,
sampai penanganan pengolahan produksi yang dihasilkan atau penanganan hasil
olahannya.

Saragih dan Khrisnamurti (1994) menyatakan bahwa agri¬bisnis adalah


segala kegiatan yang berhubungan dengan pengu¬sahaan tumbuhan dan hewan
(komoditas pertanian, petemakan, perikanan dan kehutanan) yang berorientasi
pasar (bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pengusaha sendiri) dan perolehan
nilai tambah.

B. Proses Kegiatan Agribisnis


Kegiatan agribisnis merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan di
bidang pertanian dengan mata rantai yang sangat kompleks. Kegiatan ini diawali
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian, berupa pengadaan bibit,
pupuk, obat-obatan, lahan serta adanya modal baik berupa modal sendiri maupun
dari pinjaman atau kredit yang didapatkannya, selanjutnya diikuti oleh proses
usahatani, dapat berupa usahatani pangan, holtikultura/sayur-sayuran, perkebunan,
perikanan, peternakan dan bahkan kehutanan, setelah ditentukan usahatani mana
yang akan kita kembangkan, kemudian dilakukan proses pengolahan mulai
pembukaan lahan pertanian sampai dengan pemetikan buah/nilai atau lebih dikenal
dengan proses produksi.

Setelah proses produksi maka langkah atau kegiatan selanjutnya adalah


penyimpanan atau penggudangan dari pada hasil produksi, ini merupakan bagian
penting sebelum output tersebut dikelola lebih lanjut ataupun dipasarkan
konsumen. Setelah proses penanganan pasca panen selesai maka tindakan
selanjutnya adalah pendistribusian output tersebut ke konsumen dirangkaikan
dengan sistem tataniaga yang digunakan. Dimana dalam tataniaga ini kadang-
kadang produsen memanfaatkan jasa pedagang besar dan baru pedagang besar
tersebut yang menjualnya pada konsumen pemakai atau konsumen akhir.

Sedangkan hubungannya dengan lembaga penunjang, ini dapat berupa


lembaga perkreditan seperti bank, koperasi, peraturan pemerintah yang
memberikan sokongan dan dorongan kepada petani untuk usahanya, transportasi
dari produsen ke konsumen, serta pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual
beli.

Kompleksnya aktivitas agribisnis ini, akhirnya menimbulkan beberapa


spesialisasi yang penting antara lain :
(1) spesialisasi dalam produksi
(2) spesialisasi dalam pengolahan
(3) spesialisasi dalam pemasaran dan perdagangan. Spesialisasi ini sangat terkait
dengan sistem yang ada dalam agribisnis.

C. Konsep Pengembangan Agribisnis


Pembangunan pertanian pada PJP Tahap II tidak lagi berorientasi kepada
peningkatan produksi semata, tetapi mengarah kepada agribisnis. Dengan
demikian orientasi pembangunan pertanian adalah mencakup seluruh aspek di
dalam sistem agribisnis yang dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Keterkaitan dengan
agroindustri dalam sistem agribisnis menjadi sangat penting dalam penyediaan dan
penyaluran sarana produksi, penyediaan dana dan investasi, serta teknologi dengan
dukungan sistem tataniaga dan perdagangan yang efektif.

Pengembangan agroindustri pada dasarnya diharapkan agar selain memacu


pertumbuhan tingkat ekonomi, juga sekaligus dapat meningkatkan kesempatan
kerja dan pendapatan petani. Oleh karena itu agroindustri yang dikembangkan
di pedesaan perlu direkayasa dengan prinsip dasar :

1. Memacu keunggulan kompetitif produk/komoditi serta


komparatif wilayah menjadi brigade penumbuhan agroindustri.
2. Memacu peningkatan kemampuan SDM dan menumbuhkan agroindustri yang
sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan.
3. Memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan
yang nantinya akan berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang
berkelanjutan.
4. Memacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan
subsistem-subsistem agribisnis.
5. Menghadirkan berbagai sarana pendukung berkembangnya
industri pedesaan.
Visi pembangunan pertanian saat ini adalah terwujudnya masyarakat
yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
desentralistik (Nuhfil Hanani AR., dkk., 2003).

Sistem pembangunan agribisnis tersebut selanjutnya akan memberikan


kontribusi bagi petani pada tingkat pendapatan yang lebih baik. Tujuan umum
agribisnis adalah:
1. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
petani melalui pengembangan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis.
2. Mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem
agribisnis dan perusahaan-perusahaan agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan dan berkelanjutan, dan terdesentralisir.
3. Mewujudkan sistem ketahanan pangan
yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan
budaya pangan lokal di setiap daerah.
4. Meningkatkan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan sistem agribisnis.
Usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sistem agribisnis harus
sejalan dengan era otonomi daerah yaitu pemerintah kabupaten/kota sebagai
daearah otonomi.

Pengenalan sistem agribisnis di dasari pada berbagai kelemahan sistem


parsial yang dahulu digunakan. Panca usahatani merupakan contoh keparsialan
pendekatan pembangunan pertanian di negara kita. Dengan pendekatan agribisnis
ini, ketimpangan di berbagai subsistem pertanian diharapkan tidak terjadi lagi.

Pembangunan sistem agribisnis ini merupakan pembangunan yang


mengintegrasikan pembangunan pertanian dengan pembangunan industri dan
jasa terkait dalam suatu kluster industri yang mencakup lima subsistem, yaitu:
subsistem agribisnis hulu (input produksi), subsistem usahatani, subsistem
pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem jasa.

Input produksi terdiri dari pupuk, teknologi, lahan, bibit, tenaga kerja dan
kebutuhan lainnya. Usahatani merupakan kegiatan on-farm yakni kegiatan teknik
penanamannya di lahan hingga harvest. Dari subsistem ini hasil produksi
selanjutnya diolah untuk dijadikan barang yang lebih mempunyai harga tinggi.
Pilihan terhadap pengolahan tergantung pada permintaan pasar dan keuntungan
dari hasil panen (mana yang menguntungkan dijual segar atau olahan). Dari
ketiga subsistem ini terdapat subsistem yang penting yaitu pemasaran. Pemasaran
yakni proses distribusi barang hasil pertanian kepada konsumen baik kepada
industri maupun perorangan. Sedangkan subsistem jasa-jasa yang sangat penting
dalam pendekatan agribisnis adalah permodalan dan asuransi.

Pengembangan sistem agribisnis adalah pengembagan model keterkaitan


antar kluster dalam agribisnis agar mampu memberikan nilai tambah bagi pelaku
agribisnis. Pengembangan meliputi penataan industri hulu dan hilir dengan
meningkatkan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung.

Dengan semakin kuatnya masing-masing subsistem dalam menunjang


agribisnis, maka akan semakin mengokohkan agribisnis dalam menyokong
pembangunan pertanian Indonesia. Dan dengan berkembangnya sistem agribisnis
menjadi sistem pengolahan pertanian di Indonesia maka usaha-usaha agribisnis
akan berkembang dan menjadi ciri khas setiap usaha pertanian di Indonesia.
Usaha-usaha pertanian yang selama ini tidak menggunakan pendekatan
keuntungan dan lebih merupakan hobi maupun budaya sehingga faktor
keuntungan kurang diperhatikan, ke depan akan berubah dengan adanya usaha-
usaha yang luas di sektor pertanian yang berbasis agribisnis.

Mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem


agribisnis dan perusahaan-perusahaan agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisir merupakan usaha-usaha yang
dilakukan ke depan, dan harus lebih difokuskan dalam menumbuhkembangkan
aktivitas-aktivitas ekonomi pedesaan yang produktif dengan jalan menumbuhkan
perusahaan-perusahaan agribisnis.

Perusahaan ini tentunya di desain dengan daya saing yang kuat dengan basis
kepemilikan masyarakat dan basis dasar daerah. Desentralisasi ini dilakukan
agar perusahaan agribisnis di daerah tidak berorientasi pada pengambilan
keuntungan saja, namun juga memperhatikan kepentingan daerah terutama
maksimalisasi potensi daerah dan keunggulan komparatif daerah.

Hal-hal tersebut dilakukan agar usaha-usaha ekonomi yang dikembangkan


mempunyai basis yang kuat dan tidak tergantung pada kebijakan pusat.
Tangguhnya aktivitas ekonomi di daerah dan adanya perusahaan-perusahaan
agribisnis yang berbasis di masyarakat akan semakin meningkatkan kemandirian
daerah untuk memelihara kehidupannya sendiri. Meningkatkan kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan sistem agribisnis
merupakan usaha untuk memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan
melalui pembukaan lapangan kerja melalui pengembangan usaha agrobisnis.

Dengan tersedianya lapangan kerja yang baik dengan berbasis agribisnis di


pedesaan akan dapat memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat
desa serta dapat meningkatkan pemupukan modal di pedesaan. Pada sisi lain,
dengan memberikan kesempatan berusaha yang adil bagi setiap pelaku usaha di
pedesaan akan mendorong pembukaan usaha agribisnis baru.

Dalam usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sistem agribisnis


harus sejalan dengan era otonomi daerah yaitu pemerintah kabupaten/kota sebagai
daerah otonomi, mempunyai kewajiban menjaga dan memfasilitasi agar kondisi
tersebut dapat tumbuh dan berkembang di pedesaan.

Keberhasilan pembangunan pertanian terutama dalam meningkatkan


pendapatan dan ketersediaan bahan pangan pokok masyarakat akan memacu
berkembangnya sektor industri dan jasa serta mempercepat transformasi struktur
perekonomian nasional. Dalam suasana lingkungan strategis yang berubah dengan
cepat, sehingga penajaman arah kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan
pertanian pada masa depan ini menjadi demikian penting.
Sehubungan dengan hal-hal yang dipaparkan di atas, maka Departemen
Pertanian merumuskan visinya yaitu “Pertanian modern yang berbudaya industri
dalam rangka pembangunan industri pertanian berbasis pedesaan” (Anonim,
1997).

Kerangka strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis pada


dasarnya mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
(a) menarik dan mendorong sektor pertanian.
(b) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel
(c) menciptakan nilai tambah
(d) meningkatkan penerimaan devisa
(e) menciptakan lapangan kerja
(f) meningkatkan pendapatan para petani.

Sehubungan dengan tujuan-tujuan tersebut, maka strategi pembangunan


sektor pertanian pada masa mendatang harus dikaitkan dengan strategi
pengembangan industri pertanian yang dapat dikembangkan di pedesaan, dan
karenanya harus diprioritaskan pertumbuhan industri pertanian yang mampu
menangkap efek ganda bagi pedesaan.

Pembangunan pertanian pada masa yang akan datang, hakekatnya


merupakan kelanjutan, pendalaman, dan peningkatan dari pembangunan
pertanian pada masa yang lalu sebagai upaya untuk mewujudkan pertanian yang
tangguh, maju, dan efisien yang dicirikan oleh kemampuannya dalam
mensejahterakan para petani, pekebun, peternak dan nelayan.

Sejalan visi tersebut di atas, maka misi Departemen Pertanian dalam


melaksanakan pembangunan pertanian dirumuskan sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembangunan pertanian


dengan pendekatan agribisnis.
2. Sumber daya pertanian secara optimal.
3. Meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan.
4. Menciptakan kondisi yang menjamin pembangunan pertanian berkelanjutan.

D. Prospek Pengembangan Agribisnis Dalam Mewujudkan


Ketahanan Pangan

Perkembangan agribisnis di Indonesia tentu memiliki alasan yang kuat


hingga bisa tetap bertahan sampai saat ini. Beberapa prospek agribisnis yang
sangat cerah di antaranya:

 Tanah di indonesia relatif subur dan cocok dengan tanaman pangan

 Indonesia memiliki iklim yang cukup bersahabat. Hujan dan panas cukup
teratur dan sangat minim terjadi bencana.

 Indonesia berada pada garis katulistiwa yang beriklim tropis. Hal ini
menyebabkan cukupnya sinar matahari bagi pertanian di Indonesia.

 Pemerintah masih menempatkan sektor pertanian sebagai sektor andalan.

 Indonesia memiliki aliran sungai, bendungan, dan saluran irigasi yang


cukup.

Di Indonesia, peluang berusaha dalam agribisnis masih luas sekali. Bidang


bisnis di sektor pertanian cukup luas ini mulai dari penyediaan sarana produksi
(benih, pupuk, alat-alat pengolahan lahan); pengolahan hasil produksi (industri
penglolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan menjadi bahan jadi,
pengawetan hasil produksi), sampai pemasaran hasilnya. Peluang garapan bisnis
masing-masing subsektor penulis coba gambarkan sebagai berikut : 
1. Sub Sektor Tanaman Pangan. Penyediaan benih unggul, penyediaan pupuk
kimia, penyediaan pupuk organik, industri pengolahan tanaman pangan
termasuk hortikultura; misalnya buah-buahan dan sayuran dalam kaleng. 

2. Sub Sektor Perkebunan. Komoditi di perkebunan yang banyak diusahakan


seperti cokelat, kopi, teh, tebu/gula, kelapa sawit, kelapa, nilam dan
sebagainya. 

3. Sub Sektor Peternakan. Garapan peternakan mulai dari ternak besar (sapi dan
sejenisnya), ternak kecil (kambing dan sejenisnya), bermacam-macam unggas
baik untuk konsumsi, proses produksi pertanian, maupun untuk kegemaran
(hobi). 

4. Sub Sektor Perikanan. Perikanan ini terdiri dari perikanan air tawar, perikanan
air payau (tambak). Dengan produksi untuk tujuan konsumsi, ekspor maupun
untuk kepentingan kegemaran. 

5. Sub Sektor Kehutanan. Agribisnis di subsektor kehutanan mulai dari komoditi


kayu maupun non kayu. Komoditi kayu bisa yang berasal dari hutan negara
maupun hutan rakyat dengan berbagai jenis. Kegiatannya dimulai dari
penyiapan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan,
pengolahan hasil hingga pemasaran. Pada hutan rakyat semakin
dikembangkan jenis-jenis yang cepat tumbuh dan yang laku di pasaran seperti
sengon/alba (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis). 

Upaya-upaya genetika untuk mempercepat produksi juga selalu dilakukan,


mengingat komoditi kayu mempunyai umur produksi yang relatif panjang (7
tahun lebih). Kegiatan tersebut perlu ditangani secara bisnis. Kegiatan
pemungutan hasil melibatkan banyak tenaga kerja dan peralatan yang bervariasi.
Juga efisiensi penggunaan sarana pendukung perlu dikelola secara cermat dengan
mempertimbangkan ekonomi. Pengolahan hasil kayu dengan berbagai produk
mulai biji korek api, meubeler rumah tangga hingga untuk konstruksi, baik untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor, tentu merupakan lahan
berusaha yang masih harus dikerjakan dengan serius. Hasil hutan non kayu
seperti tanaman obat, bunga, madu, sutera alam, walet, kutu lak (penghasil
pelitur/vernis), minyak atsiri, minyak kayu putih, jasa rekreasi, wisata alam dan
lain-lain adalah peluang bisnis yang dapat melibatkan banyak tenaga kerja dan
menghasilkan pendapatan yang tidak sedikit. 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Indonesia, peluang berusaha dalam agribisnis masih luas sekali. Bidang


bisnis di sektor pertanian cukup luas ini mulai dari penyediaan sarana produksi
(benih, pupuk, alat-alat pengolahan lahan); pengolahan hasil produksi (industri
penglolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan menjadi bahan jadi,
pengawetan hasil produksi), sampai pemasaran hasilnya.

B. Saran

Pelaku pasar seringkali dihadapkan pada faktor resiko yang tinggi dan faktor
ketidakpastian yang besar. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah kualitas
produk dalam kaitannya dengan pemasaran. Untuk itu, pelaku pasar dapat
mengatasinya dengan memperkuat/menciptakan kelembagaan yang mendukung.
Misalnya asosiasi perdagangan Kamar Dagang Industri (Kadin), Asosiasi
Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI), Gabungan Pengusaha Walet dan lain
sebagainya. Dengan upaya yang melembaga ini kesulitan pengembangan
agribisnis lebih mudah diatasi (misalnya mencari pasar, mencari informasi jenis
produk yang diminati, mencari informasi lain tentang pemasaran hasil dan
sebagainya. 
DAFTAR PUSTAKA

Bishop, C. E. dan W. D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi


Pertanian. Jakarta: Penerbit Mutiara Dumairy. 1996.

Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga Mubyarto. 1983. Politik Pertanian


dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

https://imaperta.wordpress.com/2017/01/06/prospek-agribisnis-di-indonesia-
peluang-bisnis-sekala-makro/

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-perkembangan-usaha-agribisnis-di-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai