Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR PAVLOV

Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar Matematika


Dosen Pengampu : Dr. Ibrahim, M. Pd.

Disusun oleh :

1. Candra Pribadi (11600008)


2. Lulu Tarabedita (11600010)
3. Fitriani N. (11600017)
4. Faridatul Lail (11600024)
5. Ahmad Jarifin (11600048)
6. Susilo Nugroho (11600058)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Teori belajar Pavlov seirng dikenal dengan Classical Conditionng. Beliau


adalah seorang ahli psikologi dari Rusia. Istilah lain teori tersebut isalah
Pavlovianisme, yang diambil dari nama Pavlov sebagai pencetus dasar teori itu.
Prosedur onditioning Pavlov disebut classic karena merupakan penemuan
bersejarah dalam bidang psikologi. Secara kebetulan Conditioning refleks
(psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia belajar fungsi perut dan
mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing (sebagai binatang
percobaannya sedang makan. Ia mengamati bahwa air liur keluar tidak hanya pada
waktu anjing sedang makan, tetapi juga ketika melihat makanan. Jadi melihat
makanan saja sdah cukup untuk menimbulkan air liur. Gejala ini oleh Pavlov
disebut “Psychic” refleks.
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme
memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan
respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai refleks menjadi
sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku
melalui proses persyaratan (conditioning process). Dan Pavlov beranggapan
bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi
lingkungan.
Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan eksperimen
tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang percobaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)


Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar modern Ivan
Petrovich Pavlov dilahirkan di Rayzan Rusia desa tempat ayahnya Peter
Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta pada 18 September tahun
1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ia
dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke seminari teologi, ayahnya
seorang pendeta, dan awalnya Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta.
Namun, ia berubah pikiran dan memutuskan untuk menekuni fisiologis.
Dia sebenarnya bukanlah sarja psikologi dan tidak mau disebut sebagai
ahli psikologi, karena dia adalah sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun
1870, ia memasuki Universitas Petersburg untuk mempelajari sejaran alam
di fakultas fisika dan matematika.
Pada tahun ketiga, ia mengikuti kursus di Akademi Medica
Chiraginal. Namun, ia tidak ingin menjadi dokter, melainkan seorang ahli
psikologi berkualitas. Pavlov meminta setiap orang yang bekerja di
laboratoriumnya menggunakan hanya istilah fisiologis saja. Jika
asistensinya ketahuan menggunakan bahasa psikologi –contohnya
menunjukkan kepada perasaan atau pengetahuan si anjing- maka dia akan
mendenda mereka. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang
fisiologi dimulai ketika ia memulai studi tentang pencernaan. Dalam
hidupnya, Pavlov dipengaruhi oleh buku-bukunya abad 16, terutama yang
ditulis Pissarev. Dia sangat konsekuen terhadap pekerjaannya sehingga
banyak memperoleh tambahan pengetahuan tentang psikologi. Perjalanan
Pavlov ke luar negeri memberi arti penting dalam mendukung dirinya
menjadi fisiolog. Keahliannya di bidang fisiologi sangat mempengaruhi
eksperimen-eksperimennya.
Dalam eksperimennya yang menjadikan anjing sebagai bahan
penelitiannya, ia melihat bahwa anjing mengeluarkan air liur sebagai
respons atas munculnya makanan. Dia kemudian mengeksplorasi
fenomena ini dan kemudian mengembangkan suatu studi perilaku
(behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical
Conditioning). Menurut teori ini, ketika makanan (makanan – the
unconditioned / unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan
atau tidak dipelajari) dipasangkan dengan bel (bunyi bel – the conditional /
learned stimulus – stimulus yang dikondisikan atau diajarkan), maka bunyi
bel akan menghasilkan respon yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si
anjing percobaan. Hasil karyanya ini bakan menghantarkannya menjadi
pemenang hadiah Nobel.
Teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai
proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Pavlov telah
melakukan penyelidikan terhadap kelenjar ludah secara intensif sejak
tahun 1902 dengan menggunakan anjing. Hanya beberapa saat sebelum
tahun itu. Ketika Pavlov menginjak usia 50 tahun, dia melalui karyanya
yang terkenal tentang reflek-reflek yang terkondisikan (Condition refleks).
Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned
reflexes di tahun 1904 dia memperoleh hadiah Nobel di bidang physiology
or medicine untuk karyanya tersebut. Karyanya mengenai pengkondisian
sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika (The Official
Web Site of The Nobel Foundation, 2007).
Pengaruh Pavlov kepada para ahli fisiologi tidak begitu besar,
pengaruhnya yang besar justru dalam lapangan psikologi pada dewasa ini
psikologi di Uni Soviet boleh dikatakan adalah seluruhnya Pavlovian.
Pendapat-pendapat Pavlov dijadikan landasan bagi psikologi di Uni
Soviet, karena hal tersebut serasi dengan filsafat doktrin histris-
materialisme.

B. Eksperimen – Eksperimen Pavlov


Pada tahun – tahun terakhir abad 19 dan abad 20 , Pavlov dan
kawan kawan mempelajari proses pencernaan dalam anjing. Selama
penelitian mereka memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan
pengeluaran air liur.Dalam eksperimen – eksperimen ini mereka
menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang
selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, seperti
pengeluaran air liur. Berangkat dari pengalaman – pengalaman
sebelumnya, Pavlov melakukan eksperimen dalam bidang psikologi
dengan mennngunakan anjing sebagai subyek penelitian
Berikut adalah beberapa pengertian pokok yang biasanya digunkan
dalam teori Pavlov sebagai unsur dalam eksperimennya :
1. Unconditioned Stimulus (US) = perangsang tak bersyarat; yaitu
perangsang yang memang secara alami, secara wajar, dapat
menimbulkan respon pada organisme.
Misal : makanan yang dapat menimbulkan keluarnya air liur pada
anjing.
2. Conditioned Stimulus (CS) = perangsang bersyarat yaitu
perangsang secara alami, tidak menimbulkan respon.
Misal : bunyi bel, melihat piring, mendengar langkah orang yang
biasa memberi makanan.
3. Unconditined Response (UR) = respon tak bersyarat yaitu respon
yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Unconditioned
Stimulus = US)
4. Conditioned Response (CR) = respon bersyarat yaitu respon
yangditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat (Conditioned
Stimulus)

Adapun langkah – langkah eksperimen yang dilakukan Pavlov yaitu


sebagai berikut :
1. Anjing dioperasi kelenjar ludahnya sehingga memungkinkan untuk
mengukur dengan teliti air ludah yang keluar dengan pipa sebagai
respon terhadap perangsang makanan (berupa serbuk daging) yang
disodorkan ke mulutnya. Eksperimen Pavlov diulang beberapa kali
hingga akhirnya diketahui bahwa air liur sudah keluar sebelum

makanan sampai ke mulut. Artinya, air liur telah keluar saat anjing

melihat piring tempat makanan, melihat orang yang biasa memberi

makanan bahkan saat mendengar langkah orang yang biasa memberi

makanan.

Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang

makanan merupakan suatu yang wajar.Namun, keluarnya air liur

karena anjing melihat piring, orang atau bahkan langkah seseorang

merupakan suatu yang tidak wajar. Artinya, dalam keadaan normal,

air liur anjing tidak akan keluar hanya karena melihat piring

makanan, orang yang biasa memberi makanan dan mendengar

langkah-langkah orang yang biasa memberi makanan. Piring tempat

makanan, orang dan langkah orang yang biasa memberi makanan

merupakan tanda atau signal.

Dalam eksperimennya, tanda atau signal selalu diikuti

datangnya makanan. Berkat latihan-latihan selama eksperimen,

anjing akan mengeluarkan air liurnya bila melihat atau mendengar

signal-signal yang persis sama dengan signal-signal yang digunakan

dalam eksperimen.

Apabila dikaji secara mendalam menurut psikologi, refleks

bersyarat merupakan hasil belajar atau latihan.Namun, sebagai

seorang ahli fisiologi, Pavlov tidak tertarik pada masalah tersebut

karena lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Dengan mendapatkan

refleks bersyarat, Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah menemukan

sesuatu yang baru dibidang fisiologi. Dia ingin mengetahui proses

terbentuknya refleks bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi

otak secara tidak langsung.


2. Dalam usahanya memahami fungsi otak, Pavlov mengulangi
eksperimen seperti diatas dengan variasi. Adapun langkah
eksperimennya adalah :
a. Anjing dibiarkan lapar, Pavlov membunyikan bel dan anjing
mendengarkannya. Variasi lain dilakukan dengan nyala lampu
dalam kamar gelap dan anjing memperhatikan lampu menyala.
Setelah bel berbunyi atau lampu menyala 30 detik, makanan
diberikan reflex dan terjadilah reflex pengeluaran.
b. Percobaan tersebut diulang berkali-kali dengan jarak 15 menit.
c. Setelah diulang 32 kali, bunyi bel atau nyala lampu
Dalam eksperimen diatas, ada beberapa hal yang bisa
diterangkan ,yaitu :
1) bunyi bel / nyala lampu merupakan conditioning stimulus
(CS) dan makanan merupakan Unconditioning stimulus
(US)
2) keluarnya air liur kerena bunyi bel / nyala lampu
merupakan conditioning reflex (CR) dan keluarnya air liur
anjing karena ada makanan unconditioning reflex (UR)
3) makanan yang diberikan setelah air liur disebut pengaruh
yang diperkuat reflex bersyarat dan memberikan respon
lebih kuat dibandingkan respon bersyarat.

1. Eksperimen-eksperimen selanjutnya bertujuan mengetahui apakan


reflex bersyarat yang dibentuk dapat hilang atau dihilangka.
Melaluli semua eksperimen, Pavlov menyimpulkan bahwa relfleks
bersyarat yang dibentuk dapat hilang atau dihilangkan dengan jalan
:
a. reflex bersyarat yang telah dibentuk dapat hilang jika
perangsang/ sinyal yang membentuknya telah hilang.
b. reflex bersyarat dapat dihilangkan dengan melakukan
persyaratan keembali (reconditioning)
2. Eksperimen lain dari Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan
binatang dalam membedakan bermacam-macam perangsang agar
menolong kemajuan studi tentang belajar.

Kesimpulan dari ekaperimen-eksperimen yang dilakukan dengan


anjing oleh Pavlov menyatakan bahwa gerakan-gerakan reflek itu dapat
dipelajari,dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan
demikian dapat dibedakan dua macam reflek, yaitu reflek wajar
(unconditioned refeleks) keluar air liur ketika melihan makanan dan reflex
bersyarat / reflex yang dipelajari(conditioned reflex) keluar air liur kerena
menenriama / beraksi terhadap warna sinar tertentu atau terhadap suatu
bunyi tertentu.
C. Hukum – Hukum Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov
Dalam ekaperimen behavioris Pavlov, makanan merupakan
stimulus yang tidak dikondidikan paradigm pengkodisian klasik
(unconditioned stimulus, US). Setiap anjing ditaruh dalam ruangan
gelapyang diberikan lampu kecil diatasnya. Beberapa saat setelah itu
makanan diletakkkan dimulut anjing untung membangkitkan reflex air
liur. Eksperimen itu diulang beberapa kali yang membuat anjing
mangeluarkan air liur hanya kerena lampu dinyalakan. Oleh karena itu
anjing dapat dikatakan telah dikondisikan untuk merespon cahaya.
Cahaya lampu itu merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned
stimulus). Serta air liur terhadap makanan disebut reflex yang tidak
dikondisikan (unconditioned reflex ) sedangkan air liur terhadap cahaya
disebut reflex yang dikondisikan (conditioned reflex) inilah yang disebut
pengkondisian klasik (classical conditioning).
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov, salah satu
pertanyaan yang muncul adalah apakah ini merupakan cara terbai. Namun
pada akhirnya Pavlov dan murid-muridnya menyimpulkan bahwa memang
cara itulah cara terbaik. Kesimpulannya sangat sulit memperoleh
pengkondisian jika stimu;us yang dikondisiskan (CS) dilakukan sebelum
stimulus yang tidak dikondisikan (US).
Contohnya yaitu guru menyampaikan materi pelajran disertai soal.
Setiap kali siswa dapat mengerjakan soal (CS) dengan baik dan benar guru
memberikan pujian (US) hal ini menyebabkan sisiwa merasa bangga (CR).
Selanjutnya diharapkan siswa dapat terbiasa dan punya pengalaman
dengan bentuk-bentuk soal dapat menyelesaikan (CS) membuat siswa
bangga (CR).
Pavlov menemukan beberapa hukum pengkondisain dari hasil
eksperimen diatas. Hukum hukum tersebut antara lain :
1. Kepunahan atau penghapusan atau pemdaman (extinction)
Penghapusan berlaku apabilarangsangan terlazim tidak
diikuti dengan rangsangan yang tidak terlazim yang membuat
organism/individu tidak akan brtindak balas. Respon akan tetap
ada selama rangsangan bersyarat diberikan dan dipasangkan
dengan rangsangan yang tak bersyarat.namun jika rangsangan
bersyarat memberikan respon bersyarat menjadi berkurang dan
tidak terlihan kejadian itu disebut dengan pemadaman
(extinction. Contoh dalam kehidupan nyata yaitu : dua orang
anak kecil lak-laki dan perempuan yang terbiasa bermain
bersama saat dewasa ternyata timbul perasaan cinta dari
pemuda ke gadis tersebut,tetapi tidak demikian dengan gadis
tersebut. Ketika pemuda teman kecilnya mengungkapkan
cintanya gadis itu menolak karena mengannggapitu hanya
perasaan sebatas teman. Namun pemudatersebut terus berjuan
membahagiakan sang gadis agar cintanya diterima. Dengan
segala perhatian dan kebaikan yang dilakukan berulang-ulang
oleh pemuda maka suatu saat hati sang gadis luluh dan
menerima cinta pemuda tersebut.
Sekali diciptakan stimulus yang dikondisikan tidak pasti
bekerja selamanya meskipun Pavlov membuat cahaya sebagai
stimulus yang dikondisikan bagi keluarnya air liur cahaya juga
dapat keilangan efeknya jika lampu dinyalakan beberapa kali
tanpa memberikan makanan kepada anjing. Tetesan air liur
semakin berkurang sampai akhirnya tidak keluar sama sekali.
Pada saat ini kepunahan terjadi.
Pavlov menemukan pemulihan spontan, jika reflex yang
dikondisikan tempatnya hilang. Dalam sebuah eksperimen
Pavlov membuat anjing mengeluarkan air liur jika melihat
makanan (CS). Kemudian CS disajikan dalam interval tiga
menit sebanyak 6 kali percobaan. Pada percobaan keenam,
anjing tidak mengeluarkan air liur lagi.memperlihatkan bahwa
respon sudah mengalami kepunahan. Setelah 2 jam istirahat
penyajian CS dapat kembali menghasilkan banyak air liur.
Artinya respon menunjukan suatu pemulihan spontan. Namun
apabila ekasperimen dilanjutkan tanpa ada jeda waktu untuk
memperbaiki CS menjadi US maka efek pemulihan spontan
akan hilang selamanya.
Contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yaitu guru
yang memulai pembelajaran (missal matematika) dengan
tersenyum dan memberikan apresepsi kepada siswa dirasa itu
akan membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
Namun bila suatu hari guru masuk dengan senyum tanpa
memberikan apresepsi terus menerus, maka moyivasi dan
minat siswa untuk belajar dapat hilang.

2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization)


Rangsangan yang sama menghasilkan tindak balasyang
sama. Rangsangan dengan bunyi lonceng yang berlainan nada,
tetapi anjing masih tetap mengeluarkan air liur. Hal ini
menunjukan bahwa organisme telah terlazim, rangsangan yang
tak terlazim menghasilkan respon yang terlazim. Walaupun
rangsangannya berbeda atau hampir sama. Contohnya pada
anak kecil yang takut pada kucing galak anak itu kan takut
pada setiap kucing, tetapi melalui penguatan dan pemadaman
diferensial, ras takut menjadi hanya pada kucing galak.
Awalnya reflek dikondisikan hanya untuk satu stimulus
ternyata bukan hanya stimulus itu yang dapat memunculkan.
Contohnya seekor anjing yang dikondisikanmengeluarkan air
liur terhadap bunyi bel tertentu akan mengeluarkan air liur juga
terhadap bunyi lain. Repon ini dihasilkan menurut derajat
kemiripan dengan stimulus awal yang dikondisikan (CS
orisinil). Generalisasi stimulus ini dapat diamati kerana proses
filosofis yang dinamai oleh Pavlov dengan pemancaran
(irradiation). Stimulus awal merangsang bagian tertentu otak
dan kemudian menyebar atau memencar kebagian otak ynag
lain. Suatu makhluk yang dapat mengadakan generalisasi akan
dapat melakukan diskriminasi atau perbedaan.

3. Pemilahan (discrimination)
Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui
penguatan dan pemadaman yang selektif.Diskriminasi berlaku
apabila individu berkenaan dapat membedakan atau
mendiskriminasi antara rangsangan yang dikemukakan dan
memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas. Contoh :
Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi
respon rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak
terikat dan terkurung dalam kandang maka rasa takut anak itu
menjadi berkurang.
Contohnya pada siswa setelah mengerjakan latihan soal
dipapan tulis. Dan mendapat respon guru akan tersenyum
kemudian mengatakan “bagus”. Hal ini akan ditangkap oleh
siswa bahwa pekerjaannya benar, berbeda jika siswa hanya
mendapatkan senyuman tanpa perkataan “bagus” . Oleh karena
itu siswa akan lebih selektif mengartikan senyum guru.

4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi


Pada akhirnya Pavlov menujukkan bahwa pengkondisian
seekor anjingsecara solid kepada CS tertentu, maka anjing
tersebut bisa menggunakan CS itu untuk dihubungkan kepada
stimulus netral.Dalam suatu eksperimen murid – murid Pavlov
yang melatih seekor anjing untuk mengeluarkan air liur
terhadap bunyi bel disertai makanan, kemudian memasangkan
bunyi bel dengan sebuah papan hitam.Setelah beberapa kali
percobaan hanya dengan melihat papan hitam anjing bisa
mengeluarkan air liur.Inilah yang disebut pengkondisian
tingkat kedua.
Contohya siswa yang minat dan motivasinya sudah melekat
pada diri siswa terhadap mata pelajaran (misalnya sains) yang
dirasa lebih sulit (misalnya matematika) maka minat dan
motivasi diri siswa akan sama besar dengan pelajaran
terdahulu.

Secara garis besar hukum – hukum belajar menurut Pavlov,


diantaranya :
1. Law Of Respondent Conditioning yaitu hukum pembiasaan
yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
simultan (salah satunya berfungsi sebagai reinforcer)
2. Law Of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan
yang dituntut. Jika reflex yang sudah diperkuat melalui
Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforce maka kekuatannya akan menurun.

D. Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Pavlov


Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning sebagai berikut:
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara
menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang
lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan
lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan
menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih
dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS
harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi
hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan
pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan
akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara
wajar dihubungkan dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi.
Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua
hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic.
Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap
lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah
laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai
bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia

E. Aplikasi Teori Belajar Classical Conditioning dalam Pendidkan dan


Pengajaran
Seperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Pavlov
bukanlah untuk mengembangkan teori belajar. Setelah banyak orang
mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia psiokologi, banyak ahli
pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan
atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya
dan teori belajar khususnya.
Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik harus
menempatkan teori Pavlov secara tepat.Sebaiknya, kita menggunakan teori
conditioning sebagai referensi belajar secara fleksibel karena eksperimen
Pavlov adalah perilaku binatang.Padahal, subyek belajar adalah
manusia.Ada perbedaan hakiki pikiran dan perasaan yang tertentu berbeda
dengan binatang.
Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk
menjelaskan proses belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu
terhadap sikap, perasaan dan pikiran subjek didik dalam belajar. Namun,
kita tetap memperhitungkan pengecualian-pengecualian, sebagaimana
dalam menggunakan generalitas, tidak menegasi partikularitas dengan
sendirinya. Demikianlah menurut teori conditioning belajar adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions)
yang kemudian menimbulkan rekasi (respon). Untuk menjadikan
seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-
latihan yang kontinu.Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang
terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil
daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap
syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
Salah satu konsep yang berkaitan dengan eksperimen Pavlov
adalah pemberian tanda, stimulus dan respons yang tidak dikondisikan
sebagai hasil proses instingtual, sedangkan hubungan dikondisikan
disebabkan latihan. Latihan menyebabkan perubahan tingkah laku,
terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf. Oleh karena itu, wajar jika
Paplov disebut Neurobehaviorist karena menyatakan bahwa interaksi
antara stimulus dan respons terjadi melalui proses neural. Sementara
belajar yang dilakukan manusia, yang ada bukan hanya tanda, tetapi juga
simbol. Demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak hanya mengenal
latihan, tetapi juga belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam
belajar pada diri manusia menyebabkan perbedaan antara manusia dengan
hewan.Manusia memiliki pikiran dan perasaan, bukan hanya insting
seperti yang dimiliki binatang.
Dengan akal pikiran dan perasaan, manusia mampu membedakan
tanda dan simbol. Tanda adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
apa yang ditandakan. Kita menyadari bahwa manusia maupun binatang
mengenal tanda. Akan tetapi, berkaitan dengan pikiran dan perasaan yang
dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya pada tanda, melainkan akan
melangkah pada simbol. Manusia tidak puas dengan apa yang ada pada
benda, melainkan memiliki kecenderungan mengetahui apa yang ada
dibalik benda dan yang terkait dengannya. Ruang tanda diperluas sehingga
mempunyai arti dan menjadi lebih intens.Kalau tanda menunjuk pada
suatu objek, maka simbol lebih menunjuk pada suatu konsep.
Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia
menyebabkan stimulus yang sama tidak selalu menimbulkan respons
sama, dan sebaliknya, respons sama tidak selalu disebabkan stimulus yang
sama. Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat menggunakan
kerangka teori Pavlov untuk membantu menjelaskan proses belajar secara
fleksibel. Contohnya, sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan
menimbulkan respons positif pada subjek didik, meskipun ada
kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik manja.Pada
awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock
symbol pada sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang
subjek didik belajar gigih agar memahaminya.Demikian pula, latar
belakang ekonomi rendah dapat menimbulkan respons berupa semangat
belajar tinggi dan sebaliknya.
Eksperimen-eksperimen Pavlov awalnya tidak bertujuan
menemukan teori belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi
behaviorisme.Sesuai dengan kedudukannya sebagai ahli fisiologi,
eksperimen Pavlov lebih bertujuan memahami fungsi otak.
Hasil-hasil eksperimen Pavlov ternyata sangat berguna bagi
pengembangan teori belajar.Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila
banyak ahli pendidikan mengadopsi hasil eksperimen paplov untuk
mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh
Pavlov bukan suatu yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel
menggunakannya.

1. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam


Pengajaran
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran
di mana satu stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh
yang penting tentang proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan
ketakutan. Bahwa bentakkan seorang guru seringkali membuat takut
murid-muridnya, hal yang sama seorang polisi mempermainkan
penjahat dengan ancungan tangannya, atau seorang perawat hendak
memberi suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini menciptakan
tanggapan perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut
dibawah kesadaran mereka. Situasi ini memberikan pengaruh
ketakutan bila stimulus tidak netral:

Manapun stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama


dengan stimuli ini cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan
sebagai respon.Jika seorang guru selalu meneliti seorang anak,
kemudian hanya memperhatikan dia tanpa mengkritik boleh jadi
membuat dia menaruh perhatiannya. Hal yang ekstrim, anak bisa
berhubungan dengan guru di kelas dengan perhatian dan ketakutannya
yang ia kembangkan samarata, atau ketakutan yang kadang tidak
masuk akal. Hal yang sama juga dialami masyarakat phobia polisi,
atau pasien, tentang perawat.
Tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana untuk
mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa
maka akan menimbulkan hal positif baginya, bahkan ketika dia tidak
lagi dipuji. Pada akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik
di kelas. Hal yang sama untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja
dengan orang-orang: stimuli yang dapat dipercaya menimbulkan hal
positif tanggapan tersebut dapat dikondisikan untuk lain. Penggantian
stimulus dapat membantu bahkan pada pelajaran tertentu yang tidak
berisi unsur perasaan.Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks
sebagai titik awal.

2. Penerapan Prinsip – Prinsip Teori Belajar Classical Conditionong di


Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995)
dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan
tugas-tugas belajar, misalnya:
1) Menekankan pada kerjasama dan kompetisi
antarkelompok daripada individu, banyak siswa yang
akan memiliki respons emosional secara negatif
terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin
akan digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran
yang lain;
2) Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan
dengan menciptakaan ruang membaca (reading corner)
yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain
sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-
situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya:
1) Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan
siswa lain cara memahami materi pelajaran;
2) Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan
jangka panjang, misalnya dengaan memberikan tes
harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpaan apa
yang dipelajari dengan baik;
3) Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah
siswa untuk membacakan sebuah laaporan di depan
kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian
berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa,
kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di
depaan seluruh murid di kelas.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan
terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan
dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, dengan:

1) Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi


ujian masuk sebuah sekolah yang lebih tinggi
tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut
sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang
pernah mereka lakukan;
2) Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah
yang berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau
menghindar tetapi aman daan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.
d. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan
tugas-tugas belajar, Contoh: Menekankan pada kerja sama dan
kompetisi antar kelompok daripada individu, banyak siswa
yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap
kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain, contoh
lainnya adalah membuat kegiatan membaca menjadi
menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca yang
nyaman dan enak serta menarik.
e. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-
situasi yang mencemaskan atau menekan, Contoh: Mendorong
siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara
memahami materi pelajaran, misalnya dengan memberikan tes
harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang
dipelajari dengan baik. Jika siswa takut berbicara di depan
kelas mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di
depan kelompok kecil sambil duduk ditempat, kemudian
berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian
mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di
kelas.
f. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan
terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan
dan menggeneralisasi secara tepat. Contoh : Meyakinkan siswa
yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah perguruan
tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi
akademik lain yang pernah mereka lakukan.

Sebagai guru, kita harus mengetahui bagaimana mengurangi


counterproductive kondisi responsif yang dialami para siswa. Psikolog
sudah mempelajari ke arah itu untuk memadamkan hal negatif sebagai
reaksi emosional pada stimulus dikondisikan tertentu tidak lain untuk
memperkenalkan stimulus itu secara pelan-pelan dan secara berangsur-
angsur sehingga siswa bahagia atau santai ( M.C.Jones, 1924; Wolpe,
1969). Satu contoh, jika Imung seorang yang takut berenang, kita
mungkin mulai pelajaran berenangnya pada tempat yang dangkal
seperti bayi bermain dalam tempat mandinya kemudian bergerak
perlahan-lahan ke air yang lebih dalam, maka ia akan merasa lebih
nyaman untuk mencoba berenang.
Tidak ada hal yang paling membanggakan pada guru selain
membantu dan membuat siswa menjadi sukses dan merasa senang di
kelas. Satu hal yang perlu guru ingat bahwa kelas dapat membuat
perilaku baik siswa, meningkat atau justru melemahkannya.

BAB III
PENUTUP

Sebagai sebuah teori, Teori Belajar Pavlov memiliki kelebihan dan


sekaligus kekurangan. Kelebihan teori ini misalnya cocok diterapkan
untuk pembelajaran yang menghendaki penguasaan ketrampilan dengan
latihan. Atau pada pembelajaran menghendaki adanya pembentukan
perilaku tertentu. Selain itu juga memudahkan pendidik dalam mengontrol
pembelajaran sebab individu tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh
stimulus yang ebrasal dari luar dirinya.
Sementara itu, kelemahan Teori Belajar Pavlov adalah teori ini
menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan
dan kehendak pribadi tidak dihiraukan. Teori ini juga terlalu menonjolkan
peranan latihan / kebiasaan padahal individu tidak semata-mata tergantung
dari pengaruh luar yang menyebabkan individu cenderung pasif karena
akan tergantung pada stimulus yang diberikan. Di sampig itu, proses
belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima,
mengingat perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar
keduanya. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal
belajar tertentu saja umpamanya dalam belajar mengenai keterampilan
tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L, Richard C. Atkinson dan Ernest Hilgard. 1997. Pengantar Edisi
Kedelapan.Jakarta : Erlangga
Hergenhan, B.R., Matthew H. Olson. 1997. An Introduction To Theories Of
Learning Fifth Edition. United States of America : Prentice-Hall
International. Inc.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru. Ciputat :Gaung
Persada Press.
W. Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jakarta :
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai