Makalah PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS AGRIBISNIS KOMODITI KARET


DI INDONESIA

KELAS A

Kelompok V

Oleh :
1. Mia Mayesvi (C1B006001)
2. Astrinova (C1B006009)
3. Ely Hary Yansen (C1B006028)
4. Nana Paskanita (C1B006030)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JAMBI
2008
DAFTAR ISI

1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3


1.1. Lokasi Perkebunan Karet .......................................................................... 3
2. Pentingnya pengamatan Mulai dari Produksi dan Konsumsi ................................... 3
3. Prospek Karet dari Sisi Permintaan .......................................................................... 4
4. Permasalahan Komoditi Karet dilihat dari Sisi Agribisnis ....................................... 5
A. Subsistem Upstream Agribussiness (Hulu)/input pertanian ........................ 5
B. Subsistem On Farm/Produksi Pertanian .......................................................6
C. Subsistem/pengolahan/Agroindustri/hilir .................................................... 6
5. Subsistem Agribisnis .............................................................................................
7
6. Subsistem agribisnis yang paling berperan ............................................................. 8
7. Analisis SWOT ....................................................................................................... 9
8. Bauran Pemasaran (4P) Komoditi Karet ................................................................ 9
9. Potensi Ekspor Karet .............................................................................................. 10
10. Atribut Kualitas Karet ............................................................................................ 11
11. Kesimpulan .............................................................................................................12
12. Daftar Pustaka ........................................................................................................13
13. Lampiran
1. Jalur Pemasaran Karet secara Umum ............................................................ 14
2. Jalur Pemasaran ekspor Karet Indonesia ....................................................... 15
3. TABEL ......................................................................................................... 16

Manajemen Agribisnis “Karet” 2


Manajemen Agribisnis “Karet” 3
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan-peralatan yang
menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila terjadi jatuh dari suatu
tempat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tersebut secara langsung kebutuhan
karet juga meningkat dengan sendirinya sesuai kebutuhan manusia.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal
sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi
dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Havea Brasiliensis. Ini dilakukan
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang
memberikan banyak latex lagi.
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet di Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta
ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi
ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US $ 4,2 milyar (kompas, 2006).
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi
karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani
melalui perluasan tanaman karet dan peremajaan kebun bisa merupakan langkah yang
efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa
memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan
karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah
karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam,
kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet
serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga minyak
bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet
dunia lebih tinggi dari produksi.
Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena
negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin
sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan
kompetitif Indonesia akan makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang
baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah pengembangan
karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar
lebih kompetitif.

1.1. Lokasi perkebunan karet di Indonesia

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk


pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area
perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet rakyat, dan
hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi
karet nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa
ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan
pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan
karet.
2. Pentingnya Pengamatan Mulai dari produksi dan Konsumsi

Karena karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
sentra–sentra baru diwilayah sekitar perkebunan karet, maupun pelestarian lingkungan

Manajemen Agribisnis “Karet” 4


dan sumberdaya hayati. Pengamatan produksi dilakukan pada seluruh aspek kegiatan
yang berkaitan dengan produksi, yang meliputi :
a. Kegiatan proses produksi
b. Kualitas produk yang dihasilkan, apakah telah sesuai dengan standarisasi (SIR)
yaitu merupakan faktor yang menentukan dalam tercapainya jaminan mutu untuk
setiap produk, dapat dilihat dari keaamanan, keselamatan, dan kesehatan bagi
konsumen.
c. Biaya produksi yang dikeluarkan harus disesuaikan dengan harga karet dunia agar
petani tidak mengalami kerugian dan didukung dengan kualitas karet itu sendiri.
d. Pentingnya IPTEK bagi para petani, agar proses produksi dapat berjalan dengan
baik yang akan berimbas pada peningkatan hasil produksi.
e. Skala Produksi, produksi karet alam dunia meningkat dari 2 juta ton lebih pada
tahun 1960 mencapai 6,15 juta ton pada tahun 1996 dengan laju pertumbuhan 3,2%
per tahun. Namur selama 6 tahun terakhir (1996-2002) produksi karet alam dunia
tidak memperlihatkan pertumbuhan yang mencolok yaitu hanya sekitar 2,15% per
tahun.

Pentingnya pengamatan konsumsi :


Pengamatan konsumsi dilakukan guna mengetahui apakah karet yang diolah dan
diproses memiliki nilai ekonomis dan kualitas produknya memiliki standar yang dapat
diterima oleh konsumen.
Bila ditinjau untuk skala konsumsi karet itu sendiri sangat besar peluang dan daya
belinya. Dalam 6 tahun terkahir (1996-2002) konsumsi agregat karet alam dunia tumbuh
sekitar 3,0% per tahun. Pada tahun 2002 konsumsi karet alam dunia tercatat sekitar 7,39
juta ton, yang berarti lebih besar daripada tingkat produksi pada tahun yang sama. Lebih
tingginya konsumsi dibanding produksi pada tahun 2002 mencerminkan pertumbuhan
konsumsi yang lebih cepat sebagai dampak dari perubahan factor produksi dan
persaingan. Dengan makin majunya karet di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
konsumsi dan ekspor karet, sehingga produksi karet pada tahun 2035 diperkirakan naik
sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton untuk karet alam.

3. Prospek karet dari sisi permintaan


Harga karet alam dipengaruhi permintaan (konsumen) dan penawaran (produksi)
serta stok dan cadangan. Menurut Internasional Rubber Study Group (IRSG) tentang
permintaan diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua
dekade kedepan, terutama pabrik–pabrik ban seperti Bridgeston, Goodyar dan Michclin,
sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Economi Project (REP)
untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun
2035. Hasil studi REP menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada
tahun 2035 ada sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton
diantaranya ada karet alam.
Permintaan merupakan banyaknya barang yang diminta, dalam hal ini disebut
konsumsi. Faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat permintaan karet adalah
konsumen dan harga. Konsumen akan membeli jika harga karet dianggap murah atau bisa
dijangkau. Sebaliknya konsumen tidak akan membeli kalau harga diluar jangkauannya.
Oleh karena itu, permintaan tergantung pada daya beli konsumen.
Konsumsi karet alam disaingi oleh barang pengganti karet. Barang pengganti ini
pengaruhnya sangat dominan terhadap perkembangan usaha perkembangan karet alam.
Semakin banyak barang pengganti karet, karet sintetis, akan semakin besar pengaruhnya
apalagi diikuti oleh harga yang lebih rendah.
Daya beli konsumen selalu dipengaruhi oleh naik turunnya kurs valuta asing,
terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia sebab nilai kurs mempengaruhi
pendapatan nilai devisa negara.
Besarnya konsumsi karet sintetis disebabkan akan naiknya permintaan akan
mobil. Dinegara industri mobil permintaan karet sintetis sangat besar (70%), sedangkan
negara-negara berkembang hanya (30%). Semua kegiatan memacu industri karet alam

5
dalam merebut pasar tidak lepas dari harga. Harga karet alam sendiri tidak lepas dari
harga barang lain yang diikutsertakan dalam proses produksi. Jika harga output tinggi,
berarti biaya akan tinggi dan harga barang akan tinggi pula.
Tingkat konsumsi karet alam Indonesia belum sampai pada tingkat kejenuhan,
paling tidak sampai pada beberapa dasawarsa mendatang. Pada saat tingkat kejenuhan itu
tercapai, industri karet alam sangat diharapkan tetap menggunakan karet alam untuk
sebagian besar industri. Dengan demikian angka konsumsi karet menjadi berimbang.
Sekarang yang harus dipertahankan adalah harga karet alamnya.
Konsumsi karet alam dunia dalam dua dekade terakhir meningkat secara drastis,
walaupun terjadi resesi ekonomi dunia pada awal tahun 1980an dan krisis ekonomi asia
pada tahun 1997-1998. Penawaran karet alam dunia pun meningkat lebih dari 3 % per
tahun dalam dua dekade terakhir dimana mencapai 8.81 juta ton per tahun.
Untuk perkembangan harga karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya
relatif stabil dibanding dengan karet alam. Selain itu, karet sintetik harganya cenderung
naik sejalan dengan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari
negara produsen. Hal ini berbeda dengan harga karet alam yang berfluktuasi yang
dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca/iklim), nilai tukar dan perkembangan ekonomi
negara konsumen.
Seiring dengan terbentuknya kerja sama tripartite antara tiga negara produsen
karet alam dunia (Thailand, Indonesia, dan Malaysia), harga karet alam di pasaran dunia
memperlihatkan kecenderungan yang membaik. Pada akhir tahun 2001 harga karet alam
berkisar antara US $ 46 sen per kg – US $ 52 sen per kg. Setelah masing-masing negara
anggota melaksanakan AETS (Agreed Export Tonnage Scheme) dan SMS (Supply
Management Scheme). Harga merangkak naik. Pada bulan Januari 2002 mencapai US $
53,88 sen per kg dan pada bulan Agustus 2003 mencapai US $ 83, 06 sen per kg.
Berdasarkan proyeksi jangka panjang (2010-2020) harga karet alam diperkirakan
akan dapat mencapai sekitar US $ 2,5 per kg. Hal ini diharapkan akan merupakan daya
tarik bagi pelaku bisnis di bidang agribisnis karet di Indonesia.

4. Permasalahan Komoditi Karet Dilihat Dari Sisi Agribisnis

A. Subsistem Upstream Agribussiness (Hulu)/input pertanian


a. Rendahnya Produktivitas
Rendahnya produktivitas terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%)
areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas yang di dominasi karet
remah atau crumb rubber. Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan juga
oleh banyaknya areal tua rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul
serta kondisi kebun yang menyerupai hutan .
Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet nasional adalah rendahnya
produktivitas karet rakyat (+ 600 kg/ha/th), antara lain karena sebagian besar tanaman
masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan
tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif (+ 13%
dari total areal). Pada saat ini sekitar 400 ribu ha areal karet berada dalam kondisi tua dan
rusak dan sekitar 2-3% dari areal tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun
akan memerlukan peremajaan. Dengan kondisi demikian, sebagian besar kebun karet
rakyat menyerupai hutan karet.

b. Sumber Dana
Adanya keterbatasan modal yang dihadapi oleh petani dalam membeli bibit
unggul maupun sarana produksi lain seperti herbisida dan pupuk, selain itu bahan tanam
karet unggul hanya tersedia di Balai penelitian melalui sistem Waralaba si sentra-sentra
pembibitan yang juga madih sasngat terbatas jumlahnya.
c. Kurangnya dukungan dan penyuluhan pemerintah
Dalam hal ini pemerintah kurang memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan
karet dengan benar sehingga bagi petani biasa yang memiliki areal perkebunan yang
hanya beberapa hektar kurang menghasilkan karet yang berkualitas jika dibandingkan

6
perkebunan besar milik pemerintah dan swasta dan pemerintah juga telah menghentikan
pengutan CESS (dana untuk pengembangan, promosi, dan peremajaan) ekspor komoditi
karet sejak tahun 1970.
d. Kurangnya IPTEK.
Kurangnya IPTEK para petani karet yang ada di pedesaan, membuat produktivitas
dan kualitas karet yang di hasilkan rendah dan kurang bersaing di pasaran dunia.
e. Adanya hukum dan perundang-undangan penebangan
Pemerintah mengeluarkan peraturan dimana dalam membuka lahan baru, petani
diwajibkan memiliki surat izin penebangan. Diman proses mendapatkan surat izin
tersebut sangat rumit apalagi pada petani rakyat.
f. Kurangnya pemanfaatan kayu karet
Masalah lain yang dihadapi dalam komoditas karet adalah pemanfaatan kayu
karet baru sebatas kayu olahan, papan artikel, dan papan serat. Hal ini terjadi karena
lokasi pengolah kayu jauh dari sumber bahan baku sehingga biaya transportasi menjadi
tinggi. Oleh karena itu, harga kayu karet di tingkat petani masih rendah dan tidak menarik
bagi petani.
B. Subsistem On Farm/Produksi Pertanian
Arah kebijakan pada sisten on-farm adalah terwujudnya suatu kondisi dimana
ketersediaan sarana produksi, spesialisasi subsistem on-farm terletak pada produktivitas
hasil lateks dan kayu.
Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam sistem ini ketersediaan bahan
baku yang tidak kontinue.

C. Subsistem/pengolahan/Agroindustri/hilir
a. Rendahnya daya saing produk-produk industri lateks Indonesia bila dibandingkan
dengan produsen lain terutama Malaysia.
b. Adanya penurunan areal hutan, eksploitasi kayu hutan yang berlebihan, tidak adanya
program reboisasi yang berkesinambungan sehingga membuat permintaan akan karet
tidak dapat terpenuhi karena bahan baku yang kurang.

7. Subsistem Agribisnis
a. Farming
Untuk menanam dan menghasilkan karet yang unggul dan berkualitas serta
mempunyai produktivitas yang tinggi tidaklah mudah, semuanya harus diperhatikan
secara seksama dimulai dari ;
 Asal Bibit
Bibit yang bagus untuk karet unggul adalah bibit yang berasal dari penyerbukan
sendiri maupun silang yang dibantu serangga jenis (Nitudulidae, Phloeridae,
Eurculionidae) setelah sebulan terjadinya pembuahan sekitar 30-607 akan gugur
secara berangsur-angsur dan sisanya berkembang hingga masak, ini adalah bibit yang
bagus.
 Seleksi Bibit
Setelah mendapatkan bibit, tidak langsung dapat disemai tetapi terlebih dahulu
diseleksi untuk memisahkan antara bibit yang bagus dengan bibit yang kualitasnya
jelek, hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemantulan dan perendaman,
apabila bijinya dipantulkan biji tersebut melenting maka biji tersebut berkualitas
bagus dan memiliki daya kecambah + 807. Sedangkan untuk perendaman apabila biji
tersebut direndam dan tidak mengapung/tenggelam maka biji tersebut bagus dan
mempunyai daya kecambah + 80-92%.
 Penyemaian
Penyemaian ini tidak bisa dilakukan sembarangan, sebelum penyemaian harus
disediakan media seperti pasir sungai yang bersih dan halus barulah disemai bibit
yang telah disediakan dengan cara menekan biji kedalam media pasir.Penyiapan
lahan

7
Dewasa ini budidaya karet dikenal beberapa istilah teknis yang berhubungan
dengan penyiapan lahan. Yaitu :
- New Planting (bukaan baru), penanaman karet yang dilaksanakanpada lahan yang
sebelumnya tidak ada penanaman karet.
- Replanting (pembukaan ulang), yaitu penanaman karet pada lahan yang
sebelumnya telah ditanami tanaman karet.
- Konversi, yaitu penanaman karet pada lahan yang sebelumnya ditanami jenis
tanaman keras/perkebunan lain.
 Jarak Tanam
Agar pertumbuhan dari karet yang ditanam bagus maka harus ditentu oleh jarak.
Jarak yang biasanya dipakai umum sempit yakni 3m x 3m atau 4m x 4m yaitu dengan
hubungan segitiga sama sisi sehingga jumlah tanaman tiap hektar cukup banyak.
Tetapi dewasa ini jarak yang digunakan 7m x 3m atau 7,14m x 3,33 m atau 8m x
2,5m.

b. Procesing
Setelah umur karet yang ditanam sudah mencapai 5-6 tahun maka karet tersebut
sudah bisa untuk disadap, penyadpan adalah mata rantai pertama dalam proses produksi.
Karet penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyayat atau mengiris
(dewasa ini juga dengan cara menusuk) batang dengan cara tertentu dengan maksud
untuk memperoleh lateks atau getah.
Untuk memperoleh karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil
penyadapan dikebun harus bersih, proses pengolahan ini dimulai dari mengumpulkan
lateks dikebun penerimaan lateks. Pengangkutan lateks, pengumpulan gumpalan karet
mutu rendah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks serta bahan-
bahan kimia dan air sebagain bahan pengolahan.

c. Marketing
Setelah semua rangkaian dari proses telah dilaksanakan, kemudian sampai pada
proses/tahap pemasaran. Yang dipasarkan adalah lateks pekat hasil penguapan, yang
disebut Revertex Standar, memiliki kadar zat padat sekitar 73% dan kadar karet kering
68%. Untuk melakukan pemasaran harus memenuhi standar yaitu standar ISO dan dapat
juga menggunakan mutu standar menurut ASTN atau BS, meskipun demikian dalam
transaksi acapkali spesifikasi mutu lateks pekat ditentukan atas persetujuan antara penjual
dan pembeli.

8
d. Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Dengan kondisi harga karet sekarang ini yang cukup tinggi, maka momen
tersebut perlu dimanfaatkan dengan melakukan peremajaan karet rakyat dengan
menggunakan klon klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan
nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani.
Strategi di tingkat on farm yang diperlukan adalah :
(a) penggunaan klon unggul penghasil lateks dan kayu yang mempunyai prosuktivitas
lateks potensial lebih dari 3000 kg/ha/th, dan menghasilkan produktivitas kayu
karet lebih dari 300 m3/ha/siklus
(b) percepatan peremajaan karet tua seluas 4000 ha sampai dengan tahun 2009 dan 1.2
juta ha sampai dengan 2025;
(c) Diversifikasi usaha tani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan
ternak untuk meningkatkan pendapatan petani;
(d) peningkatan efisiensi usaha tani.

Strategi di tingkat off farm adalah :


(a) peningkatan kualitas bahan olah karet (bokar) berdasarkan SNI yang diisyaratkan
oleh industri pengolahan.
(b) peningkatan efisiensi pemasaran untuk meninkatkan margin harga petani;
(c) penyediaan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk peremajaan,
pengolahan dan pemasaran bersama;
(d) pengembangan infrastruktur;
(e) peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir yang ramah
lingkungan;
(f) peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran.
e. Pendukung
Dalam melakukan pengeksporan karet biasanya dilakukan dengan menggunakan
peti kemas untuk lebih memacu, mempromosikan komoditi karet. Berkembangnya
teknologi otomatisasi dan komputerisasi juga sangat menuntut pasokan bahan baku yang
bermutu konsisten, termasuk juga mutu karet alam.

8. Subsistem agribisnis yang paling berperan


Subsistem yang paling berperan adalah farming, hal ini dikaitkan dengan
permasalahan dari komoditi tersebut yaitu:
 Rendahnya produktivitas
Pertanian indonesia umumnya bersifat tradisional, dengan tingkat teknologi dan
skill inikah menyebabkan pertanian indonesia tidak berkembang dengan
pesat,sehingga produktivitas pertanian rendah.Dengan produktivitas yang rendah
ini tidak dapat menutupi akan kebutuhan
 Belum ada sumber dana yang tersedia
Dana atau modal adalah faktor yang sangat penting dalam menjalankan suatu
usaha.Apabila dana tidak ada atau belum tersedia perusahaan tidak dapat
berjalan. Solusinya adalah dengan melakukan sistem perkreditan pada badan atau
lembaga yang dapat meminjamkan modal
 Kurangnya IPTEK
Rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat pedesaan tidak dapat
menciptakan petani yang handal. Dengan tingkat IPTEK yang rendah ini sistem
pertanian Indonesia dapat tertingal dengan negara lain.

9
7. Analisis SWOT

. KEKUATAN (strength) dari komoditas karet :


 Karet merupakan salah satu komoditi ekspor yang mempunyai harga jual tinggi
juga salah satu penghasil devisa bagi Negara.
 Karet yang dihasilkan oleh perkebunan yang ada di Indonesia sudah lulus standar
ISO dan standar ASTN dan BS,
 Karet membutuhkan kondisi alam yang subur dan ini sangat sesuai dengan
kondisi alam di Indonesia
 Pembukaan lahan karet dapat dilakukan dengan replanting (bukaan Ulangan) dan
konversi.
 Karet dapat digunakan sebagai bahan industri mobil, ban, dll.
KELEMAHAN (weaknees) dari komoditas karet :
 Karet yang dihasilkan oleh petani desa pada umumnya berkualitas rendah.
 Nilai ekspor karet alam Indonesia dalam bentuk bahan baku mempunyai mutu
yang lebih rendah daripada Negara lain.
 Apabila datang musim penghujan maka kualitas karet sedikit menurun.
 Adanya penjarahan terhadap karet yang siap panen oleh oknum tertemtu.
 Kurangnya penguasaan teknologi baik dalam pembibitan, produksi dan
pengolahan pasca panen.
 Adanya pengurangan terhadap pupuk yang bersubsidi sehingga membuat petani
sedikit kesulitan dalam mencari pupuk yang murah.
 Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkebunan karet sehingga yang
mengelola karet hanya petani biasa, tidak seperti Thailand yang dikelola skala
kebunbesar oleh pemerintah.
PELUANG (opportunity) dari komoditas karet :
 Adanya lokakarya budidaya karet yang dilaksanakan oleh lembaga perkebunan
Indonesia.
 Adanya dukungan pemerintah dengan cara memberikan bibit unggul dengan
harga yang lebih murah.
 Diperkirakan Indonesia akan menempati urutan pertama produsen karet alam
dunia
ANCAMAN (Threat) dari komoditas karet :
 Nilai ekspor karet alam Indonesia dalam bentuk bahan baku lebih rendah
dibandingkan dengan Negara lain.
 Kurs dollar yang turun naik.
 Belum pulihnya kepercayaan Internasional terhadap Indonesia

8.Bauran Pemasaran (4P) Komoditi Karet


 Produk(Product)
Indonesia merupakan penghasil karet terbesar didunia.hal ini dikarenakan
indonesia menghasilkan jumlah karet yang cukup banyak dibandingkan negara
pesaing yaitu Thailand dan malaysia. Hasil karet tersebut dijual untuk pasar
domestik dan khususnya untuk diekspor ke luar negeri.Untuk pasar ekspor
indonesia bekerja sama dengan mitra usaha yang bergerak dibidang

10
pengeksporan untuk mengekspor karet ke pasar luar negeri. Hasil panen dari
karet tersebut berupa lateks segar yang dijual ke tengkulak atau pabrik
pengolahan.selanjutnya lateks tersebut diencerkan dengan air sampai kadarnya
20% setelah lateks diencerkan jadilah crepe, setelah kering crepe di pak atau
dibuat bandela-bandela dengn berat 50 kg bandela untuk selanjutnya dipasarkan
ke konsumen dalam dan luar negeri. Budidaya karet dapat mendukung program
pemerintah dibidang sektor pertanian dan perkebunan dan juga menambah
devisa negara.karet merupakan penyumbang terbesar devisa bagi negara.
 Penetapan Harga (pricing)
Dalam memproduksi karet ini para petani atau pengusaha berusaha untuk
meminimalkan biaya-biaya dengan cara melakukan perawatan tanaman secara
intensif untuk mengurangi resiko gagal panen. Sehingga produksi karet ini tidak
memakan banyak biaya. Pada akhirnya karet tersebut dapat dijual dengan harga
yang relatif terjangkau bagi konsumen. Selain itu penetapan harga karet juga
berfluktuasi atau berpengaruh terhadap harga dolar saat ini.bila mana dolar
mengalami kenaikan maka harga karet juga akan naik begitu juga sebaliknya
yang terjadi.
 Promosi (promotion)
Untuk memperkenalkan karet hal ini dirasa tidak perlu akan tetapi kegiatan
promosi disini dilakukan untuk memberitahu kepada konsumen tentang kualitas
dari produk karet tersebut. Kegiatan promosi dan publikasi karet dilakukan
melalui media cetak elektronik yaitu internet. Promosi dilakukan secara teratur
bertujuan untuk memberitahu kepada konsumen tentang kualitas yang
dihasilkan.perusahaan karet menggunakan promosi dalam bentuk :
o Internet, perusahaan akan membuat web-site tentang produk karetnya dan
hal-hal lain mengenai perusahaan penghasil. Media internet dipilih
karena saat ini internet merupakan sarana periklanan yang sangat efektif
mengingat target pasar dari karet adalah kalangan menengah atas serta
perusahaan negara asing.
 Lokasi (place)
Luas areal perkebunan karet di indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar.areal
perkebunan karet di indonesia menyebar cukup merata karena terdapat 22
propinsi dari 30 propinsi. Propinsi yang memiliki areal perkebunan karet yang
terluas pada tahun 2004 adalah sumatera selatan yakni mencapai 671.920
hektar.dari total areal perkebunan karet di indonesia tersebut 84,5% diantaranya
merupakan kebun milik rakyat,8,4%milik swasta dan hanya 7,1% yang milik
negara.

9. Potensi Ekspor Karet

Adanya potensi ekspor komoditi karet di Indonesia, menurut J.P.Holomoan


(1991) destinasi ekspor komoditi karet alam indonesia adalah Amerika serikat sebesar
40 %,Singapura 32,8%,negara eropa barat sebesar 7,5%, Uni soviet 5%, Jepang 3,3%
dan beberapa negara lain sebesar 11,4%.
Dari data di atas terlihat jelas, bahwa Amerika serikat dan Singapura merupakan
pembeli terbesar hasil karet Indonesia. Peningkatan jumlah permintaan dari ke dua
negara ini tentu akan menyenangkan pihak produsen karet di Indonesia .Namun,bila ke
dua negar ini menurunkan permintaannya, maka produsen karet Indonesia sedikit
banyak akan tertanggu kestabilannya.
Beberapa tahun terakhir ini permintaan dari Amerika serikat cenderung menurun.
Hal ini bisa cukup di mengerti mengingat situasi dalam negri Amerika Serikat sekarang

11
ini. Kurang stabilnya perekonomian di negara itu mengakibatkan industri dalam
negerinya mengalami hambatan perkembangan. Belum lagi saingan industri mobil dari
Jepang yang memiliki industri mobil negara paman sam tersebut.
Produsen atau eksportir karet alam umumnya adalah negara-negara yang sedang
berkembang seperti Malaysia, Indonesia, Birma ,Thailand, dll.Maka persaingan terjadi
antara sesama negara yang sedang berkembang tersebut.
Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasaran internasional,
perlu diambil langkah-langkah sebagai tindak lanjut yang konkret. Langkah-langkah ini
diantaranya adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengusahaan karet yang
meliputi berbagai bidang:
1. Bidang kultur teknis dan teknologi
Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam bidang ini meliputi
peningkatan produktivitas tanaman dan peningkatan mutu. Produktivitas
tanaman karet di Indonesia masih relatif rendah. Untuk memperbaiki
teknologi dan manajemen pengusahaan tanaman karet, fungsi dan partisipasi
balai penelitian karet hendaknya semakin di tingkatkan. Dalam hal ini perlu
digalakan peneliitan terutama dala hal budidaya karet. Cara lain untuk
memperkuat daya saing karet alam Indonesia dipasaran internasional adalah
dengan peningkatan mutu. Mutu karet harus ditingkatkan, baik mutu
produksi, mutu kemasan, maupun mutu pelayanannya.
2. Bidang pembiayaan dan keuangan
Peningkatan efektivitas dan efisiensi dibidang pembiayaan dan keuangan
merupakan upaya penggunaan dana seefektif dan seefisien mungkin agar
harga pokmok kaet yang dihasilkan cukup rendah. Dengan demikian,
poroduk karet itu mampu bersaing pada setiap tingkat harga jual yang terjadi
di pasaran internasional.
3. Bidang pemasaran sebagai ujung tombak.
Tujuan akhir setiap produk adalah penjualan. Oleh karena itu, suatu hal yang
harus dilaksanakan untuk menunjang keberhasilan yang sudah dibuat untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi biaya dan mutu adalah pemasaran. Dengan
adanya pemasaran yang baik, maka semua aktivitas yang menyebabakan
tersedotnya dana dan daya perusahaan akan dikembalikan. Bahkan, akan
menaikan modal usaha dengan perolehan peruntungan yang tidak jauh
berbeda dengan yang direncanakan.
10. Atribut Kualitas Karet

Agar kualitas karet yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional maka
diperlukan perlengkapan atau sarana yang berkualitas baik dalam memproses karet
menjadi berbagai macam produk. Perlengkapan yang digunakan antara lain adalah :
- Bahan baku yang dipakai memiliki kualitas yang baik
- Mesin dan peralatan yang canggih
- Keahlian karyawan atau tenaga kerja yang terampil
- Sistem perencanaan.
Kualitas karet alam :
- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
- Mempunyai daya aus yang tinggi
- Tidak mudah panas
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan
Kualitas karet sintetis :
- Tahan terhadap berbagi zat kimia

12
- Harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
-

KESIMPULAN

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber
pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-
sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi
kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya
produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet
nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet
remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh
banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul
serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan
peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Melihat perkembangan baik dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia,
dalam tahun-tahun mendatang dipastikan masih akan terus meningkat. Indonesia
merupakan penghasil karet sekaligus sebagai salah satu basis manufaktur karet dunia.
Tersedianya lahan yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan karet alami yang
lebih besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet. Tetapi lebih utama dari itu,
produksi karet alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi pengolhan karet
untuk meningkatkan efisiensi, dengan demikian output (latex) yang dihasilkan dari input
(getah) bisa lebih banyak dan menghasilkan material sisa yang semakin sedikit.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat,
perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif
walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta
sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan
lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak
dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan.
Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di
tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun
mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik
untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena
produksi bahan baku karet akan meningkat dan ini dapat dilihat pada tahun 2005
perdagangan karet di Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 2,9 juta dimana nilai
ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Potensi surplus ini masih bisa naik lagi
mengingat kebutuhan karet dunia yang terus meningkat, ditambah lagi apabila didukung
pengurangan volume impor karet dengan tercukupinya kebutuhan karet dalam negeri.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com
2. Makalah Chairil Anwar (pusat penelitian karet), “Perkembangan Pasar dan
Prospek
Agribisnis Karet di Indonesia” ; 2006.
3. Makalah Cut Fatimah Zuhra, “Karet” ; 2006.
4. Tim Penulis PS, “KARET : Budi Daya Dan Pengolahan , Strategi
Pemasaran”,
PT Penebar Swadaya, anggota Ikapi, Jakarta ; 2006.
5. Setiawan Heru Didit dkk, “Petunjuk Lengkap Budidaya Karet” agromedia
Pustaka, Solo ; 2005.

14
Jalur pemasaran karet rakyat secara umum

Petani Karet Rakyat

Hasil Karet Rakyat

Pedagang Tempat Lelang


Perantara/Tengkulak

KUD

Rumah-rumah asap
Atau pabrik yang mengolah
bokar

JALUR PEMASARAN EKSPOR KARET INDONESIA

15
Bahan olah karet rakyat Lateks
(BOKAR) kebun

Perkebunan besar
Pabrik pengolahan

PTP
Swasta
Kantor pemasaran
bersama

Medan Jakarta Surabaya

Lelang

Industri yang
menggunakan bahan
baku karet di dalam
negeri

Pembelian
langsung oleh
pihak luar
negeri/
perwakilannya

eksportir

dealer

Perusahaan
pengangkutan

importir

Konsumen luar negeri

16
TABEL VOLUME DAN NILAI EKSPOR IMPOR KARET ALAM INDONESIA TAHUN 1969
– 1990

Ekspor Impor
Tahun
Volume Nilai Volume Nilai
( ton) ( 000 US$ ) ( ton ) ( 000 US$ )
1 2 3 4 5
1969 657314 171750 0 0
1970 581190 185164 0 0
1971 580232 166476 0 0
1972 755960 161601 0 0
1973 866638 391372 0 0
1974 7947541 476076 0 0
1975 788292 358240 0 0
1976 789892 535693 0 0
1977 781967 575555 0 0
1978 865960 718045 1031 197
1979 865321 940603 1209 245
1980 976131 1165321 1980 458
1981 812800 835849 2324 1155
1982 797608 602148 1847 570
1983 938032 843465 365 124
1984 1009558 948391 24 37
1985 987771 708498 44 49
1986 958692 711612 151 106
1987 1092525 958047 0 0
1988 1132132 1243422 0 0
1989 1151409 1007198 823 1089
1990 1077331 846876 792 708

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan,1991. ( Tim Penulis PS, “Budidaya dan Pengolahan,
Strategi Pemasaran”, 2006 )

17

Anda mungkin juga menyukai