Anda di halaman 1dari 42

PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH UNTUK

PEMBANGUNAN JALAN

MODUL 7
PENGAMANAN ASET DAN SERTIPIKASI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN,
PERMUKIMAN, DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Modul-modul pada Diklat Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk pembangunan


Jalan ini menguraikan metode yang harus digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
penyelenggaraan pengadaan tanah untuk jalan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Dinas PU Bina Marga di Provinsi/Kabupaten/Kota
ataupun dinas/instansi lain yang terkait dengan pekerjaan pengadaan tanah untuk
jalan.
Dalam pelatihan ini akan disampaikan modul VII mengenai penyerahan hasil
pengadaan tanah dan pengamanan asset hasil pengadaan tanah dan sertifikasi.
Keseluruhan materi modul ini saling berkaitan sehubungan dengan proses
penyerahan hasil pengadaan tanah, pengamanan hasil pengadaan tanah, dan
sertifikasi.
Pada intinya Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Jalan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi SDM dalam penyelenggaraan
Pengadaan Tanah untuk Jalan guna membantu percepatan pembangunan jalan di
Indonesia.
Semoga modul pelatihan ini bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan
kompetensi SDM di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum baik di Pusat
maupun Daerah. Kritik dan saran untuk perbaikan serta penyempurnaan modul
ini, akan kami terima dengan tangan terbuka.

Bandung, Agustus 2017


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan,
Perumahan, Pemukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ I


DAFTAR ISI .......................................................................................................... II
DAFTAR TABEL.................................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ V
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... VI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Deskripsi Singkat ....................................................................................... 1
1.3 Standar Kompetensi ................................................................................. 1
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ........................................................ 2
1.5 Estimasi Waktu ......................................................................................... 2
2. KEGIATAN BELAJAR I..................................................................................... 3
PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH DAN PENGAMANAN ASET HASIL
PENGADAAN TANAH .................................................................................... 3
2.1 Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah ........................................................ 3
2.1.1 Berkas hasil pengadaan tanah ....................................................... 3
2.1.2 Dokumen untuk pendaftaran dan sertifikasi tanah....................... 3
2.1.3 Pelaksanaan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah ........................ 4
2.1.4 Berita Acara Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah ......................... 4
2.2 Pengamanan Aset Hasil Pengadaan Tanah .............................................. 5
2.2.1 Latar Belakang ............................................................................... 5
2.2.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 7
2.2.4 Pengamanan Administrasi .............. Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Pengamanan Fisik ........................... Error! Bookmark not defined.
2.2.6 Pengamanan Hukum ...................... Error! Bookmark not defined.
2.2.7 Organisasi Pelaksana Pengamanan Error! Bookmark not defined.
2.3 Rangkuman ............................................................................................. 15
2.4 Latihan .................................................................................................... 15
3. KEGIATAN BELAJAR II SERTIFIKASI .............. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
3.1 Latar Belakang ........................................................................................ 17
3.2 Dasar Hukum .......................................................................................... 19

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 ii


3.3 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 20
3.4 Ruang Lingkup ........................................................................................ 24
3.4.1 Pengertian.................................................................................... 24
3.4.2 Fungsi Pendaftaran Tanah dan Sertifikat Hak Atas Tanah........... 25
3.5 Prosedur Permohonan Hak Pakai ........................................................... 29
3.6 Pendaftaran Tanah Untuk Hak Pakai ...................................................... 30
3.7 Rangkuman .................................................................................................31
3.8 Latihan........................................................................................................32
GLOSARIUM .......................................................................................................34
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………. 30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………. 31

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 iii


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jenis-jenis hak yang dapat diberikan menurut UUPA dan


peraturan pelaksanaan .............................................................. 20
Tabel 3. 2 Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai Untuk
Jalan .......................................................................................... 21
Tabel 3. 3 Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai untuk
Jalan yang dikuasai BUMN/BUMD ........................................... 22

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Patok Tanda Batas .................................................................. 10


Gambar 2. 2 Papan Pengumuman............................................................... 11
Gambar 2. 3 Papan Pengumuman............................................................... 12
Gambar 2. 4 Struktur Organisasi Pelaksana Pengamanan Barang Milik
Negara Kementrian Pekerjaan Umum .................................... 13

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 v


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta


pelatihan dalam mampu memahami mekanisme pengamanan aset dan sertifikasi.
Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan petunjuk berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai anda mempunyai
gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini.
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
pentingnya.
3. Segeralah membuat rangkuman tentang hal-hal esensial yang terkandung
dalam modul ini.
4. Untuk meningkatkan pemahaman anda tentang isi modul ini, tangkaplah
konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan
antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.
5. Untuk memperluas wawasan anda, bacalah sumber-sumber lain yang relevan
baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media cetak maupun
dari media elektronik.
6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman anda tentang isi modul
ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri, kemudian lihat
kunci jawabannya.
7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman
sejawat atau catat untuk bahan diskusi pada saat tutorial.
8. Peserta membaca dengan seksama setiap sub materi pokok dan bandingkan
dengan pengalaman anda yang dialami di lapangan.
9. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila belum dapat menjawab dengan
sempurna, hendaknya anda latihan mengulang kembali materi yang belum
dikuasai.
10. Buatlah rangkuman, buatlah latihan dan diskusikan dengan sesama peserta
untuk memperdalam materi.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 vi


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam memasuki era globalisasi sangat diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya manusia agar mampu berkompetisi dalam persaingan global.
Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap perilaku aparatur harus menjadi prioritas utama.
Salah satu upaya yang dianggap strategis dalam peningkatan
professionalisme Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya ditulis ASN adalah
melalui Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (Diklat) dengan judul : DIKLAT
PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN.
Dengan demikian para pegawai negeri sipil diharapkan mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
Pendidikan dan Pelatihan teknis ini diselenggarakan bagi para ASN dengan
standar kompetensi pejabat fungsional Ahli Muda bidang jalan dan
jembatan tingkat dasar, serta jabatan fungsional umum.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan tentang
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (sikap) dalam penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum dan khususnya dalam
penyelenggaraan penanganan jalan dan jembatan.

1.2 Deskripsi Singkat


Mata diklat ini membekali peserta tentang proses penyerahan hasil
pengadaan tanah, mekanisme pengamanan asset hasil pengadaan
tanah, serta mekanisme pelaksanaan sertifikasi. Pelatihan ini
menggunakan metode pembelajaran ekspositori, diskusi yang disajikan
dengan menggunakan metoda pelatihan orang dewasa (andragogi).

1.3 Standar Kompetensi


Setelah selesai mengikuti pembelajaran mata diklat ini diharapkan peserta
Mampu menerapkan mekanisme penyerahan hasil Pengadaan Tanah,
mekanisme pengamanan asset hasil Pengadaan Tanah dan mekanisme
pelaksanaan Sertifikasi.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 1


1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
a. Latar Belakang
b. Dasar Hukum
c. Maksud dan Tujuan
d. Ruang Lingkup
e. Penyiapan Dokumen Hasil Pengadaan Tanah
f. Tata Cara Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
2. Pengamanan Aset Hasil Pengadaan Tanah
a. Latar Belakang
b. Dasar Hukum
c. Maksud dan Tujuan
d. Ruang Lingkup
e. Pengamanan Aset
f. Tata Cara Pengamanan Aset
3. Pelaksanaan Sertifikasi
a. Latar Belakang
b. Dasar hukum
c. Maksud dan Tujuan
d. Ruang Limgkup
e. Sertifikasi hak atas tanah
f. Standar operasional prosedur pembahanasan hak pakai untuk jalan
g. Pendaftaran tanah untuk hak pakai jalan
h. Sistem pendaftaran dan sistem publikasi pendaftaran tanah

1.5 Estimasi Waktu


Waktu yang diperlukan dalam mata diklat ini adalah 4 JP (empat Jam
Pelajaran)

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 2


2. KEGIATAN BELAJAR I
PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi yang akan dicapai dalam pembahasan materi pokok ke-1 ini adalah
diharapkan peserta mampu memahami mekanisme penyerahan dan pengamanan
hasil pengadaan tanah. Untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang
diinginkan maka dirumuskanlah ke dalam indikator pembelajaran sebagai berikut:

1. Mampu memahami pengertian, dasar hukum, maksud dan tujuan dan ruang
lingkup;
2. Mampu menjelaskan dokumen penyerahan hasil pengadaan tanah;
3. Mampu menjelaskan Tata Cara Penyerahan
URAIAN MATERI
2.1 Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
2.1.1 Berkas hasil pengadaan tanah
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah membuat dokumen dalam rangkap
2 (dua), yaitu 1 (satu) asli dan 1 (satu) fotokopi yang dilegalisir oleh
Pelaksana Pengadaan Tanah.

Selanjutnya 1 (satu) rangkap fotokopi yang dilegalisir diserahkan


kepada Instansi yang memerlukan tanah, sedangkan 1 (satu) rangkap
yang merupakan asli untuk kelengkapan permohonan sertifikat hak
atas tanah. Penyerahkan dokumen Pengadaan Tanah kepada Instansi
yang memerlukan tanah paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
pelaksanaan pengadaan tanah selesai.
Penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota selaku ketua Pelaksana Pengadaan Tanah yang
menyerahkan kepada Instansi yang memerlukan tanah, yang
diselenggarakan dalam suatu Berita Acara Penyerahan Hasil
Pengadaan Tanah

2.1.2 Dokumen untuk pendaftaran dan sertifikasi tanah


Setelah menerima dokumen Pengadaan Tanah, selanjutnya instansi
yang memerlukan tanah dalam waktu paling lama 30 hari setelah

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 3


menerima dokumen hasil pengadaan tanah segera menyiapkan
permohonan sertifikasi dan pendaftaran hak atas tanah, dengan
mengisi formulir pendaftaran hak dan sertifikasi yang dilampiri
dengan berkas hasil pengadaan tanah.

Kegiatan ini selain merupakan berkewajiban instansi yang


memerlukan tanah untuk mengamankan hak atas tanah sesuai
ketentuan Pasal 19 UUPA juga sesuai ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan
Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

2.1.3 Pelaksanaan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah


Dalam rangka penyerahan hasil Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan Jalan, Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah membuat
dokumen dalam rangkap 2 (dua), yaitu 1 (satu) asli dan 1 (satu)
fotokopi yang dilegalisir oleh Pelaksana Pengadaan Tanah.
Selanyutnya 1 (satu) rangkap fotokopi yang dilegalisir diserahkan
kepada Instansi yang memerlukan tanah, sedangkan 1 (satu) rangkap
yang merupakan asli untuk kelengkapan permohonan sertifikat hak
atas tanah. Proses penyerahan secara administrative tersebut
sekaligus menandai penyerahan secara fisik hasil Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan jalan. Selanjutnya Instansi yang memerlukan
tanah berkewajiban mengamankan Objek Pengadaan tanah secara
fisik dan secara yuridis yaitu mengajukan pendaftaran dan sertifikasi
Hak Pakai.

2.1.4 Berita Acara Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah


Sebagai tanda bukti telah dilaksanakan perbuatan hukum penyerahan
hasil Pengadaan Tanah dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah kepada
Instansi yang memerlukan tanah, dibuat Berita Acara penyerahan
hasil sebagaimana format yang telah ditetapkan dalam Lampiran
XXXVI Keputusan Kepala BPN RI No 5 Tahun 2012, tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 4


3. KEGIATAN BELAJAR 2
PENGAMANAN ASET HASIL PENGADAAN TANAH

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi yang akan dicapai dalam pembahasan materi pokok ke-2 ini adalah
diharapkan peserta mampu memahami mekanisme penyerahan dan pengamanan
Asset hasil pengadaan tanah. Untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar
yang diinginkan maka dirumuskanlah ke dalam indikator pembelajaran sebagai
berikut:

1. Mampu memahami pengertian, dasar hukum, maksud dan tujuan dan ruang
lingkup pengamanan Asset;
2. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip pengamanan Asset hasil Pengadaan
Tanah khususnya dan umumnya Pengamanan Asset BMN;

3. Mampu menjelaskan Tata Cara Pengamanan Asset Hasil Pengadaan Tanah

URAIAN MATERI

3.1 Umum
3.1.1. Latar Belakang
Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/APBD) , selanjutnya disebut BMN/D atau berasal dari
peraturan lainnya yang sah.
Ruang Lingkup pengelolaan BMN/D secara umum meliputi
perencanaan kebutuhan dan anggaran BMN/D, pengadaan, status
penggunaan, pemanfaatan. PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN,
penatausahaan, penilaian, pengahapusan, pemindahtanganan dan
pembinaan/pengawasan/pengendalian. Dalam kesempatan ini yang
akan dibahas adalah PENGAMANAN dan PEMELIHARAAN BMN/D
secara umum dan dikhususkan pada BMN/D berupa TANAH.
BMN/D wajib hukumnya diamankan oleh Pengelola Barang,
Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 5


ketentuan peraturan yang berlaku. Pengamanan BMN/D meliputi
pengamanan ADMINISTRASI, FISIK dan HUKUM.
BMN/D berupa Tanah harus disertipikatkan atas nama
Pemerintah Republik Indonesia untuk BMN dan Pemerintah
Daerah yang bersangkutan untuk BMD.
Dalam modul ini akan dijelaskan pengamanan dan
pemeliharaan BMN/D secara umum yang dikaitkan dengan
pengamanan BMN/D berupa TANAH khususnya.

3.1.2. Dasar Hukum


Hasil Pengadaan Tanah terkait dalam pengamanan dan
pemeliharaan Asset BMN dilandasi dengan peraturan dan kebijakan
sebagai berikut :
1) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara; Dalam kaitannya dengan Pengadaan
Tanah adalah mengatur pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara yang dilakukan oleh Pengelola
Anggaran/Barang, Pengguna Anggaran/Barang, Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang, Bendahara dan Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah baik melalui APBN dan APBD;
2) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Keuangan
Negara. Dalam kaitannya dengan Pengadaan Tanah adalah
mengatur mekanisme rencana keuangan dan penganggaran
baik melalui APBN dan APBD;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 20 14 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Dalam kaitannya
dengan Pengadaan Tanah adalah mengatur dan melaksanakan
Pengelolaan BMN/D yang meliputi perencanaan kebutuhan
dan anggaran BMN/D, pengadaan, status penggunaan,
pemanfaatan. PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN,
penatausahaan, penilaian, pengahapusan, pemindahtanganan
dan pembinaan/pengawasan/ pengendalian baik melalui APBN
dan APBD;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 7 1 Tahun 20 10 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam kaitannya dengan
Pengadaan Tanah adalah mengatur dan melaksanakan
Penggolongan/pengkodefikasian BMN/D sehingga jelas mata
anggarannya untu Tanah. baik melalui APBN dan APBD;

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 6


5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.6/2016
Tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; Dalam kaitannya
dengan Pengadaan Tanah adalah mengatur pelaksanaan
pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN/D baik melalui
APBN dan APBD;
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2006
tentang Pengamanan dan Perkuatan Hak Atas Tanah. Maka
seluruh tanah dan bangunan Departemen Pekerjaan Umum
termasuk hasil Pengadaan Tanah, perlu dilakukan pengamanan
fisik, administrasi dan hukum (hak).

3.1.3. Tujuan Pengamanan


Pengamanan BMN/D khususnya Tanah bertujuan untuk menjaga dan
melindungi BMN/D yang berada dalam penguasaannya serta
menciptakan tertib hukum, tertib administrasi, tertib penggunaan ,
tertib pemeliharaan tanah di lingkungan Kementerian/Lembaga pada
umumnya dan khususnya di lingkungan Satuan Kerja yang menjadi
kuasanya.

BMN/D perlu diamankan dan dijaga agar tidak hilang dan tidak beralih
kepada pihak lain dan untuk Tanah selain tidak beralih kepemilikan
dan tidak diserobot/dikuasai pihak lain

3.1.4. Ruang LIngkup Pengamanan BMN/D


Ruang lingkup Pengamanan BMN/D maupun Tanah meliputi
pengamanan Administrasi, Fisik dan Hukum.
1. Pengamanan administrasi
Pengamanan Administrasi adalah menatausahakan BMN/D
dalam rangka mengamankan BMN/D dari sisi administrasi, yang
meliputi kegiatan pembukuan, penginventarisasian dan
pelaporan BMN/D serta penyimpanan dokumen kepemilikan
secara tertib.
2. Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik BMN/D ditujukan untuk mencegah terjadinya
penurunan kondisi fungsi, penurunan jumlah volume serta hilang
dan atau untuk tanah diokupasi/dikuasai oleh Pihak Lain.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 7


Kondisi tanah yang diamankan antara lain mencakup tanah yang
diperuntukkan/berfungsi sebagai ruang manfaat jalan, ruang
milik jalan dan ruang pengawasan jalan. Tanah yang
perolehannya berasal dari Pengadaan Tanah, merupakan tanah
Negara yang telah dilepaskan oleh Pihak yang Berhak, dengan
dokumen yang lengkap yang selanjutnya diamankan dan diproses
sertifikasi Hak Pakainya
3. Pengamanan Hukum
Pengamanan hukum untuk menjaga dan melindungi dari potensi
hokum yang meliputi persengketaan, gugatan dan beralihnya
kepemilikan kepada pihak lain secara tidak sah.
BMN/D berupa Tanah harus disertipikatkan atas nama
Pemerintah Republik Indonesia untuk tanah-tanah yang dibeli
dengan APBN dan atas nama Pemerintah Daerah untuk tanah-
tanah yang dibeli dengan APBD.

3.2 Tata Cara Pengamanan BMN/D berupa Tanah


3.2.1. Tata Cara Penagamanan Administrasi
Pengamanan administrasi merupakan kegiatan untuk menghimpun,
mencatat dan menyimpan bukti-bukti administrasi tanah yang dapat
menunjukkan hubungan hukum antara data dan informasi yang ada
di dalam dokumen tersebut dengan hak penguasaan tanah secara
fisik oleh Kementerian.

Dokumen adminisitrasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau


beberapa dokumen sebagai berikut:
1. Dokumen Pengadaan Tanah, berupa Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota tentang Keputusan Panitia/Pelaksana
Pengadaan Tanah (PPT), keputusan Berita Acara Serah Terima/
Berita Acara Penelitian tentang hasil musyawarah ganti rugi,
surat pelepasan hak, Daftar Nominatif, Daftar Ganti Rugi
pembayaran/bukti kuitansi pembayaran, gambar situasi,
sertifikat/girik/letter C/Kohir/Petuk D, peta
pembebasan/gambar situasi/peta rincikan dan surat –surat
terkait lainnya

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 8


2. Dokumen Administrasi tanah, terdiri dari satu atau beberapa
dari dokumen sebagai berikut:
a. Kartu Inventaris Barang (KIB), yaitu kartu yang mencatat
identitas tanah secara lengkap atau kartu yang sejenis
b. Catatan Mutasi/Perubahan, yaitu kartu yang mencatat
perubahan yang terjadi pada KIB atau kartu yang sejenis
c. Daftar Inventaris Barang (DIB)
d. Laporan Inventaris Barang (LIB)
e. Laporan BMN sementara yang terdiri dari laporan BMN
intrakomptabel, Laporan BMN Ekstrakomptabel, Laporan
BMN gabungan dan Laporan lainnya yang sejenis
f. Laporan Semesteran (T/K)

3.2.2. Tata Cara Pengamanan Fisik


Pengamanan fisik dilakukan dengan cara memasang tanda-tanda
yang dapat menunjukkan letak atau keberadaan dan status tanah,
Tanda-tanda itu dapat berupa:
1. Pembangunan pagar pembatas (tembok, besi, kawat berduri,
tanaman) untuk bidang-bidang tanah tertentu
2. Pemasangan patok penanda batas tanah (patok beton, patok
besi, batu, tanaman
3. Pemasangan papan pengumuman
4. Pemasangan prasasti (batu kali, batu marmer, keramik)
Tata cara pengamanan fisik sebagai berikut
1. Pemasangan pagar, berupa pagar tembok atau pagar kawat
berduri setinggi 1,5 meter atau pagar tanaman hidup
2. Pemasangan Patok beton, dengan ukuran dan tanda-tanda :
a. Tinggi minimal 0,50 meter dari permukaan tanah
b. Kedalaman minimal 1,10 meter dari permukaan tanah
c. Jarak antara satu patok dan lainnya 100 meter dan/atau
disesuaikan dengan kondisi setempat
d. Diberi tanda kepemilikan dan lambang Pekerjaan Umum
dan tahun perolehan

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 9


Gambar 2. 1 Patok Tanda Batas

3. Pemasangan Papan Nama


Pada pengamanan fisik dengan “Papan Nama” ditentukan sbb
a. Dibuat dari pelat besi ukuran lebar 81 cm, panjang 122 cm
b. Diberi tulisan dengan Judul “ Tanah Negara”
c. Rencana penggunaan
d. Diberi gambar lambang Kementerian
e. Dilengkapi dengan tulisan:
“ DILARANG MASUK/MEMANFAATKAN”, tanah dimaksud
dengan mencantumkan “ancaman pidananya”
• Pasal 167 ayat (1) KUHP dihukum 9 bulan penjara
• Pasal 389 KUHP dihukum 2 tahun 8 bulan penjara
• Pasal 551 KUHP dihukum denda

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 10


f. Pada kiri bawah bertuliskan nama Departemen dan Kuasa
Pengguna Barang

Gambar 2. 2 Papan Pengumuman

g. Papan nama didirikan setinggi 162 cm dari permukaan


tanah dengan tiang pipa sebesar ( Ø 2’ ) yang ditanam cor
beton dengan kedalaman + 60 cm dari permukaan tanah.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 11


Gambar 2. 3 Papan Pengumuman

Pengamanan fisik juga dapat dilakukan dengan merubah status fisik


dari tanah yang bersangkutan baik dalam bentuk galian maupun
dalam pembuatan tanggul yang dapat mencerminkan sebagai usaha
pengamanan.

3.2.3. Tata Cara Pengamanan Hukum


Bukti kepemilikan BMN wajib disimpan dengan tertib dan
penyimpanan dokumen hak dilakukan sebagai berikut:

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 12


1. Tanah bidang jalan telah bersertifikat, penyimpanan dilakukan
oleh Sekretariat Jenderal dan kopi dokumen disimpan oleh
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga
2. Tanah bidang jalan telah belum bersertifikat, penyimpanan
dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dan Copy
dokumen disimpan oleh Direktorat Pelaksana pada Direktorat
Jenderal Bina Marga

3.3 Pembiayaan
Segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pengamanan BMN jalan
ini dibebankan pada APBN melalui masing-masing unit Pembantu Pengguna
Barang. Kuasa Pengguna Barang setiap tahun anggaran mengajukan
pembiayaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4 Organisasi Pelaksana Pengamanan


Struktur organisasi pelaksana pengamanan BMN PU sebagai berikut
Lampiran IV Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum
Nomor : 22/PRT/M/2006
Tanggal : 16 Oktober 2006

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PENGAMANAN

PELAKSANA TINGKAT
PENGGUNA BARANG

SEKJEN / KARO PERLU PELAKSANA TINGKAT PETUGAS


PEMBANTU ADMINISTRASI /
PENGGUNA BARANG VERIFIKASI

UAPBB / UNIT PELAKSANA TINGKAT PETUGAS


ORGANISASI KUASA PENGGUNA ADMINISTRASI /
BARANG VERIFIKASI

SEKJEN / KARO PERLU PETUGAS


ADMINISTRASI /
VERIFIKASI
Gambar 2. 4 Struktur Organisasi Pelaksana Pengamanan Barang Milik Negara
Kementrian Pekerjaan Umum

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 13


Dalam uraian Struktur Organisasi Pelaksana Pengelolaan BMN tersebut di
atas, semua fungsi mempunyai tanggung jawab dan tugas yang berbeda-
beda sesuai kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang pengelolaan BMN/D.
Dalam kesempatan ini yang akan diuraikan khusus di tingkat Kuasa
Pengguna Barang dan petugas Administrasi dan Petugas Verifikasi.

3.4.1. Pelaksana Tingkat Kuasa Pengguna Barang


Kepala Satuan Kerja sebagai Kuasa Pengguna Barang, bertanggung
jawab atas pelaksanaan penguasaan fisik dan pengamanan
administrasi atas tanah dan atau bangunan gedung yang berada di
bawah penguasaannya. Kegiatan sehari-hari pengaman fisik dan
pengamanan administrasi dilaksanakan oleh Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Barang.
Di dalam menjalankan tugasnya, Kepala Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk mempunyai fungsi :
a. Menunjuk dan menetapkan petugas administrasi dan petugas
verifikasi BMN
b. Menerima BMN hasil pengadaan tanah dengan berita acara
serah terima berikut dokumen pendukungnya
c. Mencatat hasil pengadaan tanah di dalam KIB, DIB dan di
dalam laporan (Laporan Inventarisasi Tahunan) yang
diwajibkan.
d. Melakukan pengamanan fisik tanah dengan memberikan
tanda-tanda batas berupa patok, pagar dan papan nama
e. Melengkapi dokumen pertanahan sebagai dasar pengamanan
hak
f. Mengajukan permohonan hak baru atas tanah yang dikuasai
dan belum memiliki sertifikat
g. Menyimpan dan mengamankan dokumen sertifikat tanah
(lembar asli)

3.4.2. Petugas Administrasi dan Petugas Verifikasi Kuasa Pengguna


Barang
Petugas Administrasi dan Verifikasi wajib membantu Kepala Unit
Akuntansi barang di dalam:

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 14


a. Menerima BMN hasil pengadaan tanah dengan berita acara
serah terima berikut dokumen pendukungnya
b. Mencatat hasil pengadaan tanah di dalam KIB, DIB dan di
dalam laporan (Laporan Inventarisasi Tahunan) yang
diwajibkan.
c. Melakukan pengamanan fisik tanah dengan memberikan
tanda-tanda batas berupa patok, pagar dan papan nama
d. Melengkapi dokumen pertanahan sebagai dasar pengamanan
hak
e. Membantu Kepala Unit Akuntansi di dalam mempersiapkan
pengajuan permohonan hak baru atas tanah yang dikuasai dan
belum memiliki sertifikat

3.5 Rangkuman
Setelah proses Pengadaan Tanah selesai tahapan selanjutnya adalah
penyerahan hasil Pengadaan Tanah dan pengamanan asset hasil pengadaan
tanah. Proses penyerahan hasil Pengadaan Tanah dilakukan oleh Ketua
Pelaksana Pengadaan Tanah yang kemudian diberikan pada Instansi yang
memerlukan tanah. Berkas-berkas dibuat rangkap dua yang dilegalisir oleh
pelaksana Pengadaan Tanah. Tahap selanjutnya adalah proses pengamanan
asset hasil Pengadaan Tanah. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk
menciptakan tertib hukum, tertib administrasi, tertib penggunaan, tertib
pemeliharaan tanah kementerian. Pengamanan terdiri dari Pengamanan
fisik Pengamanan administrasi dan pengamanan Hukum. Segala biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan pengamanan BMN jalan ini dibebankan
pada APBN melalui masing-masing unit Pembantu Pengguna Barang. Kuasa
Pengguna Barang setiap tahun anggaran mengajukan pembiayaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.6 Latihan
1. Jelaskan secara singkat proses penyerahan berkas hasil
Pengadaan Tanah!
2. Jelaskan secara singkat jenis-jenis pengamanan asset hasil
Pengadaan Tanah!

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 15


3. Jelaskan tugas masing-masing dari organisasi pelaksana
pengamanan!

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 16


4. KEGIATAN BELAJAR 3
SERTIPIKASI

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi yang akan dicapai dalam pembahasan materi pokok ke-2 ini adalah
diharapkan peserta mampu memahami mekanisme pelaksanaan Sertipikasi hasil
Pengadaan Tanah. Untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang
diinginkan maka dirumuskanlah ke dalam indikator pembelajaran sebagai berikut:

1. Mampu mengidentifikasi tahapan-tahapan pensertipikasian tanah jalan


nasional

URAIAN MATERI

4.1 Umum
4.1.1. Latar Belakang
4.1.2. Dasar Hukum
1) PP 24 thn 97 Pendaftaran Tanah
2) Peraturan PU No.22 ttg Pengamanan dan Sertipikasi
3) Kepala BPN No. 5-6 tuk Pensertipakatan yg dilaksanakan
dg UU no 2 tidak perlu pendataan dan pengukuran ulang
4) Peraturan Bersama antara Menteri Keuangan Nomor
186/PMK.06/2009 dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional RI Nomor 24 tahun 2009 tanggal 18 November
2009 tentang Pensertifikatan Barang Milik Negara berupa
Tanah sebagai pengaturan teknis pelaksanaan Sertifikasi.
5) Kepala BPN telah menerbitkan petunjuk teknis
pelaksanaan Sertifikasi melalui surat Nomor 785/15.3-
300/III/2013 tanggal 1 Maret 2013 hal Petunjuk

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 17


Pelaksanaan Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa
Tanah.
6) Surat Edaran Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor
SE-2/KN/2013 tentang Identifikasi dan Pendataan Serta
Pelaksanaan Percepatan Sertifikasi Barang Milik Negara
Berupa Tanah Pada Kementerian/Lembaga.
7) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
8) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
9) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
10) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
11) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 tentang
Pelimpahan Kewenangan Dan Pembatalan Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah Negara;
12) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Dan
Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah
Negara;

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 18


13) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan
Hak Pengelolaan
14) Peraturan Bersama Menteri Keuangan Nomor
186/PMK.06/2009 dan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 24 tahun 2009 tanggal 18 November 2009 tentang
Pensertifikatan Barang Milik Negara berupa Tanah;
15) Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 785/15.3-
300/III/2013 tanggal 1 Maret 2013 hal Petunjuk Pelaksanaan
Pensertifikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah;
16) Surat Edaran Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor SE-
2/KN/2013 tentang Identifikasi dan Pendataan Serta
Pelaksanaan Percepatan Sertifikasi Barang Milik Negara
Berupa Tanah Pada Kementerian/Lembaga
17) dll

4.2 Dasar Hukum


Sesuai dengan Pasal 47 Peraturan Kepala BPN No 5 Tahun 2014 proses
Sertifikat hak atas tanah diajukan oleh Instansi yang memerlukan tanah
kepada Kantor Pertanahan setempat . Untuk dokumen Surat Ukur telah
diperoleh berdasarkan peta bidang tanah hasil inventarisasi dan identifikasi
Satgas A, sedangkan penyelesaian sertifikat hak atas tanah oleh Kantor
Pertanahan setempat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.3 Sertifikasi Hak Atas Tanah


Berbagai jenis hak atas tanah yang telah dilepaskan dari Pihak yang Berhak
adalah berstatus “tanah negara” bekas tanah hak. Sementara itu untuk
pendaftaran dan sertifikasi hak atas tanah kepada Instansi pemerintah dan
BUMN/BUMD terdapat jenis-jenis hak yang dapat diberikan menurut UUPA
dan peraturan pelaksanaan, sebagaimana pada tabel berikut.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 19


Tabel 3. 1 jenis-jenis hak yang dapat diberikan menurut UUPA dan peraturan pelaksanaan

Jenis Hak
No. Subjek Hak Atas tanah Acuan peraturan
Atas Tanah
Badan Hukum tertentu yang ditetapkan Pasal 21 ayat (2)
pemerintah seperti bank pemerintah, UUPA
1 Hak Milik
badan keagaman dan badan social yang PMNA/Ka BPN
ditunjuk pemerintah 9/1999
Pasal 30 ayat (2)
Badan hukum yang didirikan menurut
UUPA
2. HGU hukum Indonesia dan berkedudukan di
Pasal 2 PP
Indonesia
40/1996
Pasal 36 ayat (2)
Badan hukum yang didirikan menurut
UUPA
3. HGB hukum Indonesia dan berkedudukan di
Pasal 19 PP
Indonesia
40/1996
a. Badan hukum yang didirikan menurut
Pasal 42 huruf c
hukum Indonesia dan berkedudukan di
UUPA
4. Hak Pakai Indonesia
Pasal 39 huruf b
b. Departemen, Lembaga Pemerintah Non
dan c PP 40/1996
Departemen, dan Pemerintah Daerah;
a. Instansi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah PP 8/1953
Hak b. BUMN dan BUMD Pasal 67
5.
Pengelolaan c. PT Persero, Badan Otorita PMNA/KaBPN
d. Badan-badan hokum Pemerintah 9/1999
lainnya yang dapat ditunjuk pemerintah

4.4 Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai


Untuk Jalan
Permohonan Hak Pakai untuk Jalan yang dikuasai Instansi Pemerintah/
Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kab/ Kota

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 20


Tabel 3. 2 Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai Untuk Jalan

Dasar
No Persyaratan Biaya Waktu Keterangan
Hukum
1 UU No 5 1. Formulir 38 hari
1960, UU permohonan untuk: Formulir
21/1997 jo yang sudah - Tanah permohonan
UU 20/2000 , diisi dan pertanian memuat:
UU 1/2004 ditandatangani yang 1. Identitas diri
pemohon atau luasnya 2. Luas, letak
kuasanya di tidak lebih dan
atas meterai dari 2 ha penggunaan
cukup - Tanah non tanah yang
2 PP 48/1994 2. Surat Kuasa pertanian dimohon
jo jika Sesuai yang 3. Pernyataan
PP 79/1996, dikuasakan ketentuan luasnya tanah tidak
PP 40/1996, 3. Fotocopy PP tentang tifak lebih 2 sengketa
PP 24/1997, identitas jenis dan 000 m2 4. Pernyataan
PP 6/2006 jo (KTP) tariff atas (kecuali tanah dikuasai
PP 38/2008, pemohon jenis PNBP tanah bekas secara fisik
PP 13/2010 dan kuasa yang HGU)
3 Keppres jika berlaku 57 hari untuk
32/1979, dikuasakan, pada BPN - Tanah Catatan:
4 PMNA/KBPN yang telah RI pertanian Instansi
3/1997 dicocokkan yang Pemerintah
PMNA/KBPN dengan luasnya meliputi
3/1999, aslinya oleh lebih 2 ha Pemerintah,
PerKBPN RI petugas loket - Tanah non Pemerintah
3/2006, 4. Penetapan pertanian provinsi,
PerKaBPN RI lokasi atau yang Pemerintah
4/2006, Per surat ijin luasnya Kabupaten/Kota
KaBPN RI penunjukan lebih 2000 , Pemerintah
7/2007, SK penggunaan m2 s/d Desa
Tanah 150000m2

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 21


Dasar
No Persyaratan Biaya Waktu Keterangan
Hukum
KBPN 500- 5. Bukti
1255.1992 perolehan
tanah/alas
hak*/surat
Jangka waktu
pernyataan
tidak termasuk
dari
waktu yang
pengelola 97 hari untuk
diperlukan
asset tanah non
untuk
6. Fotocopy pertanian
pengiriman
SPPT PBB dengan
berkas/dokume
tahun luasan lebih
n dari Kantah ke
berjalan 150 000 m2
Kanwil dan BPN
7. Melampirkan
RI maupun
SPP/PPh
sebaliknya
sesuai
dengan
ketentuan

Catatan : Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Ka BPN No 9 Tahun 1999,


alas hak berupa sertifikat, girik, surat kavling, surat-surat bukti pelepasan hak dan
pelunasan tanah dan mah dan atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah,
putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak dan surat-surat bukti
pelepasan lainnya

Tabel 3. 3 Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai untuk Jalan yang
dikuasai BUMN/BUMD

No Dasar Hukum Persyaratan Biaya Waktu Keterangan


1 UU No 5 1960, 1. Formulir Sesuai 38 hari Formulir
UU 21/1997 jo permohonan yang ketentuan untuk: permohonan
UU 20/2000, sudah diisi dan PP tentang - Tanah memuat:
UU 40/2007 ditandatangani jenis dan pertanian 1.Identitas
pemohon atau tariff atas yang luasnya diri
kuasanya di atas jenis PNBP tidak lebih2.Luas, letak

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 22


No Dasar Hukum Persyaratan Biaya Waktu Keterangan
meterai cukup yang dari 2 ha dan
2 PP 48/1994 jo 2. Surat Kuasa jika berlaku - Tanah non pengguna
PP 79/1996, dikuasakan pada BPN pertanian an tanah
PP 40/1996, 3. Fotocopy RI yang yang
PP 24/1997, identitas (KTP) luasnya dimohon
PP 6/2006 jo pemohon dan tifak lebih 2 3. Pernyataan
PP 38/2008, kuasa jika 000 m2 tanah tidak
PP 13/2010 dikuasakan, yang (kecuali sengketa
telah dicocokkan tanah 4. Pernyataan
dengan aslinya bekas HGU) tanah
oleh petugas dikuasai
loket secara fisik
3 Keppres 4. Fotocopy Tanda 57 hari untuk Catatan:
32/1979, Daftar Rekanan, - Tanah Jangka waktu
4 PMNA/KBPN Akta Pendirian pertanian tidak
3/1997 dan Pengesahan yang termasuk
PMNA/KBPN badan Hukum luasnya waktu yang
3/1999, yang telah lebih 2 ha diperlukan
PMNA/KBPN dicocokkan - Tanah non untuk
9/1999 dengan aslinya pertanian pengiriman
PerKBPN RI oleh petugas yang berkas/
3/2006, loket luasnya dokumen
PerKaBPN RI 5. Ijin lokasi atau lebih 2000 dari Kantah
4/2006, Per surat ijin m2 s/d ke Kanwil
KaBPN RI penunjukan 150000m2 dan BPN RI
7/2007, penggunaan 97 hari maupun
Tanah untuk sebaliknya
6. Bukti perolehan tanah non
tanah/alas hak pertanian
7. Proposal/Rencan luasan lebih
a Pengusahaan 150 000 m2
Tanah
8. Fotocopy SPPT
PBB tahun
berjalan yang
telah dicocokkan

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 23


No Dasar Hukum Persyaratan Biaya Waktu Keterangan
dengan aslinya
oleh petugas
loket,
penyerahan bukti
SSB (BPHTB) dan
bukti bayar uang
pemasukan (pada
saat pendaftaran
hak
9. Melampirkan
SPP/ PPh sesuai
dengan
ketentuan

4.5 Pendaftaran Tanah untuk Hak Pakai Jalan


3.4.1 Pengertian
Berdasarkan PP 24/1997, pendaftaran tanah adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.
Yang dimaksud data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan
luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di
atasnya. Data fisik yang hasilnya Surat Ukur atau Gambar Ukur bidang
tanah menjadi acuan dalam menetapkan “obyek hak atas tanah”.
Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah
dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak
pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Data yuridis
menjadi acuan dalam menetapkan “subyek hak atas tanah” yang
sebenarnya mempunyai hak tersebut.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 24


3.4.2 Fungsi Pendaftaran Tanah dan Sertifikat Hak Atas Tanah
Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) PP 24 Tahun 1997, menyebutkan
bahwa :
Ayat (1): “Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data
yuridis yang memuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan”.
Ayat (2): “Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan
sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang
memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata
menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas
tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila
dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak
mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan
Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah
atau penerbitan sertifikat tersebut”.
1. Sistem Pendaftaran Tanah
Mencermati pengertian pendaftaran tanah sesuai PP 24/1997,
bahwa dalam proses pendaftaran tanah terdapat dua bagian.
Bagian pertama, pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum
didaftar berdasarkan PP 10/1961, atau PP 24/97 .secara
sistematik maupun secara sporadik. Sistematik dimaksudkan
dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Sedangkan secara
sporadik dimaksudkan mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan secara individual atau massal.

Bagian pertama, (dahulu dalam PP 10/1961 yang telah diganti


PP 24/1997, dikenal dengan istilah”pendaftaran tanah
originer”), mencakup empat tahapan, yaitu : (1) pengumpulan
data fisik dan data yuridis, (2) pengolahan, (3) pembukuan, dan
(4) penyajian data fisik dan data yuridis dalam bentuk sertifikat

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 25


hak atas tanah. Sementara itu, bagian kedua adalah
pemeliharaan data pendaftaran tanah (dahulu dikenal dengan
istilah “pendaftaran tanah derivative”), yaitu kegiatan
pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan yuridis
dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur,
buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang
terjadi kemudian.

Ada dua sistem publikasi dalam pendaftaran tanah, yaitu sistem


positif dan negatif yang berbeda dalam praktek dan konsekuensi
hukumnya.
a. Sistem positif bahwa apa yang tercantum subyek dan
obyeknya dijamin kebenarannya. Jika seseorang sudah
terdaftar sebagai yang berhak atas tanah tersebut, tidak
bisa digugat, termasuk batas bidang tanah yang telah
diukur sebagai batas kadaster. Sertifikat sebagai bukti hak
atas tanah adalah hak yang mutlak setelah didaftarkan
(registration of titles). Pihak ketiga yang memperoleh
tanah dengan itikad baik mendapat perlindungan hokum
yang mutlak. Negara menjamin penuh bagi pemegang hak
atas tanah terhadap gugatan, termasuk kompensasi jika
ada kesalahan dalam prosedur. Namun dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah membutuhkan waktu yang lama,
petugas pendafataran tanah harus cermat dan teliti serta
biaya yang mahal.
Sistem positif mengandung makna “title by registration”,
yaitu dengan pendaftaran diciptakan hak, pendaftaran
menciptakan “undefeasible title” yaitu hak yang tidak
dapat diganggu gugat dan “the register is everything”, yaitu
untuk memastikan adanya suatu hak dan pemegang
haknya cukup dilihat buku tanahnya. Sekali didaftar akan
menutup pihak lain untuk membuktikan dialah pemegang
hak yang sebenarnya, sehingga kehilangan hak untuk
menuntut kembali tanah tersebut. Jika kesalahan dalam
mendaftar adalah pejabat pendaftaran maka pihak yang
dirugikan hanya dapat menuntut ganti rugi berupa uang.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 26


Untuk itu, Negara menyediakan “assurance fund”.
Ketentuan ini tidak terdapat dalam UUPA.

b. Sistem negatif, pemilik yang terdaftar tidak dijamin mutlak


jika ada gugatan dari orang lain yang mengklaim sebagai
pemilik yang sebenarnya. Sistem ini digunakan untuk
melindungi pemilik hak yang sebenarnya sehingga akan
selalu dapat menuntut kembali haknya yang terdaftar atas
nama siapapun. Sertifikat merupakan tanda bukti hak atas
tanah yang kuat, yang berarti semua keterangan yang
terdapat di dalamnya mempunyai kekuatan hukum dan
harus diterima sebagai keterangan yang benar oleh Hakim
selama tidak dibuktikan sebaliknya dengan menggunakan
alat pembuktian yang lain. Peran petugas pendaftaran
bersifat pasif, tidak melakukan penyelidikan kebenaran
data fisik dan data yuridisnya. Kelemahan sistem ini adalah
tidak ada kepastian hukum atas sertifikat yang telah
diterbitkan, karena setiap saat dapat digugat dan
dibatalkan jika terbukti tidak sah. Di samping itu, peran
petugas pendaftaran tanah yang pasif tidak mendukung
kearah akurasi dan kebenaran data fisik dan data yuridis.

Sistem pendaftaran tanah nasional sesuai dengan Pasal 19


ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan
Pasal 38 ayat (2) UUPA serta PP 24/1997 adalah sistem
negatif dengan kecenderungan positif. Ketentuan pasal 19
ayat (2) huruf c menyebutkan bahwa pendaftaran meliputi
pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam Pasal 23, 32 dan
39 juga ditegaskan bahwa pendaftaran merupakan alat
pembuktian yang kuat. Pernyataan pada pasal tersebut
menunjukkan bahwa sistem pendaftaran tanah di
Indonesia bukan publikasi sistem negatip murni. Sistem
negatip murni sering dikenal dengan pendaftaran akta atau
" registration of deeds". Dalam sistem itu, selain sumber
data yuridis bidang tanah yang didaftar, akta juga
merupakan bentuk penyajian dan tanda bukti haknya.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 27


Pendaftaran tanah menurut PP 24/1997 jo PP 10/1961
sebagaimana dalam sistem positif, menggunakan pendaftaran
hak atau "registration of title". Akta hanya merupakan sumber
data yuridis. Pembukuan dilakukan dalam bentuk dokumen
yang disebut buku tanah yang disebut ”register”. Dokumen
tanda buktinya berupa sertifikat (certificate of titles), yang
terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid dalam
satu dokumen. Namun publikasinya bukan sistem positif. Dalam
sistem positif Negara menjamin kebenaran data yang disajikan.

Pendaftaran Tanah dengan sistem negative bertendensi positif


menghasilkan sertifikat tanda bukti hak yang kuat, tetapi bisa
dituntut oleh pihak lain yang memiliki dasar hukum yang kuat di
pengadilan. Kondisi tanah di Indonesia, yang sebagian besar
berasal dari hak-hak adat yang tidak terdokumentasi
menyebabkan data fisik dan data yuridis pendaftaran tanah
pertamakali tidak dijamin akurasinya. Pendaftaran tanah
menghasilkan surat tanda bukti hak yang kuat, tetapi bukan
sebagai alat pembuktian yang mutlak. Menggunakan system
pendaftaran hak (registration of titles). Petugas pendaftaran
tanah melakukan pengukuran bidang tanah dengan cermat dan
aktif meneliti kebenaran data fisik dan yuridis. Meskipun
demikian Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data
yuridis secara mutlak. Pihak yang dirugikan atas peneribitan
sertifikat dapat mengajukan gugatan sertifikat tidak sah ke
pengadilan dan mengajukan pembatalan sertifikat.

Jika mencermati ketentuan dalam PP 24/1997 yo. PP 10/1961


tentang fungsi sertifikat sebagai tanda bukti kepemilikan yang
kuat, sistem pendaftaran tanah di Indonesia seharusnya
mendasarkan pada pendaftaran dengan sistem positif. Namun
jika mencermati yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia dalam Putusan MARI No. Reg. 459 K/Sip/1975,
tanggal 18 September 1975, menyatakan bahwa: “ mengingat
system negatif tentang register/pendaftaran tanah yang berlaku
di Indonesia, maka terdaftarnya nama seseorang didalam

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 28


register bukanlah berarti absolute menjadi pemilik tanah
tersebut apabila ketidak absahannya dapat dibuktikan oleh
pihak lain (seperti halnya dalam perkara ini)”.
Bidang tanah yang terdaftar dengan publikasi negatif secara
bertahap dapat ditingkatkan ke sistem positif dengan berbagai
cara, seperti:
a. akurasi pengukuran bidang tanah oleh petugas ukur
b. meningkatkan kapasitas dan dedikasi dalam membuat akta
peralihan tanah oleh PPAT
c. putusan hakim yang memenangkan sertifikat pendaftaran
tanah. Upaya ini akan lebih diperkuat dengan investigasi
kebenaran oleh ahli pertanahan dan dikembangkan
asuransi pendaftaran tanah.
Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah terhadap hak atas
tanah yang diperoleh dari pengadaan tanah bagi
pembangunan infrastruktur bidang PUPR kegiatan a dan b
telah diproses melalui Satgas A dan Satgas B. Oleh karena itu,
apabila Instansi yang memerlukan tanah telah mengajukan
permohonan sertifikasi tanah, maka dengan mengisi
permohonan dan lampiran sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan, mendaftar ke kantor Pertanahan setempat,
serta membayar biaya pendaftaran maka pihak Kantor
Pertanahan setelah meneliti kelengkapan dan keabsahan
dokumen akan menerbitkan sertifikat hak atas tanah sesuai
SOP yang telah ditetapkan.

3.5 Rangkuman
Proses pengajuan sertifikasit tanah diajukan oleh instansi yang memerlukan
tanah kepada Kantor pertanahan setempat. Berbagai jenis hak atas tanah
yang telah dilepaskan dari Pihak yang Berhak adalah berstatus “tanah
negara” bekas tanah hak dalam proses pengajuan sertifikasi disesuaikan
dengan jenis-jenis hak yang dapat diberikan menurut standar UUPA dan
peraturan pelaksanaan. Sistem pendaftaran tanah terdiri dari sistem positif
dan sistem negatif.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 29


3.6 Latihan
1. Jelaskan tahapan Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai
Untuk Jalan!
2. Jelaskan tahapan Standar Operasional Prosedur Permohonan Hak Pakai
untuk Jalan yang dikuasai BUMN/BUMD!
3. Jelaskan tahapan Pendaftaran Tanah untuk Hak Pakai Jalan!

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 30


PENUTUP

Di dalam tahap pelaksanaan pengadaan tanah proses penyerahan hasil pengadaan


tanah, pengamanan asset dan sertfikasi sangat vital karena berhubungan proses
hukum dalam pelepasan tanah. Tujuan tahapan ini adalah agar terjadi keadaan
tertib hukum, tertib administrasi, tertib penggunaan, dan tertib pemeliharaan
tanah kementerian.
Setelah mengikuti diklat ini, seluruh peserta diharapkan mempunyai bekal
kemampuan tentang proses penyerahan hasil pengadaan tanah dan pengamanan
asset hasil pengadaan tanah dan sertifikasi dalam penyelenggaraan pengadaan
tanah.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 31


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 2 tahun 2012 , Tentang Pengadaan Tanah Bagi


Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 71 tahun 2012, Penyelenggaraan pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 40 tahun 2014, Perubahan atas Perpres No.71


tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 99 tahun 2014, Perubahan kedua atas Perpres


No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 30 tahun 2015, Perubahan ketiga atas Perpres


No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

Peraturan Presiden RI No. 148 tahun 2015, Perubahan keempat atas


Perpres No.71 tahun 2012, Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 5 Tahun 2012 Tentang


Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 6 Tahun 2015 Tentang


perubahan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.5 tahun 2012
tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 72 tahun 2012, Tentang Biaya


Operasionaldan Biaya pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 32


Peraturan Menteri Keuangan RI No. 13/PMK.02/2013, Tentang Biaya
Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Menteri Keuangan RI No. 10/PMK02/2016, Tentang Perubahan


atas PERMENKEU No. 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan
Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara

Surat Edaran Menteri ATR/Kepala BPN RI ttg Biaya Pengukuran

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 33


GLOSARIUM

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya secara sah.

Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada
waktu penghibah masih hidup juga.

Legalisir adalah penyataan badan dan/atau Pejabat Pemerintahan mengenai


keabsahan suatu Salinan surat atau dokumen.

Pendaftaran tanah derivative adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk


menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar
nama, surat ukur dan sertifikat.

Pendaftaran tanah originer adalah kegiatan pendaftaran tanah yang terjadinya


hak kepemilikan atas tanah pertama kali menurut hukum adat, penetapan
pemerintah dank arena UU. ???

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk


perama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual dan juga massal.

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik mengenai
semua perbuatan, perjanjian, dan ketepan yang diharuskan peraturan perundang-
undangan.

Sertifikasi adalah suatu penetapan yang diberikan kepada organisasi iprofesional


terhadap seseorang untuk menunjukan bahwa orang tersebut mampu untuk
melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik.

Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan


diawasi sendiri.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 34


Unit Akuntan Pembantu Pengguna Anggaran adalah unit akuntasi instansi yang
melakukan penggabungan kegiatan laporan baik keuangan maupun barang syang
berada dalam wilayah kerjanya.
Yuridis adalah segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah disahkan oleh
pemerintah

Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim terdahulu utuk menghadapi


suatu perkara yang tidak diatur di dalam Undang - Undang dan dijadikan sebagai
pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaikan suatu perkara yang
sama.

7 – Pengamanan Aset dan Sertifikasi/2 35

Anda mungkin juga menyukai