A DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN
METODE TERAPI OKUPASI DI RUANG CENDRAWASIH RSJ
dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
KABUPATEN MALANG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Laporan praktek klinik Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan diagnosa
Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Cendrawasih, RSJ
dr.Radjiman Wediodiningrat oleh Mahasiswa S1 Program studi Profesi Ners STIKES
dr.Soebandi Jember mulai tanggal 20 Januari sampai tanggal 8 Februari 2020
NIK NIK.
NIP/NIK.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn.A dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Suhariyono., S.Kep., Ns sekalu pembimbing klinik RSJ dr. Radjiman
Widiodiningrat
2. Ibu selaku pembimbing akademik STIKES dr. Soebandi jember
3. Bapak perawat diruang Cendrawasih
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna. Untuk
itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembang pembelajaran untuk ilmu kesehatan
khususnya bagi keperawatan jiwa.
Penyusun
DAFTAR ISI
Telaah Jurnal
1. Nama peneliti:
2. Tujuan penelitian :
3. Metode penelitian
5. Intervensi
6. Hasil penelitian
1.4 Manfaat
TINJAUAN TEORI
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat mungkin
harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan
perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita skizofrenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
DOSIS
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
Cor Problem
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
1. Biologis
3. Sosial Budaya
B. Faktor Presipitasi
b. Stress lingkungan
c. Sumber koping
i. Pohon Masalah
Farmako:
a. Anti psikotik:
3) Stelazine
4) Clozapine (Clozaril)
5) Risperidone (Risperdal)
b. Anti parkinson:
1) Trihexyphenidile
2) Arthan
v. Asuhan keperawatan
DataSubyektif :
Data Objektif :
Data Subjektif :
k) Disorientasi
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Objektif
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan Lingkungan
Tujuan khusus :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tujuan khusus :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
1) K–P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi
ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak
hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang
mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang
langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada
sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan
kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai
tujuan yang jelas (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi okupasi adalah terapan medis yang terarah bagi pasien fisik maupun
mental dengan menggunakan aktifitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan
kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktifitas
tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang di rencanakan dan di sesuaikan dengan
tujuan terapi. Pasien yang di kirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi okupasi
adalah dengan maksud sebagai berikut.
8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat di gunakan setelah kembali ke keluarga.
Evaluasi awal ini sangat berguna untuk menentukan aktivitas yang akan
diberikan, agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penderita itu sendiri. Aktivitas
yang diberikan di bagian terapi okupasi adalah sebagai berikut :
3. Seni dan hasta karya. Untuk memeberikan kesempatan pada penderita dalam
mencapai suatu hasil yang maksimal, yang mengandung unsur-unsur kedewasaan
dan kerumah tangga yang disesuaikan dengan kapasitas penderita
Terapis di dalam memberikan suatu latihan harus bersikap sabar, ramah, dan
dituntut untuk kreatif, selain itu tidak kalah pentingnya juga peran serta orangtua
dalam proses latihan. Pada hal ini diharapkan terapis dapat memberikan masukan-
masukan kepada orangtua penderita untuk brlatih dirumah.
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas.
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya
dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya
terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatanatau kondisi pasien, bahkan harus dapat
meningkatkan atau setidak – tidaknnya memelihara kondisinya.
f. Harus dapat memberi dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat sehingga
dapat mandiri.
b. Olahrga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan
j. Diskusi dengan topik tertentu (berita, surat kabar, majalah, televisi, radio, atau
keadaan lingkungan)
k. Dan lain-lain
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah di kontrol, ulet, kasar,
kotor, halus, dsb.
a. Jenis aktifitas
Karakteristik bahan :
1) Taktil
2) Pendengaran
3) Pembahuan
4) Pengelihatan
5) Perabaan
6) Gerakan sendi
Warna
Macam – macamnya dan namanya
Banyaknya
Banyaknya bagian
e. Persiapan pelaksanaan
Konsentrasi
Ketangkasan
1. Sebagai motivator dan sumber reinforces : memberikan motivasi pada pasien dan
meningkatkan motovasi dengan memberikan penjelasan ada pasien tentang
kondisinya, memberikan penjelasan dan menyakinkan pada pasien akan sukses.
3. Sebagai peran model social : seorang terapi harus dapat menampilkan perilaku yang
dapat dipelajari oleh pasien, pasien mengidentifikasikan dan meniru terapi melalui role
playing, terapi mengidentifikasikan tingkah laku yang diinginkan (verbal – nonverbal)
yang akan dicontoh pasien.
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dll.
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien.
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok
tersebut.
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien leih efektif.
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan
masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk
tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai kegiatan baik
secara individual maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapkan
terlebih dahulu segala sesuatu yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu diperkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan
menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka
lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu
kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan, dan
kemampuan terapis mengawasi.
2. Waktu
Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung
tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu ½-1 jam untuk menyelesaikan kegiatan- kegiatan dan
1- 1 ½ jamuntuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan
kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan
diskusi tersebut kearah yang sesuai tujuan terapi.
3. Terminasi
Keikutsertaan seorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat
diakhiri dengan dasar bahwa pasien:
Dianggap telah mampu mengawasi permasalahannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi.
1. Koleksi data
Data biasa di dapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang di
sertakan ketika pertamakali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika
dengan mengadakan waancara dengan pasien atau keluargannya, atau dengan
mengadakan kunjungan rumah. Data ini di perlukan untuk menyusun rencana
terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang
masalah atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan
keluarga atau pasien itu sendiri.
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat di susun data tujuan
terapi sesuai dengan prioriats, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.
5. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat di susun data tujuan
terapi sesuai dengan prioriats, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.
2.2.9 Hal – hal yang perlu di evaluasi antara lain adalah sebai berikut.
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai
kebutuhan sendiri.
d. Kerja sama
q. Kerapian bekerja
Nama : Ruang :
No CM : Unit :
Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Tum : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan : Bina hubungan saling
persepsi Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Memberi salam pada setiap kali percaya mempermudah
sensori : mengontrol percaya pada perawat : berinteraksi dalam melakukan asuhan
Halusinasi halusinasinya yang 1. Ekspresi wajah - Tanya dan panggil nama kesukaan keperawatan.
dialaminya. bersahabat pasien
2. Menunjukkan rasa - Tunjukkan sikap simpati, jujur dan
Tuk 1 : senang menepati janji setiap kali berinteraksi
Klien dapat 3. Kontak mata baik - Tanyakan perasaan pasien dan
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan masalah yang sedang di hadapi klien
saling percaya. 5. Bersedia menceritakan - Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaan dan
mengungkapkan
masalahnya.
Tuk 2 : Setelah 1x interaksi klien dapat 2. Diskusikan dengan klien. Untuk menentukan jenis
Klien dapat menyebutkan - Halusinasi apa yang klien rasakan, halusinasi yang dialami
mengendalikan 1. Isi pendengaran, penglihatan, perabaan, pasien.
halusinasinya. 2. Frekuensi pengecapan, atau penciuman
3. Waktu - Kapan waktu munculnya halusinasi
4. Situasi/keadaan yang - Seberapa sering halusinasi yang
menimbulkan datang kepadanya
halusinasinya - Dalam situasi seperti apa
5. Perasaan saat halusinasi halusinasinya datang
mengganggu. - Bagaimana perasaan
Hari :
Pertemuan ke 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien mengenali halusinasinya
c FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Hari :
Pertemuan ke 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
4. Tindakan Keperawatan
b FASE KERJA
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Pertemuan ke 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Klien mengerti pentingnya penggunaan obat
2) Klien mengerti akibat bila obat tidak digunakan sesuai program atau bila
putus obat
3) Menjelaskan cara mendapatkan atau berobat
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi SP 1
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan 6 benar
3) Menjelaskan manfaat atau keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat
O:
- Kontak mata mudah teralihkan
- Pasien terlihat lemas tidak
bersemangat
A:
- pasien mampu menyebutkan obat
yang diminum
- pasien mengetahui jadwal
minum obat
P:
Lanjutkan SP 4 (mengontrol
halusinasi dengan beraktivitas)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap.
Pertemuan ke 5
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan beraktivitas.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan beraktivitas
b FASE KERJA
Baiklah kita senam, tujuannya semakin banyak kegiatan yang bapak lakukan
maka kesempatan muncul suara-suara ejekan itu akan berkurang, dan badan
menjadi sehat dan aliran darah menjadi lancar serta pikiran menjadi jernih. Nah
sekarang ikuti instruktur mbak perawat yang ada didepan ya. Lakukan senam
dengan senyuman dan semangat. Begini pak kita pemanasan dulu lalu gerakan
inti jika music sudah menyala, kanan kirikakinya digerakkan dan tangannya
diangkat ya pak, oke pak bagus sekali
c FASE TERMINASI
13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk mengontrol
suara-suara yang sering bapak dengar dengan kegiatan senam? Apakah
selama kegiatan senam berlangsung masih ada suara-suara tersebut? Oh
bagus jadi selama senam suara tersebut tidak ada ya pak. Jadi bapak bisa
melakukan kegiatan itu untuk menghilangkan suara-suara ejekan tersebut ya
pak.
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“bapak sudah mampu mrlakukan aktifitas dengan benar dan sesuai” !
14. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mendengarkan murotal alquran agar
pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan tadi bisa benar-
benar hilang”?
15. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mendengarkan murotal alquran
agar pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan
tadi bisa benar-benar hilang?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil bapak
lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok ya
pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Implementasi
N Implementasi
o
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji halusinasi pasien meliputi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon pasien terhadap halusinasi
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.
4. Melakukan pemberian terapi musik selama 20-35 menit.
5. Mengevaluasi hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan.
B. Metode Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.
2. Hari ke-1 : Terapi Stimulasi Persepsi mendengarkan musik
klasik dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
3. Hari ke-2 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan musik
klasik dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
4. Hari ke-3 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan musik
klasik dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
5. Hari ke-4 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan musik
klasik dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
6. Hari ke-5 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan musik
klasik dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
7. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.
PEMBAHASAN
No Nama Judul peneliti Tujuan Metode penelitian Tempat dan waktu Populasi dan sampel
peneliti peneliti penelitian
1. Niken Pengaruh terapi Untuk Penelitian ini Penelitian dilakukan di Populasi pada
Yuniar okupasi mengetahui menggunakan metode yayasan Aulia Rahma penelitian ini adalah
Sari, terhadap gejala distribusi kuantitatif dengan Kemiling Bandar pasien yang
Budi halusinasi frekuensi desain quasi Lampung mengalami
Antoro, pendengaran gejala experimental pre test halusinasi dan
Niluh pada pasien halusinasi post test sampelnya
Gede Pita halusinasi pendengaran berjumlah 27 orang.
Setevani pendengaran di pada pasien
rawat inap halusinasi
yayasan Aulia pendengaran
Rahma
Kemiling
Bandar
Lampung
2. Laela Pengaruh terapi Tujuan Jenis penelitian pre Penelitian dilaksanakan di Populasinya pasien
Elisia okupasi penelitian ini design eksperimen RSJD. Dr. Amino jiwa yang gangguan
(2014) terhadap untuk dengan rancangan one Gondohutomo Semarang isolasi social
kemampuan mengetahui group pretest-postest menggunakan
berinteraksi pengaruh purposive sampling,
pada pasien pemberian sampel yang
isolasi social di terapi digunakan berjumlah
RSJD. okupasi 37 orang
DR.Amino terhadap
Gondohutomo kemampuan
Semarang. berinteraksi
pada pasien
isolasi social
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Terapi okupasi yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Kemampuan mengontrol merupakan tindakan
keperawatan yang sangat bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk membantu pasien
agar mampu mengontrol halusinasi. Intervensi yang dilakukan 1 kali dalam sehari selama 7 hari.
Intervensi yang di berikan adalah terapi okupasi menanam juga dapat diterapkan pada pasien
halusinasi. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat dapat menambahkan terapi okupasi
menanam sebagai intervensi dalam tindakan keperawatan mengontrol halusinasi pendengaran.
Pada penelitian ini masih banyak kekurangan dalam pengambilan data, maka pada penelitian
selanjutnya diharapkan peneliti menambahkan variabel bebas lainnya, misalnya dengan
menambahkan terapi okupasi menggambar. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau
referensi bagi peneliti berikutnya yang akan dilakukan.
BAB 6
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya peneliti mampu
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, komunikatif dan
terapeutik. Sehingga dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawatan dengan
pasien. Terbangun thrust yang baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi
dan melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien
dengan halusinasi.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan halusinasi,
sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak mengesampingkan support system atau
dukungan keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan
pasien
b. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus sehingga
terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suara-suara apa yang didengar bapak sehingga bapak merasa perlu melakukan
terapi okupasi?
5. Apa yang bapak rasakan setelah di lakukan terapi okupasi ketika muncul suara-
suara di telinga bapak?