Anda di halaman 1dari 33

IDENTIFIKASI WARNA GIGI MASYARAKAT SUKU TORAJA

DI LEMBANG MA’DONG, KECAMATAN DENDE’ PIONGAN NAPO,

KABUPATEN TORAJA UTARA

SKRIPSI

diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar


sarjana kedokteran gigi

TRI ANUGRAH LESTARI


J111 16 338

DEPARTEMEN ILMU ORAL BIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Warna gigi alami setiap individu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor yaitu meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Perubahan

warna intrinsik atau permanen yang umum merupakan indikasi gangguan

perkembangan gigi normal, sedangkan pewarnaan intrinsik 1 atau 2 gigi

yang terlokalisasi dapat terjadi sebelum atau setelah gigi erupsi. Berbagai

penyebab perubahan warna intrinsik meliputi bahan tumpatan gigi,

perubahan regresi gigi dan karies gigi, trauma, infeksi, konsumsi obat,

kekurangan nutrisi, ataupun kelainan genetic dan keturunan. Faktor

ekstrinsik didefinisikan sebagai noda yang terletak di permukaan luar

struktur gigi dan disebabkan oleh agen topikal atau ekstrinsik. Berbagai

penyebab perubahan warna gigi ekstrinsik ialah faktor local berupa

kebersihan mulut, konsumsi tembakau atau pinang, bakteri atau jamur,

kebiasaan merokok dan obat topical. Faktor ekstrinsik ini juga merupakan

noda eksternal yang terbentuk karena efek gabungan dari diet, restorasi, dan

kebiasaan merokok. Jenis kelamin, etnis, dan usia juga mempengaruhi

warna gigi. Gigi lebih gelap pada orang tua dibandingkan dengan usia yang

lebih muda; ini disebabkan oleh deposisi dentin sekunder yang

berkelanjutan. Wanita memiliki gigi yang lebih terang daripada pria.1,2,3

1
Penelitian melaporkan perbedaan warna yang signifikan secara

statistik antara gingiva ke daerah insisal gigi dan perbedaan ini signifikan

secara klinis. Ilusi kontras yang lebih besar antara warna kulit dan warna

gigi menjelaskan persepsi dokter gigi bahwa individu dengan warna kulit

yang lebih gelap memiliki warna gigi yang lebih terang. Pemilihan warna

gigi bisa sangat menentukan dan estetik telah didefinisikan sebagai “efek

kosmetik yang dihasilkan oleh prosthesis gigi yang memengaruhi

keindahan, daya tarik, karakter, dan martabat individu yang diinginkan.2,4

Upaya rehabilitasi prostetik dalam praktik kedokteran gigi akan sangat

membantu pasien dalam pengembalian fungsi stomatognatik seperti

pengunyahan, mastikasi, dan juga estetik. Salah satu tantangan dalam

memprediksi hasil perawatan kedokteran gigi prostetik adalah dengan

mengetahui hasil akhir sebelum memulai perawatan. Hal ini berkaitan

dengan kepuasan pasien terhadap hasil perawatan, sehingga diperlukan

keterampilan dokter gigi yang mampu membuat suatu diagnosis secara

komprehensif mengenai kondisi klinis pasien dengan mempertimbangkan

kesehatan rongga mulut, fungsi, kenyamanan, dan estetik pasien.4

Dokter gigi seringkali dihadapkan dengan tantangan untuk

menyelaraskan warna gigi dengan penampilan wajah pada pasien. Mereka

menyarankan bahwa warna gigi harus selaras dengan tujuan meningkatkan

penampilan wajah. Sehingga pengetahuan tentang warna gigi manusia dan

distribusinya sangat penting untuk memahami kecocokan dalam kedokteran

gigi estetika. Tujuan akhir dari estetika kedokteran gigi adalah untuk

2
menciptakan senyum yang indah dan memerlukan pertimbangkan parameter

bentuk wajah saat melakukan perawatan gigi untuk memenuhi unsur

keindahan, daya tarik, karakter, dan penampilan sosial yang diinginkan.

Komponen penting dari estetika gigi adalah membangun kembali senyum

dengan pengaturan yang tepat dengan wajah dan jaringan lunak di

sekitarnya. Salah satu hal yang mempengaruhi hasil perawatan gigi ialah

warna dari gigi tersebut setelah dilakukan perawatan.1,2,4

Menyelesaikan pemilihan warna biasanya dilakukan dengan

membandingkan secara visual gigi yang dipilih dengan tab warna dari

panduan warna yang tersedia secara komersial. Ada dua sistem yang

digunakan untuk menggambarkan warna: sistem warna Munsell dan sistem

CIELAB (Komisi Internasional de l'Eclairage) yang lebih kuantitatif. Sistem

Munsell mengkategorikan warna dalam tiga atribut: rona (hue), kroma

(chrome) dan nilai (value). Digunakan hampir secara eksklusif dalam

penelitian warna, CIELab mengkategorikan warna sebagai produk dari

pencampuran tiga koordinat warna; L*, a* dan b*. Dengan memberikan

ketiga nilai numerik koordinat ini, sistem CIELab dapat menemukan objek

dalam ruang warna tiga dimensi (3D). Warna gigi diukur dengan berbagai

metode termasuk penilaian visual dengan panduan warna atau pengukuran

instrumental. Karena perbedaan antar manusia dalam persepsi warna,

penilaian warna visual gigi tidak memiliki standardisasi yang dapat

ditingkatkan. Untuk memilih warna yang pada akhirnya akan menghasilkan

3
restorasi yang cocok dengan gigi alami yang berdekatan; akan bermanfaat

untuk memiliki latar belakang tentang distribusi kelompok orang tertentu.1,5

Suku toraja merupakan salah satu dari empat suku yang ada di

Sulawesi Selatan. Suku ini dikenal akan kekayaan budayanya. Namun, ada

beberapa budaya yang berupa prilaku kebiasaan yang kurang baik yaitu

merokok, menguyah sirih, dan mengonsumsi kopi. Tradisi merokok dalam

perayaan pesta adat dalam penelitian ini ditemukan bahwa bahwa tradisi

menyuguhkan rokok dalam perayaan pesta adat berasal dari kebiasaan

mengonsumsi sirih yang dikenal dengan panggan, lalu seiring dengan

perkembangan zaman dan setelah masyarakat mengenal rokok maka mereka

juga sudah mulai mengonsumsinya dan lama kelamaan telah menjadi

bagian dari kehidupan masyarakat di Kabupaten Tana Toraja termasuk

dalam setiap perayaan pesta adat. 6

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan

meningkatkan pengetahuan mengenai warna gigi manusia dan distribusinya.

Untuk itu peneliti akan melakukan identifikasi warna gigi masyarakat

Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’ Piongan Napo, Kabupaten Toraja

Utara.

4
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah warna gigi yang paling banyak terdapat pada masyarakat

Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’ Piongan Napo, Kabupaten

Toraja Utara.

2. Apakah terdapat perbedaan warna gigi masyarakat Suku Toraja pada

beberapa kelompok usia di Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’

Piongan Napo, Kabupaten Toraja Utara.

3. Apakah terdapat perbedaan warna gigi masyarakat Suku Toraja

menurut kebiasaan-kebiasaan dalam budayanya.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi warna gigi masyarakat Suku Toraja di

Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’ Piongan Napo, Kabupaten Toraja

Utara.

1.4. Hipotesis

1. Ada warna gigi yang paling banyak terdapat pada masyarakat Suku

Toraja di Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’ Piongan Napo,

Kabupaten Toraja Utara.

2. Terdapat perbedaan warna gigi masyarakat Suku Toraja pada

beberapa kelompok usia di Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’

5
Piongan Napo, Kabupaten Toraja Utara.

3. Terdapat perbedaan warna gigi masyarakat Suku Toraja menurut

kebiasaan-kebiasaan dalam budayanya.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai warna gigi

masyarakat Suku Toraja di Lembang Ma’dong, Kecamatan Dende’

Piongan Napo, Kabupaten Toraja Utara.

2. Memberikan panduan dan informasi pemilihan warna gigiyang belum

diketahui warna sebelumnya pada pasien full edentulous masyarakat

Suku Toraja.

3. Memberikan informasi mengenai hubungan antara budaya Suku

Toraja terhadap peubahan warna gigi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Gigi

Gigi terdiri dari empat jaringan: enamel, dentin, sementum, dan pulpa.

Enamel, dentin, dan sementum ini relatif keras karena mengandung kandungan

mineral yang cukup besar, terutama kalsium (sehingga jaringan ini juga dapat

dikatakan terkalsifikasi). Hanya terdapat dua jaringan yang secara normal terlihat

pada gigi yang diekstraksi secara utuh yaitu enamel dan sementum. Dua jaringan

lainnya (dentin dan pulpa) biasanya tidak terlihat pada gigi yang utuh.7

Foramen Apikal

Saluran Akar

Sementum
Akar Dentin
Cementodentinal Junction
Kamar Pulpa

Cementoenamel Junction

Email
Mahkota Dentinoenamel Junction
Permukaan Lingual Mahkota

Gambar 2.1 Potongan Longitudinal Gigi Anterior Maksila

7
2.1.1 Enamel

Enamel adalah lapisan permukaan eksternal berwarna putih dari

mahkota anatomi gigi. Ini sangat terkalsifikasi atau termineralisasi, dan

merupakan zat yang paling keras di dalam tubuh. Kandungan mineralnya

adalah 95% kalsium hidroksiapatit (yang dikalsifikasi). Zat yang tersisa

termasuk air 5% dan matriks enamel. Enamel berkembang dari organ

ectoderm dan merupakan produk sel epitel khusus yang disebut ameloblas.7

Enamel bersifat tembus cahaya dan bervariasi warna dari kuning muda

ke putih abu-abu. Pada tepi insisal gigi yang baru saja erupsi, email tampak

putih kebiru-biruan. Di daerah servikal enamel mencerminkan warna kuning

dari dentin yang mendasarinya, yang menentukan warna gigi bersama dengan

ketebalan enamel dan tembus cahaya. Daya tembus enamel meningkat

dengan bertambahnya usia dan karena itu mentransmisikan warna kuning dari

dentin yang mendasarinya dan tampak lebih gelap. Terlepas dari kenyataan

bahwa enamel terdiri dari kristal hidroksil apatit yang padat, enamel secara

selektif dapat ditembus melalui struktur "lem" protein pada zat-zat tertentu

seperti kalsium dan fluorida untuk remineralisasi enamel demineralisasi. Ion

fluoride dapat menembus enamel dari air liur dan membentuk kristal

fluoroapatit, yang lebih besar dan lebih tahan secara kimia terhadap

pembubaran asam bakteri. Ion dapat menembus enamel baik dari air liur,

makanan dan minuman, dan kemudian menjadi dimasukkan ke dalam

wilayah interprismatik atau secara internal dari pulp melalui DEJ dan

mengubah komposisi kimianya. Selain molekul anorganik kecil, enamel juga

8
permeabel untuk molekul besar yang terkait dengan noda dan pigmen.

Molekul besar ini berdifusi melalui pori-pori yang ditemukan di batas prisma

dan enamel interprismatik.8

2.1.2 Sementum

Sementum adalah lapisan luar kuning pudar dari akar gigi. Sementum

ini sangat tipis, terutama di sebelah garis serviks, ketebalannya hampir sama

dengan satu halaman kertas (hanya 50-100 µm di mana satu µm adalah

sepersejuta meter). Ini terdiri dari 65% kalsium hidroksiapatit (termineralisasi

dan terkalsifikasi), 35% bahan organik (serat kolagen), dan 12% air.

Sementum ini sekeras tulang tetapi jauh lebih lunak daripada email.

Sementum ini berkembang dari mesoderm, dan diproduksi oleh sel-sel yang

disebut cementoblast.7

2.1.3 Cementoenamel Junction (CEJ)

Cementoenamel junction (CEJ) merupakan pemisah enamel mahkota

dari sementum akar anatomi. CEJ ini juga dikenal sebagai garis servikal, yang

menandakan bahwa ia mengelilingi leher atau servikal gigi.7

2.1.4 Dentin

Dentin adalah jaringan kekuningan keras yang mendasari email dan

sementum, dan membentuk sebagian besar bagian dalam setiap mahkota dan

akar gigi. Dentin ini memanjang dari rongga pulpa di tengah gigi ke arah luar

ke permukaan dalam email pada mahkota atau sementum pada akar. Dentin

9
biasanya tidak terlihat kecuali pada radiografi gigi, atau ketika enamel atau

sementum telah aus, atau dipotong ketika preparasi gigi dengan bur, atau

dihancurkan oleh pembusukan. Dentin dewasa terdiri dari sekitar 70%

kalsium hidroksiapatit, 18% bahan organik (serat kolagen), dan 12% air,

menjadikannya lebih keras daripada sementum tetapi lebih lunak dan lebih

rapuh daripada enamel. Dentin berkembang dari papilla gigi embrionik yaitu

mesoderm. Sel-sel yang membentuk dentin disebut odontoblast, terletak di

hubungan antara pulpa dan dentin atau dentinoenamel junction (DEJ).7

Secara struktural, dentin terdiri dari tubulus dentin, berukuran sekitar 1-

2 μm yang dikelilingi oleh lapisan hypermineralized yang disebut peritubular

dentin, dan matriks antar tubular yang lebih lembut, di mana bahan organik

terkonsentrasi. Tubulus dentinal mengandung cairan dentinal, yang

mengandung protein dan proteoglikan.8

2.1.5 Dentinoenamel Junction (DEJ).

Dentinoenamel junction (DEJ) adalah permukaan bagian dalam tutup

enamel tempat enamel bergabung dengan dentin. DEJ ini paling baik dilihat

pada radiograf.7

2.1.6 Cementodentinal Junction

Cementodentinal junction adalah permukaan bagian dalam sementum

tempat sementum bergabung dengan dentin. Cementum sangat tipis sehingga

sulit untuk mengidentifikasi persimpangan ini pada radiografi.7

10
2.1.7 Pulpa

Pulpa adalah jaringan lunak (tidak terkalsifikasi atau termineralisasi) di

rongga atau ruang di tengah mahkota dan akar yang disebut rongga pulpa.

Rongga pulpa memiliki bagian koronal (ruang pulpa) dan bagian akar

(saluran pulpa atau saluran akar). Rongga pulpa dikelilingi oleh dentin,

kecuali pada lubang di dekat ujung akar yang disebut foramen apikal. Saraf

dan pembuluh darah memasuki pulpa melalui foramen apikal. Seperti dentin,

pulpa biasanya tidak terlihat, kecuali pada radiografi gigi (x-ray) atau gigi

yang dipotong. Ini berkembang dari papilla gigi (mesoderm). Pulpa ini adalah

jaringan ikat lunak yang mengandung banyak pembuluh darah dan saraf.

Fungsi pulpa gigi adalah sebagai berikut:

 Fungsi Formatif : Sel penghasil dentin (odontoblas) menghasilkan

dentin sepanjang umur gigi. Ini disebut dentin sekunder.

 Fungsi Sensoris: Ujung saraf menyampaikan rasa sakit yang disebabkan

oleh panas, dingin, bor, makanan manis, pembusukan, trauma, atau

infeksi, sehingga manusia dapat merasakannya. Namun, serabut saraf

dalam pulpa gigi tidak dapat membedakan penyebab rasa sakit.

 Fungsi Nutritif : Pembuluh darah mengangkut nutrisi dari aliran darah

ke sel-sel pulpa dan odontoblas yang menghasilkan dentin.

 Fungsi Devensif atau Protektif : Pulpa merespons cedera atau

pembusukan dengan membentuk dentin reparative oleh odontoblast.7

11
2.2 Perubahan Warna Gigi

2.2.1 Perubahan Warna Gigi Intrinsik

Perubahan warna intrinsik merupakan indikasi gangguan

perkembangan gigi normal, sedangkan pewarnaan intrinsik 1 atau 2 gigi

yang terlokalisasi dapat terjadi sebelum atau setelah gigi erupsi. Pewarnaan

intrinsik terjadi setelah perubahan komposisi struktural atau ketebalan

jaringan keras gigi. Perubahan warna yang terlokalisasi mungkin merupakan

hasil dari proses pra-nikah atau pasca-nikah, sedangkan keterlibatan yang

luas mengindikasikan adanya penyimpangan dalam pembentukan gigi

normal.3

Pewarnaan intrinsik diakibatkan oleh persatuan dari material

kromogenik di dalam email dan dentin, baik selama odontogenesis maupun

setelah erupsi. Pewarnaan intrinsik setelah erupsi terjadi sebagai hasil

trauma gigi yang mendorong ke arah perdarahan pulpa dan/atau nekrosis.

Hemolisis melepaskan hemoglobin, yang mana mendapatkan degradasi

untuk melepaskan besi. Besi berkombinasi dengan sulfida hidrogen untuk

menjadi besi sulfida yang menyebar ke dalam tubulus dentin dan

menghasilkan suatu pewarnaan bluish/hitam. Kegagalan untuk mengambil

semua sisa-sisa pulpa selama terapi endodontik juga menyebabkan

pewarnaan. Warna kotor atau coklat pada gigi adalah karakteristik degradasi

pulpa tanpa perdarahan yang memberikan degradasi protein atau nekrose

jaringan.3,10

12
Berbagai penyebab perubahan warna intrinsik disebutkan sebagai

berikut :

1. Bahan Gigi:

Restorasi gigi adalah salah satu penyebab paling umum untuk

perubahan warna intrinsik. Restorasi Amalgam dapat menghasilkan

pelepasan produk korosi tertentu (mis. Perak sulfida), di sana dengan

menghasilkan warna abu-abu hitam pada gigi, terutama pada preparasi

rongga besar dengan enamel yang rusak. Komposit, pin, semen ionomer

kaca, dan restorasi akrilik secara bertahap dapat meninggalkan rona abu-abu

pada gigi yang berdekatan dengan material. Bahan gigi lain yang

menyebabkan perubahan warna intrinsik termasuk formokresol, eugenol,

sealer saluran akar, dan pasta polyantimicrobial.3

2. Perubahan Regresi Gigi dan Karies Gigi:

Seiring bertambahnya usia, gigi permanen mengalami perubahan

regresif seperti gesekan, abrasi, dan erosi, yang dapat menyebabkan gigi

semakin menjadi abu-abu dan kuning. Fenomena terkait usia ini disebabkan

oleh hilangnya enamel secara progresif karena gesekan atau keausan gigi

yang menunjukkan warna kuning alami dari dentin yang mendasarinya.3

3. Trauma:

Trauma untuk mengembangkan gigi yang tidak erupsi dapat

mengganggu amelogenesis dan dapat menyebabkan enamel hipoplasia, yang

13
muncul sebagai kekeruhan yang terlokalisasi pada gigi yang erupsi. Gigi

seperti itu umumnya disebut sebagai gigi Turner. Trauma yang terjadi pada

gigi yang erupsi juga menyebabkan perubahan warna. Ini sering terjadi pada

gigi yang memiliki akar sepenuhnya terbentuk dan telah mengalami cedera

pulpa permanen yang disebabkan oleh avulsi, intrusi, kemewahan dan

subluksasi, atau fraktur yang melibatkan ruang pulpa. Trauma menyebabkan

pendarahan intrapulpal dan deposisi besi sulfida di sepanjang tubulus

dentinal, menghasilkan gips hitam kebiruan. Trauma oklusal yang terjadi

selama periode waktu yang panjang (mis. Kekuatan ortodontik yang

berlebihan) jarang menyebabkan perdarahan pulpa; Namun, itu dapat

menghasilkan gips coklat keabu-abuan halus.3

4. Infeksi:

Sejak pembentukan mahkota dimulai dalam rahim; ada potensi yang

melekat untuk perubahan warna intrinsik ekstensif dari gigi-geligi primer

yang ada sepanjang kehamilan. Infeksi odontogenik periapikal pada gigi

sulung dapat mengganggu amelogenesis normal dari penerus sekunder

(permanen) yang mendasarinya dan melibatkan potensi hipoplasia enamel

lokal. Walaupun jarang, rubella ibu, infeksi sitomegalovirus, dan toksemia

kehamilan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, yang umumnya

bermanifestasi sebagai pita fokal hipoplasia enamel fokal yang terbatas pada

gigi primer yang membentuk enamel pada saat infeksi ibu. Infeksi postnatal

sistemik (mis. Campak, cacar air, infeksi streptokokus, demam berdarah)

juga dapat menyebabkan hipoplasia email gigi. Hal ini dapat dijelaskan oleh

14
fakta bahwa pembentukan mahkota gigi-geligi sekunder terjadi sampai anak

berusia sekitar 8 tahun dan dapat bermanifestasi sebagai perubahan warna

seperti pita pada permukaan gigi.3

5. Obat

a) Fluorida:

Fluorosis gigi ditandai oleh perubahan warna email yang dihasilkan

dari hipomineralisasi bawah permukaan karena konsumsi fluoride yang

berlebihan selama tahap pematangan awal pembentukan email.3

b) Tetrasiklin:

Tetrasiklin menghasilkan perubahan warna email gigi ketika

diresepkan selama perkembangan gigi. Tetrasiklin berdifusi melalui dentin

ke antarmuka email, mengkelat ion kalsium dan menggabungkannya

menjadi hidroksiapatit sebagai kompleks ortofosfat yang stabil, ketika

diberikan selama tahap kalsifikasi perkembangan gigi.3

c) Ciprofloxacin:

Perubahan warna kehijauan permanen pada gigi erupsi baru telah

dilaporkan pada bayi yang menerima ciprofloxacin intravena 10 hingga

40mg / kg / hari untuk infeksi Klebsiella.3

6. Kekurangan Nutrisi dan lainnya

Vitamin C dan D, kalsium, dan fosfat diperlukan untuk pembentukan

gigi yang sehat, sehingga defisiensi dapat menyebabkan hipoplasia email

15
yang berhubungan dengan dosis atau terkait paparan. Jumlah penyakit

berpotensi menyebabkan hiperbilirubinemia yang dapat menyebabkan

perubahan warna gigi intrinsik, termasuk anemia sel sabit; talasemia;

penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (HDN) karena faktor Rhesus, ABO,

atau ketidakcocokan antigen eritrosit lainnya; atresia bilier; dan penyakit

anak langka lainnya. Penyakit-penyakit ini memiliki kemampuan untuk

menyebabkan hiperbilirubinemia dan penggabungan biliverdin yang

tergantung dosis ke dalam perkembangan gigi, menghasilkan penyakit

kuning seperti warna kuning-hijau pada permukaan gigi.3

7. Kelainan Genetik dan Turunan

Kelainan genetik dalam pembentukan enamel atau dentin termasuk

amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfecta, dan displasia dentin.

Ini adalah penyakit keturunan dengan kecenderungan perubahan warna gigi

intrinsik. Amelogenesis Imperfecta mempengaruhi gigi-geligi primer dan

sekunder dan menunjukkan banyak manifestasi klinis.3

2.2.2 Perubahan Warna Gigi Ekstrinsik

Noda ekstrinsik didefinisikan sebagai noda yang terletak di

permukaan luar struktur gigi dan disebabkan oleh agen topikal atau

ekstrinsik. Pewarnaan ekstrinsik adalah pewarnaan superfisial dan

memengaruhi hanya permukaan luar email. Proses terjadinya pewarnaan

gigi karena kromogen makanan/minuman (kopi, teh, wine) diserap kedalam

plak atau acquired pellicle atau deposit kromogen ke permukaan gigi

16
sehingga dapat menghasilkan suatu warna karena adanya ikatan ganda yang

saling berhubungan dengan permukaan gigi melalui suatu pertukaran ion.

Pewarnaan tembakau diakibatkan oleh deposisi produk tar pada permukaan

gigi dan menembus email. Sedangkan pewarnaan Chlorhexidine karena

ikatan kation dari antiseptik tersebut dengan anion permukaan gigi.3

Berbagai penyebab perubahan warna gigi ekstrinsik disebutkan

sebagai berikut :

1. Faktor Lokal

Penyebab paling umum dari noda ekstrinsik adalah kebersihan mulut

yang buruk. Ketidakmampuan untuk menghilangkan bahan penghasil noda

dan / atau penggunaan pasta gigi dengan tindakan pembersihan dan

pemolesan yang tidak memadai menyebabkan perubahan warna.3

Akumulasi plak gigi, kalkulus dan partikel makanan menyebabkan

noda coklat atau hitam. Endapan tanin yang ditemukan dalam teh, kopi, dan

minuman lainnya menghasilkan pewarnaan coklat pada permukaan gigi.3

2. Tembakau / Pinang

Bentuk-bentuk tembakau yang tidak berasap dan menghasilkan asap

menghasilkan noda-noda coklat tua dan hitam yang kuat yang menutupi

sepertiga serviks hingga setengahnya.3

Kombinasi dari pinang, dan jeruk nipis, juga dikenal sebagai “pan”

ketika dikunyah memunculkan produksi liur merah darah yang berlebihan

17
yang menghasilkan noda merah-hitam pada gigi, gingiva, dan permukaan

mukosa mulut.3

3. Diet

Noda cokelat pada permukaan gigi bisa disebabkan oleh pengendapan

tanin yang ditemukan dalam teh, kopi, dan minuman lainnya.11

4. Kebiasaan

Tembakau dari rokok, cerutu, pipa, dan tembakau kunyah

menyebabkan noda coklat gelap dan hitam yang menutupi sepertiga

serviksal hingga pertengahan gigi. Mengunyah daun menghasilkan produksi

air liur merah darah yang menghasilkan noda merah-hitam pada gigi,

gingiva dan permukaan mukosa mulut.11

5. Bakteri / Jamur Chromogenik

Bakteri kromogenik menyebabkan noda, biasanya pada margin

gingiva gigi. Yang paling umum adalah staincaus hitam oleh spesies

Actinomyces. Noda tersusun dari besi sulfida dan dibentuk oleh reaksi

antara hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh aksi bakteri dan zat besi dalam

saliva dan eksudat gingiva.3

Noda hijau dikaitkan dengan bakteri dan jamur fluoresens seperti

spesies Penicillium dan Aspergillus. Organisme ini tumbuh hanya dalam

cahaya dan karena itu menyebabkan pewarnaan pada permukaan rahang atas

gigi anterior. Bakteri kromogenik seperti Serratia marcescens dan

Flavobacterium lutescens menyebabkan noda oranye.3

18
6. Paparan Kerja

Berbagai senyawa logam juga dapat menyebabkan perubahan warna

gigi, sebagai akibat dari interaksi logam dengan plak gigi di sana dengan

menghasilkan noda permukaan. Paparan industri terhadap zat besi, mangan,

dan perak dapat menodai gigi. Merkuri dan debu timbal dapat menyebabkan

noda biru-hijau; noda tembaga dan nikel, hijau-ke-biru-hijau; asap asam

kromat, noda oranye tua; dan larutan yodium, noda cokelat.3

7. Pengobatan Topikal:

Obat topikal juga dapat menyebabkan pewarnaan gigi. Bilas

Chlorhexidine (0,12%) menyebabkan pewarnaan cokelat setelah beberapa

minggu penggunaan, terutama pada restorasi akrilik dan porselen.

Cetylpyridinium chloride adalah bahan dalam beberapa obat kumur juga

dapat menyebabkan pewarnaan gigi. Larutan oral yang mengandung zat besi

yang digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi besi penyebab noda

hitam. Obat kumur kalium permanganat (pewarna violet-hitam), perak nitrat

(noda hitam), dan stannous fluoride (noda cokelat) juga dapat menyebabkan

perubahan warna gigi.3

8. Obat Sistemik:

Beberapa obat sistemik (misalnya, minocycline, doksisiklin) dapat

menyebabkan pewarnaan ekstrinsik. Penggunaan jangka panjang dari

doxycycline menghasilkan pengikatan pada glikoprotein dari pelikel gigi,

dan pada pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, meningkatkan

19
oksidasi kompilasi terpapar sinar matahari atau bakteri, menghasilkan warna

gigi ekstrinsik.3

Agen antimikroba terutama menyebabkan pseudo-discolorations,

mungkin oleh endapan kromogenik dalam pelikel, atau oleh pertumbuhan

berlebihan dengan mikroorganisme kromogenik.3

2.3 Metode Pemilihan Warna Gigi

2.3.1 Shade Guide

Salah satu panduan pemilihan warna paling populer saat ini digunakan

adalah Vita Classic Shade Guide. Ini adalah panduan warna yang sangat

populer dan telah digunakan sejak 1960-an.9

Tab dengan warna yang sama dikelompokkan ke dalam grup surat

seperti :

• A (rona merah-kuning) - A1, A2, A3, A3.5, A4

• B (rona kuning) - B1, B2, B3, B4

• C (rona abu-abu) - C1, C2, C3, C4

• D (rona merah-kuning-abu-abu) - D2, D3, D4 Chroma ditetapkan

dengan nilai numerik 1, 2, 3 dan 4.

Urutan untuk pencocokan warna saat menggunakan panduan warna

Vita Classic ialah :

20
Langkah 1: Pemilihan Hue

Operator harus memilih rona yang paling dekat dengan gigi asli.

Gunakan area gigi dengan kroma tertinggi untuk pemilihan rona.9

Langkah 2: Pemilihan Chroma

Setelah pemilihan hue telah dibuat, misalnya B. Chroma dipilih dari

gradasi dalam tab B - B1, B2, B3, dan B4. Beberapa perbandingan harus

dibuat. Hindari kelelahan retina. Istirahatkan mata di antara perbandingan

(lihat dinding abu-abu).9

Langkah 3: Seleksi Nilai

Dianjurkan untuk menggunakan panduan pemilihan warna

berorientasi nilai yang kedua. Panduan pemilihan warna berorientasi nilai:

B1, A1, B2, D2, A2, C1, C2, D4, A3, D3, B3, A3.5, B4, C3, A4, C4. Nilai

akhir dipilih dengan menggunakan panduan pemilihan warna kedua yang

sampelnya diatur dengan tab warna gigi terang pertama dan tab pemilihan

warna gelap terakhir. Nilai paling mudah ditentukan dengan mengamati

pemandu dan gigi yang akan dicocokkan di kejauhan, berdiri agak jauh dari

kursi dan menyipit. Menyipitkan mata mengurangi jumlah cahaya yang

mencapai retina. Oleh karena itu stimulasi kerucut berkurang sementara

batang menjadi lebih sensitif terhadap kondisi yang semakin meningkat.

Dokter gigi harus berkonsentrasi pada yang menghilang terlebih dahulu -

gigi atau tab peneduh. Yang fades pertama memiliki nilai lebih rendah.9

Langkah 4: Pemeriksaan / Revisi Terakhir

21
Mengikuti pemilihan nilai, tab yang dipilih untuk rona dan kroma

mungkin tidak sesuai dengan tab warna yang dipilih untuk nilai. Jika Nilai

tab peneduh lebih rendah dari gigi asli maka pilih tab peneduh baru dengan

nilai lebih tinggi karena seseorang tidak dapat meningkatkan nilai restorasi

dengan pewarnaan ekstrinsik karena hanya akan meningkatkan opacity

restorasi. Jika Nilai tab peneduh lebih tinggi dari gigi asli maka pilih tab

peneduh baru dengan nilai lebih rendah atau menjembatani perbedaan

dengan pewarnaan intrinsik atau ekstrinsik.9

2.3.2 Prosedur pemilihan warna gigi

Adapun prosedur untuk pemilihan warna gigi antara lain :

1. Gigi yang akan dicocokkan harus dibersihkan dari semua kotoran dan

noda. Profilaksis harus dilakukan sebelum pemilihan warna gigi.

2. Lipstik / makeup warna cerah harus dihapus (lipstik merah yang kuat

di sebelah gigi akan melelahkan reseptor merah sementara reseptor

biru dan hijau tetap segar dan sepenuhnya distimulasi. Ini membuat

gigi yang terlihat biru) dan pakaian cerah harus dibungkus dengan

serbet abu-abu. Dinding operasi harus berwarna abu-abu.

3. Pasien harus dilihat setinggi mata dan setinggi lengan, sehingga

bagian retina yang paling sensitif akan digunakan.

4. Perbandingan warna gigi harus dibuat dalam kondisi pencahayaan

yang berbeda. Warna awal dapat diambil di bawah lampu neon yang

22
dikoreksi warna dan kemudian dikonfirmasi di siang hari alami

(membawa pasien ke jendela operasi).

5. Perbandingan warna gigi harus dilakukan pada awal kunjungan

pasien. Nilai gigi bertambah ketika kering karena kekeringan.

6. Perbandingan warna gigi harus dilakukan dengan cepat (5 detik),

dengan tab peneduh ditempatkan tepat di bawah bibir dan berdekatan

dengan gigi yang akan dicocokkan. Sensitivitas warna: Setelah 5 detik

menatap gigi atau penuntun warna, mata mengakomodasi dan menjadi

bias. Jika seseorang menatap warna apa saja selama lebih dari 5 detik

dan kemudian menatap permukaan putih, atau menutup mata

seseorang, gambar muncul, tetapi dalam warna komplementer (warna

berlawanan satu sama lain dalam roda warna) (Gbr.2) . Fenomena ini

dikenal sebagai sensitivitas rona yang sangat mempengaruhi

pemilihan warna.

7. Lihatlah dinding abu-abu atau serbet pasien di antara setiap evaluasi

warna gigi.9

2.4 Kebiasaan Masyarakat Suku Toraja

Suku toraja merupakan salah satu dari empat suku yang ada di Sulawesi

Selatan. Suku ini dikenal akan kekayaan budayanya. Namun, ada beberapa budaya

yang berupa prilaku kebiasaan yang kurang baik yaitu merokok, menguyah sirih,

dan mengonsumsi kopi. Mengkonsusmsi kopi ini tidak dapat dipisahkan dengan

kebiasaan masyarakat toraja mengingat salah satu hasil bumi masyarakat toraja

23
ialah kopi. Sedangkan tradisi merokok dalam perayaan pesta adat dalam literatur

ditemukan bahwa tradisi menyuguhkan rokok dalam perayaan pesta adat berasal

dari kebiasaan mengonsumsi sirih atau menyuguhkan sirih. Ditemukan juga

bahwa sebenarnya rokok dalam perayaan pesta adat di Kabupaten Tana Toraja

pada awalnya berasal dari kebiasaan masyarakat Toraja dalam mengonsumsi sirih

yang dikenal dengan panggan, lalu seiring dengan perkembangan zaman dan

setelah masyarakat mengenal rokok maka mereka juga sudah mulai

mengonsumsinya dan lama kelamaan telah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat di Kabupaten Tana Toraja termasuk dalam setiap perayaan pesta

adat.6

24
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Warna Gigi

Alami / Normal Diskolorasi

Penentuan Warna
Intrinsik Ekstrinsik
(Shade Guiding)

Hand Instrument Teknologi Bahan Tumpatan Oral Hygiene

konsumsi
Perubahan regresi
Vita Classic tembakau /
gigi dan karies
pinang

Diet (kopi,teh,
trauma
dll)

Kebiasaan
infeksi merokok

konsumsi obat bakteri / jamur

kekurangan
obat topikal
nutrisi

kelainan genetik / kebiasaan


keturunan merokok

25
3.2 Kerangka Konsep

Warna Gigi

Alami / Normal Diskolorasi

Penentuan Warna
(Shade Guiding) Intrinsik ekstrinsik

konsumsi
Hand Instrument Teknologi tembakau / pinang

Vitapan Classic Diet (kopi,teh, dll)

Kebiasaan
merokok

26
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu observational pada gigi insisivus

sentralis maksila untuk mengidentifikasi warna gigi menggunakan Shade

GuideVitapan Classic.

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah Cross Sectional Study Method.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

‐ Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Ma’dong, Kecamatan Dende’

Piongan Napo, Kabupaten Toraja Utara.

‐ Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan September 2019 - Selesai.

4.3 Sampel Penelitian

Masyarakat suku toraja di Desa Ma’dong, Kecamatan Dende’ Piongan

Napo, Kabupaten Toraja Utara pada waktu penelitianberlangsung dan

bersedia untuk diikutkan dalam penelitian, dibuktikan dengan

menandatangani informed consent.

27
4.4 Teknik pengambilan sampel

Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, dimana sampel

merupakan warga yang ditemui pada saat penelitian berlangsung dan

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penilitian.

1. Kriteria Inklusi

‐ Bersedia mengikuti segala proses penelitian yang dibuktikan

dengan penandatangan informed concent.

‐ Berusia 20 - 50 tahun.

‐ Pria ataupun wanita.

‐ Memiliki insisivus sentral rahang atas permanen kanan atau kiri.

2. Kriteria Eksklusi

‐ Gigi yang diputihkan

‐ Gigi dengan enamel hypoplasia

‐ Fluorosis

‐ Telah dilakukan perawatan veneer

‐ Gigi yang mengalami karies

‐ Gigi yang telah direstorasi.

4.5 Variabel penelitian

1. Variabel independen : Warna gigi masyarakat suku Toraja.

2. Variabel dependen : Perubahan warna gigi

3. Varibel antara : Proses pemeriksaan warna gigi

28
4.6 Definisi operasional variabel

1. Warna gigi masyarakat toraja merupakan gigi insisivus sentralis

maksila yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Gigi ini dijadikan

acuan pengkuran warna karena merupakan gigi yang paling mudah

terlihat.

2. Perubahan warna gigi merupakan faktor yang mempengaruhi estetika

gigi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor intrinsik ataupun

ekstrinsik.

3. Proses pemeriksaan gigi ialah mengidentifikasi warna gigi masyarakat

menggunakan alat ukur yang telah disediakan oleh peneliti dan

dilakukan langsung oleh peneliti ataupun bantuan profesional.

4.7 Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Informed Concent

2. Kuesioner

3. Oral Diagnostic Set

4. Kapas Steril

5. Oral Profilaksis

6. Vitapan Classic

29
4.8 Kriteria penilaian

Pengukuran ini dilakukan langsung oleh peneliti ataupun dengan bantuan

profesionalmenggunakan alat ukur Shade Guide Vitapan Classic. Hasil

pengukuran kemudian dikumpulkan secara kolektif dan diolah menggunakan

perangkat lunak SPSS.

4.9 Data

Jenis data pada penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang

diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap masyarakat Suku Toraja di

Kelurahan Tondon Mamullu, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja

dengan menggunakan Shade Guide Vitapan Classic yang telah disiapkan.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi, identitas pasien, kebiasaan

buruk reponden (jika ada), dan pernyataan pasien dan warna gigi yang telah

diukur oleh peneliti dan tenaga professional.data yang telah diperoleh

kemudian diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS dan

disajian dalam bentuk tabel.

4.10 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur menelitian yang akan dilakukan ialah :

1. Menjelaskan kepada responden mengenai maksud, tujuan, dan prosedur

penelitian yang akan dilakukan.

2. Responden yang bersedia menjadi sampel penelitian menandatangani

informed concent.

30
3. Dilakukan tindakan profiklas pada gigi yang akan dicocokkan sebelum

pemilihan warna gigi.

4. Mempersiapkan lingkungan untuk pemilihan warna gigi, antara lain :

a. Menghapus lipstik / riasan warna cerah yang digunakan oleh

responden.

b. Memasangkan celemek / alas dada berwarna abu-abu pada

responden untuk menutupi warna pakaian yang dikenakan.

5. Responden diposisikan setinggi mata atau setinggi lenganuntuk

memudahkan peneliti dalam mencocokkan warna.

6. Basahi tab Shade Guide sebelum dilakukan pencocokan warna gigi.

7. Mencocokkan warna gigi responden dengan tab Vitapan Classic

menggunakan pencahayaan yang alami.

8. Melihat perbandingan warna gigi harus dilakukan dengan cepat (5

detik) dengan tab Shade Guide ditempatkan tepat di bawah bibir dan

berdekatan dengan gigi yang akan dicocokkan.

9. Melihatcelemek / alas dada berwarna abu-abu pada responden setiap

ingin melakukan evaluasi warna gigi.

10. Setelah menentukan warna gigi, data kemudian dikumpulkan secara

kolektif dan dianalisa menggunakan perangkat luna SPSS.

11. Hasil analisis data akan disajikan dalm bentuk tabel.

31
4.11 Alur Penelitian

Menjelaskan kepada calon responden mengenai maksud, tujuan, dan prosedur

penelitian

Meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan

menandatangani informed concent

Mempersiapkan area penelitian dengan mengatur cahaya alami pada lokasi

penelitian dan pasien diposisikan menghadap cahaya tersebut

Mempersiapkan responden yang akan dilakukan penelitian (menghapus

lisptik, riasan , melepas perhiasan)

Membersihkan gigi anterior responden menggunakan pasta propilaksis dan

sikat

Menyiapkan vitapan classic

Melakukan pengamatan dan pencatatan warna pada gigi insisif sentral kanan

atas permanen

Analisis data

32

Anda mungkin juga menyukai