Makalah Gadar
Makalah Gadar
PENDAHULUAN
Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah korban
Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung menganggapnya
sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan. Sebenarnya angka kejadian,
kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di turunkan bila kita memahami cara- cara
penanggulangan Kegawat Daruratan.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera dan
bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan
cacat permanent.
Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi dimana
mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang mendesak yang
terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat kesehatan, kita harus
menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami pasien dan menyadari perasaan
sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan pasien dalam memebicarakan fungsi serta
gejala ureginetal. Pasien mungkin “lupa” atau menyangkal gejala tersebut karena rasa
cemas atau sungkan. Penyakit renal harus dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit
renal terjadi ketika ginjal terkena. Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala
yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup informasi
berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
Di Indonesia ada sikap seakan - akan pasrah dalam menghadapi masalah korban
Gawat Darurat. Kalau ada orang meninggal / cacat kita cenderung menganggapnya
sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan. Sebenarnya angka kejadian,
kematian dan kecacatan dapat di cegah dan di turunkan bila kita memahami cara- cara
penanggulangan Kegawat Daruratan.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera dan
bila tidak mendapat pertolongan segera dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan
cacat permanent.
Gawat Darurat dalam system perkemihan yang terjadi adalah suatu kondisi dimana
mengancam nyawa mengandung resiko cacat dengan aspek waktu yang mendesak yang
terjadi pada system perkemihan. Ketika mendapatkan riwayat kesehatan, kita harus
menggunakan bahasa serta istilah yang dapat dipahami pasien dan menyadari perasaan
sungkan atau tidak nyaman yang dirasakan pasien dalam memebicarakan fungsi serta
gejala ureginetal. Pasien mungkin “lupa” atau menyangkal gejala tersebut karena rasa
cemas atau sungkan. Penyakit renal harus dibedakan dengan penyakit urinarius.penyakit
renal terjadi ketika ginjal terkena. Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala
yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh.Riwayat sakit harus mencakup informasi
berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
1.2. TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat menerapkan usaha mempertahankan kehidupan
pasien dalam keadaan gawat darurat
2.1. TRIAGE
2.1.1. PENGERTIAN
Urutan kegawatan
(coma, Kejang)
(pre,Post,renal)
2.1.2. TUJUAN
Tingkat prioritas :
Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk
sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan
dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka
sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis.
Pemimpin triage
Hanya melakukan :
Primary survey
Menentukan prioritas
Menentukan pertolongan yang harus diberikan
Keputusan triage harus dihargai. Diskusi setelah tindakan. Hindari untuk tidak
memutuskan sesuatu. Pemimpin triage tidak harus dokter, perawat pun bisa
atau orang yang terlatih tergantung sumber daya manusia di tempat kejadian.
Tim triage
Bertanggung jawab
Mencegah kerusakan berlanjut atau semakin parah
Pilah dan pilih korban
Memberi perlindungan kepada korban.
2.1.4. KEUNTUNGAN
- KET
11. Kerjasama yang baik di bawah seorang pimpinan yang disebut dengan
petugas triage
12. Menggunakan buku pedoman bagi petugas polisi, dinas kebakaran dan
medis/para medis, satuan SAR dalam penanggulangan bencana.
2. Pertolongan darurat
Persiapan Perlengkapan
c. Suksion
a. Infus set
b. blood set
d. spuit 5- 10 cc
e. standar infuse
c. kain kasa
d. gips
4. Perlengkapan lain
a. Selimut
b. Pembalut
c. kain segitiga
d. tensimeter
e. usungan dsb.
5. Obat-obatan
a. analgesic antikoagulan
b. antiinflamsi
c. vitamin, dll.
Peranan Perawat
1. Melakukan asuhan keperawatan penderita gawat darurat
3. Menghentikan perdarahan
6. Rujukan
a. Ambulan
c. Pertolongan pertama.
SIAGA I
- Tenaga dari dan perawat masih dapat dipenuhi oleh dari dan
perawat yg bertugas
SIAGA II
SIAGA III
a. Pengetian
1. Pemindahan pasien – pasien dari tempat kejadian ketempat yang memungkinkan
dapat pertolongan yang lebih baik.
2. Suatu proses usaha memindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun
mempergunakan bantuan alat, tergantung situasi dan kondisi lapangan.
b. Tujuan : memindahkan penderita gawat darurat dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita kesarana kesehatan yang memadai.
c. Sarana transportasi terdiri dari :
1. Kendaraan pengangkat
2. Peralatan medis dan non medis
3. Petugas ( tenaga medis atau paramedic )
4. Obat – obat life saving dan life support
d. Persaratan Transportasi Penderita Gawat Darurat
1. Sebelum diangkat
- Gangguan respirasi dan cv telah ditanggulang
- Perdarahan telah dihentikan
- Luka – luka telah ditutup
- Patah tulang telah di fiksasi
2. Selama perjalanan harus selalu deperhatikan dan dimonitor
- Kesadaran
- Pernafasan
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Keadaan luka
e. Perencanaan Dan Persiapan
1. Menentukan jenis transportasi ( mobil, perahu, pesawat )
2. Menentukan tenaga kesehatan yang mendampingi pasien
3. Menentukan peralatan dan persediaan obat yang diperlukan selama perjalanan
baik kebutuhan rutin maupun darurat
4. Menentukan kemungkinan penyulit
5. Menentukan pemantauan pasien selama transportasi
f. Beberapa Aturan Dalam Pengangkatan Dan Pemindahan Korban
1. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan tidak membahayakan
penolong.
2. Terangkan secara jelas pada korban apa yang akan dilakukan agar korban
kooperatif.
3. Libatkan ponolong lain, yakinkan penolong lain mengerti apa yang akan
dikerjakan.
4. Pertolongan pemindahann korban dibawah satu komando agar dapat dikerjakan
bersamaan.
5. Pakailah cara mengangkat korban dengan teknik yang benar agar tidak membuat
cidera punggung penolong
Adalah proses memindahkan kasus gawat darurat dari satu tempat ketempat
lain.
Syarat : Keadaannya stabil, Jalan nafas dijamin terbuka/bebas, Monitor
(pengawasan
ketat) dari Nadi dan Pernafasan.
Alat :
1. Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang
Dua orang ; kedua tangan korban pada bahu penolong yang berdiri di kanan
dan dikiri, posisi setengah duduk pada keempat tangan penolong dapat juga
menggunakan kursi.
a. Kendaraan pengangkat
b. Peralatan medis dan non medis
c. Petugas (tenaga medis/ paramedis)
d. Obat-obat life saving dan life support
1. Tanpa alat : proses pemindahan atau transportasi dilakukan oleh satu penolong,
dua penolong atau lebih tanpa menggunakan alat- alat bantu .
1 penolong :
- Dipapah ( human crutch )
- Diseret ( drag )
- Ditimang ( cradle )
- Digendong di punggung ( pick a back )
1 penolong dapat dilakukan dengan cara :
- dua tangan menyangga paha korban dan dua tangan yang lain menyangga
punggung korban
- satu penolong mengangkat korban dari arah punggung korban sedangkan
penolong yang lain menyangga tungkai korban.
- Oleh tiga atau 4 penolong dapat dilakukan dengan cara korban diangkat bersama –
sama dengan kondisi korban terbaring
2. Dengan bantuan alat
- Dengan mengguanakan kursi kayu
- Dengan mengguanakan tandu atau usungan
- Dengan menggunakan usungan beroda atau tempat tidur beroda.
- Dengan menggunakan kendaraan berupa : motor, mobil umum, ambulance,
pesawat terbang dll.
BAB III
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan
spasme otot polos organ berongga yang berbentuk tabung (Wikipedia. 2010. Batu
Ginjal. http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal. di akses pada tanggal 5 april 2010).
Kolik renal adalah nyeri hebat yang hilang timbul pada organ ginjal. Biasanya
disebabkan karena adanya penyumbatan atau infeksi pada ginjal (Qimindra. 2010.
nyeri kolik akibat batu saluran kencing.
3.2 ETIOLOGI
Batu
Bekuan darah
Pecahan tumor yang terlepas
Benda asing lain
Kolik ginjal biasanya disebabkan karena adanya batu. Batu ini bisa terbentuk
di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).
Pembentukan batu ini biasanya disebabkan karena kurang minum, diet banyak
mengandung kalsium atau oksalat, kadar asam urat darah yang tinggi, sumbatan pada
saluran kemih, riwayat keluarga menderita saluran kemih, pekerjaan banyak
duduk/kurang aktifitas, faktor lingkungan. Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Pembentukan batu ini menyebabkan obstruksi
pada ginjal sehingga terjadi hambatan aliran darah pada organ tersebut. Akibat
hambatan ini, terjadilah spasme pada otot polos yang terdapat pada ginjal dan juga
hipoksia pada jaringan dinding ginjal yang akhirnya menyebabkan nyeri kolik.
Karena kontraksi ini berjeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Biasanya disertai
perasaan mual bahkan muntah serta demam. Saat serangan, penderita sangat gelisah,
kadang berguling-guling ditempat tidur atau jalan. Trias kolik, tanda khas yang terdiri
dari serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah yang disertai gerak
paksa.
3.4 PATWAY
obstruksi ginjal
kolik ginjal
Nyeri Mual
Demam
hebat dan muntah
a. Urinalisa
- Pengambilan urine
- Karakteristik (warna-Kepekatan)
- BJ & osmolaritas: 1.003-1.030 & 300-1400 Osm/kg H2O
- Cemobality: fungsi ginjal yang adekuat untuk memekatkan
dan mengencerkan urine
- pH normal: 4,6 – 8 (rata2 6,0)
- Glukosa: Glukosuria, Keton: ketonuria, proteinuria
- Bila produksi urine > 150 mg/24 jam
- Aminoacid urine meningkat: gangguan hepar, gangguan
tubulus ginjal, protein meningkat
c. Pengkajian primer
Kesadaran : Pada kasus kolik renal dan ureter klien juga bisa dalam
keadaan syok, kolaps. Sehingga kita selaku perawat harus tetap
memperhatikan pernafasan klien tetap adekuat.
Look, listen and feel
Ada nafas : Klien pada kolik renal dan ureter masih mampu bernafas
dengan normal.
Gerak dada : Gerak dada simetris
Gerak otot , nafas tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
Warna kulit , mukosa, kuku.
d. Pengkajian sekunder
Riwayat pasien
- S ( signs and symptom )
- A ( allergies )
- M ( Medication )
- P ( Pentinant past medical histori
- L ( Last oral intake solid liquid )
- E ( Event leading to injuri ilmes )
TTV
- Tekanan Darah : tekanan darah pada pasien kolik renal cendrung
meningkat sekitar 160/120 mmHg
- Irama dengan kekuatan nadi : nadi meningkat diatas 160x/mnt
- Irama, kedalalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan : klien
dengan kolik mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan sering
menggunakan otot pernapasan.
- Suhu tubuh klien meningkat diatas 37,8oC.
3.8 PENGGOLONGAN SESUAI TRIAGE
Nyeri kolik merupakan nyeri akut dan dapat mempengaruhi vital sign
seseorang sehingga memerlukan tindakan medis dan apabila tidak segera
tertangani maka akan memperburuk keadaan pasien. Untuk itu maka kolik
ginjal termasuk ke dalam P2 (urgent).
3.8 PERENCANAAN
3.9 EVALUASI
- Evaluasi KU pasien
- Pantau terus kesadaran pasien
-
BAB IV
4.1 Definisi
Trauma Renal adalah berbagai tipe cedera yang yang dapat menyebabkan
memar laserasi, atau ruptur aktual pada ginjal, ureter, buli-buli,dan uretra.(Brunner
dan Suddarth,2001:1468)
Renal trauma is the most common urologic trauma and occurs in 8-10% of
patients with significant blunt or penetrating abdominal trauma. In most cases, major
renal injuries are associated with injuries to other major organs.( Kevin Smith,2010)
4.2 Etiologi
Dapat disebabkan oleh trauma langsung baik tajam atau tumpul, di daerah
perut bagian depan, samping maupun daerah lumbal. Dapat pula di akibatkan
trauma tidak langsung seperti jatuh terduduk, jatuh berdiri dan kkontraksi otot perut
yang berlebihan pada hidronefrosis.
4.4 Patofisiologi
80-85% trauma ginjal disebabkan trauma tumpul yang secara langsung mengenai
abdomen, pinggang atau punggung. Trauma tersebut disebabkan karena kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, jatuh dan olahraga kontak. Tabrakan kendaraan pada
kecepatan tinggi bisa menyebabkan trauma pambuluh darah utama karena deselerasi
cepat. Luka karena senjata api dan pisau merupakan luka tembus terbanyak yang
mengenai ginjal sehingga bila terdapat luka pada pinggang harus dipikirkan trauma
ginjal sampai terbukti sebaliknya. Pada luka tembus ginjal, 80% berhubungan dengan
trauma viscera abdomen. (Geehan , 2003; McAninch , 2000).
4.5 Komplikasi
a) Urinoma
Terjadi < 1% kasus trauma ginjal. Jika kecil dan noninfeksius maka tidak
membutuhkan intervensi bedah. Bila besar perlu dilakukan pemasangan tube
ureter atau nefrostomi perkutan /endoskopik.
b) Delayed bleeding
Terjadi dalam waktu 2 minggu cedera. Bila besar dan simtomatik
dilakukan embolisasi.
c) Urinary fistula
Terjadi karena adanya urin yang tidak didrain atau infark segmen besar
parenkim gunjal.
d) Abses
Terdapat ileus, panas tinggi dan sepsis. Mudsah didrainase perkutan.
e) Hipertensi
Pada periode awal pasca operasi biasanya karena rennin mediated, transient
dan tidak membutuhkan tindakan .
4.6 PENGKAJIAN
1. Identitas
Biasanya lebih sering terjadi pada pria karena pria cenderung lebih aktif dalam
melakukan aktivitas. Lebih sering terjadi pada orang dewasa karena cenderung resiko
mengalami kecelakaan lebih tinggi.juga biasanya terjadi saat seseorang melakukan
aktifitas,pada jam-jam kerja cenderung karena ketidak hati-hatian dan sering juga
akibat kecelakaan lalulintas dijalan
2. Keadaaan Umum
Keadaan umum klien akan tampak sakit berat apabila pasien mengalami
Cedera ginjal mayor dan cedera ginjal kritikal yang prognosisnya akan lebih berat
apabila menimbulkan syok hipovolemik. Keadaan umum klien tampak sedang apabila
mengalami cedera ginjal minor.( Trauma Ginjal)
Apabila klien mengalami perforasi pada ureter, kandung kemih dan uretra
klien akan tampak sakit berat karena menekan persyarafan yang ada pada daerah
tersebut,selain itu klien tampak ketakutan melihat perdarahan yang terjadi.(Terjadi
pada trauma ureter,buli-buli,dan uretra)
3. Keluhan utama
Klien akan mengeluh nyeri hebat pada abdomen di daerah retroperineal pada
trauma ginjal. Mengeluh nyeri suprapubik pada trauma Buli-Buli dan Trauma
Uretra.Nyeri hebat terutama timbul pada malam hari.
4. Riwayat Trauma
Biasanya Trauma terjadi setelah klien mengalami kecelakaan, mendapatkan
benturan pada daerah abdomen atau Fraktur iga dan vertebra lumbal atau Fraktur
pelvis yang menimbulkan trauma pada abdomen dan organ di dalamnya terutama
organ perkemihan.Juga biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktifitas,pada jam-
jam kerja cenderung karena ketidak hati-hatian dan sering juga akibat kecelakaan
lalulintas dijalan
Klien akan tampak sakit berat apabila pasien mengalami Cedera ginjal
mayor dan cedera ginjal kritikal yang prognosisnya akan lebih berat apabila
menimbulkan syok hipovolemik. (Pada trauma ginjal)
Time : Waktu kapan mulai nyeri? Apakan konstan atau kadang – kadang?
Bagaimana lama ? tiba – tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda
makan? Frekuensi?
Nyeri biasanya timbul pada malam hari saat tidak melakukan
aktifitas,nyeri mulai terjadi setelah klien mengalami trauma,dan bertambah
berat bila pasien ingin melakukan miksi.
b) Sistem Cardiovaskuler
Takhikardia, lemah ,pucat, hb turun /normal.hipotensi.
f) Sistem integumen
perdarahan Hebat akan menimbulkan kerusakan turgor kulit akibat
penurunan cairan dan elektrolit tubuh
7. Prioritas Triage
a) Prioritas I:
a. Cedera Ginjal Mayor dan Cedera Ginjal Renal Kritikal karena
Apabila klien mengalami Trauma ginjal mayor yang menibulkan
kerusakan kapsula Ginjal dan cedera vaskuler perkemihan yang dapat
menimbulkan syok hipovolemik.
b. Trauma uretra ureter dan buli-buli total dengan perdarahan,karena
terputusnya ureter atau uretra yang termasuk cedera vaskuler perkemihan
yang dapat menimbulkan syok hipovolemik
b) Prioritas II
c) Prioritas III
Hematuria mikroskopik, pasien masih mampu untuk eliminasi urine
tanpa rasa nyeri.
d) Prioritas IV
Klien tidak dapat merespon semua rangsangan, tidak ada respirasi
spontan, akitivitas jantung klien sudah tidak ada dan respon pupil terhadap
cahaya hilang.
4.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
Symtom Etiologi Problem
b) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah pinggang b.d
adanya trauma (pada ginjal,Ureter, Kandung Kemih,Uretra)
ditandai dengan:
Letih yang berlebihan
Lemas, mual, muntah, keringat dingin
Hematoma, hematuri makroskopis/mikroskopis
2. Resiko deficit volume cairan b.d perdarahan saluran kemih (pada ginjal,Ureter,
Kandung Kemih,Uretra)
Ditandai dengan :
a) Disuria
b) Urgensi
c) Hesitensi
d) Nuktoria
e) retensi
4. Diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan; ginjal b/d trauma (pada trauma ginjal)
Ditandai dengan :
a) perubahan sensasi
b) perubahan karakteristik kulit
c) perubahan tekanan darah pada ekstremitas
d) perlambatan penyembuhan
5. Diagnosa resiko hipertensi b/d infark parenkim ginjal (pada trauma ginjal)
Ditandai dengan :
a) nyeri kepala
b) tekanan darah duatas normal
c) Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan pengisian kapiler lambat
d) Peningkatan ransang simpatis
4.8 INTERVENSI
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman: adanya rasa nyeri yang berlebihan pada daerah
pinggang b.d adanya trauma pada ureter atau pada ginjal
Intervensi Rasional
Kriteria :
Intervensi Rasional
kriteria hasil:
Intervensi Rasional
criteria hasil:
Kriteria:
I · Kolik berkurang/hilang
Kriteria :
5.1 PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. (Smelter&Bare,2002).
5.2 DISLOKASI
Pengertian
1. Cedera Olah Raga : Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola, hoki, serta olah raga yang beresiko jauth misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari kaki karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2. Trauma yamg tidak berhubungan dengan olah raga, benturan keras pada sendi saat
kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
a. Look
Deformitas
- Penonjolan yang abnormal misalnya fraktur condylus lateralis humerus
- Angulasi
- Rotasi
- Pemendekan
- Odema
- Echymosis
- Laserasi
- Fungsi laesa : Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur cruris tidak dapat berjalan
dan pada fraktur antebrachi tidak dapat menggunakan lengan.
b. Feel
- Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu
- Kejang otot
- Hilang sensasi
c. Move Krepitasi
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan tetapi ini bukan cara yang baik dan kurang
halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran / beradunya ujung-ujung tulang kortikal.
Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
d. Nyeri
Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
Gangguan Fungsi
Gerakan yang tidak normal
Gerakan yang terjadi tidak pada sendi misalnya pertenganhan femur dapat
digerakkan. Ini adalah bukti yang paling penting adanya fraktur yang
membuktikan adanya “putusnya kontuinitas tulang” sesuai defenisi fraktur. Hal ini
penting untuk membuat visum misalnya bila tidak ada fasilitas pemeriksaan
rontgen.
5.6 DISLOKASI
a. Deformitas Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. Pemendekan astau
pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul) Kedudukan yang khas
untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan
endorotasi, fleksi dan aduksi.
b. Nyeri
c. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi anterior
bahu.
2. Pemeriksaan:
Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan hal-
hal dibawah ini:
b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang sedikit kuat;
Perhatian:
3. Gerakan
Pemeriksaan Komplikasi
3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami
spasme
a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya
membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada
daerah perlekatannnya.
5.9 PEMBIDAIAN
Prinsip Pertolongan
1. DRABC
2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur
4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai
5. Tangani dengan hati-hati
6. Observasi dan atasi syok bila perlu
7. Segera cari pertolongan medis
1. fraktur spinal;
2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
3. fraktur extremitas
Perhatian:
Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu
mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik.
Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan
melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi.
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi.
Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan
dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi
tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.
Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan
lainyang keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang
lunak lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga
dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan
yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan
atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Prinsip Pembidaian
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
Syarat Pembidaian
1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota
badan yang tidak sakit;
2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang
patah;
5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.
5.10 PEMBALUTAN
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu
kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk
mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak
dianjurkan sebelum melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau
pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan
dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu
kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada
bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.
Dengan Pembalut
Dengan Bidai
1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung
tulang yang patah;
2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus
cukup kuat pada daerah yang sehat.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
5.13 KOMPLIKASI
Komplikasi Fraktur
Komplikasi dini
1. Lokal :
a. Vaskuler :
• Compartemen syndrome (Volkmann`s Ischemia),
• Trauma vaskular
b. Neurologis :
• Lesi medula spinalis atau staraf perifer Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi / kontraktur
2. Disuse atropi otot-otot
3. Malunion Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
4. Delayed union Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
5. Nonunion / Infected nonunion Tulang tidak menyambung kembali.
6. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)
7. Osteoporosis post trauma
Komplikasi Dislokasi
a. Komplikasi Dini Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
b. Fraktur Dislokasi
c. Komplikasi lanjut Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduksi.
dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
kelemahan otot.
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
Pengkajian.
Jika rasa sakit terdapat diatas tulang atau sambungannya, maka dapat
diduga terjjadi fraktur hingga diagnosis definitive dibuat. Gangguan nyata
dapat berypa dislokasi (salah tempat) jika terjadi pada sambungan tulang, atau
fraktur. Dalam suatu fraktur gabungan, tulang dapat menonjol keluar kulit.
Kemampuam menggerakkkan “extremity” atau digit tidak dapat
menyembuhkan fraktur, namun demikian korban biasanya menahan diri dari
gerakan Karen amerasa sakit. Shock dapat terjadi jika fraktur hebat, baik
karena stress dari trauma maupun karena kehilangan darah, misalnya
extravasasi darah dari paha yang terluka.
Rrasa sakit atau devormity pada pinggul dapat disebabkan oleh fraktur
atau dislokasi (tulang tidak pada posisi semestinya). Dalam keadaan frraktur
atau dislokasi tulang,kaki menjadi bertambah pendek, karena tulang menjadi
bengkok keluar jika dalam keadaan fraktur dan membengkok kedalam jika
dislokasi. Fraktur pada anggota badan dapat disertai dengan hilangnya
sirkulasi atau sensasi jika pembuluh darah atau syaraf terjepit oleh fragmen-
fragmen tulang. Jarak sirkulasi pada fraktur dapat diperkirakan dengan
mengamati warna kulit dan adanya denyutan. Pengecekan neurologis untuk
senssasi dan juga pengecekan system sirkulasi haru diulangi setelah membelat
tulang yang patah atau retak dan selama tranportasi.
4.1.6. DOKUMENTASI
JDIWGYDG
1.