Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada
penyusun sehingga penyusunan Referat ini dapat diselesaikan. Referat ini disusun untuk memenuhi
syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Dr.
Slamet Garut. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Referat ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan Referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada
akhirnya penulis menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan Referat yang lebih baik
di kemudian hari.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi
pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara, dan dialami oleh 22 juta warga
Amerika. Inflamasi saluran nafas pada asma meliputi interaksi komplek dari sel, mediator-
1
mediator, sitokin, dan kemokin. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episode tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
2
reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal
tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai propinsi
di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar
2
13/1000 dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
Epidemiologi Dan Etiologi Asma
Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai pada awal
kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10 tahun dan
sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia anak-anak, terdapat
perbandingan 2:1 untuk laki-laki dibandingkan wanita, namun perbandingan ini menjadi
sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang lain
3
dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 – 7 %.
alergi sering dihubungkan dengan riwayat penyakit alergi pribadi maupun keluarga seperti
rinitis, urtikaria, dan eksema. Keadaan ini dapat pula disertai dengan reaksi kulit terhadap
injeksi intradermal dari ekstrak antigen yang terdapat di udara, dan dapat pula disertai dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan atau respon positif terhadap tes provokasi yang
Pada manusia alergen berupa debu rumah (tungau) marupakan pencetus tersering dari
eksaserbasi asma. Tungau-tungau tersebetut secara biologis dapat merusak struktur daripada
saluran nafas melalui aktifitas proteolitik, yang selanjutnya menghancurkan integritas dari
tight junction antara sel-sel epitel. Sekali fungsi dari epitel ini dihancurkan, maka alergen dan
partikel lain dapat dengan mudah masuk ke area yang lebih dalam yaitu di daerah lamina
propia. Penyusun daripada tungau-tungau pada debu rumah ini yang memiliki aktivitas
protease ini dapat memasuki daerah epitel dan mempenetrasi daerah yang lebih dalam di
saluran pernafasan. 4
Faktor lingkungan yang berhubungan dengan imune dan nonimunologi juga
merupakan pencetus daripada asma termasuk rokok dan perokok pasif. Kira-kira 25% sampai
30% dari penderita asma adalah seorang perokok. Hal ini menyimpulkan bahwa merokok
ataupun terkena asap rokok akan meningkatkan morbiditas dan keparahan penyakit dari
penderita asma. Terpapar asap rokok yang lama pada pasien asma akan berkontribusi
terhadap kerusakan fungsi hati dan paru, yaitu penurunan kira-kira 18% dari FEV 1 selama
emfisema.4
THE GLOBAL INITIATIVE FOR ASTHMA ( GINA )
The Global Initiative for Asthma (GINA) adalah suatu organisasi yang bergerak dalam
ini muncul dan disahkan pada tahun 1993, berkolaborasi dengan National Heart, Lung, and
Blood Institute, National Institute of Health, dan World Health Organization (WHO).1
umum
PENATALAKSANAAN ASMA
Part B, Pengobatan dan strategi untuk gejala Asma dan pengurangan Resiko :
a. Pengobatan
Kata Kunci :
- Tujuan Jangka Panjang manajemen asma adalah untuk mendapatkan kontrol yang
- Manajemen Asma yang efektif membutuhkan kerjasama antara pasien dengan orang /
bisa meningkatkan kepuasan berobat pasien, hasil yang lebih baik, dan mengurangi
- Kemudahan pasien untuk dapat mengakses informasi mengenai penyakitnya ini agar
- Terapi dan tindakan disesuaikan dalam siklus asesmen, terapi, dan review dari respon
pasien yang berkelanjutan, baik dalam pengendalian gejala maupun resiko di masa
pasien, berdasarkan data untuk efikasi, efisiensi, dan keselamatan dari penelitian
- Untuk mencapai pengontrolan gejala asma yang baik dan dapat mempertahankan
- Untuk memperkecil resiko bertambah parah di masa depan, yaitu ekserbasi, jalan
Manajemen Asma yang efektif membutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dan
fasilitas kesehatan, karena bagaimanapun, pasien adalah orang pertama yang bisa membantu
dirinya sendiri, dan dengan hubungan yang baik ini, pasien bisa dengan percaya diri, dengan
Komunikasi yang bagus oleh fasilitas kesehatan adalah salah satu bagian yang penting
untuk hasil yang baik. Mengajari fasilitas kesehatan untuk berkomunikasi yang baik bisa
menambah tingkat kepuasan pasien, hasil yang lebih baik, dan pengurangan sumber daya
fasilitas kesehatan.5
kesehatan dalam tingkat kesehatan. Makalah tentang asma mempunyai makna lebih dari
”tingkatan pada individu yang memang mempunyai kapasitas untuk mendapatkan, meproses,
dan memahami informasi kesehatan yang dasar untuk mempuat keputusan yang baik.6
PART B: PENGOBATAN DAN STRATEGI UNTUK MENGONTROL GEJALA
Kata Kunci :
PENGOBATAN
Ketika membandingkan dengan pengobatan yang digunakan untuk penyakit kronis yang
lain, kebanyakan dari pengobatan Asma mempunyai keuntungan dalam rasio therapeutis.
- Obat pengontrol : obat golongan ini digunakan untuk manajemen Asma sehari – hari.
Obat ini mengurangi inflamasi saluran nafas, mengurangi gejala, dan mengurangi
- Obat pelega : obat golongan ini digunakan untuk serangan asma akut, termasuk
ketika asmanya memburuk bahkan saat ekserbasi. Ini juga digunakan untuk
Mengurangi, dan idealnya, meniadakan penggunaan obat jenis ini merupakan tujuan
yang harus dicapai, juga dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
pengelolaan Asma.
- Obat tambahan : obat golongan ini digunakan kepada pasien dengan gejala yang
persisten dengan atau tanpa ekserbasi sekalipun dengan obat pelega dosis tinggi
Pengobatan awal
Untuk hasil yang baik, konsumsi obat pengontrol harus rutin digunakan setiap hari
secepatnya katika sudah didiagnosis dengan penyakit Asma, bukti menunjukan bahwa :
- Inisiasi yang awal oleh ICS dosis rendah pada pasien dengan Asma menunjukan
kemajuan yang baik dalam fungsi paru dibandingkan dengan pasien yang baru mulai
pengobatan 2 – 4 tahun sesudah didiagnosis Asma. Salah satu studi juga menjelaskan
bahwa semakin tinggi dosis ICS, semakin rendah fungsi paru yang didapat.
- Pasien yang tidak mengonsumsi ICS yang telah mengalami ekserbasi mempunyai
peluang yang besar untuk fungsi parunya makin memburuk dibandingkan dengan
- Untuk pasien dengan Asma yang hanya jika ia terpajan, penjauhan dari pajanan dan
terapi dini dengan ICS sangat membantu peluang pasien untuk pulih.
Dalam pengobatan, pilihan obat dan dosisnya harus sesuai dengan asesmen tentang
pengontrolan sistom, peluang untuk resiko di masa depan, pilihan pasien, dan masalah praktis
Ketika sudah menemukan dosis yang tepat untuk mengontrol gejala Asma selama 3
bulan, maka ICS harus di arahkan ke dosis minimal, digunakan secara rutin, yang akan
menjaga agar gejala Asma tidak timbul dan meminimalisir akan kemungkinan ekserbasi,
Obat golongan SABA yang digunakan secara inhalasi ini sangatlah efektif untuk
mengatasi gejala asma secara cepat. Akantetapi, bukti tentang keamanan penggunaan obat
golongan ini secara tunggal sangatlah sedikit, jadi, pilihan obat golongan ini hanya untuk
pasien dengan serangan siang hari yang jarang terjadi ( kurang dari 2 kali serangan dalam
sebulan ) dengan durasi yang pendek ( hanya beberapa jam ), tanpa gangguan tidur dan fungsi
paru yang normal. Gejala yang lebih sering terjadi, atau adanya tanda tanda faktor resiko
untuk terjadi ekserbasi seperti FEV (Forced Expiratory Volume) dengan hasil < 80% atau
dibutuhkan.
PILIHAN LAIN
ICS inhalasi rutin harus mulai dipikirkan untuk digunakan, dengan tambahan SABA
SECARA RUTIN
Pada orang dewasa, antikolinergik inhalasi seperti ipratropium, SABA oral atau teofilin
aksi – pendek adalah salah satu alternatif untuk SABA inhalasi untuk meredakan gejala asma,
akantetapi, obat ini mempunyai onset yang lambat daripada SABA inhalasi, dan SABA oral
LABA onset – cepat , seperti formoterol, sama efektifnya dengan SABA sebagai obat
pelega pada orang dewasa dan anak – anak. Tapi penggunaan LABA secara rutin atau sering
kebutuhan
Pengobatan dengan ICS dosis rendah mengurangi gejala asma, menambah fungsi paru –
paru, menambah kualitas hidup, dan mengurangi resiko ekserbasi, dan juga resiko dirawat
Pilihan lain
STEP 3 : Satu atau dua obat pengontrol ditambah obat pelega sesuai kebutuhan.
maintenance ditambah SABA sesuai kebutuhan ATAU kombinasi dari ICS / formoterol
Catatan penting : sebelum melakukan step – up, alangkah baiknya memperahtikan masalah
yang umum terlebih dahulu, seperti : tehnik menggunakan inhaler yang salah, ketaatan
minum obat, dan lain lain, karena step – up ini harus dilakukan HANYA jika pengobatan
STEP 4 : Dua atau lebih obat pengontrol ditambah obat pelega sesuai kebutuhan
Rekomendasi : kombinasi dari ICS / formoterol dosis rendah sebagai obat maintenance
dan pelega, ATAU kombinasi dari dosis medium dari ICS / LABA ditambah SABA sesuai
kebutuhan.
Pilihan lain : Tiotropium ( long – acting muscarinic antagonist ) dalam sediaan inhaler
bisa digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dewasa dengan riwayat ekserbasi, ini
Rekomendasi : konsul untuk di investigasi lebih lanjut oleh dokter spesialis dan
Pasien dengan gejala atau ekserbasi persisten meskipun sudah dengan penanganan step 4
Selain mengonsulkan pasien ini kepada dokter spesialis, terapi tambahan yang tepat
diantaranya :
tahun dan reslizumab untuk pasien >18 tahun ) atau penambahan anti – interleukin-5
- Penanganan yang berdasarkan hasil sputum : untuk pasien dengan gejala persisten
dan / atau ekserbasi meskipun sudah mendapatkan terapi ICS dosis tinggi, terapi
asma yang sudah parah, strategi ini bisa mengarahkan pada dosis ICS yang rendah
diperhitungkan untuk pasien dewasa dengan asma yang parah, meskipun efek jangka
asma yang sudah parah, akan tetapi seringkali dikaitkan dengan efek samping yang
lumayan serius. Penangan tambahan ini hanya digunakan pada pasien dengan riwayat
Pasien dengan asma harus ditinjau ulang secara rutin untuk memonitor pengontrolan
gejala mereka, faktor resiko dan frekuensi serangan, serta dokumentasi jika ada perubahan
pada terapinya. Untuk kebanyakan obat pengontrol, perbaikan akan terlihat dalam beberapa
hari , tapi puncak ke efektifanya akan terasa setelah bulan 3 – 4. Dalam asma yang parah,
Asma adalah kondisi yang termasuk variabel, dan penyesuaian dari waktu ke waktu oleh
- step – up yang tetap ( untuk waktu 2 – 3 bulan ) : beberapa pasien mungkin tidak
merupakan rekomendasi yang tepat. Setiap step – up yang dilakukan adalah sebagai
terapi uji coba dan responya ada di lihat kembali setelah 2 – 3 bulan. Jika tidak ada
respon, maka rencana terapi harus kembali ke rencana terapi yang sebelumnya,
pada dosis ICS untuk 1 – 2 minggu merupakan salah satu step – up yang
direkomendasikan. Sebagai contoh, pada infeksi virus atau paparan alergen musiman.
- Penyesuaian dari hari ke hari : untuk pasien yang mengonsumsi kombinasi dari
terapi pelega, pasien harus menyesuaikan angka dari dosis ICS / formoterol dari hari
Saat asma sudah terkontrol dengan baik dan bertahan selama 3 bulan dan fungsi paru
– paru sudah mencapai batas stabil, terapi seringkali bisa diturunkan dengan sukses,
tanpa mengurangi pengontrolan gejala asma. Tujuan dari Stepping – down adalah :
- Untuk menemukan dosis minimal yang efektif, yaitu untuk menjaga pengontrolan
gejala asma dan ekserbasi, serta meminimalisir pengeluaran biaya terapi dan potensi
efek samping.
membantu jika kita memberi tahu pasien jika pasien meminum obatnya secara rutin,
Allergen immunotheraphy
Allergen – specific immunotheraphy mungkin jadi sebuah pilihan jika alergi memainkan
peran yang besar dalam asma pasien. Ada 2 cara : dengan subcutaneous immono theraphy
SCIT diasosiasikan dengan pengurangan skor gejala dan kebutuhan terapi, dan perbaikan
SLIT menunjukan keuntungan yang cukup signifikan jika dikombinasikan dengan ICS
dosis rendah.
Vaksinasi
Influenza berkontribusi pada beberapa asma ekserbasi akut, dan pasien dengan asma
sedang – berat dianjurkan untuk menerima vaksinasi influenza setiap tahun agar faktor ini
tidak menambah parah asma yang di derita pasien. Hingga saat ini, belum ada studi yang
menunjukan bahwa vaksinasi influenza ini berkontribusi pada peningkatan angka serangan
pada asma.
Bronchial Thermoplasty
Bronchial thermoplasty tetap menjadi pilihan terapi pada step 5 pada beberapa negara
untuk pasien dewasa yang mengidap asma yang parah, yang terapinya tetap tidak terkontrol
meskipun ada pilihan yang terapi yang lain. Bronchial thermoplasty menggunakan getaran
frekuensi radio. Terapi ini juga menggunakan efek plasebo. Akan tetapi, pada pasien yang
ekserbasi dalam jangka waktu 3 bulan, dan akan berkurang sedikit demi sedikit setelahnya.
Vitamin D
Beberapa studi Cross – Sectional menunjukan bahwa serum vitamin D yang rendah
berhubungan dengan fungsi paru yang berkurang, angka ekserbasi yang tinggi dan
menurunkan respon kortikosteroid. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada bukti yang kuat
1. https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2018/04/wms-GINA-2018-report-
2. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1528e39fecb8852f233cd5
5. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-asma.pdf
6. https://www.who.int/respiratory/asthma/en/