Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,

poliuria,polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Restyana, 2015).

Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I,

Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes MellitusTipe Gestasional, dan Diabetes

MellitusTipe Lainnya.Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah

Diabetes MellitusTipe 2.Diabetes Mellitus Tipe 2(DMTipe 2)adalah penyakit

gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas danatau ganguan fungsi insulin (resistensi

insulin) (Depkes, 2005).

Diabetes mellitus(DM )merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.

Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada

tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang

dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun

2030 (IDF,2011). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian.

Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah mencapai 465

miliar USD(IDF,2011). International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan

1
bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap

DM.Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan

menengah, (IDF,2011). Pada tahun 2006, terdapa tlebih dari 50 juta orang yang

menderita DM diAsia Tenggara(IDF,2009). Jumlah penderita DM terbesar berusia

antara 40-59 tahun (IDF, 2011).

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui pemantauan penggunaan

terapi obat pada pasien Diabetes Melitus.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari tujuan penulisan tugas ini dapat mengetahui pemantauan

penggunaan terapi obat pada pasien Diabetes Melitus dan memperluas pengetahuan

tentang diabetes miletus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik

dimana penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup

atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah

kelebihan gula di dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut

pada organ tubuh (Misnadiarly, 2006, p.50).

Secara epidemiolgik diabetes sering kali tidak terdeteksi dan dikatakan onset

atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga

morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Faktor

resiko yang berubah secara epidemiologik diperkirakan adalah bertambahnya usia,

lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas

jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor

genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 (Sudoyo, dkk,

2006, 1915).

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai

berikut :

3
a. Diabetes melitus (DM) tipe 1 DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel

beta di pankreas. kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi

secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.

b. Diabetes melitus (DM) tipe 2 Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah

resistensi insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara

optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi

insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin

untuk menjadi defisiensi insulin absolut.

c. Diabetes melitus (DM) tipe lain Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe

ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,

penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan

imunologi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. d. Diabetes melitus

Gestasional.

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi

Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab

kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me

litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus

tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset

Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia

membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2disebabkan oleh

faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor

4
genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan

merokok tingkatpendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.

Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat

mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit

yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit

jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren,

infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,

penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi

pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2

maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti

obat oral hiperglikemik dan insulin.

5
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Identitas Pasien

IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. B
Tanggal Lahir 16 Agustus 1946
Umur 73 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Status Sudah Menikah
Agama Islam
Pekerjaan Wiraswasta
Alamat Jln. Kesehatan Deli Tua
Berat Badan 60 kg
Tinggi Badan 156 cm
Ruangan 13 IVI
Tanggal Masuk 21 Oktober 2019
Pukul 19:30 WIB

3.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSU Sembiring

Pasien masuk ke RSU Sembiring melalui instalasi gawat darurat (IGD) pada

tanggal 21 oktober 2019 pukul 19.30 dengan kondisi lemas, dan sakit kepala.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien di RSU Sembiring meliputi

pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu.

Tabel 3.2 data hasil pemeriksaan fisik

6
N Data hasil Rujukan Satuan 21 22 23 24 25 26 27
pemeriksaan
o Oktober Oktobe Oktober Oktober Oktobe Oktober Oktober
fisik
r r
1 Tekanan mmHg 130/80 120/80 120/80 130/90 120/90 110/80 130/90
Darah
2 Temperatur 37 ⁰C 36,8 37 37 37 37 37 37
3 Pernapasan 20 Kali/meni 22 22 22 20 26 24 22
(RR) t
4 Nadi (HR) 60-80 Kali/meni 88 80 80 80 80 80 80
t

3.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Dijelaskan di dalam status pasien dan setelah melakukan wawancara dengan

pasien dan keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit terdahulu DM tipe 2.

3.5 Diagnosa

Setelah dilakukan pemeriksaan awal di RSU Sembiring Deli Tua pasien

didiagnosa menderita DM Tipe 2.

3.6 Pemeriksaan laboratorium

Selama di rawat di RSU Sembiring, pasien telah menjalani beberapa

pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan Laboratorium.

Tabel 3.1 data hasil pemeriksaan laboratorium 23 oktober 2019

No Pemeriksaan Normal Satuan Hasil


Laboratorium
1 Hemoglobin 13,2-17,3 (L) g% 15,55
2 Eritrosit 4,20-4,87 103 / mm3 5,24

7
3 Leukosit 4,5-11,0 103 / mm3 7,54
4 Trombosit 150 – 450 103 / mm3 243,4
5 KGD 70 – 120 Mg/dl 380
6 Ureum < 50 Mg/dl 26
7 Kreatinin 0,70 – 1,20 Mg/dl 0,8
8 Asam Urat < 7,0 Mg/dl 2,9

3.7 Daftar Pemberian Obat

No Nama Obat Sediaan Dosis Tanggal Pemberian Obat


(Mulai MRS)
Bentuk kekuatan 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7
1 20 √ √ √ √ √ √ √
Infus Nacl Injeksi
tetes/menit
2 Novorapid Injeksi 3x 10 unit √ √ √ √ √ √

3 1 ampul/ 12 √ √ √ √ √ √ √
Omeprazol Injeksi
jam
4 Alprazolam Tablet 1x 0,5 mg √ √ √

5 Mecobalamin Kapsul 2 x 500 mcg √

6 Ceftriaxone Injeksi 1 gr/ 12 jam √ √ √ √ √

7 Parasetamol Tablet 3 x 500 mg √

8 Gabapentin Tablet 2 x 100 mg √ √ √ √ √

9 Meloxicam Tablet 1 x 7,5 mg √ √ √ √ √

10 Pioglitazon Tablet 1 x 30 mg √ √

8
3.8 Catatan Perkembangan Pasien

SOAP FARMASI

Hari ke-1 (21 oktober 2019)

Subjek lemas, sakit kepala, dan nyeri ulu hati, susah tidur ( insomnia )

Objek TD: 130/80 mmHg, HR:88X/i, RR: 22X/i, T: 36.8˚C


KGD: 370 mg/dl

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 500 ml, 20 tetes/menit

 Injeksi Omeprazol 1 ampul/12 jam

 Novorapid 3x sehari 10 Unit

 Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Alprazolam tablet diberikan untuk gejala ansietas,
mengatasi susah tidur.
 Pasien mengalami sakit kepala, namun tidak diberikan
obat pereda nyeri kepala.
planing  Disarankan untuk cek KGD sewaktu setiap hari.

 Dosis pemberian Insulin Novorapid sebaiknya di

tingkatkan, karena kadar gula darah pasien masih diatas

batas normal.

 Lakukan pemeriksaan laboratorium

 Berikan obat paracetamol untuk meredakan nyeri

10
kepala.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien.

SOAP FARMASI

Hari ke-2 (22 oktober 2019)

Subjek lemas, kebas-kebas, merasa nyeri pada tangan terutama pada


kaki, gangguan susah tidur (insomnia) berkurang.
Objek TD 120/80 mmHg, HR:80X/i, RR: 22X/i, T: 37˚C

KGD :269 mg/dl

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi Omeprazole 1 vial/12 jam

 Novorapid 3x sehari 10 Unit

 Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Mecobalamin 500 Mg 2 x sehari 1 kapsul

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Alprazolam tablet diberikan untuk gejala ansietas,
mengatasi susah tidur.
 Mecobalamin capsul mengobati neuropati perifer dan
beberapa jenis anemia. berfungsi untuk membantu
tubuh memproduksi sel darah merah.

11
 Pasien mengalami nyeri neuropati diabetik, namun anti
nyeri tidak diberikan.
 Insomnia pada pasien berkurang.
Planing  Disarankan untuk cek KGD sewaktu setiap hari

 Dosis pemberian Insulin Novorapid sebaiknya di

tingkatkan, karena kadar gula darah pasien masih diatas

batas normal.

 Sebaiknya pasien diberi obat meloxicam untuk

mengobati nyeri pada kaki dan tangan.

 Alprazolam seharusnya tidak diberi lagi.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien

SOAP FARMASI

Hari ke-3 (23 oktober 2019)

Subjek lemas, kebas dan nyeri belum berkurang, demam, gangguan


susah tidur (insomnia) berkurang.
Objek TD: 120/80 mmHg, HR:80X/i, RR: 22X/i, T: 37˚C
KGD :380 mg/dl
Hemoglobin : 15,55 g/dl (normal 13,2-17,3 g/dl)
Erithrosit : 5,24 103/mm3 (normal 4,20-4,87 103/mm3)
Leukosit : 7,54 103/mm3 (normal 4,5-11,0 103/mm3)
Trombosit : 243,4 103/mm3 (normal 150-450 103/mm3)
KGD : 380 mg/dl (normal 70-120 mg/dl)
Ureum : 26 mg/dl (normal <50 mg/dl)
Kreatinin : 0,80 mg/dl (normal 0,70-1,20 mg/dl)
Asam urat : 2,9 mg/dl (normal <7,0 mg/dl)
Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi omeprazole 50mg/12 jam

12
 Novorapid 3x sehari 14 Unit

 Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

 Paracetamol 500 mg 3 x sehari 1 tablet

 Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul

 Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Alprazolam tablet diberikan untuk gejala ansietas,
mengatasi susah tidur.
 Mecobalamin capsul mengobati neuropati perifer dan
beberapa jenis anemia. berfungsi untuk membantu
tubuh memproduksi sel darah merah.
 Injeksi cefriaxone digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.
 Paracetamol tablet menurunkan demam
 Gabapentin capsul untuk mencegah dan mengontrol
kejang. Obat ini juga digunakan untuk meredakan nyeri
saraf.
 Meloxicam tablet untuk mengurangi rasa nyeri,
neuropati diabetik.
 .KGD pasien meningkat dari hari sebelumnya.
 Pasien sudah tidak mengalami insomnia
Planing  Dosis pemberian Insulin Novorapid sebaiknya di

tingkatkan, karena KGD pasien meningkat dari hasil

13
sebelumnya.

 Obat Alprazolam sebaiknya tidak diberi lagi pada

pasien.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien.

SOAP FARMASI

Hari ke-4 (24 oktober 2019)

Subjek lemas, kebas dan nyeri belum berkurang, demam, gangguan


susah tidur (insomnia) berkurang.
Objek TD: 120/80mmHg RR: 21x/menit N= 82x/menit T: 36,30C
KGD : 255 mg/dl

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi omeprazole 50mg/12 jam

 Novorapid 3x sehari 16 Unit

 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

 Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul

 Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Injeksi cefriaxone digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.

14
 Gabapentin capsul untuk mencegah dan mengontrol
kejang. Obat ini juga digunakan untuk meredakan nyeri
saraf.
 Meloxicam tablet untuk mengurangi rasa nyeri,
neuropati diabetik.
 KGD pasien sudah menurun tetapi masih diatas batas
normal.
 Pasien masih mengalami kebas.
Planing  Sebaiknya pemberian mecobalamine tetap dilanjutkan.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien.

SOAP FARMASI
Hari ke-5 (25 oktober 2019)
Subjek Pasien sudah mulai membaik, nyeri masih dirasakan, masih
merasa kebas-kebas.
Objek TD: 110/80mmHg RR: 21x/menit N= 82x/menit T: 36,80C
KGD : 242 mg/dl

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi omeprazole 50mg/12 jam

 Novorapid 3x sehari 16 Unit

 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

 Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul

 Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.

15
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Injeksi cefriaxone digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.
 Gabapentin capsul untuk mencegah dan mengontrol
kejang. Obat ini juga digunakan untuk meredakan nyeri
saraf.
 Meloxicam tablet untuk mengurangi rasa nyeri,
neuropati diabetik.
 KGD pasien sudah menurun tetapi masih diatas batas
normal.
 Pasien masih mengalami kebas dan nyeri.
Planing  Sebaiknya pemberian mecobalamin tetap dilanjut.

 Sebaiknya Pemberian meloxicam ditingkatkan dosisnya

menjadi 2 kali sehari.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien

SOAP FARMASI
Hari ke-6 (26 oktober 2019)
Subjek Pasien sudah membaik, nyeri sudah berkurang.
Objek TD: 130/80mmHg RR: 24x/menit N : 82x/menit T: 36,5 0C

KGD : 167 mg/dl.

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi omeprazole 50mg/12 jam

 Novorapid 3x sehari 16 Unit

 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

 Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul

16
 Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Pioglitazon 30 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Novorapid untuk terapi DM tipe II, berfungsi untuk
membantu memperbaiki produksi insulin dalam tubuh.
 Injeksi cefriaxone digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.
 Gabapentin capsul untuk mencegah dan mengontrol
kejang. Obat ini juga digunakan untuk meredakan nyeri
saraf.
 Meloxicam tablet untuk mengurangi rasa nyeri,
neuropati diabetik.
 Pioglitazone untuk mengontrol tingginya gula darah
pada pasien dengan diabetes tipe 2.
 KGD sudah normal.
 Pasien masih mengalami kebas dan nyeri.
Planing  Sebaiknya pemberian mecobalamin tetap dilanjut.

 Sebaiknya novorapid tidak diberikan lagi karna KGD

sudah normal dan pioglitazone sebagai pengontrol

kadar gula darah,

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien

SOAP FARMASI
Hari ke-7 (27 oktober 2019)
Subjek Pasien sudah membaik, nyeri sudah berkurang.
Objek TD: 120/80mmHg N: 84x/menit RR: 24x/menit T: 36,50C

17
KGD : 145 mg/dl

Assesment Terapi yang diberikan DPJP:

 Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

 Injeksi omeprazole 50mg/12 jam

 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

 Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul

 Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet

 Pioglitazon 30 mg 1 x sehari 1 tablet

 Infus Nacl mengembalikan keseimbangan elektrolit


pada dehidrasi
 Injeksi omeprazole menurunkan sekresi asam lambung
yg menyebabkan mual muntah dan nyeri diulu hati.
 Injeksi cefriaxone digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.
 Gabapentin capsul untuk mencegah dan mengontrol
kejang. Obat ini juga digunakan untuk meredakan nyeri
saraf.
 Meloxicam tablet untuk mengurangi rasa nyeri,
neuropati diabetik.
 Pioglitazone untuk mengontrol tingginya gula darah
pada pasien dengan diabetes tipe 2.
 KGD sudah normal.
 Pasien sudah tidak merasa lemas.
 Pasien masih mengalami kebas dan nyeri.

18
Planing  Sebaiknya pemberian mecobalamin tetap dilanjut.

 Pemebrian Pioglitazone tetap dilanjutkan, untuk

mengontrol KGD.

 Lanjutkan terapi dan pantau kondisi pasien.

3.9 Drug Related Problem (DRP)

Tidak ada interaksi obat. Pada tanggal 22-23 oktober, tidak seharusnya

pemakaian alprazolam, karna gangguan insomnia pada pasien sudah berkurang.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pasien masuk Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua melalui IGD pada

tanggal 21 oktober 2019 pukul 19.30 Wib. Kemudian di periksa oleh dokter,

dengan keluhan utama lemas, nyeri ulu hati, sakit kepala, dan susah tidur. hal ini

di alami sejak 3 hari terakhir, pasien mengeluhkan buang air kecil 5-6 kali 1

malam. Diagnosa awal pasien adalah DM tipe 2. Kemudian pasien mengisi

biodata dibagian informasi dan melengkapi berkas administrasi untuk

mendapatkan moedical record (MR) dan untuk pemeriksaan selanjutnya pasien

menjalani rawat inap di kamar N0.13 IVI.

Pada tanggal 21 dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada

pasien, yang menunjukan TD: 130/80 mmHg, HR:88 X/i, RR: 22X/i, T: 36.8˚C KGD:

370 mg/dl. Dengan hasil tersebut dokter memberikan terapi obat Infus Nacl 500

ml, 20 tetes/menit, Injeksi Omeprazol 1 ampul/12 jam, Novorapid 3x sehari 10

Unit, Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet. Disarankan untuk cek KGD sewaktu

20
setiap hari. Dosis pemberian Insulin Novorapid sebaiknya di tingkatkan, karena

kadar gula darah pasien masih diatas batas normal.

Pada tanggal 22 lemas, pasien mengatakan kebas-kebas, merasa nyeri pada

tangan terutama pada kaki, gangguan susah tidur (insomnia) berkurang.

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien, yang

menunjukan TD 120/80 mmHg, HR:80X/i, RR: 22X/i, T: 37˚C, KGD :269 mg/dl. .

Dengan hasil tersebut dokter memberikan terapi obat Infus Nacl 0,9 % 20

tetes/menit Injeksi Omeprazole 1 vial/12 jam Novorapid 3x sehari 10 Unit

Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet Mecobalamin 500 Mg 2 x sehari 1 kapsul.

Pada tanggal 23 oktober lemas, pasien mengatakan masih kebas dan nyeri

belum berkurang, demam, gangguan susah tidur (insomnia) berkurang. Kemudian

dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan

hasil TD: 120/80 mmHg, HR:80X/i, RR: 22X/i, T: 37˚C KGD :380 mg/dl

Hemoglobin : 15,55 g/dl (normal 13,2-17,3 g/dl) Erithrosit : 5,24 10 3/mm3

(normal 4,20-4,87 103/mm3) Leukosit : 7,54 103/mm3 (normal 4,5-11,0 103/mm3)

Trombosit : 243,4 103/mm3 (normal 150-450 103/mm3) KGD : 380 mg/dl (normal

70-120 mg/dl) Ureum : 26 mg/dl (normal <50 mg/dl) Kreatinin : 0,80 mg/dl

(normal 0,70-1,20 mg/dl) Asam urat : 2,9 mg/dl (normal <7,0 mg/dl). Dengan

hasil tersebut dokter memberikan terapi obat Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit

Injeksi omeprazole 50mg/12 jam, Novorapid 3x sehari 14 Unit, Alprazolam 0,5

mg 1 x sehari 1 tabletInjeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Paracetamol 500 mg 3 x

sehari 1 tablet, Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul, Meloxicam 7,5 mg 1 x

sehari 1 tablet. KGD pasien meningkat dari hari sebelumnya. Pasien sudah tidak

mengalami insomnia.

21
Pada tanggal 24 oktober pasien mengatakan lemas, kebas dan nyeri belum

berkurang, demam, gangguan susah tidur (insomnia) berkurang. Kemudian

dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien, yang

menunjukan TD: 120/80mmHg RR: 21x/menit N= 82x/menit T: 36,30C, KGD :

255 mg/dl. Dengan hasil tersebut dokter memberikan terapi obat Infus Nacl 0,9 %

20 tetes/menit, Injeksi omeprazole 50mg/12 jam, Novorapid 3x sehari 16 Unit,

Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul,

Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet. KGD pasien sudah menurun tetapi masih

diatas batas normal. Pasien masih mengalami kebas.

Pada tanggal 25 oktober pasien mengatakan Pasien sudah mulai membaik,

nyeri masih dirasakan, masih merasa kebas-kebas. Kemudian dilakukan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien, TD: 110/80mmHg RR:

21x/menit N= 82x/menit T: 36,80C, KGD : 242 mg/dl. Dengan hasil tersebut

dokter memberikan terapi obat Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit, Injeksi

omeprazole 50mg/12 jam, Novorapid 3x sehari 16 Unit, Injeksi Ceftriaxone

1gr/12 jam, Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul, Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari

1 tablet. KGD pasien sudah menurun tetapi masih diatas batas normal. Pasien

masih mengalami kebas dan nyeri.

Pada tanggal 26 oktober Pasien sudah membaik, nyeri sudah berkurang. .

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien TD:

130/80mmHg RR: 24x/menit N : 82x/menit T: 36,5 0C, KGD : 167 mg/dl. Dengan

hasil tersebut dokter memberikan terapi Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit, Injeksi

omeprazole 50mg/12 jam, Novorapid 3x sehari 16 Unit, Injeksi Ceftriaxone 1

gr/12 jam, Gabapentin 100 mg 2 x sehari 1 kapsul, Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1

22
tablet, Pioglitazon 30 mg 1 x sehari 1 tablet. KGD sudah normal. Pasien masih

mengalami kebas dan nyeri.

Pada tanggal 27 oktober pasien sudah membaik, nyeri sudah berkurang.

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan KGD pada pasien TD:

120/80mmHg N: 84x/menit RR: 24x/menit T: 36,50C, KGD : 145 mg/dl. Dengan

hasil tersebut dokter memberikan terapi Infus Nacl 0,9 % 20 tetes/menit, Injeksi

omeprazole 50mg/12 jam, Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Gabapentin 100 mg 2

x sehari 1 kapsul, Meloxicam 7,5 mg 1 x sehari 1 tablet. KGD sudah normal.

Pasien sudah tidak merasa lemas.Pasien masih mengalami kebas dan nyeri.

4.2 Pengkajian Tepat Pasien

Berdasarkan pengamatan, gelang yang dipakai pasien telah sesuai dengan

nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medis (RM) pasien. Obat yang diberikan

kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor rekam medik yang tertera pada

lembar pemberian obat/etiket, serta pasien telah diidentifikasi dengan cara

meminta menyebutkan nama dan tanggal lahirnya.

4.3 Pengkajian Tepat Indikasi dan Tepat Obat

Pengkajian tepat indikasi dilakukan untuk memantau apakah obat yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi (gejala yang dialami pasien) dan

pengkajian tepat obat dilakukan untuk memantau apakah obat yang diberikan

kepada pasien sudah tepat menurut algoritma terapi berdasarkan ilmu

farmakoterapi.

4.4 Efek Samping Obat

No Nama obat Efek samping

1 Nacl

23
 Demam
 suara serak
 gatal-gatal
 nyeri otot.

2 Insulin Novorapid  kulit kemerahan


 terjadi pembengkakan pada area
kulit yang disuntik
 sembelit
 Kenaikan berat badan.

3 Injeksi omeprazole  Demam


 gejala flu
 sakit perut
 sakit kepala
 diare ringan.

4 Alprazolam  Mengantuk
 penglihatan kabur
 kelemahan otot
 nafsu makan berkurang.

5 Mecobalamin  Mual
 Muntah
 Diare
 sakit kepala.

6 Injeksi cefriaxone  nyeri,


 bengkak dan kemerahan ditempat
suntikan,
 reaksi alergi,
 mual muntah,
 sakit kepala atau pusing,
7 Paracetamol  mual
 gatal-gatal
 kuning pada kulit dan mata
 reaksi alergi yang bisa menyebabkan
ruam dan bengkak.

8 Gabapentin  Pusing
 Mengantuk

24
 Lemas
 Diare
 penglihatan kabur
 sakit kepala
 mulut kering
9 Meloxicam  Diare
 Kembung
 Pusing
 sakit kepala
 ruam pada kulit.

10 Pioglitazon  nyeri dada


 sesak napas
 berat badan bertambah
 gangguan irama jantung.

25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan di RSU Sembiring Deli Tua

pada bulan Oktober 2019 dapat disimpulkan bahwa :

a. Pasien didiagnosa menderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

b. Pengobatan yang dilakukan pada pasien sudah tepat.

5.2 Saran

a. Monitoring efek samping yang terjadi pada pasien.

b. Melakukan visite lebih rutin walaupun tidak terjadi keluhan pada pasien.

c. Mempertahankan dan meningkatkan kinerja antara tenaga kesehatan agar

lebih meningkatkan pasien safety.

26
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pharmacutical care untuk


penyakit diabetes melitus. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.Pedoman pengendalian diabetes


melitus dan penyakit metabolik. Jakarta.

International Diabetes Federation. 2011. Diabetes Evidence Demands Real


ActionFromThe UnSummit On Non-Communicable Diseases.
[http://www.idf.org/diabetes-evidence-demands-real-

InternationalDiabetesFederation.2011.OneAdultInTen WillHaveDiabetesBy2030.
[http://www.idf.org/media-events/press-releases/2011/diabetes-atlas-8th-
edition] [Diunduhpada18Januari 2012pukul 17.45WIB]

James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennisson-Himmelfarb C,


Handler J, et al. Evidence. Based guideline for the managemant of high
blood pressure in adults: report from the panel members appointed to the
eight joint national committee (JNC 8). JAMA. 2014; 311(%): 507-20. doi;
10. 1001/jama. 2013. 284427

Misdaniarly.(2006). DiabetesMelitus: Gangren,Ulcer, Infeksi,mengenal gejala,


dan menanggulangi komplikasi.Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Restyana NF. 2015. Diabetes melitus tipe 2. Lampung University

Sudoyo,W. A., Setiyohadi,B., Alwi,I., dkk. (2006). Buku ajar ilmu


penyakit dalam, jilid III edisi 4. Jakarta: PenerbitFKUI.

27

Anda mungkin juga menyukai