EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN ANAK DENGAN ASMA DI INSTALASI RAW
SKRIPSI
Oleh:
Adelia Desti Endah Sari NIM:11811
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN ANAK DENGAN ASMA DI INSTALASI RAW
SKRIPSI
Oleh:
Adelia Desti Endah Sari NIM:11811
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
ii
Masing – masing buat powerpoint tentang spesifikasi obat (3 sediaan obat/mhs)- Informasi
ProdukNama Obat Jadi : MELAVITA 0.1% CR 10GR
bentuk sediaan : Cream
Indikasi : Akne vulgaris, mengurangi komedo, papula & pustula.
Kemasan : Tube
Nama Pabrik : GALENIUM PHARMASIA LAB
Nomor Reg : DKL9927801129B1
No Bets : -- QC (Pengawasan Mutu)Berat Molekul : 300,44
Pemerian : Serbuk hablur, kuning sampai jingga muda
Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform
Baku pembanding : Asam Retinoat BPFI, simpan ampul pada suhu dibawah 0¤, biarkan
mencapai suhu ruang sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul dibuka. (Catatan
Hindari kontak dengan cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
prosedur berikut ini).
Spektrum Inframerah : Zat yang didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam Retinoat BPFI.
Rotasi Jenis : -
Susut Pengeringan : <1121> Tidak lebih dari 0,5 %, lakukan pengeringan dalam hampa udara
pada suhu ruang selama 16 jam.
Sisa Pemijaran : <301> Tidak lebih dari 0,1%
Logam Berat : <371> Metode III Tidak Lebih dari 20 bpj
Waktu Paruh :
pH : -
Penetapan kadar : Asam fosfat encer. Encerkan 10 ml asam fosfat P dengan air hingga 100 ml.
Dapar fosfat Larutkan 1,38 mg natrium fosfat monobasa P dalam 1000 ml air, atur pH hingga
3,0 dengan penambahan Asam fosfat encer. Saring dan awadaurakan.
Pengencer Campuran Air-Asam fosfat encer (9:1)
Fase gerak (Catatan Dapar fosfat dan tetrahidrofuran disaring dan diawaudarakan secara terpisah
sebelum dicampur). Buat campuran dapar fosfat -tetrahidrofuran P (58:42). Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Retinoat BPFI, larutkan dalam tetrahidrofuran P
hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Pipet sejumlah volume larutan, encerkan secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan campuran tetrahidrofuran P-Pengencer (3:2) hingga
kadar lebih kurang 4 mikrogram per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara dengan lebih kurang 1,0 mg asam retinoat,
masukkan kedalam suhu terukur 50 ml, tambahkan 20 ml tetrahidrofuran P. Kocok labu, jika
perlu encerkan dengan tetrahidrofuran P sampai tanda, saring. Masukkan 5 ml filtrat kedalam
labu terukur 25 ml, encerkan dengan campuran tetrahidrofuran P-Pengencer (3:2) sampai tanda,
campur dan saring.
Sistem kromatografi. Kromatograf kinerja tinggi dilengkapi drngan detektor 365 nm dan kolom
15 cm x 3,9 mm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4nm. Laju air lebih kurang 1 ml
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur : simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih
dari 2,0%.
Prosedur penyuntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 25 ml) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg asam retinoat, C20H28O2, dalam krim yabg digunakan dengan
rumus :
250 C (ru/rs)
C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam mikrogram per ml Larutan baku, ru dan rs berturut
turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Karakterisasi Tablet(Hasil Uji Keseragaman Sediaan, Hasil Uji Karakterisasi granul, Hasil Uji
keseragaman kandungan, Hasil Uji Kekerasan Tablet, Hasil Uji Floating, Hasil Uji Kerapuhan
Tablet, Uji Mucoadhesive, Uji Disolusi).QA (Pemastian Mutu)Produksi(Bahan awal, proses
pembuatan, formula . Pengemasan,
Mupirocin Calsium
Berat Molekul : 1075.34
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, bebas larut dalam aseton, etanol dan metilen klorida. Ini
menunjukkan polimorfisme. (European Pharm)
50 mg per ml dalam Metanol. Kelarutan dalam Air, tidak kurang dari 3,0% dan tidak lebih dari
4,5%. Kelarutan dalam Klorida, Larutkan 50 mg ke dalam campuran 1 ml Asam Nitrat 2N dan
15 ml Metanol. Tambahkan 1 ml Silver Nitrat TS. Turbidity (Tingkat Kekeruhan Air) tidak lebih
dari yang dihasilkan oleh 0,70 ml Asam Hidroklorida (0,5%) 0,020 N. (USP 32)
Baku Pembanding : -
Spektrum Inframerah : Rotasi Jenis : between –16 and –20
Persetujuan Pembimbing
IM : 118114121
cJl h:
.AdclaDesñEndahSar
UM: 118114121
IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamaterku....
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYAT.LANPERSETL*JU.IN
PUBLIKASI KARL’.4 ILAHAH UNTUK KEPENTING.IN AK4DE3IIS
Yangberlandatangandibarahini,sayamahasiswaUniversitasSanataDliarina: Nama
Nomorñlahasisa 118114191
EVALUASIDRD"GP£Z.4ANDPROBLE.US(DRPS)PADAPASIENAhAKDENG.IN
ASFIA DI INSTAL.ASI IL W :4T IN: P RS RK CHARIT.4S P:4LEUB.4 GPERIODS
LI-DESEMB ER 2013
beserta perangkat ¿and diperlukan fbila ada). Dengan deinikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Uni›'ersitas Sanata Dharrna leak untuk inenyimpan, me-ngalihkan dalam
bentuk media lain. men;ie1o1ani a dalam bentuk pangkalan data. mendistribusikansecara
terbaias, dan inempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta in dari sax’a inaripiin memberikan royalti kepada say a
selama tetap mencantumkan nama sa¿’a sebagaipenulis.
Dibuat di Yogyakana
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Periode Juli - Desember 2013” sebagai salah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
1. Sr. M. Paulina FCh., selaku Ketua Yayasan Charitas yang telah memberikan
RK CharitasPalembang.
3. Sr. M. Silvestra FCh., Ibu Yogia Simanjuntak dan seluruh staff bagian
4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Farmasi
vii
perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis
5. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. sebagai dosen penguji yang telah memberikan
6. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah
skripsi.
7. Bapak Dominikus Suparno dan Ibu Monica Tarminah yang tercinta, atas
Brilian Danu, yang telah menjadi inspirasi, memberikan keceriaan, dan terus
9. Sahabat yang selalu mendukung dari jauh, Elis, Destrie, Lili, Stefani, Budi,
11. Sahabat sekaligus tetangga setia, Renata Sri Yuliani, Fransiska Yonita, dan
Seravina Maria, terima kasih untuk tawa dan semangat selama pengerjaan
skripsi ini.
12. Teman-teman sepermainan, Bintang, Ester, Andung, Caesar, Henzu,Gomes,
Alex, Nino, Rigel, Handy, Levina, Betzy, Leo, Tina, Asri, Desi, Rosi, dll, untuk semangat bermain yang tak
Teman-teman FSM C 2011, FKK B 2011, dan seluruh angkatan 2011, untuk kebersamaan dan semua kis
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut serta membantu kelancaran penulis
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Penulis men
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIANKARYA
Sayamenyatakandengansesungguhnyabahwaskripsiyangsayatulisini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMANPERSEMBAHAN ...................................................................... v
PRAKATA....................................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIANKARYA.......................................................... x
DAFTARISI.................................................................................................... xi
DAFTARTABEL............................................................................................ xiv
DAFTARGAMBAR....................................................................................... xvi
DAFTARLAMPIRAN.................................................................................... xvii
INTISARI......................................................................................................... xviii
ABSTRACT....................................................................................................... xix
BAB I PENGANTAR
A. LatarBelakang..................................................................................... 1
1. RumusanMasalah.......................................................................... 3
2. KeaslianPenelitian......................................................................... 3
3. Manfaat Penelitian
a. ManfaatTeoritis....................................................................... 5
b. ManfaatPraktis........................................................................ 5
B. Tujuan Penelitian
1. TujuanUmum................................................................................ 5
2. TujuanKhusus............................................................................... 5
xi
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asma................................................................................................... 6
B. TerapiAsma........................................................................................ 12
C. PasienAnak......................................................................................... 14
D. DrugRelatedProblems........................................................................ 14
E. Keterangan Empiris.............................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan RancanganPenelitian........................................................... 18
B. VariabelPenelitian............................................................................... 18
C. Definisi Operasional............................................................................. 19
D. SubjekPenelitian.................................................................................. 21
E. BahanPenelitian................................................................................... 21
F. Instrumenpenelitian............................................................................. 21
G. Waktu dan LokasiPenelitian............................................................... 22
H. Tata CaraPenelitian
1. Persiapan.................................................................................. 22
2. AnalisisSituasi......................................................................... 22
3. PengumpulanData................................................................... 22
4. AnalisisData............................................................................ 23
I. Tata CaraAnalisisHasil....................................................................... 24
J. KeterbatasanPenelitian........................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KarakteristikPasien............................................................................. 27
B. PolaPengobatan................................................................................... 29
C. Evaluasi Drug RelatedProblems......................................................... 37
D. Rangkuman Evaluasi DrugRelaed Problems...................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 53
B. Saran.................................................................................................... 53
DAFTARPUSTAKA...................................................................................... 55
LAMPIRAN..................................................................................................... 58
BIOGRAFIPENULIS..................................................................................... 112
DAFTAR TABEL
Tabel II. Profil penggunan obat pada pasien asma anak di Instalasi
Tabel III. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem pernapasan pada
Juli-Desember 2013.................................................................. 33
Tabel VI. Penggunaan obat antiinfeksi pada pasien anak dengan asma
Juli-Desember 2013.................................................................. 34
Tabel VII. Penggunaan obat alergi dan sistem imun pada pasien anak
Tabel XI. Kejadian DRPs efek samping obat pada pasien anak dengan
Tabel XII. Kejadian DRPs dosis kurang pada pasien anak dengan asma
Juli-Desember 2013.................................................................. 43
Tabel XIII. Kejadian DRPs obat tidak dibutuhkan pada pasien anak
Tabel XIV. Kejadian DRPs dosis berlebih pada pasien anak denganasma
Juli-Desember 2013.................................................................. 46
Palembang ................................................................................ 23
Kata kunci: drug related problems, asma, pasien anak, terapi farmakologis, rawat
inap
ABSTRACT
BAB I
PENGANTAR
A. LatarBelakang
penderita sekitar 300 juta individu di seluruh dunia. Prevalensi asma terus
Serikat adalah pada anak usia 5-17 tahun, yaitu sebesar 9,6%. Asma merupakan
penyakit kronis yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dan merupakan
rawat inap (Global Initiative for Asthma, 2014; American Lung Association,
2006).
(PTM) penyebab pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia (Pusat Data dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Problems (DRPs). Secara sederhana yang dimaksud dengan DRPs adalah masalah
yang terjadi selama proses terapi pengobatan yang memiliki potensi menghambat
2010; Cipolle, Strand, Morley, Ramsey, and Lamsam, 2004). Hasil penelitian
dengan indikasi tidak perlu sebesar 18,18%, obat salah sebesar 4,54%, dosis
terlalu tinggi sebesar 13,63%, interaksi obat sebesar 50%, dan ketidakpatuhan
sebesar 4,54 % pada pasien anak dengan asma yang dirawat inap di RS Panti
pada pasien asma anak rawat inap. DRPs sangat mungkin ditemui pada pasien
Prevalensi asma pada anak di Sumatera Selatan pada tahun 2013 sebesar
penelusuran peneliti, asma merupakan satu dari sepuluh besar penyakit pada
swasta tertua di kota Palembang dan juga di Sumatera Selatan serta merupakan
rumah sakit tipe B yang mampu menampung rujukan dari rumah sakit kabupaten.
ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi DRPs pada pasien anak dengan
kerasionalan penggunaan obat pada pasien asma anak yang dievaluasi dengan
mengidentifikasi DRPs.
1. RumusanMasalah
a. Seperti apa karakteristik pasien anak dengan diagnosis asma yang menjalani
b. Seperti apa gambaran umum peresepan obat pada pasien anak dengan
2. KeaslianPenelitian
pasien anak dengan diagnosis asma yang pernah dilakukan antara lain:
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta bulan Januari-
Desember 2009 yang dilakukan oleh Handayani (2010). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat DRP efek samping dan interaksi obat sebesar
b. Identifikasi Drug Related Problems pada Pasien Asma Rawat Inap Rumah
Hidayat dan Prasetyo (2012), dengan hasil 55% pasien mengalami DRP
sebesar 16,0%, obat tanpa indikasi dan duplikasi terapi sebesar 21,3%, obat
salah sebesar 10,7%, dosis terlalu rendah sebesar 18,7%, interaksi obat
c. Kajian Drug Related Problems pada Pasien Anak dengan Infeksi Saluran
Napas Bawah dan Asma Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
1 Januari 2006 – 30 Juni 2006 yang dilakukan oleh Pratiwi, Ikawati dan
infeksi saluran napas bawah adalah obat dengan indikasi yang tidak perlu
sebesar 20%, obat yang salah sebesar 12,72 %, dosis terlalu rendah sebesar
7,27 %, dosis terlalu tinggi sebesar 21,81%, dan interaksi obat sebesar
12,72%. Hasil penelitian DRPs pasien anak dengan asma adalah obat
dengan indikasi yang tidak perlu sebesar 18,18%, obat yang salah sebesar
4,54%, dosis terlalu tinggi sebesar 13,63%, interaksi obat sebesar 50%, dan
terletak pada subjek yang diteliti, periode penelitian, dan tempat penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
evaluasi DRP pada pasien dengan diagnosis asma yang menjalani rawat inap.
3. ManfaatPenelitian
a. Manfaatteoretis
b. Manfaatpraktis
B. TujuanPenelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi drug related problems (DRPs) pada pengobatan pasien asma anak.
2. Tujuan Khusus
anak denganasma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Asma
adanya inflamasi kronis jalan napas yang ditegaskan lebih lanjut dengan adanya
riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk yang
variabel keterbatasan aliran udara ekspirasi (Global Initiative for Asthma, 2014).
Gejala dan keterbatasan aliran udara ini bersifat reversibel (Global Initiative for
Asthma, 2014; Kelly and Sorkness, 2008). Asma biasanya berhubungan dengan
host/inang dan faktor lingkungan (Global Initiative for Asthma, 2014). Faktor
hiperresponsivitas jalan napas, obesitas, ras, dan jenis kelamin (Global Initiative
for Asthma, 2012; Graham and Gordon, 2008). Faktor lingkungan berupa alergen
yang berasal dari dalam maupun luar ruangan, infeksi, asap rokok, polusi udara,
dan diet turut mempengaruhi perkembangan asma (Global Initiative for Asthma,
adanya keterlibatan sel TH2 dan IgE (Bogaert, Tournoy, Naessens, andGrooten,
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(Janeway, 2001). Asma merupakan salah satu contoh manifestasi klinis reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang bersifat anafilaksis lokal, artinya reaksi hanya terjadi
pada jaringan atau organ spesifik dan umumnya diturunkan, disebut sebagai atopi.
Paparan alergen pertama kali akan menyebabkan aktivasi sel TH2 dan
menstimulasi sel B untuk memproduksi IgE. IgE akan membentuk ikatan dengan
reseptor Fc pada sel mast maupun basofil, yang disebut sensitisasi (Abbas,
terjadinya crosslinking pada ikatan IgE yang akan mengaktivasi sel mast.
Degranulasi sel mast memicu pelepasan mediator dari sel mast yang
inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut terdiri dari reaksi asma tipe
cepat dan reaksi asma tipe lambat. Pada reaksi asma tipe cepat, alergen akan
terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel mast.
otot polos bronkus, sekresi mukus, dan vasodilatasi. Reaksi asma tipe lambat
timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta
aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil, dan makrofag. Pada inflamasi kronik
berbagai sel terlibat dan teraktivasi, antara lain limfosit T, eosinofil, makrofag, sel
mast, sel epitel, fibroblas dan otot polos bronkus (Kelly and Sorkness, 2008;
perbaikan dan pergantian sel-sel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
peyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut
tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat dinamis dari diferensiasi,
dengan diikuti oleh restitusi/pergantian atau perubahan struktur dan fungsi yang
dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar mukus
otot polos, dan kelenjar mukus (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit, maupun pola keterbatasan aliran uda
serangan, lamanya serangan, aktivitas diluar serangan dan beberapapemeriksaan
Tabel I. Klasifikasi asma menurut derajat serangan (Global Initiative for Asthma, 2012)
B. TerapiAsma
kualitas hidup pasien asma sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa adanya hambatan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2007).
saluran napas, obstruksi jalan napas, serta frekuensi dan keparahan asma
Terapi non farmakologi utama yang harus diberikan pada pasien asma
adalah edukasi disertai dengan melatih pasien untuk melakukan manajemen asma
2008). Pada umumnya terapi asma secara farmakologi dibagi menjadi 2 kategori
gejala, termasuk perburukan maupun serangan asma. Obat kategori ini juga
Contoh obat kategori ini antara lain agonis beta-2 kerja cepat, kortikosteroid
(Global Initiative for Asthma, 2012, Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pengobatan Awal
Oksigenasi dengan anulnasal
Inhalasiagonisbeta-2kerjasingkat(nebulisasi),setiap20menitdalamsatujamatau agonisbeta-2injeksi(terbutalin0,5mLsubkutanatauadrena
Kortikosteroidsistemik:
Serangan asmaberat
Tidakadaresponssegeradenganpengobatanbronkodilator
Dalam kortikosteroidoral
Perbaikan TidakPerbaikan
kesehatan yaitu dengan terlebih dulu menilai tanda vital dan fisik pasien untuk
Indonesia, 2003).
C. PasienAnak
berinteraksi dengan baik secara biologis, fisik, dan lingkungan sosial (National
Pada pasien anak, fungsi fisiologis tubuh tidak sama dengan pasien dewasa
sehingga farmakokinetika obat pada kelompok pasien anak tidak dapat disamakan
supaya farmakokinetika obat berjalan baik dan diperoleh efek terapi yang
terjadi pada pasien dalam proses terapi dengan menggunakan obat yang secara
(Pharmaceutical Care Network Europe, 2010; Cipolle, et al., 2004). DRP aktual
adalah masalah yang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan
pada pasien, sedangkan DRP potensial adalah masalah yang diperkirakan akan
terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan pasien (Cipolle, et al.,
2004).
a. Obat tidak dibutuhkan dapat disebabkan oleh tidak adanya indikasi medis
cocok mendapat terapi non farmakologi, terapi efek samping yang dapat
dengan obat tersebut, bentuk sediaan obat tidak sesuai, kondisi medis yang
tidak dapat disembuhkan dengan obat yang diberikan, dan produk obat
penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pendek untuk dapat menghasilkan respon, serta interaksi obat yang dapat
e. Efek samping obat dapat disebabkan karena obat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, interaksi obat
hubungannya dengan dosis, ada obat lain yang lebih aman ditinjau dari
faktor risikonya, regimen dosis yang telah diberikan atau diubah terlalu
cepat, obat yang diberikan menyebabkan alergi, dan obat yang diberikan
f. Dosis berlebih disebabkan oleh dosis obat yang diberikan terlalu tinggi,
pendek, durasi terapi pengobatan terlalu panjang, serta interaksi obat yang
pasien lupa untuk menggunakan obat, obat terlalu mahal bagi pasien,
pasien tidak dapat menelan obat atau menggunakan obat sendiri secara
E. KeteranganEmpiris
emberikan informasi mengenai DRPs pada pengobatan pasien asma anak di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
penggalian informasi secara sederhana melalui sumber data yang telah tersedia
Organization, 2001). Case series merupakan kumpulan dari kasus yang sama
dengan suatu kondisi dalam periode waktu tertentu yang kemudian dievaluasi dan
dideskripsikan hasil klinisnya (Strom and Kimmel, 2006). Penelitian ini dilakukan
B. VariabelPenelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pola peresepan dan DRPs pada
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. DefinisiOperasional
penggunaanobat.
2. DRPs yang dikaji pada penelitian ini meliputi 6 kategori, yaitu obat tidak
pengobatan yang diterima pasien yang dilihat dari data-data yang tertera pada
selama terapi pengobatan yang diterima pasien yang dapat diketahui dari
pasien.
penggunaan obat pada pasien anak dengan diagnosis asma di Instalasi Rawat
Initiative for Asthma, 2012), Pocket Book of Hospital Care for Children
Society, 2012). Acuan utama yang digunakan sebagai dasar evaluasi pada
penelitian ini adalah acuan lokal (Indonesia) yang kemudian disesuaikan lebih
berdasarkan masalah kesehatan pasien. Metode ini terdiri dari 4 elemen, yaitu:
subjective (S): berisi informasi subjektif dalam rekam medis; objective (O):
berisi data yang dimasukkan ke dalam catatan kesehatan seperti beberapa hasil
tes, prosedur dan evaluasi; data ini dapat berupa tanda vital, temuan
pemeriksaan fisik, hasil X-ray, ECG, dan lain-lain; obat juga termasuk dalam
objektif yang harus digunakan untuk mengembangkan rencana terapi; plan (P):
dan strategi yang dipilih, tujuan yang akan dicapai dan parameter yang harus
D. SubjekPenelitian
Subjek penelitian ini adalah kasus pasien anak dengan diagnosis asma di
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu kasus dengan usia pasien ≤ 12 tahun dengan
Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu kasus pasien asma anak dengan penyakit
penyerta, seperti TB paru, bronkitis, dan pneumonia, serta rekam medis pasien
asma anak rawat inap yang kurang lengkap dan sulit terbaca.
E. BahanPenelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medis
F. InstrumenPenelitian
digunakan saat proses pengambilan data dari lembar rekam medis pasien anak
Desember 2013. Form ini memuat informasi subjektif dan objektif selama pasien
Palembang, SumateraSelatan.
H. Tata CaraPenelitian
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan survei jumlah pasien asma anak yang menjalani
2. AnalisisSituasi
Pada tahap ini dilakukan pemastian apakah data yang diambil telah
memadai untuk dilakukan evaluasi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan data
yang diambil dari beberapa kasus kemudian dilakukan evaluasi atas data tersebut.
3. PengumpulanData
a. Penelusurandata
Proses ini dilakukan dengan melihat print out dari bagian rekam medis
nomor rekam medis pasien asma anak periode Juli-Desember 2013. Berdasarkan
hasil print out dari bagian rekam medis, terdapat 37 rekam medis asma pada
pasien anak, namun hanya ditemukan 33 lembar rekam medis. Dari 33 rekam
medis asma anak yang ada, 25 kasus memenuhi kriteria inklusi sementarasisanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
merupakan kasus asma dengan penyakit penyerta lainnya maupun rekam medis
b. Pengambilan data
Proses ini dilakukan dengan menyalin data yang ada di lembar rekam medis pasien asma anak rawat in
4. Analisis Data
1. Karakteristikpasien
kelompok, yaitu infant (< 1 tahun), balita (1-5 tahun) dan anak-anak (6-12
tahun) dengan menghitung jumlah kasus pada setiap kelompok umur per
yaitu laki-laki dan perempuan, dengan menghitung jumlah kasus pada setiap
kelompok jenis kelamin per jumlah keseluruhan kasus yang dianalisis dikali
100%.
2. Polapengobatan
dengan menghitung jumlah kasus yang mendapat jenis obat tertentu per
tertentu per jumlah keseluruhan kasus yang dianalisis dikali 100%. Adapun
subjective (S) berisi informasi jenis kelamin, usia, diagnosis, keluhan utama,
status alergi, riwayat penyakit dan penggunaan obat, tanggal rawat, sertastatus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
laboratorium, tanda vital dan tata laksana obat yang diberikan pada pasien
(P)/recommendation.
berlebih, obat kurang efektif, dan efek samping obat) yang kemudian dihitung
persentase temuan DRPs dengan menghitung jumlah kasus pada setiap kategori
J. KeterbatasanPenelitian
berdasarkan data yang tertera di lembar rekam medis karena tidak dilakukan
berkaitan dengan analisis DRPs tidak dapat diamati lebih lanjut. Konfirmasi ke
dokter, perawat, maupun apoteker tidak dapat dilakukan karena sulit mendapatkan
ini menyebabkan analisis DRPs terbatas pada data yang tertera dalam lembar
rekam medis saja tanpa mengetahui alasan maupun tujuan pemilihan terapi oleh
perbedaanpandangandalampenilaianDRPs.Keterbatasanlainyaitukesulitan
dalam membaca rekam medis yang disebabkan oleh tulisan yang kurang jelas terbaca dan adanya reka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
sia
ompokkan menjadi infant (< 1 tahun), balita (1-5 tahun), dan anak (6-12 tahun). Distribusi pasien asma anak berdasarkan ka
20% 16%
Infant(<1tahun)
Balita(1-5tahun)
Anak(6-12tahun)
64%
Gambar 6. Distribusi pasien berdasarkan usia pada pasien anakdengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK CharitasPalem
periode Juli-Desember 2013 (n=25)
Gambar6menunjukkanbahwapasienanakyangdirawatinapdidominasi
olehpasienusia1-5tahun sebanyak64%,diikutidengan20%anakusia6-12
tahun, dan 16% kelompok pasien usia < 1 tahun. Pada dasarnya asma dapat
pediatrik. Pada umumnya asma terjadi pada 5 tahun awal kehidupan dan 50%
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
anak memiliki gejala asma sejak usia 2 tahun (Kelly and Sorkness, 2008). Pada
usia dini, asma dapat disebabkan oleh atopi maupun adanya infeksi virus (Global
40%
Laki-Laki
Perempuan
60%
anak laki-laki dan 40% pasien anak perempuan yang dapat dilihat pada gambar 7.
Onset terjadinya asma lebih cepat pada laki-laki daripada perempuan (Global
Initiative for Asthma, 2014). Anak laki-laki dengan usia kurang dari 10 tahun
lebih banyak terserang asma daripada pada perempuan, selama masa remaja
tingkat kejadiannya hampir sama, dan pada usia lanjut kejadian ini akan lebih
B. PolaPengobatan
1. Jenis Obat
Gambaran umum distribusi penggunaan obat pada pasien asma rawat inap
berdasarkan kelas terapi menurut MIMS Indonesia disajikan pada Tabel II.
Penggunaan obat terbanyak adalah kelas terapi obat yang bekerja pada sistem
Tabel II. Profil penggunan obat pada pasien anak dengan asma di Instalasi
Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013
JumlahKasus Persentase
KelasTerapi
(n=25) (%)
Sistem pernapasan 25 100
Kortikosteroid 25 100
Vitamin dan mineral 25 100
Antiinfeksi 20 80
Sistem saraf pusat 5 20
Alergi dan sistem imun 2 8
Sistem gastrointestinal dan hepatobilier 3 12
a. Sistempernapasan
bekerja pada sistem pernapasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
golongan preparat antiasma dan PPOK serta obat batuk dan pilek. Preparat
Paru Indonesia, 2003). Mekanisme kerja beta-2 agonis yaitu relaksasi otot
berat dengan memperhatikan dosis awal dan dosis rumatan (Ikatan Dokter
dan garamnya (aminofilin) karena kedua obat ini memiliki indeks terapi
yang sempit. Toksisitas akibat penggunaan obat ini dapat dihindari dengan
adalah ipratopriumbromida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Obat yang termasuk golongan obat batuk dan pilek menurut MIMS
Tabel III. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem pernapasan pada
pasien asma anak di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang
periode Juli-Desember 2013
JumlahKasus Persentase
Golongan JenisObat
(n=25) (%)
Preparat Salbutamol 22 88
antiasmadan Teofilin 6 24
PPOK Aminofilin 8 32
Kombinasi Salbutamol
dan Ipratropium Bromida 5 20
Kombinasi Salbutamol
7 28
dan Guaifenesin
Obatbatuk Ambroksol HCl 7 28
danpilek Erdostein 3 12
Bromheksin HCl 2 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Kortikosteroid
lain (Kelly and Sorkness, 2008; Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).
efek samping penggunaan jangka panjang berupa obesitas, moon face, dan
IV. Penggunaan kortikosteroid pada pasien asma anak di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Des
JumlahKasus
Golongan JenisObat Persentase
(n=25) (%)
Kortikosteroid Deksametason 24 96
Metilprednisolon 3 12
Flutikason 3 12
Budenosid 2 8
Prednison 1 4
Triamsinolon 1 4
neral yang diberikan secara intravena banyak digunakan pada pasien asma anak karena bertujuan untuk mencegah dehidra
Tabel V. Penggunaan vitamin dan mineral pada pasien anak dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palemb
periode Juli-Desember 2013
JumlahKasusPersentase
Golongan Jenis Obat (n=25) (%)
Elektrolit dan mineral KAEN 1B® 20 80
RL® 5 20
KAEN 3A® 1 4
Multivitamin Proza® 1 4
Vitamin dan mineral pediatrik Biostrum® 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d. Antiinfeksi
ggunaan antibiotik umumnya ditujukan untuk mencegah maupun mengatasi infeksi oleh mikroorganisme. Penggunaan anti
Tabel VI. Penggunaan obat antiinfeksi pada pasien anak dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palemba
periode Juli-Desember 2013
JumlahKasus
Golongan JenisObat Persentase
(n=25) (%)
Penisilin Amoxicillin 1 4
Sefalosporin Ceftriaxon 6 24
Ceftazidim 2 8
Aminoglikosida Gentamisin 8 32
Amikasin 1 4
Makrolida Azitromisin 1 4
Spiramisin 3 12
Kloramfenikol Tiamfenikol 1 4
kasus dalam penelitian ini. Obat yang digunakan adalah parasetamol yang
dan antipiretik yang memiliki potensi yang mirip dengan NSAID, namun
Nowak, 2014).
menyebabkan efek mulut kering dan penggunaan obat ini dalam jangka
penggunaan obat alergi dan sistem imun dapat dilihat pada tabelVII.
Tabel VII. Penggunaan obat alergi dan sistem imun pada pasien anak
dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang
periode Juli-Desember 2013
Jumlah Kasus
Golongan JenisObat Persentase
(n=25)
(%)
Triprolidin 1 4
Antihistamindanantialergi
CetirizinHCl 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
12% pada kasus dalam penelitian ini. Obat yang digunakan yaitu ranitidin
menghambat aksi histamin pada reseptor histamin H-2 pada sel parietal
dilihat pada tabel IX. Seluruh kasus dalam penelitian ini menggunakan obat
dengan rute pemberian enteral maupun parenteral. Obat yang diberikan secara
enteral yang diberikan dalam penelitian ini umumnya adalah obat yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sebagai controller maupun obat untuk mengurangi gejala asma yang diberikan
secara per oral. Obat parenteral digunakan karena kondisi pasien yang umumnya
dirawat inap karena serangan asma sehingga pemberian oral sulit dilakukan. Obat
parenteral diberikan karena dapat memberikan efek yang cepat. Rute parenteral
tercukupi. Obat diberikan secara inhalasi dengan tujuan agar lebih efektif untuk
dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas, efek sistemik minimal atau
dihindarkan, dan ada beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi karena
tidak terabsorpsi pada pemberian oral (Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).
Obat dengan rute inhalasi pada penelitian ini diberikan melalui nebulisasi.
Tabel IX. Penggunaan obat berdasarkan rute pemberian pada pasien anak
dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang
periode Juli-Desember 2013
JumlahKasus
RutePemberian Persentase
(n=25) (%)
Enteral 25 100
Parenteral 25 100
pasien asma anak di instalasi rawat inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-
DRPs yaitu butuh tambahan obat, obat tidak dibutuhkan, obat kurang efektif,
catatan keperawatan pasien. DRPs yang didapati pada 25 kasus yang masuk dalam
kriteria inklusi penelitian ini yaitu 100% efek samping obat, 56% dosis kurang,
28% obat tidak dibutuhkan, 16% dosis berlebih, dan 4% membutuhkan obat
tambahan. Pada umumnya 1 kasus memiliki lebih dari 1 kejadian DRPs. Tabel X
Tabel X. Gambaran DRPs pada pasien anak dengan asma di instalasi rawat
inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember2013
NomorKasus
No Jenis DRPs Jumlah Kasus Persentase
(seperti lampiran) (n=25) (%)
1 Efek sampingobat semua kasus 25 100
2 Dosis kurang 2, 4, 5, 6. 7, 9, 11, 12,13,14, 14 56
15, 18, 19, 21
3 Obat tidak 7 28
5, 10, 15, 16,17, 24, 25
dibutuhkan
4 Dosisberlebih 5, 6,16, 18 4 16
5 Membutuhkan obat 1 4
tambahan 25
6 Obat kurangefektif - 0 0
Catatan: Penilaian DRPs ini berdasarkan data yang tercantum di lembar rekam medis
yang tidak dikonfirmasi dengan dokter penulis resep maupun perawat yang merawat
pasien. Pembahasan lebih mendalam tiap kasus dapat dilihat di Lampiran
yang tidak diinginkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, interaksi
obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada
hubungannya dengan dosis, ada obat lain yang lebih aman ditinjau dari faktor
risikonya, regimen dosis yang telah diberikan atau diubah terlalu cepat, obat
karena adanya interaksi obat dan pemberian obat yang berisiko menyebabkan
perburukan.
dapat meningkatkan risiko ini karena adanya obat yang mendeplesi kalium
menguntungkan (Baxter,2010).
Pada kasus 2, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 18, 21, dan 25 ditemui
interaksi obat pada kombinasi antara kortikosteroid dan teofilin serta teofilin
kondisi kadar kalium dalam serum < 3,5 mEq/L. Hipokalemia dicirikan
dengan adanya perubahan pada fungsi otot dan kardiovaskuler karena adanya
2013). Depresi pernapasan karena gangguan parah pada otot skeletal dapat
yang mungkin bersifat aditif. Pada pemakaian kedua obat ini perlu
jumlah obat yang dapat menyebabkan deplesi kalium yang digunakan oleh
merupakan pilihan yang cukup baik dalam manajemen asma, namun terdapat
samping obat yang bersifat potensial akibat pemberian mukolitik yang dapat
memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah
(Global Initiative for Asthma, 2011; Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).
yang ditemui adalah potensial. Pemantauan terhadap tanda vital dan kadar
obat dalam darah pasien diperlukan untuk pencegahan maupun langkah awal
efek samping obat pada pasien anak dengan asma pada pasien asma anak di instalasi rawat inap RS RK Charitas Palemba
Jenis
No. Kasus Assessment Recommendation
DRPs
sisKurang
a penelitian ini terdapat 14 kasus yang memuat DRPs kategori dosis kurang yang bersifat aktual. DRPs kategori dosis kurang
umumnya diberikan secara parenteral pada serangan asma berat dengan dosis
awal aminofilin 6-8 mg/kg BB diberikan selama 20-30 menit dan dosis
13, 14, dan 21 yang dapat dilihat pada lampiran. Pemberian aminofilin
dengan dosis kurang dapat menyebabkan onset obat ini akan semakin lama
obat dengan indeks terapi sempit sehingga perlu hati-hati dalam pemberian
dosis yangtepat.
diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan
2014; BMJ Group, 2011; Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009; Departemen
intravenayangkurangdaridosisterapiditemuipadakasus4,5,6,7,12,13,
Tabel XII. Kejadian DRPs dosis kurang pada pasien anak dengan asmapada
pasien asma anak di instalasi rawat inap RS RK Charitas Palembang
periode Juli-Desember2013
3. Obat TidakDibutuhkan
lebih cocok mendapat terapi non farmakologi, terapi efek samping yang dapat
diganti dengan obat lain, dan penyalahgunaan obat. Kategori DRPs obat tidak
kurang tepat. Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien
asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan
demam atau adanya tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014;
sejak hari pertama rawat inap dengan data tanda vital pasien menunjukkan
suhu tubuh normal. Data tanda vital pasien pada hari perawatan selanjutnya
rekam medis. Kemungkinan lain yang juga dapat terjadi yaitu pasien
antibiotik. Oleh karena itu, pemberian antibiotik yang termasuk kategori obat
Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih
sesuai dengan indikasi ditemui pada kasus nomor 16, 17, 24, dan 25. Pasien
farmakologi terlebih dahulu, seperti kompres dan minum air putih, sebelum
terjadi akibat mekanisme fisiologis tubuh untuk melawan zat asing baik dari
karena pasien merasa kurang nyaman dengan peningkatan suhu tubuh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
potensial.
Tabel XIII. Kejadian DRPs obat tidak dibutuhkan pada pasien anak
dengan asma pada pasien asma anak di instalasi rawat inap
RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
4. DosisBerlebih
Pada penelitian ini terdapat 4 kasus DRPs yang masuk dalam kategori
dosis berlebih. Dosis berlebih yang ditemui dalam penelitian ini disebabkan
BB/hari. Hal ini mungkin terjadi akibat kesalahan penulisan dalam catatan
penggunaanobat.
Tabel XIV. Kejadian DRPs dosis berlebih pada pasien anak dengan asma
pada pasien asma anak di instalasi rawat inap RS RK Charitas
Palembang periode Juli-Desember 2013
No. Jenis
Assessment Recommendation
Kasus DRPs
5. Membutuhkan obattambahan
ditemui 1 kasus, yaitu kasus nomor 25. Pada kasus ini terdapat kondisi sesak
napas pada pasien saat rawat inap tanggal 28/09/2013 yang belum diterapi.
adalah untuk melegakan jalan napas pasien sehingga pasien dapat bernapas
lebih baik. Nebulisasi disarankan karena onset obat lebih cepat dan efek
samping lebih ringan daripada jika diberikan secara per oral. Jenis DRPs yang
6. Obat KurangEfektif
DRPs yang terjadi bersifat aktual maupun potensial. Jenis DRPs aktual
kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya DRPs tersebut. Jenis DRPs potensial
adalah DRPs yang mungkin terjadi tetapi tidak terlihat dari data keluhan dan hasil
berikut menyajikan hasil evaluasi pasien anak dengan diagnosis asma yang
kondisi pasien untuk mencegah perparahan maupun risiko terjadinya toksisitas pada pasien. DRPs yang bersifat aktual dire
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
1. Asma pada anak paling banyak terjadi pada kelompok usia 1-5 tahun
(64%) dan kejadiannya pada anak laki-laki sebesar 60% sementara pada
2. Peresepan obat pada pasien anak dengan asma yang paling banyak adalah
obat yang bekerja pada sistem pernapasan (100%), vitamin dan mineral
3. Drug Related Problems yang ditemui yaitu DRPs yang bersifat potensial
meliputi 100% efek samping obat, 28% obat tidak dibutuhkan, dan 4%
dosis berlebih, serta DRPs yang bersifat aktual meliputi 56% dosis kurang,
B. Saran
1. Untuk RS RK CharitasPalembang:
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menyebabkan ketidakseimbanganelektrolit.
terapi yangsempit.
dijadikanperbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., and Pillai, S., 2007, Cellular & Molecular
Immunology, 6th ed., Saunders Elsevier, Philadelphia, pp. 441-444.
American Lung Association, 2006, Trends in asthma morbidity and mortality,
American Lung Association Epidemiology and Statistics Unit Research and
Health Education Division, USA.
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta,Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar
2013, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Balsamo, R., Lanata, L., and Ega, C.G., 2010, Mucoactive Drugs, Eur Respir Rev,
19:116, pp. 127-133.
Baratawidjaja, K.G, Soebaryo, R.W., Kartasasmita, C.B., Suprihati, Sundaru, H.,
Siregar, S.P., dkk., 2006, Allergy and asthma, The scenario in Indonesia, in
Shaikh W.A.(Ed.), Principles and practice of tropical allergy and asthma,
Vicas Medical Publishers, Mumbai, pp. 707-36.
Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions, Pharmaceutical Press, London.
Becerra,J.,Martinez,F.,Bohorquez,M.,Guevara,M.L.,andRamirez,E.,2012,
Validation of a methodology for inpatient pharmacotherapy follow-up,
Vitae,19(3).
BMJ Group, 2011, BNF for Children 2011-2012, Pharmaceutical Press, London,
pp. 146-148.
Bogaert, P., Tournoy, K.G., Naessens, T., and Grooten, J., 2009, Where asthma
and hypersensitivity pneumonitis meet and differ, Am J Pathol, 173:3-13.
Bollmeier, S.G. and Prosser, T.R., 2009, Asthma, in Berardi, R.R., McDermott,
J.H. Newton G.D., Oszko, M.A., Popovich, N.G., Rollins, C.J., Shimps,
L.A., and Tietze, K.J., (Ed.), Handbook of Nonprescription Drugs, 16th ed.,
American Pharmacist Association, New York, pp. 213-228.
British Thoracic Society, 2012, British Guideline on the Management of Asthma,
Scottish Intercollegiate Guidelines Network, London.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., Ramsey, R., and Lamsam, G.D.,2004,
Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide, The McGraw-Hill
Companies, Inc., USA, pp. 172 – 178.
Daly, K. and Farrington, E., 2013, Hypokalemia and Hyperkalemia in Infants and
Children: Pathophysiology and Treatment, J Pediatr Health Care, 27 (6),
486-496.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Pengendalian
Penyakit Asma, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2007, Pharmaceutical Care
Untuk Penyakit Asma, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.
Food and Drug Administration, 1998, General Considerations for Pediatric
Pharmacokinetic Studies for Drugs and Biological Products, Food and
Drug Administration,USA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Global Initiative for Asthma, 2011, Global Strategy for Diagnosis and
Management of Asthma in Children 5 years and Younger, Global Initiative
for Asthma, www.ginasthma.org, diakses 24 April 2014.
Global Initiative for Asthma, 2012, GINA At-A-Glance Asthma Management
Reference, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org,diakses 13
April2014.
Global Initiative for Asthma, 2012, Global Strategy for Asthma Management and
Prevention, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org,diakses 13
April2014.
Global Initiative for Asthma, 2014, Global Strategy for Asthma Management and
Prevention, Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org,diakses 18
Agustus 2014.
Graham, S.M. and Gordon, S.B., 2008, Manson’s Tropical Diseases, 22nd ed.,
Elsevier, London, pp. 143-149.
Handayani, Y., 2010, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Asma
Bronkial di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogakarta
Bulan Januari-Desember 2009, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Hidayah, F.N. dan Prasetyo, S.D., 2012, Identifikasi Drug Related Problems pada
Pasien Asma Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2009, JMPF, 2(1).
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta.
Jansen, L.J. and Killian, K., 2006, Airway smooth muscle as a target of asthma
therapy: history and new direction, Respir Res, 7, 123.
Jozwiak-Bebenista, M. and Nowak, J.Z., 2014, Paracetamol: Mechanism of
action, application, and safety concern, Drug Res, 71 (1),11-23.
Kelly, H.W. and Sorkness, C.A., 2008, Asthma, in Dipiro, J.T., Robert, L., Gary,
R.M., Barbara, G.W., Michael, P., (Ed.), Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach, 7th ed., Appleton and Lange, Connecticut, pp.
463-493.
Kindt, T.J., Osborne, B.A., and Goldsby, R.A., 2006, Kuby Immunology, 6th ed.,
W.H. Freeman and Company, New York, pp. 261-271.
National Asthma Education and Preventive Program, 2007, Expert Panel Report
3: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma Full Report
2007, US Department of Health and Human Services,USA.
MIMS, 2014, MIMS Therapeutics Class, MIMS Indonesia Online,
www.mims.com,diakses tanggal 26 Desember 2014.
National Research Council and Institute of Medicine, 2004, Children's Health, the
Nation's Wealth: Assessing and Improving Child Health, Washington DC,
National Academies Press.
Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi: Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 184-186.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KASUS 1
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 3 tahun 2 bulan 26 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 09/07/2013 – 13/07/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : batuk, sesak napas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : statusasthmaticus
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 12kg Hemoglobin: 13,2(14-18) Eosinofil: 0 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 26,4 (4,5-15) Neutrofil: 9 (54-62
P : 120x/menit Hematokrit: 38 (35-50) Limfosit : 6 (25-30)
RR : 24x/menit Trombosit: 329 (150–450) Monosit : 3 (0–9)
SaO2 :- Basofil : 0 (0–1) Eosinofil Total: 40
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki(-)
Lainnya : -
Tanggal 09/07 10/07 11/07 12/07 13/07
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 37/120/24 -/-/30 -/-/35 -/-/30 37/98/28
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 37/94/40 -/-/32
sesak napas, napas sesak sesak napas sesak napas
Kondisi/Keluhan Pasien sesak napas
cuping hidung napas berkurang berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B √ √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ √ √ √
DeksametasonIV 3x 1amp/hari √ √ √ √ √
GentamisinIV 2x 24 mg /hari √ √ √ √ √
Bromheksin HCl8 mg 2x/hari - - √ √ √
Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg - - √ √ √
4x1 cth/hari
59
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV sudahtepat
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearancemelalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan suhu tubuhpasien
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
KASUS 2
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 3 tahun 3 bulan 1 hari/L Alergi :-
Tanggal Rawat : 15/07/2013 – 19/07/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
Status Keluar : perbaikan, atas persetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 12kg Hemoglobin: 14,8 (12-18) Eosinofil: 1 (1–3)
Kesadaran :CM Leukosit: 11,8(4,5-15) Neutrofil: 69(54-62)
P : 130x/menit Hematokrit: 41(35-50) Limfosit : 24(25-30)
RR : 38x/menit Trombosit: 354 (150–450)
SaO2 :- Eritrosit : 5,3 (1,4-3,4)
Cyanosis :- Basofil : 1 (0–1)
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 15/07 16/07 17/07 18/07 19/07
o 37/130/38 -/-/32 - - 36,6/90/24
Tanda Vital: T( C)/P(x/menit)/RR(x/menit)
-/-/30
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 -/-/32
sesak napas, batuk batuk batuk berdahak, sesak tidak sesak lagi, batuk
Kondisi/Keluhan Pasien batuk berdahak berdahak berkurang berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B √ √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1amp/hari √ √ √ √ -
Deksametason IV 3x ½ amp/hari √ √ √ √ -
Aminofilin 1,7 cc +D5% 8,3 cc IV drip 4x/hari √ √ √ √ -
Gentamisin IV 2x 24 mg/hari √ √ √ √ √
Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg
3x 1 cth/hari - - √ √ √
Pulv. Teofilin 20 mg 4x/hari - - √ √ √
Pulv. Metilprednisolon 10 mg 1x/hari - - √ √ √
Pulv. Spiramisin 500 mg - - - - √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV dan pulveres Spiramisin sudahtepat
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003) pemberian Teofilin sudahtepat
- Pemberian metilprednisolon ditujukan untuk switching kortikosteroidintravena
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010).Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Pertimbangkan pemberian terapi non farmakologi berupa minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 3
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 9 bulan 24 hari/ L Alergi :-
TanggalRawat : 18/07/2013 – 19/07/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, batuk Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar :sembuh
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 8kg Hemoglobin: 10,7 (12-18) Eosinofil: 1 (1–3)
Kesadaran :CM Leukosit: 9,3 (4,5-15) Neutrofil: 75(54-62)
P : 100x/menit Basofil : 0 (0–1) Limfosit : 21(25-30)
RR : 30x/menit Monosit : 3 (0–9)
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 18/07 19/07
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37/100/30 -
Normal: 36,1-37,8/<160/<50
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk sesak napas berkurang, batuk berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √
Deksametason IV 3x ½ amp/hari √ -
CeftriaxonIV 1x ½ g √ -
Sirup Parasetamol 1 cth prn √ -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgsudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Ceftriaxon IV sudahtepat
- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3oC (Sullivan, et al., 2011). pemberian sirup Parasetamol kurang tepat:
Obat tidak dibutuhkan(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan pemberian sirupParasetamol
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 4
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 4 tahun 10 bulan 29 hari/P Alergi : makanan (cokelat, chiki)
TanggalRawat : 21/07/2013 – 27/07/2013 Riwayat Penyakit :-
Keluhan Utama : sesak napas, badan hangat Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar :sembuh
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 18kg Hemoglobin: 12,8 (12-18) Eosinofil: 0 (1–3)
Kesadaran :CM Leukosit: 10,2 (4.5-15) Neutrofil: 84(54-62)
P : 110x/menit Hematokrit: 37 (5-50) Limfosit : 14(25-30)
RR : 34x/menit Trombosit: 298 (150–450) Monosit : 2 (0–9)
SaO2 :- Eritrosit : 4,9 (1,4-3,4) Laju Endap Darah: 56 (0–20)
Cyanosis :- Basofil : 0 (0–1)
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 21/07 22/07 23/07 24/07 25/07 26/07 27/07
Tanda Vital:
37/-/-
T(oC)/P(x/mnt)/RR(x/mnt) 37,5/110/34 - 37,6/-/- 36,4/-/- - 36/80/20
36,8/-/-
Normal: 36,1-37,8/<110/<40
demam, sesak demam, sakit demam mulai demam mulai tidak demam tampak
Kondisi/ Keluhan Pasien demam
napas sedang turun turun lagi tenang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt (UGD) √ - - - - - -
Infus KAEN 1B 16 tts/mnit √ √ √ √ √ √ √
Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg;
Salbutamol sulfat 2,5 mg √ - - - - - -
1 amp 1x (UGD)
Neb Salbutamol 2,5 mg3 x 1 amp √ √ √ √ - - -
Gentamisin IV 2 x 36 mg √ √ √ √ √ √ √
Deksametason IV 2 x 1 amp √ √ √ √ √ - -
Cetirizin 10 mg 1 x 1 - - √ √ √ √ √
Sirup Salbutamol 3 x 1 cth - - √ √ √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β 2agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih
baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV 1dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Combivent
(Ipratropium bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg) sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgsudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian IV Ethigent (gentamicin) sudahtepat
- Penggunaan antihistamin tunggal maupun kombinasi dapat menurunkan obstruksi jalan napas (Wilson, 2003) penggunaan Cetirizin sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudah tepat,
namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2x1 amp (4 mg)= 8 mg/hari: Dosis
kurang
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 9-18mg/hari
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Usahakan pasien terhindar dari paparanalergen
KASUS 5
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 5 tahun 4 bulan 3 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 25/12/2013 –29/12/2013 Riwayat Penyakit : kakek asma
Keluhan Utama : sesak napas sejak kemarin, batuk berdahak Riwayat Penggunan Obat: –
Diagnosis : statusasthmaticus
StatusKeluar :sembuh
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 18kg -
Kesadaran :CM
P : 100 x/menit
RR : 30x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+/+); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 25/12 26/12 27/12 28/12 29/12
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37/108/30 -/-/32 -/-/25 - -
Normal: 36,1-37,8/<110/<30
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas sesak napas sesak napas sesak napas berkurang tidak sesak napas lagi
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 5 tts/mnt (UGD) √ - - - -
Infus KAEN IB 10 tts/mnt - √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg+ Budenosid 0,5 mg
√ - - - -
1x (UGD)
Neb.Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ √ - -
GentamisinIV 1x 40 mg/hari √ √ √ - -
AminofilinIV drip 2,5 cc + D5% 7,5 cc /6jam √ √ √ - -
Deksametason IV 1x 2,5 mg √ - - - -
Deksametason IV 2x ¾ amp /hari - √ √ - -
Sirup Salbutamol 2 mg; GG 75 mg per 5 mL - - - √ -
Pulv (teofilin 50 mg, ambroksol 1/5 tab) 4x1/ hari - - - √ -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012). Pemberian
kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada pasien yang tidak menggunakan kortikosteroid sistemik (Global
Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgdan Budenosid 0,5 mg sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudah tepat,
namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2 x ¾ amp (4 mg)= 6 mg/hari: Dosis
kurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV kurang tepat: Obat tidak dibutuhkan
(potensial)
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003) Dosis berlebih(aktual)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010).Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi GentamisinIV
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 9-36mg/hari
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian teofilin menjadi maksimal 180mg/hari
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
KASUS 6
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 2 tahun 3 bulan 26 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 27/07/2013 – 30/07/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, muntah Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthmabronchiale
StatusKeluar :sembuh
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 12kg Hemoglobin: 12,8 (12-18) Eosinofil: 3 (0-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 13,9(4.5-15) Neutrofil: 86 (54-62)
P : 100x/menit Hematokrit: 37(35–50) Limfosit : 9 (25-30)
RR : 30x/menit Trombosit: 215 (150–450) Monosit : 4,8 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 4,8 (1,4-3,4) Retikulosit: 1,1 (0.5-1.5)
Cyanosis :- Basofil : 0 (0-1) Laju Endap Darah: 8 (0-20)
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 27/07 28/07 29/07 30/07
36/100/30
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
36/140/44 - - 37/100/28
Normal: 36,1-37,8/<110/<40
dyspnea, sesak, batuk, batuk berdahak, sesak batuk berdahak, sesak
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak berkurang
muntah napas napas
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp/hari √ √ - -
Gentamisin IV 2x 24 mg/hari √ √ - -
Deksametason IV 1x 2 g (UGD) √ - - -
Deksametason IV 2x ½ amp/hari √ √ - -
Pulv. Ambroksol 4x 1/hari √ √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI,2009).
pemberian Deksametason IV di UGD sudah tepat. Pemberian kortikosteroid dilakukan jika terapi dengan SABA tidak memberikan respons. Dosis
pemberian 1 x 2 g berlebih, seharusnya dosis yang diterima pasien 6-12 mg/hari: Dosis berlebih
pemberian Deksametason IV di ruang rawat sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 6-12 mg/hari, sementara
pasien hanya menerima 2 x ½ amp (4 mg)= 4 mg/hari: Dosis kurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV sudahtepat
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for Asthma,
2011; PDPI, 2003). pemberian Ambroksol kurang tepat: Efek samping obat(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi Ambroksol
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IVmenjadi 6-12mg/hari
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah dan tandavital
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 7
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 2 tahun 10 bulan 6 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 05/08/2013 – 08/08/2013 Riwayat Penyakit : kejang
Keluhan Utama : batuk, sesak napas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar :
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 13kg Hemoglobin: 13,2 (12-18) Eosinofil: 50 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 14,3(4.5-15) Neutrofil: 40 (54-62)
P : 110x/menit Hematokrit: 39(35-50) Monosit : 8 (0-9)
RR : 45x/menit Trombosit: 474 (150-450)
SaO2 :- Eritrosit : 4,8 (1,4-3,4)
Cyanosis :+ LED/BSE/ESR: 11
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (-) Basofil : 2 (0-1)
Lainnya : retraksidada
Tanggal 05/08 06/08 07/08 08/08
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 36/110/45
- - 36,5/90/23
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 36,5/110/39
Kondisi/ Keluhan Pasien batuk, sesak napas batuk berdahak masih batuk batuk berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √ -
Deksametason IV 2x ½ amp/hari (UGD) √ - - -
Aminofilin IV drip 2 cc + D5% 8 cc /6jam √ - - -
Deksametason IV 1x 1amp √ √ - -
Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg; Salbutamol sulfat 2,5
mg √ √ - -
3x 1 amp
Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg
√ √ √ -
3x 4mL/hari
Pulv (metilprednisolon, amoxicilin) 3x 1 √ √ √ -
Pulv (ambroksol, teofilin) 4x 1 √ √ √ -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β 2agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih
baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV1 dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Ipratropium
bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg sudahtepat
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV
(deksametason) sudah tepat, namun dosis pemberian di ruang rawat kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 6,5-13 mg/hari, sementara pasien hanya
menerima 1 x 1 amp (4 mg)= 4 mg/hari: Dosiskurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian pulv. Amoxan kurang tepat: Obat tidak
dibutuhkan(potensial)
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for
Asthma, 2011; PDPI, 2003). pemberian Ambroksol kurang tepat: Efek samping obat (potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi Amoxicilin dan Ambroksol
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 6,5-26mg/hari
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 8
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin:5 tahun 0 bulan 21 hari/ L Alergi :-
TanggalRawat : 08/08/2013 – 10/08/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : batuk, sesak napas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar :sembuh
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 16kg Hemoglobin: 12,7 (12-18) Eosinofil: 1 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 12,8(4.5-15) Neutrofil: 89 (54-62)
P : -x/menit Hematokrit: 36(35-30) Limfosit : 7 (25-30)
RR : 30x/menit Trombosit: 278 (150-450) Monosit : 3 (0-9)
SaO2 :- Basofil : 0 (0-1)
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 08/08 09/08 10/08
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,2/-/30 - 36,6/98/28
Normal: 36,1-37,8/<110/<30
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk tidak sesak napas lagi tidak sesak napas lagi, membaik
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ - -
Neb. Salbutamol 2,5 mg+ Flutikason 0,5 mg 1x (UGD) √ - -
Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg; Salbutamol sulfat 2,5 mg
√ √ √
3x 1 amp/ hari
Deksametason IV 3x 5 mg/hari √ √ √
D10% 500 cc + Aminofilin 75 mg IV 10tts/mnt - - -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknyadiberi1-3nebulisasi2,5–5mgsalbutamolatau5-10mgterbutaline(WorldHealthOrganization,2013;BritishThoracicSociety,2012).
Pemberian kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada psien yang tidak menggunakan kortikosteroid
sistemik (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. salbutamol 2,5 mg dan Fluticason 0,5 mg sudah tepat
- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β 2agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih
baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV1 dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Ipratropium
bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV
(deksametason) sudahtepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 9
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 1 tahun 4 bulan 25 hari/ L Alergi :-
TanggalRawat : 10/08/2013 – 15/08/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas dari semalam, batuk Riwayat Penggunan Obat:-
Diagnosis :asma
StatusKeluar : sembuh, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 8kg Hemoglobin: 12,9 (12-18) Eosinofil: 1 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 10,8(4,5-15) Neutrofil: 77(54-62)
P : 110x/menit Hematokrit: 38(35-50) Limfosit : 16(25-30)
RR : 28x/menit Trombosit: 32,6 (150-450) Monosit : 6 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 5,1 (1,4-3,4) Retikulosit: 1,3 (0.5-1.5)
Cyanosis :- LED/BSE/ESR: 43
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (-) Basofil : 0 (0-1)
Lainnya : retraksi obsdada
Tanggal 10/08 11/08 12/08 13/08 14/08 15/08
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
36,7/110/28 - - - - 36/100/24
Normal: 36,1-37,8/<120/<40
lemas, batuk, batuk banyak batuk
Kondisi/ Keluhan Pasien batuk membaik
sesak napas berdahak dahak berdahak
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √ √ √ √
Deksametason IV 2x 0,3 cc /hari √ √ √ √ √ √
Gentamisin IV 2x 16 mg /hari √ √ √ √ √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp /hari √ √ √ √ √ √
Aminofilin IV drip 1,1 cc + D5% 8,9 cc 4x/hari √ √ √ √ √ √
L-Bio 2x 1 bgks/hari √ √ √ √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Pemberianaminofilinintravenadapatdiberikanpadaseranganasmaberat(IDAI,2009;DepkesRI,2008).Dosisawalaminofilin6-8mg/kgBBdiberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosis kurang
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutalin (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan tanda vital, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 10
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 8 tahun 2 bulan 22 hari/ L Alergi :-
TanggalRawat : 19/08/2013 – 22/08/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas sejak semalam, batuk Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 23kg Hemoglobin: 13.6 (12-18)
Kesadaran :CM Leukosit: 10,8(4,5-15)
P : 88x/menit Hematokrit: 41(35-50)
RR : 26x/menit Trombosit: 241 (150-450)
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 19/08 20/08 21/08 22/08
Tanda Vital:
T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 36,5/88/26 - - 36,2/100/22
Normal: 36,1-37,8/<110/<30
batuk, sesak napas, tidak demam,masih masih batuk, sesak, masih batuk, keadaan
Kondisi/ Keluhan Pasien
tidak demam batuk,lemas, sesak, wheezing wheezing umum membaik
Tatalaksana Obat
Neb. Salbutamol 2,5 mg+ Budenosid 0,5 mg
√ - - -
1x (UGD)
Deksametason IV 1 amp 1x (UGD) √ - - -
Infus RL 10 tts/mnt √ √ √ -
Sirup Azitromisin 200 mg/5 mL 1x 1 cth/hari - √ √ -
Sirup Erdostein 175 mg/5 mL 1x 1 cth /hari - √ √ -
Sirup Salbutamol 2 mg/5 mL 3x 1 cth /hari - √ √ -
Deksametason IV 3x 4 mg/hari - √ √
Ranitidin IV 2x 25 mg/hari - √ √ -
ASSESSMENT
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
Pemberian kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada psien yang tidak menggunakan kortikosteroid
sistemik (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgdan Budenosid 0,5 mg sudahtepat
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian azitromisin kurang tepat: Obat tidak dibutuhkan
(potensial)
- Pemberian H-2 blocker (Ranitidin) ditujukan untuk menghindari efek samping gastro intestinal akibat penggunaankortikosteroid.
- Erdostein dapat memodulasi produksi mukus dan meningkatkan mucocilliary clearance (Balsamo, Lichtman, and Pillai,2010).
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 11
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 8 tahun 10 bulan 19 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 09/09/2013 – 10/09/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas, batuk Riwayat Penggunan Obat: sebelumnya menggunakan Teosal dan Novadryl
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 32kg Hemoglobin: 14,9 (12-18) Eosinofil: 3 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 11 (4,5-15) Neutrofil: 74(54-62)
P : 120x/menit Hematokrit: 44 (35-50) Limfosit : 15(25-30)
RR : 30x/menit Trombosit: 290 (150-450) Monosit : 8 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 5,1 (1,4-3,4)
Cyanosis :- LED/BSE/ESR: 9
SuaraNapas : Wheezing (+/+); Rhonki (-) Basofil :0 (0-1)
Lainnya :takikardi
Tanggal 09/09 10/09
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) Normal: 36,1-
36/120/30 37/84/24
37,8/<110/<30
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk, pilek sesak napas berkurang, masih batuk
Tatalaksana Obat
Infus RL 15 tts/mnt √ -
Deksametason IV 3x 5 mg/hari √ -
Aminofilin IV drip 3,5 cc + D5% 6,5 cc 1x √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp /hari √ -
Spiramisin 3x 500 mg √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Kortikosteroidefektifdalammanajemenasmakarenadapatmengurangiinflamasijalannapas.Pemberiankortikosteroidsecaraoralsamaefektifdengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason
IV(deksametason) sudah tepat
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgsudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Spiramisin sudahtepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 12
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 3 tahun 11 bulan 18 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 21/09/2013 – 23/09/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, batuk Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar : sembuh, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 29kg Hemoglobin:12,9 (12-18) Eosinofil: 1 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 15 (4,5-15) Neutrofil: 80(54-62)
P : 100x/menit Hematokrit: 67 (35-50) Limfosit : 17(25-30)
RR : 32x/menit Trombosit: 4,5 (150-450) Monosit : 2 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 6,7 (1,4-3,4)
Cyanosis :- LED/BSE/ESR: 5
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+) Basofil :0 (0-1)
Lainnya : retraksidada
Tanggal 21/09 22/09 23/09
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
36,5/100/32 -/-/40 36,5/90/25
Normal: 36,1-37,8/<110/<40
sesak napas, batuk berkurang, wheezing
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk sesak napas berkurang
Tatalaksana Obat
Neb. Salbutamol 2,5 mg1x (UGD) √ - -
KAEN 3A 10 tts/mnt (UGD) √ - -
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp √ √ √
Deksametason IV 3x 1 amp √ √ √
Sirup Ambroksol HCl 15 mg/5 mL 3x 1 cth √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- TerapilinipertamapadaseranganasmaadalahinhalasiSABA(GlobalInitiativeforAsthma,2014;BritishThoracicSociety,2012).Anakdenganasma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutalin (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudah tepat,
namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 14,5-29 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 3 x 1 amp (4mg) = 12 mg/hari:
Dosis kurang
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for Asthma,
2011; PDPI, 2003). pemberian Sirup Ambroksol kurang tepat: Efek samping obat(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat (potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi sirupAmbroksol
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian Deksametason IV menjadi 14,5-29mg/hari
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 13
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 2 tahun 9 bulan 26 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 22/09/2013 – 23/09/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas sejak sore Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis :asthma
StatusKeluar : perbaikan, pulangpaksa
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 13kg -
Kesadaran :CM
P : 100x/menit
RR : 48x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (++); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 22/09 23/09
-/-/36
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37/100/48 -/-30
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 -/-/35
Kondisi/ Keluhan Pasien sesak napas, batuk sesak napas, batuk
Tatalaksana Obat
Infus RL 10 tts/mnt √ √
Neb. Flutikason 0,5 mg (UGD) √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg1x (UGD) √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp √ √
Deksametason IV 2x ½ amp √ -
Deksametason IV 3x 1/3 amp - √
Aminofilin IV drip 2 cc + aq /6 jam √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
Pemberian kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada psien yang tidak menggunakan kortikosteroid
sistemik (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mgdan Flutikason 0,5 mg sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudah tepat,
namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 6,5-13 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2 x ½ (4mg) = 4 mg/hari pada
hari pertama dan 3 x 1/3 amp (4 mg) = 4 mg pada hari kedua: Dosiskurang
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian DeksametasonIV
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 14
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 4 tahun 5 bulan 25 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 10/10/2013 – 13/0/013 Riwayat Penyakit :-
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, demam Riwayat Penggunan Obat: sebelumnya Salbutamol 3x 1 mg; Parasetamol 3x 250
Diagnosis : asthma bronchiale mg; Cotrimoxazole 2x 480 mg; Ambroxol 3x 4 mg
StatusKeluar :
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 18kg Hemoglobin: 12,5 (12-18) Eosinofil: 1 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 9,3 (4,5-15) Neutrofil: 76(54-62)
P : 108x/menit Hematokrit: 36 (35-50) Limfosit : 20(25-30)
RR : 36x/menit Trombosit: 456 (150-450) Monosit : 3 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 4,6 (1,4-3,4)
Cyanosis :- Basofil : 0 (0-1)
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 10/10 11/10 12/10 13/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
36/108/36 - - 36,5/100/22
Normal: 36,1-37,8/<110/<40
sesak pernapasan lemas, batuk sesak, batuk lemas, batuk berdahak, tidak
Kondisi/Keluhan Pasien dada berdahak berdahak sesak lagi
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 16 tts/mnt √ - - -
Neb. Salbutamol 2,5 mg3x 1 amp √ √ √ √
Amikasin IV 2x 125 mg √ √ √ √
Deksametason IV 3x 1 cc √ √ √ -
Aminofilin IV drip 2,4 cc + D5% 7,6 cc 3x √ - - -
Biostrum 3x 1 cth - √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak denganasma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Ventolin (salbutamol 2,5 mg) sudah tepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (World Health Organization, 2013) pemberian IV Amikasin sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV
(deksametason) sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 3 x 1
cc (1 cc= 1 mg) = 3 mg/hari: Dosiskurang
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Biostrum merupakan suplemen untuk meningkatkan sistem imun, nafsu makan, mencegah dan mengobati defisiensi vitamin, memperkuat tulang dan gigi
(MIMS,2012).
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian DeksametasonIV
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 15
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 1 tahun 6 bulan 21 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 13/10/2013 – 15/10/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesaknapas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 9kg -
Kesadaran :CM
P : 90x/menit
RR : 40x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 13/10 14/10 15/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,5/90/40 -/-/90 37/115/24
Normal: 36,1-37,8/<120/<40
batuk berdahak, pilek, sesak
Kondisi/Keluhan Pasien batuk, pilek, sesak napas batuk berdahak
napas
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg+ NaCl 2 cc 3 x 1 amp √ √ √
Deksametason IV 3x 1 cc √ √ √
Spiramisin 3x 250 mg √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknyadiberi1-3nebulisasi2,5–5mgsalbutamolatau5-10mgterbutaline(WorldHealthOrganization,2013;BritishThoracicSociety,2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV
(deksametason) sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 4,5-9 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 3 x 1
cc (1 cc= 1 mg) = 3 mg/hari: Dosiskurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Lacedim (ceftazidime) kurang tepat: Obat tidak
dibutuhkan(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi Spiramisin
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian DeksametasonIV
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 16
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 11 bln 26 hari/ L Alergi :-
TanggalRawat : 25/10/2013 –26/10/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, demam, batuk Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis :asma
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 10,5kg Hemoglobin: 11,6 (12-18)
Kesadaran :CM Leukosit: 11,1 (4,5-15)
P : 122x/menit Trombosit: 389 (150-450)
RR : 22x/menit LED/BSE/ESR: 7
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (++); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 25/10 26/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,5/122/22 37/100/22
Normal: 36,1-37,8/<160/<50
Kondisi/Keluhan Pasien batuk, sesak napas, demam sesak napas berkurang
Tatalaksana Obat √ √
Infus KAEN 1B 8 tts/mnt √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg+ Flutikason 0,5 mg 1x (UGD) √ -
Neb Salbutamol 2,5 mg2 x ½ amp √ √
CeftazidimIV 2x 500 mg √ √
Deksametason IV 3x ½ amp √ √
Sirup Parasetamol 3x 1 cth √ √
Sirplus 3x 1 cth √ √
Pulv (teofilin 40 mg; ambroksol 30 mg 1/5 tab; triprolidin HCl 2,5 mg + pseudoefedrin HCl 60
√ √
mg 1/5 tab; salbutamol 2 mg 1/3 tab; triamsinolon 4 mg 1/3 tab) 3x 1
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
Pemberian kortikosteroid inhalasi pada serangan asma dapat menurunkan kemungkinan rawat inap pada psien yang tidak menggunakan kortikosteroid
sistemik (Global Initiative for Asthma, 2014).pemberian Neb. Ventolin (salbutamol 2,5 mg) dan Flixotide (Fluticasone) sudahtepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian CeftazidimIV sudahtepat
- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3 oC (Sullivan, et al., 2011). pemberian sirup Parasetamol kurang
tepat: Obat tidak dibutuhkan(potensial)
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for
Asthma, 2011; PDPI, 2003). pemberian Ambroksol kurang tepat: Efek samping obat (potensial)
- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003) Dosisberlebih
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al., 2012). guaifenesin yang terkandung dalam
ventolin sudahsesuai
- Pemberian triamsinolon ditujukan untuk switching kortikosteroidintravena.
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi IV Ceftazidime, sirup Parasetamol,Ambroksol
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium darah, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 17
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 5 bulan 18 hari/ P Alergi :-
TanggalRawat : 13/11/2013 –16/11/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : batuk sejak 2 hari lalu, sesak napas sejak 1 hari lalu, demam Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis :asthma
StatusKeluar : sembuh, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 6,2kg -
Kesadaran :CM
P : 120x/menit
RR : 30x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 13/11 14/11 15/11 16/11
Tanda Vital:
T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,1/120/30 - 37/-/45 37/110/24
Normal:
36,1-37,8/<160/<50
Kondisi/Keluhan Pasien batuk berdahak batuk berdahak batuk berkurang batuk berkurang, tampak batuk sesekali
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 6 tts/mnt √ √ √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg 3x 1 amp √ √ √ -
Deksametason IV 3x ½ amp √ √ √ -
CeftriaxonIV1x 500 mg √ √ √ -
Sirup Parasetamol 4x ½ cth √ √ √ -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- TerapilinipertamapadaseranganasmaadalahinhalasiSABA(GlobalInitiativeforAsthma,2014;BritishThoracicSociety,2012).Anakdenganasma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian CeftriaxonIVsudahtepat
- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3oC (Sullivan, et al., 2011). pemberian sirup Parasetamol kurang
tepat: Obat tidak dibutuhkan(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan terapi sirup Parasetamol
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 18
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 5 tahun 10 bulan 14 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 29/11/2013 –02/12/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, panas sejak 1 minggu lalu Riwayat Penggunan Obat:-
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar :
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 18 kg Hemoglobin: 9,2 (12-18) Eosinofil: 0 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 22,4 (4,5-15) Neutrofil: 82(54-62)
P : 100x/menit Trombosit: 458 (150-450) Limfosit : 13(25-30)
RR : 27x/menit LED/BSE/ESR: 60 Monosit : 5 (0-9)
SaO2 :- Basofil : 0 (0-1) Eosinofil Total: 20
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 29/11 30/11 01/12 02/12
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,4/100/27 -/-/28 - 36,2/100/22
Normal: 36,1-37,8/<110/<30
Kondisi/Keluhan Pasien batuk, sesak napas batuk berdahak batuk batuk berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 16 tts/mnt √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg 3x 1 amp √ √ √ -
Deksametason IV 2x ½ amp √ √ √ -
Sirup Salbutamol 2 mg; GG 75 mg per 5 mL
√ √ √ -
3x 1 cth
Gentamisin IV 2x 36 mg √ √ √ -
Pulv (Ambroksol ¼ tab; teofilin 50 mg) 4x 1 - √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak denganasma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV
(deksametason) sudah tepat, namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 9-18 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 2 x ½
amp (4 mg) = 4 mg/hari: Dosiskurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian Gentamisin IV sudahtepat
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (PDPI, 2003) Dosisberlebih
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium darah, denyut nadi, dan kadarteofilin
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 19
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 4 bulan 3 hari/ P Alergi :-
TanggalRawat : 04/12/2013 – 05/12/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, pilek Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar : diizinkan, perbaikan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 6,5kg Hemoglobin: 11,2 (12-18) Eosinofil: 0 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 8,9(4,5-15) Neutrofil: 72(54-62)
P : 102x/menit Eritrosit : 40(1,4-3,4) Limfosit : 24(25-30)
RR : 36x/menit LED/BSE/ESR: 37 Monosit : 4 (0-9)
SaO2 :- Basofil : 0 (0-1)
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+)
Lainnya :-
Tanggal 04/05 05/05
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 36/102/36
36,8/98/22
Normal: 36,1-37,8/<160/<50 37/130/42
sesak napas berkurang, batuk berkurang,
Kondisi/Keluhan Pasien sesak napas, batuk berdahak tampak batuk sesekali
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ -
Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg,; Slabutamol sulfat 2,5 mg 1x (UGD) √ -
Deksametason IV 1x 1/3 amp √ -
CeftriaxonIV 1x 0,35 g √ -
Spiramisin 3x ½ cth - √
Pulv (Prednison 2 mg; Salbutamol 10,8 mg; Bromheksin HCl 2 mg) 3x1 √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β2agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yanglebih
baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV1dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Ipratropium
bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudah tepat,
namun dosis pemberian kurang. Dosis yang seharusnya diterima pasien 3,25-6,5 mg/hari, sementara pasien hanya menerima 1 x 1/3 amp (4 mg) = 1,33
mg/hari: Dosis kurang
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian IV Ceftriaxon dan spiramisin sudahtepat\
- Pemberian Prednison oral diujukan untuk switching kortikosteroidintravena
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for
Asthma, 2011; PDPI, 2003). pemberian Bromheksin HCl kurang tepat: Efek samping obat(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi BromheksinHCl
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 20
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 2 tahun 3 bulan 5 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 26/12/2013 – 28/12/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas, batuk Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : statusasthmaticus
StatusKeluar : sembuh, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 13,5kg -
Kesadaran :CM
P : 112x/menit
RR : 44x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+/+); Rhonki (-)
Lainnya :-
Tanggal 26/12 27/12 28/12
36,5/112/44
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 36/104/25 -/-/30
36,5/90/25
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 37,4/104/30 -/-/32
37,4/120/30
sesaknapas, sesak berkurang, tampak tenang, dyspnea berkurang, wheezing
Kondisi/Keluhan Pasien batuk,pilek batuk berkurang
Tatalaksana Obat
Infus RL 7 tts/mnt (UGD) √ - -
Infus RL 6 tts/mnt √ - -
Infus RL 10 tts/mnt - √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg 1 amp /4 jam √ - -
Neb. Salbutamol 2,5 mg 1 amp /6 jam - √ √
Deksametason IV ½ amp 1x (UGD) √ - -
Deksametason IV 3x ½ amp √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Ventolin (salbutamol 2,5 mg) sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberian DeksametasonIV
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kaliumdarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 21
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 4 tahun 2 bulan 8 hari/P Alergi :-
TanggalRawat : 16/10/2013 –19/10/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, mengi sejak semalam Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asmabronkial
StatusKeluar : perbaikan, pulangpaksa
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 13kg -
Kesadaran :CM
P : 88x/menit
RR : 50x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+/+); Rhonki (+/+)
Lainnya :-
Tanggal 16/10 17/10 18/10 19/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 37,1/88/50
-/-/46 - 36,5/90/23
Normal: 36,1-37,8/<110/<40 37/110/46
sesak napas,
sesak napas, lemas, demam, sesak demam turun, batuk dan
Kondisi/Keluhan Pasien demam, lemas,
batuk, mengi napas, wheezing sesak napas berkurang
wheezing
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 15 tts/mnt (UGD) √ - - -
Infus KAEN 1B 15 tts/mnt +Aminophyllin 1 amp √ √ √ √
Neb. Salbutamol 2,5 mg 1 amp 1x (UGD) √ - - -
Neb. Salbutamol 2,5 mg 1 amp + NaCl 2,5 cc √ √ √ √
Aminofilin IV drip 240 mg 1x √ - - -
DeksametasonIV 3x 4 mg √ √ √ √
Pulv (Salbutamol 2 mg; Erdostein 300 mg) 3x 1 √ √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Pemberian aminofilin intravena dapat diberikan pada serangan asma berat (IDAI, 2009; Depkes RI, 2008). Dosis awal aminofilin 6-8 mg/kgBB diberikan
selama 20-30 menit, dosis rumatan 5mg/kg/6jam (World Health Organization, 2013; IDAI, 2009) Dosiskurang
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for
Asthma, 2011; PDPI, 2003). pemberian Erdostein kurang tepat: Efek samping obat(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010). Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perrtimbangkan penghentian terapiErdostein
- Perlu dilakukan pemantauan denyut nadi, kadar kalium, dan kadar teofilindarah
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 22
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 1 tahun 11 bulan 8 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 26/09/2013 –30/09/2013 Riwayat Penyakit : TB paru
Keluhan Utama : sesak napas, batus sejak 2 hari lalu, muntah 3 kali, panas Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar :perbaikan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 17,5kg Hemoglobin: 12,1 (12-18) Eosinofil: 3 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 13,5(4,5-15) Neutrofil: 68(54-62)
P : 110x/menit Hematokrit: 36(35-50) Limfosit : 21(25-30)
RR : 30x/menit Trombosit: 16 (150-450) Monosit : 8 (0-9)
SaO2 :- LED/BSE/ESR: 16
Cyanosis :- Basofil : 0 (0-1)
SuaraNapas : Wheezing (+/+); Rhonki (-)
Lainnya : retraksi supraclavatus
Tanggal 26/09 27/07 28/09 29/09 30/09
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,9/110/30 - - - -
Normal: 36,1-37,8/<120/<40
sesak napas, tidak sesak tidakdemam, tidak sesak tidak demam, tidak sesak
Kondisi/Keluhan Pasien dyspnea napas lagi tampaktenang napas lagi napas lagi
Tatalaksana Obat
Infus RL 10 tts/mnt √ √ √ √ -
Ceftriaxon IV 1x 1,7g √ √ √ √ -
Deksametason IV 3x 3mg √ √ √ √ -
Ranitidin IV 2x 20 mg √ √ √ √ -
Sirplus 3x 1 cth √ √ √ √ -
Sirup Erdostein 175 mg/5 mL 3x ¾ cth √ √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg + NaCl 0,9% 2,5 cc prn √ √ √ √ -
Proza syr 2x ½ cth - - - - √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Proza diberikan sebagai suplemen untuk memelihara kesehatan saluran napas pemberian Proza sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (Global Initiative for Asthma, 2014; World Health Organization, 2013) pemberian ceftriaxon IV sudahtepat
- Pemberian mukolitik tidak disarankan karena dapat memperburuk obstruksi jalan napas dan batuk, khususnya pada asma parah (Global Initiative for
Asthma, 2011; PDPI, 2003). pemberian sirup erdostein kurang tepat: Efek samping obat(potensial)
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Pemberian H-2 blocker (Ranitidin) ditujukan untuk mengurangi efek samping gastrointestinal dari penggunaankortikosteroid.
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan kadarkalium
- Beri kompres jika badanpanas
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
KASUS 23
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 1 tahun 8 bulan 3 hari/ L Alergi : obat gol sulfa
TanggalRawat : 21/11/2013 – 24/11/2013 Riwayat Penyakit : asma
Keluhan Utama : sesak napas sejak semalam, batuk Riwayat Penggunan Obat:-
Diagnosis : statusasthmaticus
StatusKeluar :perbaikan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 11,8kg Hemoglobin: 12,8 (12-185) Eosinofil: 1 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 9,6 (4,5-15) Neutrofil: 84(54-62)
P : 88x/menit Hematokrit: 39 (35-50) Limfosit : 10(25-30)
RR : 22x/menit Trombosit: 384 (150-450) Monosit : 5 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 4,7 (1,4-3,4) Plasmodium falciparum: -
Cyanosis :- LED/BSE/ESR: 22 Plasmodium vivax :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (+) Basofil : 0 (0-1)
Lainnya :-
Tanggal 21/11 22/11 23/11 24/11
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit) 37,6/88/22 -/-/25 - 37/120/24
Normal: 36,1-37,8/<120/<40 37/120/24
sesak napas, tampak tenang, sesak
Kondisi/Keluhan Pasien tampak tenang sesak napas, batuk
batuk berkurang
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 10 tts/mnt √ √ √ -
Neb. Salbutamol 2,5 mg 2x1 - √ √ -
CeftriaxonIV + D5% 1,2 g 1x √ - - -
Gentamisin IV 2x 20 mg - √ √ -
Deksametason IV 2x 0,4 cc - √ - -
Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg 3x 4 mL - √ - -
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak denganasma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (World Health Organization, 2013) pemberian CeftriaxonIV dan Gentamisin IV sudahtepat
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Perlu dilakukan pemantauan kadarkalium
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
KASUS 24
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 1 tahun 9 bulan 17 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 11/10/2013 – 12/10/2013 Riwayat Penyakit : asma ibu
Keluhan Utama : sesak napas, batuk, demam Riwayat Penggunan Obat: -
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar : perbaikan, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 8kg -
Kesadaran :CM
P :102x/menit
RR : 28 x/menit
SaO2 :-
Cyanosis :-
SuaraNapas : Wheezing (+); Rhonki (-)
Lainnya : retraksiintercostalis
Tanggal 11/10 12/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,7/102/28 -/-/68
Normal: 36,1-37,8/<120/<40
Kondisi/Keluhan Pasien batuk, sesak napas batuk, sesak napas
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 7 tts/mnt √ -
Neb. Ipratropium bromida 0,5 mg; Salbutamol sulfat 2,5 √ -
mg 1x (UGD)
Neb. Salbutamol 2,5 mg tiap 2 jam (UGD) √ -
Neb Salbutamol 2,5 mg 3x 1 amp √ √
Deksametason IV ½ amp 1x (UGD) √ -
Deksametason IV 3x ½ amp √ √
Sirup Parasetamol 3x 1cth prn √ √
Sirup Tiamfenikol 3x ½ cth √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudah tepat
- Pada kasus berat, pemberian kombinasi nebulisasi β 2agonis dengan antikolinergik (Ipratropium bromida) dapat memberikan efek bronkodilatasi yang lebih
baik dengan memperbaiki nilai PEV/FEV1 dibandingkan pemberian SABA tunggal (Global Initiative for Asthma, 2014). pemberian Neb. Ipratropium
bromida 0,5 mg; salbutamol 2,5 mg sudahtepat
- Terapi lini pertama pada serangan asma adalah inhalasi SABA (Global Initiative for Asthma, 2014; British Thoracic Society, 2012). Anak dengan asma
sebaiknya diberi 1-3 nebulisasi 2,5–5 mg salbutamol atau 5-10 mg terbutaline (World Health Organization, 2013; British Thoracic Society, 2012).
pemberian Neb. Salbutamol 2,5 mg sudah tepat
- Kortikosteroid efektif dalam manajemen asma karena dapat mengurangi inflamasi jalan napas. Pemberian kortikosteroid secara oral sama efektif dengan
pemberian secara intravena. Kortikosteroid intravena dapat diberikan pada pasien dengan serangan berat atau tak mampu menelan (Global Initiative for
Asthma, 2014; Depkes RI, 2008). Dosis pemberian steroid intravena adalah 0,5-1 mg/kgBB/hari (IDAI, 2009). pemberian Deksametason IV sudahtepat
- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3oC (Sullivan, et al., 2011). pemberian sirup Parasetamol kurang
tepat: Obat tidak dibutuhkan(potensial)
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (World Health Organization, 2013) pemberian tiamfenikol sudahtepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi Sirup Parasetamol
- Perlu dilakukan pemantauan kadarkalium
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
- Beri kompres jika badanpanas
KASUS 25
SUBJECTIVE
Usia/Jenis Kelamin: 4 tahun 11 bulan 28 hari/L Alergi :-
TanggalRawat : 27/09/2013 – 01/10/2013 Riwayat Penyakit : -
Keluhan Utama : batuk, pilek, panas Riwayat Penggunan Obat:-
Diagnosis : asthma bronchiale
StatusKeluar : sembuh, ataspersetujuan
OBJECTIVE
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Vital Hasil Pemeriksaan Laboratorium
BB : 12kg Hemoglobin: 10,2 (12-18.5) Eosinofil: 0 (1-3)
Kesadaran :CM Leukosit: 11,2(4,5-15) Neutrofil: 37(54-62)
P : 120x/menit Hematokrit: 31(35-50) Limfosit : 41(25-30)
RR : 24x/menit Trombosit: 220 (150-450) Monosit : 22 (0-9)
SaO2 :- Eritrosit : 4,6 (1,4-3,4)
Cyanosis :- LED/BSE/ESR: 31
SuaraNapas : Wheezing (-); Rhonki (-) Basofil : 0 (0-1)
Lainnya : Ro Tho:normal
Tanggal 27/09 28/09 29/09 30/09 01/10
Tanda Vital: T(oC)/P(x/menit)/RR(x/menit)
37,6/120/24 36,8/116/30 37/-/- 37,3/-/- 36/100/22
Normal: 36,1-37,8/<110/<40
badan masih panas, badan
batuk, demam, badan masih tampak tenang, kondisi
Kondisi/Keluhan Pasien sesak napas, batuk masih
pilek panas umum membaik
berdahak hangat
Tatalaksana Obat
Infus KAEN 1B 12 tts/mnt √ √ √ √ -
CeftriaxonIV + D5% 1 g √ √ √ √ -
Sirup Parasetamol 3x ½ cth √ √ √ √ -
6α-metilprednisolon 3x 4 mg - - - - √
Sirup Salbutamol sulfat 1 mg; Guaifenesin 50 mg - - - - √
3x 4 mL
Pulv (ambroksol 1/5 tab; teofilin 40 mg) 3x1 - - √ √ √
ASSESSMENT
- Belum ada penelitian tentang perbedaan regimen cairan pada pasien asma. Pasien asma umumnya membutuhkan rehidrasi dan koreksi pada
ketidakseimbangan elektrolit (British Thoracic Society, 2012). pemberian cairan infus sudahtepat
- Antibiotik sebaiknya tidak diberikan secara rutin pada pasien asma tanpa demam. Antibiotik dapat diberikan pada pasien asma dengan demam atau adanya
tanda pneumonia (World Health Organization, 2013) pemberian CeftriaxonIV sudahtepat
- Indikasi utama pemberian antipiretik pada anak adalah jika suhu tubuh lebih dari 38,3oC (Sullivan, et al., 2011). pemberian sirup Parasetamol kurang
tepat Obat tidak dibutuhkan(potensial)
- Guaifenesin dapat meningkatkan mucocilliary clearance melalui penurunan produksi mucin (Seagrave, et al.,2012).
- Dosis maksimal teofilin 10 mg/kgBB/hari (UKK Respirologi PDPI, 2009) pemberian Teofilin sudahtepat
- Kombinasi antara kortikosteroid dan salbutamol dapat menyebabkan hipokalemia (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kortikosteroid dan aminofilin/teofilin keduanya dapat menyebabkan hipokalemia, yang mungkin bersifat aditif (Baxter, 2010).Efek samping obat
(potensial)
- Kombinasi salbutamol dan aminofilin/teofilin dapat menyebabkan hipokalemia dan takikardi (Baxter, 2010). Efek samping obat(potensial)
- Kondisi sesak napas pasien belum tertangani sejak awal, seharusnya diberikan SABA untuk mengurangi gejala tersebut Membutuhkan obattambahan
PLAN/RECOMMENDATION
- Pertimbangkan penghentian terapi sirup Parasetamol
- Pertimbangkan pemberian tambahan terapi Neb. Salbutamol(SABA)
- Perlu dilakukan pemantauan kadar kalium, denyut nadi dan kadar teofilin
- Perlu dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan/atau FEV1untuk mengetahui perbaikan/perburukan fungsi salurannapas
- Beri minum air hangat untuk meredakanbatuk
- Beri kompres jika badanpanas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BIOGRAFI PENULIS
Semasa kuliah penulis cukup aktif di kegiatan pengabdian masyarakat Desa Mitra
tahun 2012 dan 2013 dengan berperan serta sebagai volunteer (Desa Mitra 2 tahun
2012), bendahara (Desa Mitra 3 tahun 2012) dan koordinator seksi acara (Desa
Mitra 1 dan 2 tahun 2013). Penulis juga pernah berperan serta sebagai seksi acara
2014.