Anda di halaman 1dari 35

KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI SMA N 1


LAMONGAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Pendidikan MPI

Oleh:

NUR KHAMIDAH ROFIQI

Dosen Pengampu:

Muh. Hasyim Rosyidi, M.Pd. I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT

LAMONGAN JAWA TIMUR

2019
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi pembentukan

karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang megiringinya. Tanpa Pendidikan

sebuah bangsa atau masyarakat tidak akan pernah mendapatkan kemajuannya

sehingga menjadi bangsa atau masyarakat yang kurang atau bahkan tidak

beradab. Karena itu, sebuah peradaban yang memberdayakan akan lahir dari

suatu pola Pendidikan dalam skala luas yang tepat guna dan efektif bagi konteks

dan mampu menjawab segala tantangan zaman.

Selain itu, Pendidikan adalah salah satu wahana sangat penting bagi masa

depan bangsa ini. Tanpa adanya Pendidikan yang baik dan berkualitas, tentu saja

bangsa ini akan terancam karena anak mudanya dididik secara sembarangan dan

tidak sesuai dengan kemajuan zaman yang semkain cepat ini dan untuk

mendapatkan Pendidikan yang baik, tentu saja mendapatkan Pendidikan yang

baik, tentu saja segala pihak harus bekerjasama secara baik dalam memajukan

dan memberikan terbaik untuk Pendidikan bangsa ini.


2

Perkembangan yang sangat pesat ini, meminta bangsa Indonesia untuk

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena dengan sumber

daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan di

segala bidang, sehingga diharapkan sumber daya Indonesia bisa bersaing dengan

bangsa lain yang lebih maju.

Dalam meningkatkan sumber daya manusia peranan poendidikan sangat

penting, yang diperlukan bagi pembangunan disegala bidang kehidupan bangsa,

terutama dalam mempersiapkan peserta didik yang mampu menampilkan

kemampuan dirinya sebagai sosok manusia yang Tangguh, kreatif, mandiri dan

professional dibidangnya.

Sebagaimana tujuan Pendidikan nasioanal, dalam garis besar haluan

negara (GBHN) “adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa. Berbudi

luhur, berkepribadian, mandiri, maju, Tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, produktif, sehat

jasmani dan rohani.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja keterampilan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan ?

1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 1 Ayat 1, (2003).
3

2. Apa saja langkah-langklah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga

pendidik di SMA N 1 Lamongan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keterampilan kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan ?

2. Untuk mengetahui langkah-langkah kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan ?

3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan ?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para ahli Pendidikan

tentang pentingnya keterampilan kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan.

2. Secara praktis

a. Bagi tenaga pendidik, sebagai informasi dan masuk untuk dapat

meningkatkan kinerja tenaga pendidik supaya lebih baik lagi.

b. Bagi kepala sekolah atau pengelola Pendidikan dalam melaksanakan

tugas serta memberi informasi dan memberi masukan kepada


4

keterampilan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan.

c. Bagi sekolah, dapat menciptakan kinerja yang baik dalam mencapai

tujuan Pendidikan.

d. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya masalah

kepemimpinan kepala sekolah dan profesional guru.

E. Definisi Operasional

1. Keterampilan, biasanya sering kali diartikan sebagai kemampuan yang

dimiliki seseorang dalam mengerjakan dan menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Beberpa ahli mengutarakan pendapatnya mengenai pengertian keterampilan

ini.

Secara umum, keterampilan merupakan kapasitas yang sistematis dan

berkelanjutan untuk secara lancer, dan adaptif melaksanakan aktifitas-

aktifitas yang kompleks atau fungsi pekerjaan yang melibatkan ide-ide

(keterampilan kognitif) , hal-hal (keterampilan teknikal) dan hubungan

dengan orang lain.

2. Kepemimpinan menurut para ahli

a. Wahjosumidjo

Kepemimpinan adalah kemampuan yang ada apada diri seorang

leader yang berupa sifat-sifat tertentu; kepribadian kemampuan,

kesanggupan.
5

b. Sutarto

Kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa

kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam

situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan.

c. Stoner

Kepemimpinan adalah sebuah proses mengarahkan dan usaha dalam

mempengaruhi kegiatan yang berkaitan dengan anggota kelompok atau

organisasi.

3. Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberikan tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses belajar mengajar atau

tempat terjadi interaksi anatara guru yang memberi pelajaran dan murid yang

menerima pelajaran.

4. Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan

diangkat untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan. Kepala satuan

Pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk

memimpin suatu Pendidikan tersebut. Kepala Pendidikan harus mampu

melaksanakan peran dan tugasnya sebagai educator, manajer, administor,

supervisor, leader, innovator, motivator, figure dan mediator.

5. Profesionalisme ialah sifat-sfat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan

sesuatu dan lain-lain.) sebagaimana yang sewajarnya terdapatpada atau

dilakukan oleh seorang profesional.


6

Profesionalisme berasal dari profesi yang bermakna berhubungan dengan

profesi dan memerlukan kepandaian khusu untuk menjalankannya. Jadi,

profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran dari seseorang yang

profesional.

6. SMA N 1 Lamongan

Alamat : Jl. Veteran No, 41, Jetis, Kecamatan Lamongan. Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur 62211.

F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tsani Murtafiah yang berjudul “peranan

kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MIN Panjang

Ambarawa” pada tahun 2008. Persamaan hasil peneletian terdahulu dengan

yang sekarang adalah sama-sama membahas tentang kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru, yang membedakan penelitian ini adalah

menggunakan objek MIN Panjang Ambarawa. Dan penelitian saya lebih

focus pada keterampilan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Annam Amrullah yang berjudul

“Kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru

di MI Darul Hikmah Bantarsoka, Purwokerto Barat”. Pada tahun 2016,

persamaan hasil penelitian terdahulu dengan yang sekarang adalah sama-

sama membahas tentang kepala madrasah dalam meningkatkan


7

profesionalisme guru, yang membedakan penelitian ini adalah menggunakan

objek MI Darul Hikmah Bantarsoka, Purwokerto Barat. Dan pada penelitian

saya lebih focus pada profesionalisme tenaga pendidik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah berjudul “Upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan agama islam di

SLTPN 2 kragan rembang jawa tengah” pada tahun 2009. Persamaan hasil

penelitian terdahulu dengan yang sekarang adalah sama-sama membahas

tentnag kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, yang

membedakan penelitian ini adalah menggunakan objek di SLTPN 2 Kragan

rembang, jawa tengah. Dan penelitian saya lebih focus pada keterampilan

kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Maulida yang berjudul “peran kepala

sekolah sebagai manager dalam meningkatkan profesionalisme guru

Pendidikan agama islam (PAI) di SMP IT Nur Hidayah, Surakarta” pada

tahun 2016 persamaan hasil penelitian terdahulu dengan yang sekarang

adalah sama-sama membahas tentang kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalsime guru, yang membedakan peneltian ini adalah menggunakan

objek Pendidikan agama islam di IT Nur Hidayah, Surakarta. Dan penelitian

saya focus pada keterampilan kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidik.


8

Tabel 1.1 : perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penulis

NO Judul Penelitian Variabel Hasil Persamaan Perbedaan


Penelitian Penelitian
1 Peranan kepsek Peranan kepala Pengelolaa Sama-sama Perbedaan

dalam sekolah dalam n membahas ada pada

meningkatkan meningkatkan pembelajar tentang kepala latar

profesionalisme profesionalisme an yang sekolah penelitian

guru di MIN guru guru meningkatkan yang

Panjang Ambarawa. lakukan profesionalis digunakan

Skripsi dari Tsani dari me tenaga

Murtafiah tahun kegiatan pendidikan

2008 sebelum

mengajar

(mempersi

apkan

strategi

terlebih

dahulu).
2 Kepemimpinan Kepemimpinan Mengguna Sama-sama Perbedaan

kepala madrasah kepala kan gaya membahas ada pada

dalam madrasah partisipatif tentang kepala latar

meningkatkan dalam dan sekolah dalam penelitian

profesionalisme meningkatkan mengguna meningkatkan yang


9

guru di MI Darul profesionalisme kan profesionalis digunakan

Hikmah Bantarsoka guru pendekata me tenaga

Purwokerto Barat n pendidikan

partisipatif

, membuat

kebijakan

untuk

meningkat

kan

profesional

isme guru.
3 Upaya kepala Upaya kepala Uoaya Sama-sama Perbedaan

sekolah dalam sekolah dalam kepala membahas ada pada

meningkatkan meningkatkan sekolah tentang kepala latar

profesionalisme profesionalisme yang baik sekolah dalam penelitian

guru Pendidikan guru dan selalu meningkatkan yang

agama islam di memberi profesionalis digunakan

SLTPN 2 Kragan panutan me tenaga

Rembang, Jawa kepada pendidikan

Tengah guru

pendidikan

akan
10

meningkat

kan

profesional

isme guru

di sekolah.
4 Peran kepala Peran kepala Peran Sama-sama Perbedaan

sekolah dalam sekolah dalam kepala membahas ada pada

meningkatakan meningkatakan sekolah tentang kepala latar

profesionalisme profesionalisme sangat sekolah dalam penelitian

guru Pendidikan guru penting meningkatkan yang

Agama Islam (PAI) dalam profesionalis digunakan

menjadi me tenaga

manager pendidikan

yang

selalu

mengawasi

kegiatan

berlangsun

gnya

belajar

mengajar

di sekolah
11

dapat

meningkat

kan

profesional

isme guur

pendidik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin

dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya kearah

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya

perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi


12

yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran

dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan secara formal

kepada atasannya atau informal kepada masyarakat yang telah menitipkan

anak didiknya.

Kepala sekolah termasuk pemimpin formal dalam lembaga

pendidikan. Diartikan sebagai kepala sekolah, karena kepala sekolah adalah

pejabat tertinggi disekolah. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab

utama secara struktural dan administratif disekolah. Oleh karena itu ia

memiliki staf atau pejabat yang berada dibawah pimpinannya.2

Menurut Sudarwan Danim dalam buku Jamal Ma‟mur Asmani, kepala

sekolah adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala

sekolah.3

Daryanto, kepala sekolah adalah pemimpin pada suatu lembaga satuan

pendidikan. Kepala sekolah ialah pemimpin lembaga satuan pendidikan.

Kepala sekolah ialah pemimpin yang proses kehadirannya dapat dipilih

secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.

Sri Damayanti, kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu ‟kepala‟

dan ‟sekolah‟ dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu

organisasi atau lembaga, sedangkan ‟sekolah‟ diartikan sebagai sebuah

lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi, secara umum, kepala
2
Sulistiyorini, (2009), Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: Elkaf, cet. ke-1, hlm. 133.
3
Jamal Ma‟mur Asmani, (2012), Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesionali, Jogjakarta: Diva Press,
cet. Ke 1 - hlm 16.
13

sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga tempat

menerima dan memberi pelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

Profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu bentuk

komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan

mengembangkan kompetensi mereka, yang bertujuan agar kualitas

keprofesionalan mereka dalam menjalankan dan memimpin segala sumber

daya yang ada disuatu sekolah mau bekerja sama dalam mencapai tujuan

bersama. Kualitas dan produktifitas pemimpin harus mampu memperlihatkan

perbuatan professional yang bermutu.

2. Syarat Menjadi Kepala Sekolah

Sekolah adalah lembaga yang bersifat konpleks dan unik. Bersifat

konpleks dan unik karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat

berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan.

Sedangkan bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana

terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan

kehidupan manusia. Sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat

koordinasi yang tinggi. “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala

sekolah”. Oleh karena itu untuk memimpin sebuah sekolah diperlukan

seorang kepala sekolah yang profesional yang bededikasi tinggi dengan

jabatan yang sedang diemban.


14

Daryanto mengajukan syarat dalam buku Jamal Ma‟mur Asmani

mengemukakan :

1) Akseptabilitas

Hubungan riil dari komunitas yang dipimpinnya. Artinya,

keberadaanya diterima dan didukung secara bulat. Para guru dan karyawan

sebagai komunitas formal yang dipimpinnya mendukung. Mayarakat

pendidikan, termasuk komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua,

juga memberikan dukungan. Dalam teori organisasi, aksep tabilitas ini disebut

legitimasi (pengakuan) yakni kelayakan seorang pemimpin untuk diakui dan

diterima keberadaannya oleh mereka yang dipimpin.

2) Kapabilitas

Kapabilitas menyangkut aspek kompetensi (kemampuan) umtuk

menjalankan kepemimpinan kepala sekolah harus mampu mengelola sumber

daya dari orang-orang yang dipimpinnya agar tidak menimbulkan konflik.

Biasanya, konflik muncul karena adanya berbagai kepentingan dan gagasan

yang kurang terakomodasi dengan sermpurna. Apabila konflik ini dikelola

dengan baik dan penuh tanggung jawab, serta mengakomodasi hal-hal yang

secara realistis dapat dilaksanakan, maka akan melahirkan sebuah

kesepakatan dan pemahaman yang terasa elok.

3) Integritas
15

Komitmen moral dan prinsip berpegang teguh pada aturan main yang

telah disepakati sesuai peraturan dan norma yang semestinya berlaku.

Integritas juga menyangkut konsistensi dalam memegang teguh aturan main

atau norma-norma yang berlaku didalam dunia pendidikan.4

Menurut Sudarwan Danim dalam Wahyudi, ada lima kemampuan

dasar kepala sekolah:

a) Memahami visi organisasi dan memiliki visi kerja yang jelas

b) Mampu dan mau bekerja keras.

c) Tekun dan tabah dalam bekerja dengan bawahan, terutama tenaga

adiministrasi dan tenaga akademiknya.

d) Memberikan layanan optimal dengan tetap tampil rendah hati.

e) Memiliki disiplin kerja yang kuat.5

Berdasrkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

dalam ranah agamapun ditentukan bahwa pemimpin adalah sosok yang jujur,

akuntabel, Komunikatif, dan mempunyai kecerdasan. Aspek moral dan etika

dikedepankan, karena aspek inilah yang menjadi pondasi kepemimpinan.

Ketika seorang pemimpin sudah terkena cacat moral, maka kepercayaan

bawahannya akan merosot tajam dan kewajibannya turun drastis.

3. Tanggung Jawab dan Kewajiban Kepala Sekolah


4
Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesionali, hlm. 18-19.
5
Wahyudi, (2012), Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran, Bandung:
Alfabeta, cet. ke-1, hlm. 18-19.
16

Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab

dan berkewajiban terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai

tanggung jawab dan kewajiban penuh untuk menyelenggarakan seluruh

kegiatan 13 pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan

kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah.

Menurut Daily dalam Jamal Ma‟mur Asmani, Kepala sekolah

mempunyai tanggung jawab besar mengelolah sekolah dengan baik agar

menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat,

bangsa dan Negara. Di sinilah, kepala sekolah berposisi sebagai manajer,

kepala sekolah berperan langsung dilapangan dalam proses perencanaan,

pengorganisasian, pengawasan, evaluasi, dan usaha perbaikan terusmenerus.

Dan, sebagai pemimpin kepala sekolah harus memberikan keteladanan,

motivasi, spirit pantang menyerah, dan selalu menggerakkan inovasi sebagai

jantung organisasi.6

Dedy Mulyasana memerinci dalam buku Jamal Ma’mur Asmani

tentang kewajiban kepala sekolah sebagai berikut :

1) Menjabarkan visi kedalam misi target mutu.

2) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai.

3) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah.

4) Membuat rencana kerja dan strategis kerja tahunan.


6
Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm 21.
17

5) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah.

6) Melibatkan guru dan komite sekolah dalam pengambilan keputusan.

7) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua/wali

siswa dan masyarakat.

8) Menjaga dan meningkatkan motovasi kerja pendidik dan tenaga

kependidikan, dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas

prestasi serta sangsi atas pelanggaran dan ode etik.

9) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi siswa.

10) Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan

kurikulum.

11) Melaksanakan dan merumuskan program supervisi.

12) Meningkatkan mutu pendidikan.

13) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga.

14) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan.

15) Membangun, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah.

16) Menjamin manajemen organisasi, pengoprasian sumber daya sekolah.

17) Menjalin kerja sama dengan orang tua, msyarakat, dan komite sekolah.

18) Mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala

sekolah sesuai dengan bidangnya.

4. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah


18

Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader) harus mampu memberikan

petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan,

membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan fungsi dan tugas.

Mohib Asrori mengemukakan dalam buku Akhmad Sudrajat, bahwa

fungsi kepala sekolah ada 8 yaitu :

1) Educator, kepala sekolah berperan dalam pembentukan karakter. Dalam

hal ini, kepala sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan mengajar/membimbing siswa,

b) Kemampuan membimbing guru,

c) Kemampuan mengembangkan guru, dan

d) Kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan.

2) Manajer, kepala sekolah berperan dalam mengelola SDM secara efektif

dan efisien. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan menyusun program,

b) Kemampuan menyusun organisasi sekolah,

c) Kemampuan menggerakkan guru, dan

d) Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan

3) Administrator, kepala sekolah berperan dalam mengatur tata laksana

sistem sehingga bisa lebih afektif dan efisien. Dalam hal ini, kepala

sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan mengelola administrasi PBM/BK


19

b) Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan,

c) Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan,

d) Kemampuan mengelola admanistrasi keuangan, kemampuan mengelola

administrasi sarana prasarana,

e) Kemampuan mengelola administrasi persuratan.

4) Supervisor, kepala sekolah berperan mengembangkan profesionalitas guru

dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam hal ini, kepala sekolah harus

memiliki:

a) Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan,

b) Kemampuan melaksanakan program supervisi, dan

c) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi.

5) Leader, kepala sekolah berperan mempengaruhi orang-orang untuk

bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan bersama. Dalam hal ini

kepala sekola harus memiliki:

a) Memiliki kepribadian yang kuat,

b) Kemampuan memberikan layanan bersih, transparan, & professional,

c) Memahami kondisi warga sekolah.

6) Inovator, kepala sekolah adalah pribadi yang manis dan kreatif. Dalam hal

ini, kepala sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan melaksanakan reformasi (perubahan untuk lebih baik).

b) Kemampuan melaksanakan kebijakan terkini di bidang pendidikan.


20

7) Motivator, kepala sekolah harus mampu memberi dorongan, sehingga

seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara professional.

Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik)

b) Kemampuan mengatur suasana kerja/belajar, dan

c) Kemampuan memberi keputusan kepada sekolah.

8) Entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat adanya peluang dan

memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolahg. Dalam hal ini, kepala

sekolah harus memiliki:

a) Kemampuan menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah,

b) Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif.

B. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya

sebuah tim menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh

seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.

Menurut T. Raka Joni dalam Oemar Hamalik, Profesionalisme

merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai

pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau
21

sebagai hoby belaka. seorang profesional mempunyai kebermaknaan ahli

(expert) dengan pengetahuan yang dimilki dalam melayani pekerjaannya.

Tanggung jawab (responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun

sikap, dan memiliki rasa kesejawatan menjunjung tinggi etika profesi dalam

suatu organisasi yang dinamis. Seorang professional memberikan layanan

pekerjaan secara terstruktur.7

Menurut Arifin dalam Kunandar, kata profesi berasal dari bahasa

yunani “propbaino‟ yang berarti menyatakan secara public dan dalam bahasa

latin disebut “professio‟ yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan

publik yang dibuat oleh seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan

publik. Para politikus Romawi harus melakukan “professio‟ didepan public

yang dimaksudkan untuk menetapkan bahwa kandidat bersangkutan

memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk

menduduki jabatan publik.8

Menurut Muhibbin Syah dalam Anwar Jasin, secara tradisional

profesi mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial, dan otonomi

lebih besar yang diberikan masyarakat kepadanya. Hal ini terwujud dalam

kewenangan para anggota profesi dalam mengatur diri mereka, menentukan

standart mereka sendiri. Ketentuan-ketentuan dan standart ini dibukukan

7
Oemar Hamalik, 2006, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, cet. ke-4, hlm. 27
8
Kunandar, 2009, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, cet. ke-2, hlm. 45.
22

dalam suatu kode etik professional yang dibuat oleh asosiasi atau organisasi

profesi. Selain itu profesi berdasarkan kepada keahlian, kompetensi, dan

pengetahuan. Sehingga untuk menjadi profesional seseorang harus menjalani

pendidikan yang relativ lama. Disamping itu profesi ditandai juga oleh

adanya perijinan untuk melakukan suatu kegiatan professional yang biasa

diberikan oleh negara.9

Oxford Dictionary dalam anwar Jasin menjelaskan professional

adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran,

sedangkan yang lain tanpa pembayaran. Artinya Profesionalisme adalah

suatu suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah

dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang atau

profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki pengetahuan

dan keterampilan bekerja dalam bidangnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa,

Hakekat profesi memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan

perkembangan masyarakat. Setiap profesi mengklaim bahwa ia memiliki

ilmu dan kemampuan yang “mumpuni‟ yang sangat berperan bagi

perkembangan masyarakat. Kecakapan atau Keahlian seseorang professional

bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi. Tetapi

9
Anwar Jasin, 2005, Profesionalisme Guru Dalam Rangka Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Intermasa, cet. ke-5, hlm. 35.
23

perlu disadari harus memiliki wawasan yang mantap, memiliki wawasan

sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.

2. Konsep Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan

kualitas sualitras suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan

dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi

mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang

berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan

prestasi belajar serta mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan

menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Menurut Kellough dalam Yunus Abu Bakar, Profesionalisme guru

adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan

sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik.10

Menurut Moh Surya dalam Samana, eksistensi seorang guru adalah

sebagai pendidik profesional disekolah, dalam hal ini guru sebagai uswatun

hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan.11

C. Tenaga Pendidik

10
Yunus Abu Bakar dkk, 2009, Profesi Keguruan, Surabaya: AprintA, cet. ke-5, hlm. 1- 10.
11
Samana, 2006, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, cet. ke-4, hlm. 13.
24

Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong, belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

penyelenggaraan Pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi. Mengingat peran yang di embannya, pendidik berkewajiban

menciptakan suasana Pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dan dialogis. Ia mempunyai komitmen secara profesional untuk

meningkatkan mutu Pendidikan, memberi teladan profesi, dan kedudukan sesuai

dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.12

Pendidik mempunyai du aarti, yaitu arti yang luas dan arti yang sempit.

Dalam arti luas luas, seorang pendidik adalah semua orang yang berkewajiban

membina peserta didik. Dalam arti sempit, pendidik adalah orang yang dengan

sengaja dipersiapkan menjadi guru atau dosen. Guru dan dosen adalah jabatan

profesional, sebab mereka mendapatkan tunjangan profesional.

Sebagai seorang seorang profesional, pendidik memiliki ciri-ciri seperti

yang dikembangkan oleh ikatan sarjana Pendidikan Indonesia (1991) :

1. Memiliki fungsi dan signifikansi social.

2. Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu.


12
Menurut undang-undang RI nomor 20 tahun 2003.
25

3. Memproleh keahlian dan keterampilan melalu metode ilmiah

4. Memiliki disiplin ilmu

5. Memiliki latar Pendidikan perguruan tinggi

6. Memiliki etika profesi yang dikontrol organisasi profesi

7. Bebas memutuskan sendiri dalam memcahkan masalah yang berkaitan dengan

pekerjaannya

8. Mempunyai nilai sosial di masyarakat

9. Berhak mendapatkan imbalan yang layak.

Untuk memperkuat keporfesionalitasannya, seorang pendidik (Pidarta,1997)

perlu: (1) memiliki sikap suka belajar (2) mengetahui cara belajar (3) memiliki

rasa percaya diri (4) mencintai prestasi tinggi (5) memiliki etos kerja produktif

dan kreatif, serta (6) puas terhadap kesuksesan yang dicapai dan berusaha

meningkatkannya.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang

ada kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap

pekerjaan, dan kompetensi profesionalisme guru adalah sebagai berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh R.M. Imam I. Tunggara, diperoleh hasil

bahwa: perhatian guru dalam kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah
26

umumnya sama, hanya yang menjadi perhatian guru adalah kegiatan kepala

sekolah. Berpengaruh terhadap situasi guru disekolah.13

b. Penelitian yang dilakukan oleh Rosilawati, diperoleh hasil bahwa: dalam

upaya mewujudkan sekolah efektif, disamping kreativitas pendidikan dari

guru, murid, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan,

ternyata berbagai keterampilan yang dimiliki kepala sekolah menpuyai

peranan yang sangat penting, baik dalam memberdayakan sumber daya yang

ada maupun mencari sumber yang belum tersedia.14

c. E.Mulyana, memberikan kesimpulan mengenai pengaruh gaya kepemimpinan

yang diambil dari hasil penelitian Sutermeistera antara lain: iklim

kepemimpinan, tipe kepemimpinan, dan pemimpin. Lebih lanjut dikemukakan

enam faktor yang turut menentukan tingkat

13
R.m. Imam, I. Tunggara. 2001. “Peranan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah‟ Kasus pada SLTP Swasta Kota Bandung),
„‟ Skripsi, Bandung: Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pasca sarjana universitas”.
14
Rosilawati. 2001. „Pemberdayaan Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru‟ (Studi Evaluatif pada SDN di Lingkungan Cabang Dinas P & K Kecamatan
Sukasari Kota Bandung), ‟ Skripsi, Bandung: Program Studi Administrasi Pendidikan (S2), Program
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia”, hlm. 158.
27

produktifitas, yaitu: pendidikan, tekhnologi, tata nilai, iklim kerja, derajat

kesehatan, dan tingkat upah minimal.

Kesimpulannya adalah: bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh

terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja maupun

keprofesionalismean guru dalam mencapai tujuan.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berpendidikan kualitatif. Penelitian adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya tentang perilaku pressepsi, tindakan, dll.

Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dalam

Bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dnegan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah.

Focus penelitian yang ada pada penelitian skripsi yaitu difokuskan

pada suatu keadaan atau fenomena yang ada tentang keterampilan

kepemimpinan kepala sekolah yang ditekankan kepada meningkatkan suatu

profesionalismen- nya tenaga pendidik agar memberikan suatu pengajaran

yang lebih baik lagi.

Dan dari sini penulis juga bermaksud untuk mengetahui keterampilan

apa yang dipakai oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga Pendidikan.


29

Penelitian kualitatif adalah penelitian ilmu-ilmu yang mengumpulkan

dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-

perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau

mengkualifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian

tidak menganalisis angka-angka.

Pendekatan ini merupakan suatu proses penelitian yang mengambil

data-data secara deskriptif untuk menggambarkan isi data yang ada dalam ini

adalah komite sekolah dalam peningkatan Lembaga Pendidikan. Penelitian ini

menangkap fakta berdasarkan data yang diperoleh dari kepala sekolah dan

guru sebagai subjek penelitian dengan didukung informasi dari kepala sekolah

dan wakil kepala sekolah.

B. Deskripsi Latar Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi penelitian dilakukan di SMA N 1

Lamongan, Jl. Veteran No. 41, Jetis, Kecamatan Lamongan, Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur, 62211. Sedangkan situs penelitian berada di kantor

kepala sekolah SMA N 1 Lamongan pemilihan latar penelitian sekolah SMA

N 1 yang menjadi pusat penelitian penulis yang relevan baik dan hamper

sepenuhnya berjalan dengan baik.

C. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Karena hanya manusia sebagai


30

instrument manusia pulalah yang dapat menilai apakah hal seperti ini pantas

atau tidak. Atau hanya jadi faktor pengganggu saja dan pasti dapat

menyadarinya serta dapat mengatasinya.

D. Data dan Sumber Data

1. Sumber data primer yaitu sumber pokok yang diterima langsung dalam

penelitian yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru

2. Sumber data sekunder, sumber ini berasal dari program tajunan kepsek,

buku profil sekolah, data guru, data siswa, buku kurikulum sekolah,

kalender Pendidikan., program kerja tenaga Pendidikan sekolah, hasil

kerja tenaga pendidik, buku pembagian kerja, buku agenda kepsek, data

sarana dan pra sarana, struktur organisasi sekolah, struktur organisasi

tenaga pendidik.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahap ini penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa

dipertanggung jawabkan. Maka data diperoleh melalui :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang maksud. Wawancara ini

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang diberi

atas pertanyaan itu.


31

Jenis wawancara yang di gunakan peneliti adalah wawancara tak

terstruktur atau bisa disebut seperti pertanyaan tanya jawab seperti

percakapan sehari hari.

Subjek yang diwawancara adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah

dan tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan.

2. Observasi Langsung

Adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara

cermat dan sistematik. Observasi harus dilakukan secara teliti dan

sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa diandalkan. Dan peneliti

harus mempunyai latar belakang atau penheteahuan yang luas tentang

objek penelitian mempunyai dasar teori dan sikap objektif.

Pengamatan dilakukan dengan mengujungi kantor sekolah SMA N 1

Lamongan dan markas secara langsung keterampilan kepsek di SMA N 1

Lamongan.

3. Realisasi Dokumen

Dokumen yaitu proses melihat sumber-sumber data dari dokumen yang

ada dapat digunakan untuk mempunyai data-data yang telah di temukan.

Adapun dokumen diperoleh dari lapangan berupa buku, arsip, dokumen

resmi yang berhubungan dengan focus penelitian.

F. Teknik Analisis Data


32

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kulitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian

angka serta tidak dapat di susun dalam kategori-kategori struktur klarifikasi.

Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,

wawancara, intisari dokumen, data rekaman) biasanya diproses terlebih sebelum

siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan , alat tulis).

Menurut miles dan husberman, kegiatan anisis terdiri dari tiga alat

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan.

2. Pengajian data sebagai sekumpulan informan tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data berbentuk teks naratif diubah menjadi

berbagai bentuk jenis matriks, grafiks, jaringan dan bagan. Semua dirancang

untuk menghubungkan informasi.

3. Menarik kesimpulan ,setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian

analisis data, maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau

verifikasi data. Kesimpulan final akan diadakan seiring bertambahnya data

sehingga kesimpulan menjadi suatu konfigurasi yang utuh.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


33

Untuk memperoleh tingkat keabsahan data Teknik yang digunakan antara

lain :

1) Kredibilitas

Adalah peneliti melakukan pengamatan sedemikian rupa dengan hal-

hal yang berkaitan dengan upaya kepala sekoah dalam meningkatkan

profesionalisme tenaga pendidik di SMA N 1 Lamongan, sehingga tingkat

kepercayaan penemuan dapat dicapai. Hasil penelitian dengan penemuan

dengan melakukan pembuktian pada kenyataan yang sedang diteliti.

2) Keteralihan

Generalisasi penelitian kualitatif tidak mempersyaratkan asumsi-

asumsi seperti rata-rata populasi dan rata-rata sampai atau asumsi kurva

norma. Cara yang ditempuh untuk menjamin keteralihan ini adalah dengan

melakukan uraian rinci dari data teori, atau dari kasus ke kasus lain. Sehingga

pembaca dapat menerapkannya dalam konteks yang hampir sama.

3) Ketergantungan

Dalam penelitian ini ketergantungan di bangun dari pengumpulan data

dan analisis data lapangan serta saat penyajian data laporan penelitian. Dalam

pengembangan desain keabsahan data di bangun dari pemilihan kasus dan

focus, melakukan orientasi lapangan dan pengembangan konseptual.

4) Keteralihan

Ketegasan akan lebih mudah diperoleh apabila dilengkapi dengan

catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian, karena penelitian


34

melakukan penelusuran audit, yaitu dengan mengklarifikasi data-data yang

sudah diperoleh kemudian mempelajari lalu peneliti menuliskan laporan hasil

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai