Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MATERNITAS II

“ ASUHAN KEPERAWATAN ”

Dosen Pengampu : Liliek Pratiwi, S.Kep., M.KM

Disusun Oleh:

Oka Wanti (160711051)

KELAS : 4C

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018/2019

Kasus maternitas
Soal kasus diabetes kehamilan
Nyonya M adalah penderita diabetes tergantung insulin berusia 30 tahun dengan usia gestasi
4 Minggu. Kunjungan ini merupakan kunjungan yang pertama nyonya M sedang mengalami
kehamilan kedua. Kehamilan pertamanya mengalami aborsi spontan pada usia 6 minggu.
Karena takut kehamilan ini akan berakhir dengan keguguran, ia cemas untuk memulai
perawatan prenatal dan mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari semua hal yang ia
dapat pelajari tentang diabetes dan kehamilan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan bayinya
yang belum lahir.
Didiagnosis pada usia 17 tahun, nyonya M telah menjalani program injeksi insulin setiap
hari. Nyonya M juga selalu memantau kadar glukosa darah nya. Karena nausea, ia mengalami
kesulitan untuk mempertahankan asupan dalam jumlah tersebut sejak hamil. Apa diagnosis
yang muncul berikan intervensi nya.
Jawab :
 DS :
- Pasien mengatakan cemas
- Pasien mengatakan nausea
- Pasien kesulitan mempertahankan asupan dalam jumlah tersebut sejak hamil.
DO :
-Pasien menderita diabetes tergantung insulin
- usia gestasi 4 Minggu

 Diagnosa
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d kehamilan/ d/d menderita
diabetes

Intervensi : Diabetes pada kehamilan

 Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.


 Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.
 Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan
pada penatalaksanaan diabetik.
 Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai
insulin.
 . Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan individu.
 Observasi kadar Glukosa darah
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
d/d kesulitan mempertahankan makan sejak hamil

Intervensi : Manajemen nutrisi


 Tentukan status gizi pasien dan kemampun (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi.
 Tentukan apa yang menjadi makanan prefensi bagi pasien
 Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu:membahas pedoman diet dan
piramida makanan)
 Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
 Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan (makanan)
yang lebih sehat. Jika dperlukan.
 Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein tinggi dan menambah
vitamin,mineral dan sulemen)
 Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya bersih,
berventilasi, santai dan bebas dari bau yang menyengat)

3. Mual b/d kehamilan d/d nausea

Intervensi : Manajemen Mual


 Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual sendiri.
 Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, frekuensi durasi, tingkat keparahan, dan
factor-faktor pencetus, dengan menggunakan alat (pengkajian) seperti Self care-
Journal, Visual Analog Scales, dan Rhodes index of Nausea and Vomiting (INV)
From 2
 Kendalikan factor-faktor lingkungan yang mungkin membangkitkan mual (misalnya
bau yang tidak menyenangkan, suara, stimulasi visual yang tidak menyenangkan)
 Dorong pasien untuk tidak mentolerir mual tapi bersikap asertif dengan penyedia
layanan kesehatan dalam memperoleh bantuan farmakologi dan non farmakologi.
 Ajari penggunaan teknik non farmakologi (misalnya, biofeedback, hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, akupresur) untuk mengatasi
mual.
 Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup untuk memfasilitasi pengurangan mual.
 Dorong pola makan dengan porsi yang sedikit yang menarik bagi pasien yang mual
 Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi dan kalori
 Monitor efek dari manajemen mual secara keseluruhan.
4. Hambatan rasa nyaman b/d gelisah d/d cemas

Intervensi : pengurangan kecemasan


 Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
 Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
 Instruksikan klien untuk teknik relaksasi
 Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan.

5. Kesiapan peningkatan proses kehamilan-melahirkan b/d mengungkapkan


keinginan untuk meningkatkan gaya hidup prenatal d/d memulai perawatan
prenatal

Intervensi : kesiapan meningkatkan pengetahuan


 Pendidikan kesehatan
 Panduan sistem pelayanan kesehatan
 Peningkatan kesiapan sistem pembelajaran
 Pengembangan program

Soal Kasus Askep Hiperemesis Gravidarum


Wanita x, berusia 27 tahun yang sudah menikah dan baru pertama hamil enam
minggu dan baru saja masuk ke unit antepartum dengan diagnosis hiperemesis gravidarum.
Dari hasil wawancara, muntah-muntah selama 3 hari, tidak mau makan dan minum. Ia
mengatakan sangat menderita. khawatir tentang kondisi bayinya, apakah akan meninggal atau
tidak. Kedua matanya cekung, turgor kulit buruk, membran mukosa kering. BB menurun3 kg
sejak kunjungan pre natalnya 2 minggu yg lalu. Nadi 99 kali/menit, TD 100/60 mmHg.
Apakah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini lalu berikan intervesinya.
Jawab :
 DS :
- Pasien mengatakan muntah-muntah selama 3 hari
- Pasien mengatakan tidak mau makan dan minum
- Pasien mengatakan sangat menderita. khawatir tentang kondisi bayinya, apakah akan
meninggal atau tidak
DO :
- Pasien hamil enam minggu
-Pasien diagnosis hiperemesis gravidarum
- Kedua matanya cekung,
- Turgor kulit buruk, membran mukosa kering.
- BB menurun3 kg
- Nadi 99 kali/menit, TD 100/60 mmHg.
 Diagnosa
1. Mual b/d kehamilan d/d hiperemisis gravidarum dan muntah-muntah

Intervensi : Manajemen muntah

 Kaji emesis terkait dengan warna, konsistensi, akan adanya darah, waktu dan
sejauh mana kekuatan emestis
 Pertimbangkan frekuensi dan durasi muntah dengan menggunakan skala seperti
Duke Desriptive Scales dan Rhodes Index of Nausea and Vomitting (INV)
formulir 2
 Mulai pemberian cairan yang bersih dan bebas karbonasi
 Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada muntah yang terjadi
selama 30 menit
 Kendalikan factor-faktor lingkungan yang mungkin membangkitkan muntah
(misalnya bau yang tidak menyenangkan, suara, stimulasi visual yang tidak
menyenangkan)
 Dorong pasien untuk tidak mentolerir muntah tapi bersikap asertif dengan
penyedia layanan kesehatan dalam memperoleh bantuan farmakologi dan non
farmakologi.
 Ajari penggunaan teknik non farmakologi (misalnya, biofeedback, hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, akupresur) untuk
mengatasi muntah
 Monitor efek manajemeen muntah secara menyeluruh
2. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d enggan makan
d/d BB menurun
Intervensi : Manajemen gangguan makan
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
 Ajarkan dan dukung kosep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang terdekat
klien dengan tepat)
 Monitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital, elektrolit) jika diperlukan
 Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat dorong klien untuk
memonitor sendiri asupan makanan harian dan menimbang berat badan secara
tepat
 Dorong klien untuk memonitor sendiri asupan asupan makanan harian dan
menimbang berat badan secara tepat
 Bangun harapan terkait dengan perilaku makan yang baik intake/asupan
makanan/cairan dan jumlah aktivitas fisik
3. Defisiensi volume cairan b/d asupan cairan kurang d/d kedua mata cekung,
tugor kulit buruk, membran mukosa kering

Intervensi :
 Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor
 Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.
 Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
cairan optimal. Misal : jadwal masukan cairan.
 Berikan / awasi pemberian cairan IV
 Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikas
 Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.

4. Hambatan rasa nyaman b/d gejala distress d/d merasa sangat menderita dan
khawatir tentang kondisi bayinya, apakah akan meninggal atau tidak
Intervensi :
 Kaji penyebab distress pasien agar ter observasi secara detail
 Kolaborasi dengan perawat jiwa agar distress terpantau dan tidak menjadi
distress yang berlebihan
 Berikan promosi kesehatan untuk persiapan melahirkan
 Lakukan monitoring olah perasaan setiap waktu agar perasaan menjadi stabil
 Berikan rasa kenyamanan agar pasien tersebut percaya diri menghadapi
persalinan

Anda mungkin juga menyukai