Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelasaikan tugas akhir metode penelitian ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis
curahkan kepada Rasul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran
yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Wudhu Terhadap Saat Menghadapi Ujian Kecemasan
Pada Mahasiswi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh tugas akhir Metodelogi Keperawatan
Jakarta dan sebagai wadah latihan bagi penulis untuk belajar berfikir kritis dan
metodologis.
Pada ahirnya, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
mengarahkan, dan mendukung penyusunan skripsi ini . Rangkaian terima kasih ini penulis
sampaikan.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................................
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1 Landasan Teori....................................................................................................
2.2 Kerangka Teori...................................................................................................
2.3 Kerangka Konsep.................................................................................................
2.4 Hipotesis...............................................................................................................
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN..................................................................................
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................
3.2 Populasi sample sampling ....................................................................................
3.3 Waku dan tempat penelitian..................................................................................
3.4 Identifikasi Variabel...............................................................................................
3.5 Definisi Operasional...............................................................................................
3.6 Instrumen Penelitian...............................................................................................
3.7 Uji Validitas............................................................................................................
3.8 Cara Pengumpulan data..........................................................................................
3.9 Pengelolahan dan Analisa data...............................................................................
3.10 Etika Penelitian .....................................................................................................
BAB 4
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
i
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
konsentrasi
bagian dari tiap pribadi manusia terutama jika individu dihadapkan pada
situasi yang tidak jelas dan tidak menentu, sehingga kecemasan juga dapat
(Satiadarma, 2001, dalam Zulkarnain, 2009). Banyak pekerjaan, tantangan dan tuntutan
yang harus dijalankan oleh mahasiswa disetiap harinya. Tantangan dan tuntutan tersebut
i
antara lain pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang
merupakan salah satu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilakukan secara rutin.
Tantangan tersebut dapat menimbulkan stressor pada mahasiswa (Zulkarnain dan Ferry,
2009). Stressor yang didapatkan siswa menyebabkan kecemasan yang kemudian akan
(Moscaritolo, 2009).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seting klinik merupakan salah satu sumber
umum dari buruknya penampilan akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian
Dalam sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami
siswa menimbulkan adanya penurunan motivasi belajar dan menjadikan siswa hanya
berorientasi pada nilai ujian, bukan pada kemampuan belajar mereka (Mellincavage,
2008). Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih
rendah dari pada skor siswa yang kurang cemas (Djiwandono, 2002 dalam Vavianti,
2011). Hal ini sejalan dengan penelitian tentang kecemasan dan keberhasilan belajar
dilakukan Julie Floyd (2010) berjudul “Depression, anxiety and stress among nursing
student and relationship to GPA”. Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa siswa
yang memiliki indeks prestasi rendah cenderung mengalami kecemasan lebih berat.
mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55% pada kecemasan ringan, 38% kecemasan
sedang dan 8% pada kecemasan berat . pada subjek yang mengalami kecemasan baik
ringan atau sedang, diketahui subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
mengalami kecemasan dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Hal
tersebut terjadi karena perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka
juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor
emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif (Gunadi, 2004, dalam Zulkarnain dan
i
Novliadi, 2009).
Hidroterapi adalah sebuah teknik yang menggunakan air sebagai media untuk
bahwa Hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu merangsang
pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin. Dengan
demikian, seseorang yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak
ada beban (Pranata dan Yuwanto, 2014). Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-
butiran air yang dapat meredam rasa sakit, menetralkan racun serta membantu menyerap
dan memanfaatkan oksigen. (Gisymar, 2010 dalam Pranata dan Yuwanto, 2014).
Sementara itu adanya ion negative tersebutdalam aliran darah akan mempercepat
pengiriman oksigen ke dalam sel dan jaringan sehingga dapat menurunkan respiration
rate dan suhu perifer yang merupakan gejala dari gangguan cemas (Prato dan Yucha,
2013).
Wudhu termasuk psikoterapi islami dengan menggunakan media air (Muslimah, 2014).
Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah mengetahui khasiat air walaupun belum
didukung penelitian. Dalam sejarahnya, air juga pernah digunakan oleh Rasulullah saw
untuk pengobatan. Saat itu Rasulullah saw berdo`a dan memercikan ke tubuh orang yang
sakit (Bentanie, 2010). Tehnik psiko terapi Islam menggunakan media air (hidroterapi)
ini sangatlah mudah yaitu seseorang harus mengalirkan air suci ke bagian tubuh
tertentu dan mengenai rambut dan kulit (Muslimah, 2014). Kata wudhu' berasial dari
kata wadha' yang artinya kebersihan, dan dalam terminologie hukum Islam, hal ini berarti
2010). Berwudhu merupakan hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Allah
berfirman dalam surat Al-Maidah: 6 sebagai berikut yang artinya: “Hai Orang-orang
beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki” (QS. Al-
Maidah:6). Rasululah barkata melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa
i
Rasulullah bersabda: “Maukah saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah
menuju masjid, serta menunggu shalat demi shalat. Nah itulah dia perjuangan.
Perjuangan sekali lagi perjuangan!” (H.R. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i).
Wudhu juga sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah berarti mendekat
kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Mahasa
Suci). Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai,
berkah dan bahagia. Tidak akan ada masalah apapapun yang membuat diri ini risau dan
kesehatannya juga terpelihara. Bagian-bagian tubuh yang dibasuh saat wudhu merupakan
titik penting untuk peremajaan tubuh. Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air.
Air bersifat membersihkan, menyejukkan dan syifa` (terapis). Air dalam kaitannya
dengan kesehatan sangat banyak sekali manfaatnya baik sebagai media pengobatan
(Hasanudin, 2007). Dengan berwudhu, psikis kita yang semula bergejolak dan tidak stabil
akan menjadi tentram kembali sehingga dapat berpikir tenang dan jernih. (Bantanie, 2010
merangsang dan mengekfektifkan system kerja saraf. Rangsangan tadi akan mempunyai
dampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak. Hal inilah yang membuat
sesorang ketika sehabis berwudhu tubuh akan merasa segar dan dapat mengurangi
ketegangan jiwa, stress, rasa khawatir, marah dan penyakit kejiwaan lain. Kenyataan
inilah yang kemudian membenarkan hadits Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya
untuk segera berwudhu ketika depresi (Gisymar, 2010 dalam Muslimah, 2014).
Sebagai dasar untuk menyusun konsep dan desain penelitian ini, Peneliti juga
melakukan studi pendahuluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam menyusun tinjauan
i
pustaka, kerangka, dan metode suatu penelitian (Gau, 2007). Dalam hal ini, peneliti
melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui mata kuliah yang
dianggap paling mencemaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain. Untuk Mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah berada disemester empat maka yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah
kecemasan saat menghadapi ujian praktikum. Untuk mata kuliah dapat menimbulkan
kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain adalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Serta berlandaskan pada teori kecemasan bahwa kecemasan harus
mengatasi kecemasan pada mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum pada mata
kegagalan saat ujian praktikum.Berdasarkan pemaparan teori, nass (ayat al-Quran) serta
hasil berbagai penelitian terkait wudhu (terapi relaksasi dengan hidroterapi) dapat
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wudhu
sebagai terapi terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah
Cirebon menjelang ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada
Tahun 2019.
1.4.1 Pendidikan
1.4.2 Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan oleh peneliti
lain mengenai terapi wudhu sebagai penanganan kecemasan pada mahasiswi saat
1.4.3 Keperawatan
i
Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
masalah keperawatan yaitu cemas dengan terapi non farmakologi salah satunya
wudhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
i
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Pada dasarnya, cemas tidak dapat dibedakan dari takut karena
individu yang merasa takut atau cemas mengalami pola respons perilaku, fisiologis, dan
emosional dalam rentang yang sama. Perbedaan nyata antara keduanya ialah bahwa rasa takut
timbul sebagai respon terhadap objek yang dapat diidentifikasi dan spesifik (videbeck, 2008).
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat, lama, dan kemampuan koping individu terhadap kecemasan tersebut
(Videbeck, 2008). Dari beberapa penjelasan tentang definisi kecemasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak menyenangkan yang berlebihan
terhadap sesuatu hal yang tidak jelas dan meningkatkan kewaspadaan dengan menunjukkan
berbagai rentang respon baik yang adaptif maupun maladaptif. Cemas sering disertai
dengan gejala fisiologis pada seseorang meliputi tiga hal, yaitu perubahan fisik, mental,
dan perilaku
a) Teori Genetik
resiko dua kali lipat dari pria. Kromosom 13 dikatakan terlibat dalam
b) Teori Neurokimia
GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu
B. Teori Psikodinamik
a) Psikoanalitis
tertentu.
b) Teori Perilaku
Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang dipelajari
c) Teori Interpersonal
lain .
Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat, dan panik.
Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang tergantung pada tingkat
stres dan durasi stres tersebut (Videbeck, 2008). Empat level tingkat kecemasan
antara lain adalah: kecemasan ringan, kecemasan ringan, kecemasan berat, dan
i
kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama hidup.
melihat, mendengar.
dan merasakan. Lecel kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan
Pada level ini seseorang hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan
membuat perencanaan tetapi dia masih dapat melakukan hal lain jika
Seseorang akan menjadi fokus pada sumber kecemasan yang dia rasakan dan
tidak berpikir lagi tentang hal ini lain. Semua perilaku muncul kemudian
ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidu (insomnia),
sering kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar secara efektif berfokus
d) Panik
i
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar biasa karena
mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang
muncul pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
Gambar 2.1 : Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart & Sundeen (2006)
Laria, 2005)
a. Usia dan tingkat perkembangan
i
b. Jenis kelamin
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Wanita
mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak dibanding pria sehingga
c. Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik
sehingga kecemasan lebih baik sehingga tingkat kecemasan lebih rendah
dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung dalam hal ini adalah satu kesatuan antara individu, keluar,
lingkungan dan masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh ada individu
dalam melakuakn sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi
mekanisme koping
individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang
berbeda.
Ada banyak instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji dan mendiagnosa
kecemasan. Dalam pengkajian klinis, area yang perlu dikaji meliputi keluhan utama,
riwayat gejala saat ini, riwayat psikiatri dan riwayat kesehatan, riwayat
perkembangan sosial, dan pengkajian status mental (Tusaie dan Joyce, 2013).
i
b) Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). HAR-S terdiri atas 14 item
skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14-20, gejala sedang dengan
nilai skor 21-27, gejala berat nilai skro 24-42, gejala berat sekali/panic
2.2 Wudhu
2.2.1 Definisi
Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti bersih, cerah, dan indah.
Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian
tubuh yang menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil
sebagai syarat untuk melaksanakan shalat. Syari`at wudhu diwajibkan setelah Rasulullah saw,
i
melakukan Isra Mi`raj pada 27 Rajab tahun 11 kenabian. Dasar kewajiban berwudhu sebelum
melakukan shalat diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Hai Orang-orang
beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah menyukai orang-
orang yang menyucikan diri. Mendekat kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha
pemilik nama Al-Quddus (Maha Suci). Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika
kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak
aka nada masalah apapun yang membuat diri ini risau dan cemas. Karena merasa yakin Allah SWT
senantiasa bersama kita. Olehkarena itu penting sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah
(Bantanie, 2010).
mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat diperoleh:
Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga air yang digunakanpun tidak
boleh sembarangan air. Air yang boleh digunakan untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk
kategori air suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua macam, yaitu
air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi. Namun secara lebuh luas ada tujuh macam air
yang sah untuk bersuci yaitu: air hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber (mata air), air
Rukun/Fardhu adalah sesuatu yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya dan
berdoasa bagi orang yang meninggalkannya. Dalam berwudhu, apabila rukunnya ditinggalkan maka
wudhunya tidak sah atau batal (Hasanudin, 2007). Menurut (Bantanie, 2010) dalam bukunya
i
yang berjudul “Dahsyatnya Terapi Wudhu” menyatakan Rukun wudhu ada enam yaitu sebagai
berikut:
Dalam ilmu fiqih, niat didefinisikan, “Qashu syai muqtarinan bi fi`lihi.” Menyengaja melakukan
suatu pekerjaan bersamaan dengan pekerjaan tersebut. Karena itu, seseorang yang akan
menunaikan wudhu, kemudian berjalan menuju tempat wudhu, hal ini belum dinamakan niat, tetap
baru azam. Karena niat dalam wudhu harus dilakukan bersamaan dengan membasuh wajah yang
pertama. Niat ini;ah yang membedakan aktivitas biasa dengan aktivitas ibadah. Lafaz niat
berwudhu, “Nawaiytu al-wudhu`a lirof`ial-adasi al-asghori fardhon lillahi ta`ala.” Artinya, “Aku
niat brwudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah swt.”
mengenakan air ke seluruh anggota wudhu. Dan wajah merupakan salah satu anggota
wudhu yang wajib dibasuh keseluruhannya. Adapun yang dimaksud dengan wajah
adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai keujung dagu dan diantara
kedua telinga. Jika perlu lakukan pijatan ringan di sekitar kulit wajah agar mendapatkan
D.Mengusap Kepala
Mengusap kepala sekaligus dengan telinga dalam wudhu didsarkan hadits yang diriwayatkan
Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah SAW bersabda “Telinga termasuk dari kepala”.
Ulama mewajibkan membasuh kaki beserta mata kakinya dalam wudhu, tidak cukup hanya dengan
i
menyapu saja.
F.Tertib
Rukun wudhu yang terakhir dalah tertib. Artinya, mengerjakan wudhu sesuai dengan urut-urutannya.
Sebuah Hadis menerangkan, “Rasulullah saw, melihat seseorang sedang shalat, sementara di bagian
atas kakinya terdapat bagian yang belum terbasuh air wudhu sebesar dirham. Maka, Rasulullah saw,
memerintahkan orang itu untuk mengulangi wudhu dan shalatnya.
2.2.4 Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam
1.Membaca Bismillahirrahmanirrahim
4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah membasuhnya.
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka
8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya
9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga Kali dan selah-selah jari
kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari- kalah, wa
asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.
i
minimal setiap akan menjalankan ibadah shalat. Air wudhu kita menjadi pembersih
sesuai dengan ilmu kesehatan. Allah Swt. Berfirman dalam Surah At Taubah ayat 108
(artinya) “…Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin bersihkan diri. Allah
menyukai orang-orang yang bersih”. Air wudhu yang meresap masuk ke dalam tubuh
kita akan mempengaruhi dan memperbaiki air-air tubuh (termasuk air dalam otak) ) kita
yang sempat menjadi keruh karena aktivitas kita sehari-hari (Kardjono, 2009). Hal ini
pula akan memberikan efek sejuk secara langsung pada kepala kita yang akan terus
mengalirkan rasa sejuk sampai pada pikiran kita, sehingga pikiran bisa menjadi tenang.
Dengan pikiran tenang, kita lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikiran kita. Air
wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan jari-jari kaki memiliki
Akupuntur, pada anggota tubuh yang terkena basuhan wudhu terdapat ratusan titik
usapan, atau pijatan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan
melalui jaringan menuju sel, organ, dan system organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi
karena adanya system saraf dan hormon bekerja untuk menciptakan homeostasis
(keseimbangan) dalam tubuh (Bantanie, 2010). Dengan berwudhu, psikis kita yang
semula bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga dapat
i
2.3 Penelitian Terkait
relatif baru digunakan untuk membantu siswa dalam berlatih berbagai penilaian dan keterampilan
klinis keperawatan.. Metode ini pertama kali diterapkan sebagai kurikulum pada tahun 1960-an
(Gosselin, 2013). Simulasi didefinisikan sebagai upaya untuk meniru beberapa atau hampir semua
aspek penting dari situasi klinis sehingga situasi tersebut dapat lebih mudah dipahami dan dikelola
ketika itu terjadi secara nyata dalam praktek klinis (Cato, 2013). Literatur pendidikan keperawatan
melaporkan bahwa simulasi (praktikum) umum digunakan dalam instrumen klinik. Penggunaan
simulasi dalam pendidikan keperawatan terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan kognitif
dan berfikir kritis siswa. Kegiatan praktikum telah dimasukkan kedalam pendidikan keperawatan
karena memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses kritis dalam pengambilan keputusan klinis
yang dibutuhkan saat praktek (Cato, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
praktikum membantu dalam transformasi pengetahun dari kelas ke bed-side dan terus mengarah
pada pengembangan penilaian klinis (Horsley, 2012). Liga Perawat Nasional (National League of
siswa dalam berpikir kritis dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi lingkungan
menggunakan simulasi laboratotium, dan 87% siswa yang terlibat dalam aktif dalam
bagi siswa keperawatan. Beberapa siswa melaporkan adanya gejala kecemasan saat
kecemasan berat saat melakukan simulasi pada semua mata kuliah (Cato, 2013).
i
kecemasan dan stres ketika mereka ditonton oleh pengajar selama melakukan
30% siswa keperawatan mengalami kecemasan terutama saat ujian, pemeriksaan, dan
presentasi.
Hasil penelitian Dwi ayu widiaini (2020) yang dilakukan pada 50 mahasiswa
ringan, 38% kecemasan sedang dan 8% pada kecemasan berat. Para peneliti
siswa (Horsley, 2012). Meskipun sindrom kecemasan saat simulasi atau praktikum tidak
nyata benar- benar ada, namun gejala dan hasil negatif memang ada dan harus diatasi.
keberhasilan pratikum.
dapat mempengaruhi hasil pembelajaran dan kemampuan klinis siswa (Cook, 2005). Stress
yang dialami siswa tidak selamanya menjadi pengalaman negatif dalam lingkungan belajar.
Jadi stres yang menyebabkan kecemasan dapat berpengaruh positif dan negatif (Cato, 2013).
Stres pada siswa dapat menyebabkan kecemasan yang kemudian dapat menggganggu
akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping. Stres dan kecemasan tingkat tinggi
dapat menghambat memori dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang pada gilirannya
daat mempengaruhi kinerja akademik dan belajar siswa (Beddoe dan Murphy, 2004 dalam
Moscaritolo, 2009).Afolayan et al. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kecemasan
merupakan penyebab umum dari buruknya penampilan akademik siswa keperawatan saat
melakukan ujian. Kecemasan yang dialami mempengaruhi siswa secara fisiologis dan psikologis.
Beberapa siswa tidak dapat melakukan tindakan secara lengkap saat mereka dalam keadaan
cemas. Evaluasi terhadap kecemasan yang dialami siswa perlu dilakukan. Dalam sebuah studi
menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami siswa berdampak pada penurunan motivasi belajar
i
siswa dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian bukan pada kemampuan belajar
mereka).
bagi pihak institusi untuk melakukan penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa
melalui dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif. Bahkan lebih baik lagi
jika pihak institusi keperawatan melakukan integrasi strategi penurunan kecemasan siswa
kedalam kurikulum pendidikan yang diterapkan (Purfeerst, 2011).Ada banyak strategi yang
A. Pelatihan Autogenik
kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah pernyataan positif kepada diri sendiri dalam
keadaan relaksasi (Barnabas, 2008). Asmadi menyatakan bahwa tehnik relaksasi autogenik
mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya seseorang harus mampu berkonsentrasi sambil
membaca mantra, doa, atau zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, 2008
dalam Abdilah, 2014). Pelatihan autogenik memberikan efek menenangkan pada pikiran dan
tubuh dan dapat digunakan untuk mengobati kondisi medis terkait stres, misalnya angina
pektoris, hipertensi, dan dispepsia (Kanji, White, dan Ernst, 2004). Prato dan Carolyn (2013)
tehnik autogenik merupakan strategi yang paling efektif untuk menurunkan respiratory rate,
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Schiraldi (2004) membandingkan antara
pendekatan perilaku kognitif dan manajemen stres konvensional dalam menurunkan gejala
kecemasan pada mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa tindakan yang pertama berhasil
menurunkan kecemasan, sedangkan yang kedua gagal untuk merubah (Brown dan Schiraldi, 2004
dalam Masterman, ).
i
C.Pernafasan Dalam dan Santai
Busch et al. dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas dalam terhadap nyeri,
aktifitas autonomik, dan mood menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dapat
D.Meditasi
fisik dan mental untuk mencapai keseimbangan emosi (Eifring). Studi komperatif yang
E.Mentoring
Instruksi dan mentoring oleh teman sebaya dapat menurunkan kecemasan siswa, dan dapat
diimplementasikan pada setiap level dan jenjang pendidikan keperawatan (Purfeerst, 2011). Becker
dan Neuwrith (2002) mengembangkan model pembelajaran laboratorium klinis dengan melibatkan
level senior untuk mendampingi level junior. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan penurunan
kecemasan dan meningkatkan kemampuan klinis siswa sampai 87% (Becker dan Neuwrith, 2002
F.Aroma Terapi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kim dan Yun mengenai pengaruh penggunaan
aroma tertentu secara inhalasi menyimpulkan bahwa penggunaan aroma terapi dapat
G.Humor
hubungan sosial, meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan.
H.Psikoterapi Islami
i
Hasil penelitian menggunakan metode dzikir raata-rata skor kecemasan kelompok
perlakuan pada pre-test adalah 16,71 dan 11,17 pada post-test. Perbedaan rata-rata skor
kecemasan ini menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, karena semakin kecil skor
mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian praktikum (Abdillah, 2014). Hal ini
senada degan penilitan Abdullah et al. (2013) tentang efektifitas intervensi psikoterapi
i.Hidroterapi Air
bisa dihindari karena merupakan alarm alamiah tubuh terhadap ancaman baik internal
maupun eksternal. Kondisi ini adalah fisiologis selama rentang mekanisme kopingnya
efektif dan adaptif. Hidroterapi adalah terapi non farmakologis dengan mengutamakan
derajat simpangan (α) = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p = 0,021.
Hal ini berarti bahwa p < α, yaitu 0,021 < 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu ada pengaruh hidroterapi (rendam kaki air hangat) terhadap penurunan
Konsep ini akan meningkatkan pelepasan hormone endorphin, sehingga tubuh merasa
lebih rileks dan menekan tingkat stress. Oleh karena itu, hidroterapi (rendam kaki air
i
2.4 Kerangka Teori
Ujian Paktikum
Sistem pendukung
Strategi
Penanganan Non
Farmakologi
Mentoring Aroma
Terapi Humor
Relaksasi Otot
Pendekatan Perilaku
Kognitif
Dzikir
Napas Dalam
Hidroterapi
i
Wudhu
Skor kecemasan
mahasiswi sebelum Wudhu Skor kecemasan mahasiwi
diberikan intervensi setelah diberikan intervensi
2.6 Hipotesis
terjadi antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan
secara empiris atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
Muhammadiyah Cirebon.
i
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental sesuai dengan apa yang dirumuskan
pada penjelasan rumusan dan tujuan penelitian. Desain penelitian eksperimen semu untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
memanipulasikan semua variable yang relevan. Dengan rancangan One Group pretest-posttest
design, yaitu dengan menggunakan satu kelompok subjek. Pertama-pertama dilakukan pengukuran,
lalu dikenakan perlakuan atau treatment untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan
pengukuran untuk kedua kalinya empiris Rancangan ini digambarkan sebagai berikut:
X Intervensi T2 Posttest
T1 Pretest
tertentu.
i
3. Berikan T2 yaitu posttest untuk mengukur mean kecemasan mahasiswi setelah diberikan
4. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang timbul, jika sekiranya
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi keperawatan angkatan
tahun 2018 Universitas Muhammadiyah Cirebon tahap akademik yang mengalami kecemasan saat
Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi
populasi Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sample atau sampel
bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Besar sampel minimal
menurut Gay Metode penelitian eksperimental, minimal 15 subyek perkelompo .Maka didapatkan
responden berjumlah 15 (lima belas) orang mahasiswi keperawatan angkatan 2018 Universitas
Muhammadiyah Cirebon pada tahap akademik yang mengalami kecemasan saat menghadapi uijan
i
Penelitian ini dilakukan di Gedung Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon
pada ujian praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II tahun ajaran 2019-2020,
ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa ujian praktikum mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata
kuliah lain. Modul Keperawatan Medikal Bedah merupakan modul yang diselenggarakan
di semester empat selama 4 minggu dengan fokus bahasan meliputi asuhan keperawatan
imunologi, dan gangguan sistem pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami.
Kegiatan modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum laboratorium,
dan kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem based learning (PBL)
mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15 menit .
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang di miliki oleh kelompok lain. Variabel adalah suatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau yang di dapat oleh satuan peneliti .
Variabel independent atau variabel bebas adalah yang menyebabkan perubahan timbulnya
variabel dependent, variabel ini bebas mempengaruhi variabel lain. Variabel independent pada
Variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas variabel tergantung sering juga disebut
i
variabel akibat, variabel output . Variabel dependent pada penelitian ini adalah Kecemasan.
i
Independen
hadast kecil
prektikum sepanjang
100 mm
dengan
penilaian
i
dari garis
ujung
sebelah kiri
yang
mengindika
sikan “tidak
ada
kecemasan”
hingga
ujung
sebelah
kanan yang
menyatakan
“kecemasan
luar biasa
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pula. Apabila menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barang kali
yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan penilaian dari garis
i
ujung sebelah kiri yang mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga
for Anxiety (VAS-A) lebih mudah digunakan dan tidak membutuhkan waktu
disebut Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Skala Analog Scale for
i
Fakultas kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.
sistematis. Peneliti hanya perlu melakukan random (acak) unsur pertama saja
(Eriyanto, 2007). Popolasi hasil survei terdapat 46 orang dan sampel yang
empat orang yang tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi. Maka didapatkan
yang baik selama satu hari. Dalam pemberian materi ajar ini
atau tidak.
dilakukan selama
3 menit kemudian dilanjutkan intervensi wudhu selama 8-10 menit. Untuk intervensi
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah
membasuhnya.
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka
8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya
dengan kedua jari telunjuk.
9.Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga kali dan selah-
selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua
i
kaki itu.
kecemasan di tempat yang telah disediakan selama 2 menit pasca intervensi. barulah
setelah selesai itu responden diperbolehkan untuk mengikuti ujian praktikum. semua
tahapan tahapan tadi dilakukan satu persatu oleh responden jadi, responden benar-benar
tidak terpapar oleh hal lainnya kecuali intervesi wudhu yang dilakukan peneliti untuk
menangani kecemasan
G. Data yang didapat selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data sesuai dengan tujuan
penelitian.
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan merubah data
menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses
pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses
3.9.1 Editing
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan kelengkapan,
kesesuaian, kejelasana dan kekonsistenan jawaban .
3.9.2 Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Sorting Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
i
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan
statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
3.9.4 Cleaning
dipastikan telah lengkap dan tidak ada kesalahan, dilakukan analisa data.
Dilakukan dengan menyatakan hasil analisa tiap variabel dari hasil penelitian.
Sd = √ 𝑛 =1 (di-d)
∑
N-1
Keterangan:
d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test N = banyaknya
sampel
i
bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang
masing kemaknaan (p) > 5 (Dahlan, 2011). Setelah hasil analisis data
i
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
riset.
i
BAB IV
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dan dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini:
1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 19 tahun yaitu 46,7%. Berada
direntang usia dewasa awal atau usia muda, rentang mengalami kecemasan karena
2. Gambaran kecemasan yang dialami responden saat menghadapi ujian praktikum tidak
kecemasan pada level ini hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan
segera termasuk
B. Saran
Kecemasan saat mengahadapi ujian praktikum dapat menganggu penampilan mahasiswa saat
ujian, bahkan dapat menurunkan kemampuan siswa sehingga tidak dapat melakukan tindakan dengan
tepat, sehingga kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mesti ditangani. Wudhu merupakan
penanganan kecemasan dengan menggunakan salah satu pendekatan religi serta pengintegrasian
teknik relaksasi napas dalam dan hidroterapi. Dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan
mahasiswa selain mempersiapkan diri sebelum ujian juga dapat meluangkan waktu untuk
menggunakan teknik pendekatan religi saat akan menghadapi ujian praktikum maupun ujian lainnya.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian disarankan institusi pendidikan Keperawatan agar terapi
religi dimasukkan ke dalam rangkaian ujian kemudian dijadikan Standar Operasional Prosedur pada
praktikum tindakan keperawatan. Bukan hanya itu penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi
untuk pengembangan keilmuan keperawatan berlandaskan keislaman.
i
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Che Haslina B et al. Relationship betwen anxiety and accademic performance of nursing
students, Niger Delta University, Bayelsa State, Nigeria. Pelagia Research Library, 4 (5),
2013.
Afolayan, J.A et al. Relationship betwen anxiety and accademic performance of nursing students,
Niger Delta University, Bayelsa State, Nigeria. Pelagia Research Library, 4 (5), 2013.
Bantanie, Muhammad Syafi`ie el. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, 2010.
Cato, Mary Louise. Nursing Student Anxiety In Simulation Setting: A Mixed Methods
Study. Disertasi Doktoral Pendidikan. Portland State University, 2013.
i
i