Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH WUDHU TERHADAP KECEMASAN SAAT MENGHADAPI UJIAN

PRATIKUM PADA MAHASISWI KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


CIREBON

PROPOSAL METODELOGI PENELITIAN


Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Cirebon untuk memenuhi tugas akhir
Metodelogi Penelitian

Dosen Pengampun : Riza Arisanty Latifah

Disusun Oleh :

Dwi Ayu Widiarini 191711001

KELAS: SEMESTER : 4 C keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelasaikan tugas akhir metode penelitian ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis
curahkan kepada Rasul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran
yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Wudhu Terhadap Saat Menghadapi Ujian Kecemasan
Pada Mahasiswi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh tugas akhir Metodelogi Keperawatan
Jakarta dan sebagai wadah latihan bagi penulis untuk belajar berfikir kritis dan
metodologis.

Pada ahirnya, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
mengarahkan, dan mendukung penyusunan skripsi ini . Rangkaian terima kasih ini penulis
sampaikan.

Segenap kesadaran, penulis mengakui, meskipun telah berusaha maksimal


dalam penyusunan skripsi ini, pasti masih terdapat hal-hal yang kurang dan mesti
diperbaiki, baik dari segi materi maupun metodologi, oleh karena itu, segala
masukan dan komentar mengenai tulisan ini penulis terima sebagai sebuah apresiasi.
Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah
SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan
baik.

Wallahul Muwaffiq Illa AqwamithThariq

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................................
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1 Landasan Teori....................................................................................................
2.2 Kerangka Teori...................................................................................................
2.3 Kerangka Konsep.................................................................................................
2.4 Hipotesis...............................................................................................................
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN..................................................................................
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................
3.2 Populasi sample sampling ....................................................................................
3.3 Waku dan tempat penelitian..................................................................................
3.4 Identifikasi Variabel...............................................................................................
3.5 Definisi Operasional...............................................................................................
3.6 Instrumen Penelitian...............................................................................................
3.7 Uji Validitas............................................................................................................
3.8 Cara Pengumpulan data..........................................................................................
3.9 Pengelolahan dan Analisa data...............................................................................
3.10 Etika Penelitian .....................................................................................................
BAB 4
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
i
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon Cemas 15

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional 36

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Usia 52

Tabel 5.2 Distribusi Persentase Tingkat Kecemasan Responden


Sebelum dan Setelah Intervensi Wudhu 52

Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum


dan Setelah dilakukan Intervensi Wudhu 53

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh keadaan dan situasi (Videbeck, 2008). Cemas didefinisikan sebagai

suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatnya

kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch,

2002 dalam Stein et al., 2009.Cemas dapat mempengaruhi seseorang

dalam tiga hal :

1) perubahan fisik menunjukkan perubahan pada frekuensi jantung, mual,

muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek.

2) perubahan mental, khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat

konsentrasi

3) perubahan perilaku seperti menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu

sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan

fisiologis dan emosional pada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan

tingkat tinggi dapat mengganggu ingatan, bahasa, organisasi, dan kontrol

keinginan (Begley,1995 dalam Meltzer, 2010).Kecemasan merupakan

bagian dari tiap pribadi manusia terutama jika individu dihadapkan pada

situasi yang tidak jelas dan tidak menentu, sehingga kecemasan juga dapat

meningkatkan kesiapan diri seseorang dalam menghadapi suatu tantangan

atau suatu ancaman (stressor)

(Satiadarma, 2001, dalam Zulkarnain, 2009). Banyak pekerjaan, tantangan dan tuntutan

yang harus dijalankan oleh mahasiswa disetiap harinya. Tantangan dan tuntutan tersebut

i
antara lain pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang

merupakan salah satu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilakukan secara rutin.

Tantangan tersebut dapat menimbulkan stressor pada mahasiswa (Zulkarnain dan Ferry,

2009). Stressor yang didapatkan siswa menyebabkan kecemasan yang kemudian akan

mengganggu kegiatan akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping

(Moscaritolo, 2009).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seting klinik merupakan salah satu sumber

peningkatan kecemasan pada siswa (Ward, 2008). Kecemasan merupakan penyebab

umum dari buruknya penampilan akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian

(Afolayan et al, 2013).

Dalam sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami

siswa menimbulkan adanya penurunan motivasi belajar dan menjadikan siswa hanya

berorientasi pada nilai ujian, bukan pada kemampuan belajar mereka (Mellincavage,

2008). Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih

rendah dari pada skor siswa yang kurang cemas (Djiwandono, 2002 dalam Vavianti,

2011). Hal ini sejalan dengan penelitian tentang kecemasan dan keberhasilan belajar

dilakukan Julie Floyd (2010) berjudul “Depression, anxiety and stress among nursing

student and relationship to GPA”. Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa siswa

yang memiliki indeks prestasi rendah cenderung mengalami kecemasan lebih berat.

Mahasiswa keperaawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon mengalami kecemasan

saat menghadapi ujian praktikum, dengan berbagai tingkat kecemasan yaitu 4%

mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55% pada kecemasan ringan, 38% kecemasan

sedang dan 8% pada kecemasan berat . pada subjek yang mengalami kecemasan baik

ringan atau sedang, diketahui subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

mengalami kecemasan dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Hal

tersebut terjadi karena perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka

juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor

emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif (Gunadi, 2004, dalam Zulkarnain dan
i
Novliadi, 2009).

Hidroterapi adalah sebuah teknik yang menggunakan air sebagai media untuk

menghilangkan mengobati penyakit (Stevenson, 2007). Sebuah penelitian menunjukkan

bahwa Hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu merangsang

pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin. Dengan

demikian, seseorang yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak

ada beban (Pranata dan Yuwanto, 2014). Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-

butiran air yang dapat meredam rasa sakit, menetralkan racun serta membantu menyerap

dan memanfaatkan oksigen. (Gisymar, 2010 dalam Pranata dan Yuwanto, 2014).

Sementara itu adanya ion negative tersebutdalam aliran darah akan mempercepat

pengiriman oksigen ke dalam sel dan jaringan sehingga dapat menurunkan respiration

rate dan suhu perifer yang merupakan gejala dari gangguan cemas (Prato dan Yucha,

2013).

Wudhu termasuk psikoterapi islami dengan menggunakan media air (Muslimah, 2014).

Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah mengetahui khasiat air walaupun belum

didukung penelitian. Dalam sejarahnya, air juga pernah digunakan oleh Rasulullah saw

untuk pengobatan. Saat itu Rasulullah saw berdo`a dan memercikan ke tubuh orang yang

sakit (Bentanie, 2010). Tehnik psiko terapi Islam menggunakan media air (hidroterapi)

ini sangatlah mudah yaitu seseorang harus mengalirkan air suci ke bagian tubuh

tertentu dan mengenai rambut dan kulit (Muslimah, 2014). Kata wudhu' berasial dari

kata wadha' yang artinya kebersihan, dan dalam terminologie hukum Islam, hal ini berarti

membersihkan beberapa bagian tubuh, sebelum mendirikan Sernbahyang (Abdullah,

2010). Berwudhu merupakan hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Allah

berfirman dalam surat Al-Maidah: 6 sebagai berikut yang artinya: “Hai Orang-orang

beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu

sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki” (QS. Al-

Maidah:6). Rasululah barkata melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa

i
Rasulullah bersabda: “Maukah saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah

menghapuskan dosa- dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya Rasulullah”, ujar

mereka. “Meyempurnakan wudhu menghadapi segala kesusahan, dan sering melangkah

menuju masjid, serta menunggu shalat demi shalat. Nah itulah dia perjuangan.

Perjuangan sekali lagi perjuangan!” (H.R. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i).

Wudhu juga sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah berarti mendekat

kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Mahasa

Suci). Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai,

berkah dan bahagia. Tidak akan ada masalah apapapun yang membuat diri ini risau dan

cemas (Bentanie, 2010).

Manfaat wudhu yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan


psikis seseorang antara lain menjaga kebersihan diri. Kesehatan itu erat kaitanya dengan

kebersihan. Seseorang yang senantiasa menjaga kebersihan diri-Nya, Insya Allah

kesehatannya juga terpelihara. Bagian-bagian tubuh yang dibasuh saat wudhu merupakan

titik penting untuk peremajaan tubuh. Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air.

Air bersifat membersihkan, menyejukkan dan syifa` (terapis). Air dalam kaitannya

dengan kesehatan sangat banyak sekali manfaatnya baik sebagai media pengobatan

(Hasanudin, 2007). Dengan berwudhu, psikis kita yang semula bergejolak dan tidak stabil

akan menjadi tentram kembali sehingga dapat berpikir tenang dan jernih. (Bantanie, 2010

dalam Muslimah, 2014).Ketika seseorang berwudhu maka secara langsung akan

merangsang dan mengekfektifkan system kerja saraf. Rangsangan tadi akan mempunyai

dampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak. Hal inilah yang membuat

sesorang ketika sehabis berwudhu tubuh akan merasa segar dan dapat mengurangi

ketegangan jiwa, stress, rasa khawatir, marah dan penyakit kejiwaan lain. Kenyataan

inilah yang kemudian membenarkan hadits Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya

untuk segera berwudhu ketika depresi (Gisymar, 2010 dalam Muslimah, 2014).

Sebagai dasar untuk menyusun konsep dan desain penelitian ini, Peneliti juga

melakukan studi pendahuluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam menyusun tinjauan

i
pustaka, kerangka, dan metode suatu penelitian (Gau, 2007). Dalam hal ini, peneliti

melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui mata kuliah yang

dianggap paling mencemaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

60 mahasiswa dibagi secara proporsional pada masing-masing semester menunjukan

bahwa ujian praktikum pada mata Keperawatan MedikalBedah dapat menimbulkan

kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain. Untuk Mata kuliah Keperawatan Medikal

Bedah berada disemester empat maka yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah

mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon Angkatan 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat berbagai hasil penelitian dan studi pendahuluan yang menunjukkan

bahwa mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon mengalami

kecemasan saat menghadapi ujian praktikum. Untuk mata kuliah dapat menimbulkan

kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain adalah mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah. Serta berlandaskan pada teori kecemasan bahwa kecemasan harus

segera ditangani, peneliti menyimpulkan perlu dilakukan intervensi (perlakuan) untuk

mengatasi kecemasan pada mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum pada mata

kuliah tersebut. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko

kegagalan saat ujian praktikum.Berdasarkan pemaparan teori, nass (ayat al-Quran) serta

hasil berbagai penelitian terkait wudhu (terapi relaksasi dengan hidroterapi) dapat

memberikan efek relaksasi, peneliti ingin membuktikan bagaimana pengaruh wudhu

terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan

Universitas Muhammadiyah Cirebon . Apakah dapat menurunkan kecemasan atau tidak.

1.3 Tujuan Peneliti


i
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wudhu

sebagai terapi terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah Universitas Muhammadiyah Cirebon .

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Mengetahui gambaran kecemasan mahasiswi keperawatan Universitas Muhammadiyah

Cirebon menjelang ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada

Tahun 2019.

B. Mengetahui pengaruh wudhu terhadap kecemasan mahasiswi keperawatan

Universitas Muhammadiyah Cirebon saaat akan menghadapi ujian praktikum

pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan

Dengan mengetahui gambaran kecemasan pada mahasiswa ketika menghadapi

ujian Praktikum pihak dosen dapat menghimbau mahasiswanya agar

mempersiapkan diri sebelum menghadapi ujian praktikum. Serta bagi

mahasiswa keperawatan, tehnik relaksasi wudhu dapat digunakan untuk

penanganan kecemasan saat menghadapi ujian praktikum.

1.4.2 Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan oleh peneliti

lain mengenai terapi wudhu sebagai penanganan kecemasan pada mahasiswi saat

menghadapii ujian praktikum.

1.4.3 Keperawatan

i
Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi

tambahan untuk pengembangan keilmuan bidang keperawatan jiwa untuk penanganan

masalah keperawatan yaitu cemas dengan terapi non farmakologi salah satunya

wudhu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan


Kecemasan atau yang bisa disebut dengan anxietas/anxiety berasal dari Bahasa Latin
yaitu “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang artinya mencekik. Kecemasan
merupakan perasaan emosional individu dan pengalaman subjektif yang tidak dapat diamati
secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik (Stuart & Sundeen, 2006). Cemas
juga diartikan sebagai perasaan yang berlebihan tentang sesuatu yang tidak jelas dan
dianggap sebagai suatu ancaman (Hyman dan Pedrick, 2012).
Cemas merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch, 2002 dalam Stein et
al., 2009). Cemas atau ansietas menurut diagnosis keperawatan NANDA (2014) merupakan

i
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Pada dasarnya, cemas tidak dapat dibedakan dari takut karena
individu yang merasa takut atau cemas mengalami pola respons perilaku, fisiologis, dan
emosional dalam rentang yang sama. Perbedaan nyata antara keduanya ialah bahwa rasa takut
timbul sebagai respon terhadap objek yang dapat diidentifikasi dan spesifik (videbeck, 2008).
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat, lama, dan kemampuan koping individu terhadap kecemasan tersebut
(Videbeck, 2008). Dari beberapa penjelasan tentang definisi kecemasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak menyenangkan yang berlebihan
terhadap sesuatu hal yang tidak jelas dan meningkatkan kewaspadaan dengan menunjukkan
berbagai rentang respon baik yang adaptif maupun maladaptif. Cemas sering disertai
dengan gejala fisiologis pada seseorang meliputi tiga hal, yaitu perubahan fisik, mental,
dan perilaku

2.1.2 Teori Kecemasan

Videbeck (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori yang menjelaskan


tentang terjadinya kecemasan, yaitu teori biologi dan teori psikodinamik.
A. Teori Biologi

a) Teori Genetik

Ansietas memiliki komponen yang dapat diwariskan dari kerabat tingkat

pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas, insidennya

mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai

resiko dua kali lipat dari pria. Kromosom 13 dikatakan terlibat dalam

proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat.

b) Teori Neurokimia
GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu

neurotransmiter inhibitor yang berfungsi sebagai agen

ansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel

sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. Selain

itu beberapa senyawa lain ikut terlibat dalam proses


i
tersebut, diantaranya benzodiazepin dan serotonin (5-HT).

B. Teori Psikodinamik

a) Psikoanalitis

Freud memandang ansietas merupakan hal alamiah

seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan

bahwa respon cemas merupakan mekanisme pertahanan

manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap stimulus

tertentu.

b) Teori Perilaku
Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang dipelajari

melalui pengalaman individu. Individu dapat memodifikasi perilaku

maladaptif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Perilaku yang

berkembang dan mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau

dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli.

c) Teori Interpersonal

Sullivan (1952) berpendapat bahwa ansietas timbul dari masalah-masalah

dalam hubungan interpersonal dan ini erat kaitannya dengan kemampuan

untuk berkomunikasi. Semakin tinggi tingkat ansietas, semakin

rendah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang

lain .

2.1.3 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat, dan panik.

Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang tergantung pada tingkat

stres dan durasi stres tersebut (Videbeck, 2008). Empat level tingkat kecemasan

antara lain adalah: kecemasan ringan, kecemasan ringan, kecemasan berat, dan

panik (Stuart & Laria, 2005 dalam Eka, 2012)

a) Mild Anxiety (kecemasan ringan) Ansietas Ringan merupakan

i
kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama hidup.

Pada level ini, seseorang akan merasa waspada dan pandangan

perseptual orang tersebut meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam

melihat, mendengar.

dan merasakan. Lecel kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan

membuta seseorang menjadi dewasa dan kreatif.

b) Moderate Anxiety (kecemasan sedang)

Pada level ini seseorang hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan

segera termasuk mempersempit pandangan perseptual. Pada level ini juga

seseorang akan berfokus pada seumber kecemasan yang dihadapi mulai

membuat perencanaan tetapi dia masih dapat melakukan hal lain jika

menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.

Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,


denyut jantung dan pernapasan meningkat ketegangan otot meningkat,
berbicara cepat dengan volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c) Severe Anxiety (kecemasan berat)

Ditandai dengan pengurangan signifikan pada pandangan konseptual.

Seseorang akan menjadi fokus pada sumber kecemasan yang dia rasakan dan

tidak berpikir lagi tentang hal ini lain. Semua perilaku muncul kemudian

bertujuan untuk mengurangi kecemasan. Manifestasi yang muncul pada tingkat

ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidu (insomnia),

sering kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar secara efektif berfokus

pada dirinya sendiri, munculnya keinginan tinggi untuk menghilangkan

kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.

d) Panik
i
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar biasa karena

mengalami kehilangan terhadap dirinya. Orang yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang

muncul pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

diaphoresis, pembicaran inkoheren, tidak dapat berespon terhadap

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

RENTANG RESPON CEMAS

Respon adaptif Respon maladaptif

AntisipasiRingan Sedan Bera Pani


g t k

Gambar 2.1 : Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart & Sundeen (2006)

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart &

Laria, 2005)
a. Usia dan tingkat perkembangan

Semakin tua seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang

maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup

yang banyak inilah, dapat mengurangi kecemasan.

i
b. Jenis kelamin

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Wanita

mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak dibanding pria sehingga

wanita beresiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pria.

c. Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik
sehingga kecemasan lebih baik sehingga tingkat kecemasan lebih rendah
dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung dalam hal ini adalah satu kesatuan antara individu, keluar,
lingkungan dan masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh ada individu
dalam melakuakn sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi
mekanisme koping
individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang

berbeda.

2.1.5 Skala Pengukur Kecemasan

Ada banyak instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji dan mendiagnosa

kecemasan. Dalam pengkajian klinis, area yang perlu dikaji meliputi keluhan utama,

riwayat gejala saat ini, riwayat psikiatri dan riwayat kesehatan, riwayat

perkembangan sosial, dan pengkajian status mental (Tusaie dan Joyce, 2013).

a) Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

Dengan menggunakana sebuah garis horizontal yang berupa skala

sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah

kiri yang mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga ujung sebelah

kanan yang menyatakan “kecemasan luar biasa”. Penederita diminta

memberi tanda dengan garis vertikal

pada garis yang menggambarkan perasaan cemas yang


dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014). VAS-A

juga merupakan alat ukur yang cukup reliable untuk

digunakan pada pengukuran cemas (Davey et al, 2007).

i
b) Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Mengetahui sejauh mana drajat kecemasan seseorang apakah ringan,

sedang, berat atau panic dengan menggunakan ukur kecemasan, yaitu

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). HAR-S terdiri atas 14 item

penilaian (Hidayat, 2007). Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3, 4. Nilai 0

menunjukan tidak ada gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan

gejala-gejala dominan dan sangat menggangu. Total nilai diperoleh

menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai

skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14-20, gejala sedang dengan

nilai skor 21-27, gejala berat nilai skro 24-42, gejala berat sekali/panic

dengan nilai skor 43-56 (Hamilton, 1959 dalam Nursalam, 2007).

c) Penn State Worry Questiner (PSWQ)

Quesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan untuk mengkaji karakteristik

dari kecemasan yang dialami. Diperkenalkan oleh Meyer, Miller,

Metzger, dan Borkovec (1990).

d) Speilberg StateiTrait Anxiety Inventory (STAI)


Quesioner mengenai perasaan seseorang yang terdiri dari 40 pertanyaan
yang mengukur tingkat kecemasan saat ini dan selama ini. Diperkenalkan oleh
Speilberger (1983).

2.2 Wudhu

2.2.1 Definisi

Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti bersih, cerah, dan indah.

Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian

tubuh yang menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil

sebagai syarat untuk melaksanakan shalat. Syari`at wudhu diwajibkan setelah Rasulullah saw,
i
melakukan Isra Mi`raj pada 27 Rajab tahun 11 kenabian. Dasar kewajiban berwudhu sebelum

melakukan shalat diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Hai Orang-orang

beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai

kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah menyukai orang-

orang yang menyucikan diri. Mendekat kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha

Suci. Karena, Allah adalah

pemilik nama Al-Quddus (Maha Suci). Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika
kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak
aka nada masalah apapun yang membuat diri ini risau dan cemas. Karena merasa yakin Allah SWT
senantiasa bersama kita. Olehkarena itu penting sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah
(Bantanie, 2010).

2.2.2 Jenis Air untuk wudhu


Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang tidak sekedar

mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat diperoleh:

a. Membersihkan jasmani dari hadas


b. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa

c. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela

d. Membersihkan batin dari selain Allah Swt.

Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga air yang digunakanpun tidak

boleh sembarangan air. Air yang boleh digunakan untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk

kategori air suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua macam, yaitu

air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi. Namun secara lebuh luas ada tujuh macam air

yang sah untuk bersuci yaitu: air hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber (mata air), air

sumur, dan air es (Kardjono, 2009).

2.2.3 Rukun Wudhu

Rukun/Fardhu adalah sesuatu yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya dan

berdoasa bagi orang yang meninggalkannya. Dalam berwudhu, apabila rukunnya ditinggalkan maka

wudhunya tidak sah atau batal (Hasanudin, 2007). Menurut (Bantanie, 2010) dalam bukunya

i
yang berjudul “Dahsyatnya Terapi Wudhu” menyatakan Rukun wudhu ada enam yaitu sebagai

berikut:

A. Berniat mengerjakan wudhu

Dalam ilmu fiqih, niat didefinisikan, “Qashu syai muqtarinan bi fi`lihi.” Menyengaja melakukan

suatu pekerjaan bersamaan dengan pekerjaan tersebut. Karena itu, seseorang yang akan

menunaikan wudhu, kemudian berjalan menuju tempat wudhu, hal ini belum dinamakan niat, tetap

baru azam. Karena niat dalam wudhu harus dilakukan bersamaan dengan membasuh wajah yang

pertama. Niat ini;ah yang membedakan aktivitas biasa dengan aktivitas ibadah. Lafaz niat

berwudhu, “Nawaiytu al-wudhu`a lirof`ial-adasi al-asghori fardhon lillahi ta`ala.” Artinya, “Aku

niat brwudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah swt.”

B. Membasuh muka atau wajah

Perintah mambasuh (ghosala) dalam wudhu mempunyai arti mengalirkan atau

mengenakan air ke seluruh anggota wudhu. Dan wajah merupakan salah satu anggota

wudhu yang wajib dibasuh keseluruhannya. Adapun yang dimaksud dengan wajah

adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai keujung dagu dan diantara

kedua telinga. Jika perlu lakukan pijatan ringan di sekitar kulit wajah agar mendapatkan

hasil yang baik.

C. Membasuh tangan sampai siku


Adapun bagian tangan yang wajib ujung jari sampai ke siku. Saat membasuh tangan, disertai

menggosok-gosok bagian lengan.

D.Mengusap Kepala

Mengusap kepala sekaligus dengan telinga dalam wudhu didsarkan hadits yang diriwayatkan

Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah SAW bersabda “Telinga termasuk dari kepala”.

E, Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

Ulama mewajibkan membasuh kaki beserta mata kakinya dalam wudhu, tidak cukup hanya dengan

i
menyapu saja.

F.Tertib

Rukun wudhu yang terakhir dalah tertib. Artinya, mengerjakan wudhu sesuai dengan urut-urutannya.
Sebuah Hadis menerangkan, “Rasulullah saw, melihat seseorang sedang shalat, sementara di bagian
atas kakinya terdapat bagian yang belum terbasuh air wudhu sebesar dirham. Maka, Rasulullah saw,
memerintahkan orang itu untuk mengulangi wudhu dan shalatnya.

2.2.4 Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam

Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003)

1.Membaca Bismillahirrahmanirrahim

2.Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT

3.Basuhlah telapak tanganmu tiga kali

4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali

5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah membasuhnya.

6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai

dengan sebelah kanan

7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka

kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan,

8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya

dengan kedua telunjuk.

9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga Kali dan selah-selah jari
kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari- kalah, wa
asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.

2.2.5 Manfaat Wudhu


Ajaran Islam telah melakukan proteksi melalui ritual wudhu setiap waktu, yaitu

i
minimal setiap akan menjalankan ibadah shalat. Air wudhu kita menjadi pembersih

yang baik setiap saat. Tuntunan ini,

sesuai dengan ilmu kesehatan. Allah Swt. Berfirman dalam Surah At Taubah ayat 108

(artinya) “…Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin bersihkan diri. Allah

menyukai orang-orang yang bersih”. Air wudhu yang meresap masuk ke dalam tubuh

kita akan mempengaruhi dan memperbaiki air-air tubuh (termasuk air dalam otak) ) kita

yang sempat menjadi keruh karena aktivitas kita sehari-hari (Kardjono, 2009). Hal ini

pula akan memberikan efek sejuk secara langsung pada kepala kita yang akan terus

mengalirkan rasa sejuk sampai pada pikiran kita, sehingga pikiran bisa menjadi tenang.

Dengan pikiran tenang, kita lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikiran kita. Air

wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan jari-jari kaki memiliki

pengaruh untuk memantapkan konsentrasi pikiran.Selain itu, ditinjau dari ilmu

Akupuntur, pada anggota tubuh yang terkena basuhan wudhu terdapat ratusan titik

akupuntur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan,

usapan, atau pijatan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan

melalui jaringan menuju sel, organ, dan system organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi

karena adanya system saraf dan hormon bekerja untuk menciptakan homeostasis

(keseimbangan) dalam tubuh (Bantanie, 2010). Dengan berwudhu, psikis kita yang

semula bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga dapat

berpikir tenang dan jernih. (Bantanie, 2010 dalam Muslimah, 2014).

i
2.3 Penelitian Terkait

2.3.1 Pratikum Keperawatan (skill-lab)

Praktikum (simulasi) merupakan metode pembelajaran dalam pendidikan keperawatan yang

relatif baru digunakan untuk membantu siswa dalam berlatih berbagai penilaian dan keterampilan

klinis keperawatan.. Metode ini pertama kali diterapkan sebagai kurikulum pada tahun 1960-an

(Gosselin, 2013). Simulasi didefinisikan sebagai upaya untuk meniru beberapa atau hampir semua

aspek penting dari situasi klinis sehingga situasi tersebut dapat lebih mudah dipahami dan dikelola

ketika itu terjadi secara nyata dalam praktek klinis (Cato, 2013). Literatur pendidikan keperawatan

melaporkan bahwa simulasi (praktikum) umum digunakan dalam instrumen klinik. Penggunaan

simulasi dalam pendidikan keperawatan terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan kognitif

dan berfikir kritis siswa. Kegiatan praktikum telah dimasukkan kedalam pendidikan keperawatan

karena memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses kritis dalam pengambilan keputusan klinis

yang dibutuhkan saat praktek (Cato, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan

praktikum membantu dalam transformasi pengetahun dari kelas ke bed-side dan terus mengarah

pada pengembangan penilaian klinis (Horsley, 2012). Liga Perawat Nasional (National League of

Nurse/NLN) Amerika mendukung akan penggunaan praktikum dalam rangka mempersiapkan.

siswa dalam berpikir kritis dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi lingkungan

klinis yang kompleks (Sanford, 2010). Menunjukan bahwa 1.060 program RN

menggunakan simulasi laboratotium, dan 87% siswa yang terlibat dalam aktif dalam

program tersebut (Gosselin, 2013).

2.3.2 Kecemasan saat Pratikum

Penelitian membuktikan bahwa simulasi merupakan stressor dan menjadi masalah

bagi siswa keperawatan. Beberapa siswa melaporkan adanya gejala kecemasan saat

pembelajaran simulasi (praktikum). Beberapa siswa juga melaporkan mengalami gejala

kecemasan berat saat melakukan simulasi pada semua mata kuliah (Cato, 2013).

Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan simulasi pada program keperawatan di

Universitas of New Hampshire (Gosselin, 2013). Siswa melaporkan adanya peningkatan

i
kecemasan dan stres ketika mereka ditonton oleh pengajar selama melakukan

praktikum (Horsley, 2012). Afolayan et al. (2013) mengamati bahwa sekitar

30% siswa keperawatan mengalami kecemasan terutama saat ujian, pemeriksaan, dan

presentasi.

Hasil penelitian Dwi ayu widiaini (2020) yang dilakukan pada 50 mahasiswa

keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon juga menyebutkan bahwa mahasiwa

mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum dengan berbagai tingkat

kecemasan yaitu 4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55% pada kecemasan

ringan, 38% kecemasan sedang dan 8% pada kecemasan berat. Para peneliti

mengemukakan bahwa kecemasan pada siswa dapat mempengaruhi kinerja akademik

siswa (Horsley, 2012). Meskipun sindrom kecemasan saat simulasi atau praktikum tidak

nyata benar- benar ada, namun gejala dan hasil negatif memang ada dan harus diatasi.

Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko dan memastikan

keberhasilan pratikum.

2.3.3 Dampak Kecemasan pada mahasiswa

Literatur pendidikan keperawatan menyebutkan bahwa kecemasan dalam pengaturan klinis

dapat mempengaruhi hasil pembelajaran dan kemampuan klinis siswa (Cook, 2005). Stress

yang dialami siswa tidak selamanya menjadi pengalaman negatif dalam lingkungan belajar.

Jadi stres yang menyebabkan kecemasan dapat berpengaruh positif dan negatif (Cato, 2013).

Stres pada siswa dapat menyebabkan kecemasan yang kemudian dapat menggganggu
akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping. Stres dan kecemasan tingkat tinggi
dapat menghambat memori dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang pada gilirannya
daat mempengaruhi kinerja akademik dan belajar siswa (Beddoe dan Murphy, 2004 dalam
Moscaritolo, 2009).Afolayan et al. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kecemasan
merupakan penyebab umum dari buruknya penampilan akademik siswa keperawatan saat
melakukan ujian. Kecemasan yang dialami mempengaruhi siswa secara fisiologis dan psikologis.
Beberapa siswa tidak dapat melakukan tindakan secara lengkap saat mereka dalam keadaan
cemas. Evaluasi terhadap kecemasan yang dialami siswa perlu dilakukan. Dalam sebuah studi
menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami siswa berdampak pada penurunan motivasi belajar

i
siswa dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian bukan pada kemampuan belajar
mereka).

2.3.4 Penanganan Kecemasan mahasiswa


Kecemasan pada mahasiswa dapat mempengaruhi belajar dan kinerja siswa. Hal ini penting

bagi pihak institusi untuk melakukan penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa

melalui dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif. Bahkan lebih baik lagi

jika pihak institusi keperawatan melakukan integrasi strategi penurunan kecemasan siswa

kedalam kurikulum pendidikan yang diterapkan (Purfeerst, 2011).Ada banyak strategi yang

diajukan oleh para ahli untuk penangan kecemasan

A. Pelatihan Autogenik

kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah pernyataan positif kepada diri sendiri dalam

keadaan relaksasi (Barnabas, 2008). Asmadi menyatakan bahwa tehnik relaksasi autogenik

mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya seseorang harus mampu berkonsentrasi sambil

membaca mantra, doa, atau zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, 2008

dalam Abdilah, 2014). Pelatihan autogenik memberikan efek menenangkan pada pikiran dan

tubuh dan dapat digunakan untuk mengobati kondisi medis terkait stres, misalnya angina

pektoris, hipertensi, dan dispepsia (Kanji, White, dan Ernst, 2004). Prato dan Carolyn (2013)

dalam penelitiannya terkait. kecemasan pada mahasiswa keperawatan menyimpulkan bahwa

tehnik autogenik merupakan strategi yang paling efektif untuk menurunkan respiratory rate,

nadi, dan suhu perifer.

B. Pendekatan Perilaku Kognitif

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Schiraldi (2004) membandingkan antara

pendekatan perilaku kognitif dan manajemen stres konvensional dalam menurunkan gejala

kecemasan pada mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa tindakan yang pertama berhasil

menurunkan kecemasan, sedangkan yang kedua gagal untuk merubah (Brown dan Schiraldi, 2004

dalam Masterman, ).

i
C.Pernafasan Dalam dan Santai

Busch et al. dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas dalam terhadap nyeri,

aktifitas autonomik, dan mood menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dapat

mempengaruhi proses autonomik dan respon terhadap nyeri.

D.Meditasi

Jurnal Biological Psychological mendefiniskan meditasi sebagai sebuah proses

psikologi yang mendemonstrasikan penurunan aktifitas metabolik untuk merelaksasikan

fisik dan mental untuk mencapai keseimbangan emosi (Eifring). Studi komperatif yang

dilakukan Burns et al. menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan secara

signifikan tingkat stres dan kecemasan seseorang .

E.Mentoring

Instruksi dan mentoring oleh teman sebaya dapat menurunkan kecemasan siswa, dan dapat

diimplementasikan pada setiap level dan jenjang pendidikan keperawatan (Purfeerst, 2011). Becker

dan Neuwrith (2002) mengembangkan model pembelajaran laboratorium klinis dengan melibatkan

level senior untuk mendampingi level junior. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan penurunan

kecemasan dan meningkatkan kemampuan klinis siswa sampai 87% (Becker dan Neuwrith, 2002

dalam Moscaritolo, 2009).

F.Aroma Terapi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kim dan Yun mengenai pengaruh penggunaan

aroma tertentu secara inhalasi menyimpulkan bahwa penggunaan aroma terapi dapat

menurunkan kecemasan siswa saat praktek pemberian injeksi intravena.

G.Humor

Humor sebagai strategi pengajaran memiliki banyak manfaat, diantaranya

membuat proses belajar menjadi menyenangkan, memfokuskan perhatian, menguatkan

hubungan sosial, meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan.

H.Psikoterapi Islami

Dzikir masuk ke dalam metode psikoterapi Islam untuk menurunkan kecemasan.

i
Hasil penelitian menggunakan metode dzikir raata-rata skor kecemasan kelompok

perlakuan pada pre-test adalah 16,71 dan 11,17 pada post-test. Perbedaan rata-rata skor

kecemasan ini menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, karena semakin kecil skor

kecemasan menunjukkan individu tersebut mengalami penurunan tingkat

kecemasan, sehingga dapat disimpulkan zikir dapat menurunkan tingkat kecemasan

mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian praktikum (Abdillah, 2014). Hal ini

senada degan penilitan Abdullah et al. (2013) tentang efektifitas intervensi psikoterapi

Islami terhadap kecemasan pada mahasiswa. penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menemukan bahwa metode intervensi

psikoterapi Islami memberikan pengaruh positif untuk membantu menurunkan

kecemasan pada mahasiswa.

i.Hidroterapi Air

Hidroterapi meningkatkan efek kenyamanan dan relaksasi pada tubh sehingga

mampu menurunkan intensitas kecemasan seseorang. Kecemasan pada manusia tidak

bisa dihindari karena merupakan alarm alamiah tubuh terhadap ancaman baik internal

maupun eksternal. Kondisi ini adalah fisiologis selama rentang mekanisme kopingnya

efektif dan adaptif. Hidroterapi adalah terapi non farmakologis dengan mengutamakan

kping adaptif yaitu meningkatkan kenyamanan. Berdasarkan hasil penelitian dengan

derajat simpangan (α) = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p = 0,021.

Hal ini berarti bahwa p < α, yaitu 0,021 < 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha

diterima yaitu ada pengaruh hidroterapi (rendam kaki air hangat) terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan Maesan Kabupateb

Bondowoso. Treatment hidroterapi mampu memberikan efek relaksasi dengan

meningkatkan kenyamanan melalui sensasi hangat pada permukaan telapak kaki.

Konsep ini akan meningkatkan pelepasan hormone endorphin, sehingga tubuh merasa

lebih rileks dan menekan tingkat stress. Oleh karena itu, hidroterapi (rendam kaki air

hangat) mampu memberikan penurunan pada tingkat kecemasan.

i
2.4 Kerangka Teori

Sumber Stressor (ancaman)

Ujian Paktikum

Faktor yang mempengaruhi


Stressoor Dampak jika
Usia dan Tingkat tidak ditangani
perkembangan
Kecemasan saat Kegagalan saat
Jenis kelamin ujian Praktikum
Ujan Praktikum
Pendidikan

Sistem pendukung
Strategi
Penanganan Non
Farmakologi

Mentoring Aroma

Terapi Humor

Relaksasi Otot
Pendekatan Perilaku
Kognitif

Dzikir

Napas Dalam

Hidroterapi

i
Wudhu

2.5 Kerangka Konsep

Pre Test Intervensi post test

Skor kecemasan
mahasiswi sebelum Wudhu Skor kecemasan mahasiwi
diberikan intervensi setelah diberikan intervensi

2.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau

masalah penelitian yang digunakan untuk menerangkan fenomena yang

diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

terjadi antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan

secara empiris atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut

Adapun hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah:

Hipotesis negative (H0): Tidak terdapat pengaruh wudhu terhadap

kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan

Universitas Muhammadiyah Cirebon .

Hipotesis Positif (Ha): terdapat pengaruh wudhu terhadap kecemasan

saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan Universitas

Muhammadiyah Cirebon.

i
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental sesuai dengan apa yang dirumuskan

pada penjelasan rumusan dan tujuan penelitian. Desain penelitian eksperimen semu untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan

eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau

memanipulasikan semua variable yang relevan. Dengan rancangan One Group pretest-posttest

design, yaitu dengan menggunakan satu kelompok subjek. Pertama-pertama dilakukan pengukuran,

lalu dikenakan perlakuan atau treatment untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan

pengukuran untuk kedua kalinya empiris Rancangan ini digambarkan sebagai berikut:

X Intervensi T2 Posttest
T1 Pretest

1. T1 pretest untuk mengukurmean dari kecemasan mahasiswi sebelum diberikan intervensi

2. X , treatment yang diberikan pada kecemasan mahasiswi untuk jangka waktu

tertentu.

i
3. Berikan T2 yaitu posttest untuk mengukur mean kecemasan mahasiswi setelah diberikan

intervensi variable eksperimental X

4. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang timbul, jika sekiranya

ada, sebagai akibat dari digunakannya veriabel eksperimental X

3.2 Populasi Dan Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai

kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi keperawatan angkatan

tahun 2018 Universitas Muhammadiyah Cirebon tahap akademik yang mengalami kecemasan saat

menghadapi uijan praktikum.

Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila peneliti bermaksud menggeneraliskan hasil penelitian sampel.

Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi

populasi Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sample atau sampel

bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Besar sampel minimal

menurut Gay Metode penelitian eksperimental, minimal 15 subyek perkelompo .Maka didapatkan

responden berjumlah 15 (lima belas) orang mahasiswi keperawatan angkatan 2018 Universitas

Muhammadiyah Cirebon pada tahap akademik yang mengalami kecemasan saat menghadapi uijan

praktikum sebagai sampel penelitian ini.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

i
Penelitian ini dilakukan di Gedung Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon

pada ujian praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II tahun ajaran 2019-2020,

ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa ujian praktikum mata

kuliah Keperawatan Medikal Bedah menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata

kuliah lain. Modul Keperawatan Medikal Bedah merupakan modul yang diselenggarakan

di semester empat selama 4 minggu dengan fokus bahasan meliputi asuhan keperawatan

pada gangguan sistem endokrin, sistem hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem

imunologi, dan gangguan sistem pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami.

Kegiatan modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum laboratorium,

dan kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem based learning (PBL)

dengan menggunakan scenario sebagai trigger untuk meningkatkan pengetahuannya ujian

praktikum sendiri khususnya pada penyuntukan insulin menggunakan sistem dua

mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15 menit .

Alasan pemilihan tempat penelitian di Universitas Muhammadiyah Cirebon adalah peneliti


merupakan mahasiswa aktif pada Universitas tersebut, sehingga akan mempunyai nilai manfaat yang
lebih, baik bagi mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon lainnya, maupun bagi
institusi Keperawatan itu sendiri

3.4 Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang di miliki oleh kelompok lain. Variabel adalah suatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau yang di dapat oleh satuan peneliti .

3.4.1 Variabel independent (Variabel Bebas)

Variabel independent atau variabel bebas adalah yang menyebabkan perubahan timbulnya

variabel dependent, variabel ini bebas mempengaruhi variabel lain. Variabel independent pada

penelitian ini adalah Pengaruh air Wudhu .

3.4.2 Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas variabel tergantung sering juga disebut
i
variabel akibat, variabel output . Variabel dependent pada penelitian ini adalah Kecemasan.

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala

i
Independen

Wudhu Wudhu adalah Menggunakan Observasi Mahasiswi -

menyengaja lembar melakukan

membasuh dan petunjuk gerakan

mengusap (Check List) wudhu sesuai

bagian tubuh berisi tata cara dengan

yang menjadi berwudhu petunujuk

anggota wudhu sesuai dengan (Check list)

yang suci dan pemaparan yang buat

mensucikan teori, nass oleh peneliti

untuk (ayat al-Quran

menghilangkan dan Sunnah)

hadast kecil

Dependen Respon Lembar Respnden Rasio


Skoring
Skor emosional kuesioner diminta
Kecemasan
kecemasan yang tidak baik Visual memberi

Mahasiswi muncul pada Analog tanda pada

menghadapai mahasiswi Scale garis

ujian yang akan For horizontal

praktikum menghadapi Anxiety yang berupa

ujian (VAS-A) skala

prektikum sepanjang

100 mm

dengan

penilaian

i
dari garis

ujung

sebelah kiri

yang

mengindika

sikan “tidak

ada

kecemasan”

hingga

ujung

sebelah

kanan yang

menyatakan

“kecemasan

luar biasa

3.6 Instrumen Penelitian

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan tehnik pengumpulan data primer yaitu didapatkan secara langsung

dari responden mengenai permasalahan yang diteliti melalui kuesioner.

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007).

Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian

pula. Apabila menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barang kali

tidak kita peroleh secara maksimal (Arikunto, 2010). Penelitian ini

menggunakan kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

merupakan mengetahui tingkat kecemasan. Pada kusioner kecemasan Visual

Analog Scale for Anxiety. Dengan menggunakana sebuah garis horizontal

yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan penilaian dari garis
i
ujung sebelah kiri yang mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga

ujung sebelah kanan yang menyatakan “kecemasan luar biasa”. Penederita

diminta memberi tanda pada garis yang menggambarkan perasaan cemas

yang dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014).

Kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) telah banyak

digunakan pada berbagai penelitian terkait kecemasan. Seperti Hubungan

antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker

serviks palitif (Misgianto & Susilawati, 2014), Dismenore dan kecemasan

pada remaja (Handayani, 2012) dan Efektifitas relaksasi Benson terhadap

nyeri pasca beda pada pasien Transurethtral Resection of the Prostate

(Datak, 2008). Menurut pengaplikasiannya Kuesioner Visual Analog Scale

for Anxiety (VAS-A) lebih mudah digunakan dan tidak membutuhkan waktu

yang lama bagi responden (Datak, 2008).

3.7 Uji Validasi Dan Reliabilitas

Kuesioner kecemasan menggunakan alat ukur kecemasan yang

disebut Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Skala Analog Scale for

Anxiety (VAS-A) telah memiliki validitas dan reabilitas cukup tinggi

untuk melakukan pengukuran kecemasan yaitu 0,90 dan 0,968

(Appukuttan et al, 2014). Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran

kecemasan dengan menggunakan sakala VAS-A akan diperoleh hasil

yang valid dan reliable (Appukuttan et al, 2014).

3.8 Cara pengumpulan data

3.8.1 Prosedur Administratif

a. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon .

b. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Komite Etik Penelitian

i
Fakultas kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.

3.8.2 Prosedur Teknis

A.Menentukan mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan.


B. Memilih calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

C. Caranya yaitu dengan menggunakan metode penarikan sampel acak

sistematis. Peneliti hanya perlu melakukan random (acak) unsur pertama saja

dari populasi. Unsur selanjutnya tinggal mengikuti deret atau sistematika

tertentu. Langkah pertama dengan menentukan inteval sampel. Interval ini

diperoleh dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel

(Eriyanto, 2007). Popolasi hasil survei terdapat 46 orang dan sampel yang

dipakai 15, berarti interval sampel adalah 46/15 = 3. Berarti dalam

menentukan sampel nanti secara sistematis akan bergerak tiap 3 langkah

pada daftar nama mahasiswa angkatan tahun 2013. Awalnya untuk

mencegah terjadinya drop out peneliti menambahkan empat responden

menjadi 19 namun setelah semua responden diukur kecemasannya terdapat

empat orang yang tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi. Maka didapatkan

jumlah responden adalah 15 orang merupakan jumlah yang sesuai pada

penelitian ini. Kemudian peneliti menjelaskan tahapan penelitian setelah

calon responden menandatangani persetujuan menjadi responden dalam

penelitian. Tahapan yang dipaparkan oleh peneliti kepada responden

adalah: penjelasan terkait seluruh aspek penelitian dan penandatanganan

persetujuan sebagai responden dihadapan peneliti dan observer.

D. Setelah itu barulah responden diajarkan tentang cara berwudhu

yang baik selama satu hari. Dalam pemberian materi ajar ini

meliputi definisi wdhu, manfaat serta teknik atau wudhu yang

sesuai dengan tuntunan agama. Untuk materinya diberikan oleh

orang yang ahli dibidang ibadah. Tidak hanya responden observer

yang akan membantu penelitian ikut dalam materi pelatihan wudhu


i
ini. Ketika materi selesai diberikan barulah responden dan observer

satu persatu mempraktikkan apa yang telah diajarkan secara satu

persatu yang diawasi oleh pemateri atau fasilitator untuk melihat

apakah wudhu yang dipraktikkan sesuai dengan yang diajarkan

atau tidak.

e. Setelah dinyatakan dapat melanjutkan penelitian barulah responden

bisa ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data. Teknis

pengambilan pada hari ujian berlangsung, semua responden

diisolasi dari peserta ujian lainnya. Pertama-tama responden

mengisi kuesioner pengukuran kecemasan di tempat yang telah

disediakan tidak jauh dari tempat wudhu. Pengisian kuesioner

dilakukan selama

3 menit kemudian dilanjutkan intervensi wudhu selama 8-10 menit. Untuk intervensi

(perlakuan) diobservasi oleh observer yang terdiri dari:

1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim

2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT

3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali

4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali

5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah

membasuhnya.

6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai

dengan sebelah kanan

7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka

kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan,

8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya
dengan kedua jari telunjuk.
9.Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga kali dan selah-

selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua

i
kaki itu.

10.Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-kalah, wa

asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.

F. Setelah intervensi wudhu responden kembali mengisi kuesioner pengukuran

kecemasan di tempat yang telah disediakan selama 2 menit pasca intervensi. barulah

setelah selesai itu responden diperbolehkan untuk mengikuti ujian praktikum. semua

tahapan tahapan tadi dilakukan satu persatu oleh responden jadi, responden benar-benar

tidak terpapar oleh hal lainnya kecuali intervesi wudhu yang dilakukan peneliti untuk

menangani kecemasan

G. Data yang didapat selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data sesuai dengan tujuan

penelitian.

3.9 Pengolahan dan Analisa data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan merubah data

menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses

pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses

pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu:

3.9.1 Editing
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan kelengkapan,
kesesuaian, kejelasana dan kekonsistenan jawaban .

3.9.2 Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Sorting Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

3.9.3 Entri Data


Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori Memasukkan data boleh dengan cara

manual atau melalui pengolahan komputer.

3.9.3 Melakukan teknik analisis


Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

i
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan

dianalisis. Tehnik analisa yang digunakan adalah penghitungan statistika inferensial,

yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan

statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

3.9.4 Cleaning

Peneliti melakukan pengecakan kembali data yang telah dimasukkan. Setelah

dipastikan telah lengkap dan tidak ada kesalahan, dilakukan analisa data.

3.10 Analisa Data

3.10.1 Analisis Univariat

Dilakukan dengan menyatakan hasil analisa tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis dilakukan berdasarkan frekuensi maksimal, frekuensi minimal, mean, standar

deviasi, dan distribusi frekuensi.

1. Dimana mean didapatkan dari jumlah nilai yang diperoleh

dari seluruh responden dibagi jumlah respoden.

2. Dimana rumus untuk simpangan baku/standar deviasi (Sd)

adalah (Riwidikdo, 2007):

Sd = √ 𝑛 =1 (di-d)

N-1
Keterangan:

di = prebedaan pre dan post (di = X2-X1)

d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test N = banyaknya

sampel

3.10.2 Uji Normalitas data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan

i
bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang

mempunyai pola distribusi normal (Santoso, 2010). Metode

untuk mengetahui suatu set data memliki distribusi normal atau

tidak karena penelitian ini termasuk penelitian analitik maka

menggunakan Shapiro-Wilk untuk sampel kecil (≤50) dengan masing-

masing kemaknaan (p) > 5 (Dahlan, 2011). Setelah hasil analisis data

pada penelitian ini menunjukkan bahwa set data berdistribusi normal,

kemudian dilanjutkan dengan uji bivariat menggunakan statistik

parametrik uji t sampel berpasangan (Paired t Test).

3.10.3 Analisis Bivariat

Karena data pada penelitian ini berdistribusi normal maka analisis

bivariat menggunakan statistik parametrik uji t sampel berpasangan

(Paired t Test), dengan rumus (Riwidikdo, 2007):

3.11 Etika Penelitian

Etika penilitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, karena penilitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:

3.11.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Lembar persetujuan tersebut diberikan sebelum

penilitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya

3.11.2 Anonymity (Tanpa Nama)

i
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan.

3.11.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

riset.

i
BAB IV

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dan dijelaskan pada

bab sebelumnya, maka berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini:

1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 19 tahun yaitu 46,7%. Berada

direntang usia dewasa awal atau usia muda, rentang mengalami kecemasan karena

minimnya pengalaman hidup.

2. Gambaran kecemasan yang dialami responden saat menghadapi ujian praktikum tidak

merata dimana responden paling banyak merasakan kecemasan sedang yaitu

sebanyak 53,3% dari 15 orang jumlah responden. Seseorang yang mengalami

kecemasan pada level ini hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan

segera termasuk

mempersempit pandangan perseptual tetapi masih dapat melakukan hal


lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.

3. Ada pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian

praktikum pada mahasiswi keperawatan Universitas Muhammadiyah

Cirebon tahun angkatan 2018.

B. Saran

Kecemasan saat mengahadapi ujian praktikum dapat menganggu penampilan mahasiswa saat
ujian, bahkan dapat menurunkan kemampuan siswa sehingga tidak dapat melakukan tindakan dengan
tepat, sehingga kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mesti ditangani. Wudhu merupakan
penanganan kecemasan dengan menggunakan salah satu pendekatan religi serta pengintegrasian
teknik relaksasi napas dalam dan hidroterapi. Dengan melihat hasil penelitian ini diharapkan
mahasiswa selain mempersiapkan diri sebelum ujian juga dapat meluangkan waktu untuk
menggunakan teknik pendekatan religi saat akan menghadapi ujian praktikum maupun ujian lainnya.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian disarankan institusi pendidikan Keperawatan agar terapi
religi dimasukkan ke dalam rangkaian ujian kemudian dijadikan Standar Operasional Prosedur pada
praktikum tindakan keperawatan. Bukan hanya itu penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi
untuk pengembangan keilmuan keperawatan berlandaskan keislaman.

i
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Che Haslina B et al. Relationship betwen anxiety and accademic performance of nursing
students, Niger Delta University, Bayelsa State, Nigeria. Pelagia Research Library, 4 (5),
2013.

Afolayan, J.A et al. Relationship betwen anxiety and accademic performance of nursing students,
Niger Delta University, Bayelsa State, Nigeria. Pelagia Research Library, 4 (5), 2013.

Bantanie, Muhammad Syafi`ie el. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, 2010.

Cato, Mary Louise. Nursing Student Anxiety In Simulation Setting: A Mixed Methods
Study. Disertasi Doktoral Pendidikan. Portland State University, 2013.

Gosselin, Ashley M. Nursing Simulation Experience: Self-Eficacy, State Anxiety, Locus


Of Control, And Simulation Effectiveness. Tesis Keperawatan. University of New
Hampshire, 2013

i
i

Anda mungkin juga menyukai