Anda di halaman 1dari 12

1

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PENERAPAN

HUKUMAN PELAKU PIDANA HOMOSEKS (LIWATH) PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

A. Latar Blakang Masalah

Secara fitrah, Allah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasang.

Diantaranya Dia menciptakan siang dan malam, hitam dan putih,langit dan

bumibegitu juga dengan manusia. Manusia diciptakan dengan saling berpasangan

antara pria dan wanita. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi 1:

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujuraat (49):13)

Salah satu maksud Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan

adalah untuk menjalin hubungan diantara mereka, membina rumah tangga dan

memiliki keturunan melalui proses hubungan biologis yang normal. Kehidupan

normal dan sehat merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan kebahagian dan

ketentraman hidup di dunia.Dianugerahkan padanya nafsu atau keinginan dalam

1
QS. Al Hujuraat (49):13
2

istilah agama (al-Qur‟an) disebut dengan syahwat,yang merupakan rangkaian fitrah

mereka. Di antara syahwat atau keinginan yang kuat adalah kecintaan manusia pada

lawan jenisnya, kemudian dari kecintaan inilah akan timbul nafsu seks sebagai naluri

manusia sejak lahir2.

Akan tetapi dewasa ini banyaknya terjadi kasus pidana kekerasan seksual

berupa sodomi, sebagaimana yang penulis kutip di berbagai media elektronik, di

antaranya sebagai berikut :

1. Kasus pedofilia di Indonesia pada tahun 2001, setelah seorang turis dari

Italia, Mario Manara, mencabuli 12 bocah di Pantai Lovina, Buleleng,

Bali. Ia hanya dihukum 9 bulan penjara karena hukum saat itu masih

sangat lemah3.

2. Seorang warga negara Australia berinisial RA (70) ditangkap petugas

Polda Bali di rumahnya, daerah Tabanan. Pria paruh baya ini ditangkap

karena diduga melakukan pelecehan seksual. Menurut Kepala Bidang

Hubungan Masyrakat Polda Bali Kombes Pol Hery Wiyanto, pelaku

ditangkap karena kasus paedofilia pada Senin 11 Januari 2015. Korban

aksi peadofilia yang dilakukan kakek asal Australia itu mencapai 15 anak,

2
Muh, Kasim Mughi Amin, Kiat Selamatkan Cinta(Pendidikan Seks Bagi Remaja Muslim),
(Yogyakarta: Titian Ilahi Pres, 1997), Cet. 1, h. 44.
3
Bagus Santosomedia.iyaa.com, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, pukul 8.30 wib
3

kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Polda Bali Kombes Pol Herry

Wiyanto4.

Sodomi atau Liwath merupakan salah satu perilaku seks yang menyimpang

untuk memuaskan nafsu syahwat seseorang dan dianggap sebagai perbuatan asusila

yang menunjukkan bahwa pelakunya seseorang yang mengalami penyimpangan

psikologis dan tidak normal5. Liwath adalah hubungan seksual antara orang-orang

yang berjenis kelamin sama, yaitu laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan

perempuan, atas dasar kesukarelaan mereka. Jika hubungan seksusal sejenis kelamin

itu dilakukan oleh sesama laki-laki, dalam hukum pidana Islam disebut Liwath (gay),

sedangkan jika hubungan seksual sejenis kelamin itu dilakukan oleh sesame

perempuan, disebut Musahaqah (lesbian)6. Menurut Islam seseorang dikatakan

normal kehidupan seksualnya jika ia dapat menjaga kemaluannya dari hubungan

kelamin kecuali dengan isteri atau budak yang dimilikinya.

Artinya : “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap

isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya

4
Liputan6.com, Denpasar, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, pukul 8.30 wib
5
Siti Musdah Mulia, Islam dan inspirasi Kesetaraan Gender, (Yogyakarta : Kibar Press, 2007), h.
55-64
6
Neng Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia di Tinjau
Dari Hukum Islam, (Jakarta : Kencana, 2010), Cet. 1, h. 263
4

mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu.

Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al

Mukminun : 5 – 7)

Menurut keterangan dalam "al-Qur'an dan Terjemahannya" terbitan

Departemen Agama, yang dimaksud "Barang siapa mencari yang dibalik itu" adalah

zina, homo seksual dan lain sebagainya. Orang yang berbuat demikian termasuk

golongan orang yang melampaui batas di mana dia telah menyeleweng dari

kewajaran hidup berkelamin dan dia diancam oleh hukuman yang berat. Karena

dalam sejarah, kaum Nabi Luthlah yang paling besar melakukan skandal itu.

Sehingga Allah SWT perlu menimpakan siksa kepada mereka dengan hujan batu

yang memusnahkan, hal ini dapat dilihat dalam peringatan Nabi Luth kepada

umatnya, di dalam firman Allah SWT :

Artinya : “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).


(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: ‘Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di
dunia ini) sebelummu.’ (QS. 7:80) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki
untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah
kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. 7:81)” (al-A’raaf: 80-81)
5

Dalam perspektif imam Syafi’I, perbuatan sodomi dikategorikan sebagai

Jarimah dan fahisyah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-‘Araf ayat 80-81

tersebut, oleh Karena itu pelaku sodomi yang sudah menikah (Muhson) menurutnya

harus dihukum dengan hukuman rajam, yakni dilempari batu sampai meninggal

dunia, sedangkan pelaku sodomi yang belum menikah (ghairu muhson) dihukum

cambuk seratus kali cambukan. Imam syafi’i menetapkan hal ini berdasarkan firman

Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 2 yang berbunyi :

Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
(QS. An-Nur : 2)

Imam Syafi’I berpendapat bahwa pelaku wajib diberi sanksi sebagaimana

pelaku zina, karena menurutnya sodomi semakna dengan zina yang menyebabkan

diwajibkannya hukuman had, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Badaus Sona’i 7:

‫ه في‬%‫ل الن‬%‫ا ب‬%‫ه زن‬%‫ الن‬,‫ن‬%‫ والجلد ان كان غير محص‬,‫ وهو الرجم ان كان محصنا‬,‫الشا فعى يوجب الحد‬

‫ورود‬%%‫ ف‬,‫ا‬%%‫نى الزن‬%%‫ان في مع‬%%‫ فك‬,‫ه التمحض‬%%‫مغنى المستدعي لوجوب الحد وهو الوطء الحرام على وج‬

‫النص بايجاب الحد هناك يكون ورودا ههنا داللة‬

7
‘Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud al Kasani Al-Hanafi, Badaiushona’I fi tartibi as-syaroi’, (ttt :
Dar Kutub al-ilmiah, tth), h. 184-185
6

Artinya : imam Syafi’i mewajibkan had, yaitu rajam bila muhson, dan jilid bila

ghoru muhson, tidak karena zina akan tetapi karena perbuatan liwathnya yang

semakna dengan zina, zina dalam maknanya yang menyebabkan terhadap

diwajibkannya had adalah wathi yang diharamkan atas pendapat yang dipilih,

maka liwath seperti zina dalam segi maknanya, dalam nash berlaku dengan

diwajibkannya had demikianlah petunjuk yang berlaku.

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti

skripsi berjudul : ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG

PENERAPAN HUKUMAN PELAKU PIDANA HOMOSEKS PERSPEKTIF

FIQH JINAYAH

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari topik yang

dipermasalahkan, maka perlu adanya batasan masalah yang diteliti, dalam hal ini

penulis hanya meneliti tentang metode istinbat dan analisis Hukum Islam

terhadap pendapat Imam Syafi’i tentang penerapan hukuman pelaku pidana

homoseks (Liwath)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan di atas, dapat

dirumuskan beberapa pokok masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

Rincian dari pokok masalah ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:
7

1. Bagaimana metode istinbat imam Syafi’i tentang penerapan hukuman

pelaku pidana homoseks (Liwath) ?

2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap pendapat Imam Syafi’i

tentang penerapan hukuman pelaku pidana homoseks (Liwath) ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode istinbat imam Syafi’i tentang penerapan

hukuman pelaku pidana homoseks (Liwath)

b. Untuk mengetahui analisis Hukum Islam terhadap pendapat Imam Syafi’i

tentang penerapan hukuman pelaku pidana homoseks (Liwath)

2. Kegunaan Penelitian

a. Menambah wawasan serta memperluas cakrawala berpikir penulis

b. Memberikan informasi dan khazanah ilmu pengetahuan bagi para

pembaca yang ingin mengetahui kajian tentang pendapat Imam Syafi’i

tentang penerapan hukuman pelaku pidana homoseks (Liwath)

c. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-

langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan dengan masalah

tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan


8

cara pemecahannya8. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan jenis

penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang

mengandalkan data dari bahan pustaka untuk dikumpulkan dan kemudian

diolah sebagai bahan penelitian9. Adapun bahan yang dikumpulkan

berupa kitab-kitab, pendapat para ahli dan beberapa karangan ilmiah lain

yang mempunyai kaitan dengan pembahasan penelitian ini.

2. Sumber Data

Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder yang meliputi tiga kategori, yaitu:

a. Sumber Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber asli yang

memuat informasi10. Sumber data primer dalam penelitian ini

adalah Kitab Al-Um dan Al-Risalah.

b. Sumber Sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan dari sumber asli

yang memuat informasi, data yang menunjang sumber primer.

Adapaun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kitab Badaius Shonai’, Tasyri’ al-jina’i, Nihayatul Muhtaj, serta

buku-buku yang berhubungan dengan permaslahan tersebut.

8
Soejono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. ke- 1, h. 21
9
Cik Hasan Basri, Model Penelitian Fiqih, (Bogor: Prenada media, 2003), cet. ke- 2, h. 89
10
Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogjakarta: Lkis, 1999), cet. ke-1, h. 9
9

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan

data dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data dan menelaah

berbagai buku dan literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang

diteliti dalam penelitian ini

4. Metode Analisis Data

Analisa dilakukan dengan teknik analisa kualitatif, yaitu setelah

data-data terkumpul sedemikian rupa, data tersebut diklarifikasikan

kedalam kategori-kategori berdasarkan persamaan dari jenis data tersebut,

kemudian data tersebut diuraikan , dihubungkan , atau diperbandingkan

antara satu data dengan data yang lainnya, sehingga diperoleh gambaran

yang utuh tentang masalah yang diteliti.

5. Metode Penulisan

Untuk pengolahan data dalam rangka memasukkannya kedalam

tulisan, penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut:

a. Induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan peristiwa

yang kongkrit, kemudian dari fakta dan peristiwa itu ditarik

generalisasi-generalisasi yang bersifat umum11.

b. Deduktif, yaitu pembahasan dimulai dari uraian-uraian dan

pengertian yang bersifat umum menuju suatu kesimpulan yang

bersifat khusus.
11
Ibid, h. 42
10

c. Komperatif, yaitu mencari pemecahan suatu masalah melalui analisis

terhadap faktor-faktor yang berhubungaan dengan situasi yang

diselidiki dengan membandingkan antara satu pendapat dengan

pendapat lainnya. Kemudian dikompromikan, jika tidak bisa

dikompromikan maka penulis akan mencoba menganalisa data mana

yang mendekati kebenaran.

F. Sistematika Penulisan

Supaya pembahasan dalam penelitian ini menjadi sistematis maka penulis

membuat sistematika penulisan yang terdiri daro lima bab, yang masing-masing

bab memiliki beberapa sub bab yang mempunyai korelasi anata satu dengan yang

lain. Sistematika tersebut sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang

masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitaian, Metode penelitian,

Sistematika Penulisan

BAB II : Merupakan tinjauan umum tentang Imam Syaf’I yang meliputi:

Riwayat hidup Imam Syafi’I, guru dan murid Imam Syafi’I, karya-karya Imam

Syafi’I, serta dasar hukum Imam Syafi’i.

BAB III : dalam bab ini berisi tentang pengertian Liwath, dasar-dasar

hukum tentang liwath di dalam al-qur’an maupun hadits, hukuman tentang

liwath, sejarah tentang liwath


11

BAB IV : bab ini berisi tentang metode istinbat imam Syafi’i tentang

penerapan hukuman pelaku pidana homoseks (Liwath) dan analisis Hukum Islam

terhadap pendapat Imam Syafi’i tentang penerapan hukuman pelaku pidana

homoseks (Liwath)

BAB V : Merupakan bab penutup, yang terdiri dari, Kesimpulan, Saran.

DAFTAR PUSTAKA
12

DAFTAR PUSTAKA

‘Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud al Kasani Al-Hanafi, Badaiushona’I fi tartibi as-

syaroi’, (ttt : Dar Kutub al-ilmiah, tth)

Bagus Santosomedia.iyaa.com, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, pukul 8.30

wib

Cik Hasan Basri, Model Penelitian Fiqih, (Bogor: Prenada media, 2003), cet. ke- 2

Liputan6.com, Denpasar, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, pukul 8.30 wib

Muh, Kasim Mughi Amin, Kiat Selamatkan Cinta(Pendidikan Seks Bagi Remaja

Muslim), (Yogyakarta: Titian Ilahi Pres, 1997), Cet. 1

Neng Djubaedah, Perzinaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia di

Tinjau Dari Hukum Islam, (Jakarta : Kencana, 2010), Cet. 1

Siti Musdah Mulia, Islam dan inspirasi Kesetaraan Gender, (Yogyakarta : Kibar

Press, 2007)

Soejono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. ke- 1

Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogjakarta: Lkis, 1999), cet. ke-1

Anda mungkin juga menyukai