Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam
tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar
asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan
nyeri di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat
sangat bagi penderitanya. Penyebab penumpukan kristal di daerah tersebut
diakibatkan tingginya kadar asam urat dalam darah. Bahan pangan yang tinggi
kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 – 0,75
g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan
yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan buah-buahan yang mengandung
lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran
asam urat (Krisnatuti, 2007).
Seiring dengan adanya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang
semakin baik, maka menimbulakan pertambahan jumlah penduduk khususnya pada
lanjut usia mengalami peningkatan pada tiap tahun. Menurut Biro Pusat Statistic
penduduk lanjut usia dengan usia 60 tahun keatas pada tahun 2010 penduduk lanjut
usia akan mencapai 9,77 %, dan pada tahun 2020 akan di prediksikan penambahan
jumlah penduduk lanjut usia menjadi 11,3 % .Dengan demikian jumlah lanjut usia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang amat pesat (Mujahidullah, 2012).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut yaitu proses berfikir, mengingat
dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami
penurunan secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa
masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonominya.
Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami
adalah penyakit tidak menular salah satu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Asam urat merupakan hasil dari sisa pengahancuran purin, dimana sumber
utama purin dalam tubuh berasal dari makanan dan dari hasil 2 metabolisme DNA
tubuh. Purin berasal dari makanan merupakan hasil dari pemecahan nukleoprotein
2

makanan yang dilakukan oleh dinding saluran cerna. Sehingga peningkatan kadar
asam urat darah diakibatkan oleh seseorang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi purin (Sukri, 2012)

1.2. Rumusan masalah


a. Apa definisi Asam urat ?
b. Bagaimana Anatomi fisiologi Asam Urat ?
c. Apa saja Etiologi Asam Urat ?
d. Bagaiman Klasifikasi Asam Urat ?
e. Bagaiman Patofisiologi Asam Urat ?
f. Bagaiman Manifestasi Klinis Asam Urat ?
g. Apa Saja Komplikasi Asam Urat ?
h. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Asam Urat ?
i. Penatalaksana,an Medis Asam Urat ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan latar belakang ini adalah untuk mengetahui
konsep dari penyakit asam urat itu sendiri secara teoritis yang ada.
1.4. Manfaat
Bagi pembaca bisa di jadikan sebagai bahan kajian belajar untuk lebih
memahami tentang Asam urat dan asuhan keperawatan tentang asam urat.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asam Urat


Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit, karena terjadinya
penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi
yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan
asupan makanan kaya purin (Naga, 2012).
Arthritis Gout atau pirai adalah suatau peradangan sendi sebagai
manifestasi dari akumulasi endapan Kristal monosodium urat, yang
terkumpul didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat
didalam darah (hiperurisemia). Tidak semua orang dengan hiperurisemia
adalah penderita artritis pirai. Akan tetapi, resiko terjadi arthritis gout lebih
besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat dalam darah
(Helmi,2013).
Pada orang yang normal jumlah kadar asam urat sekitar 1000 mg
dengan kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal
natrium urat didalam serum < 7 mg/dL. Bberdasarkan hasil penelitian
laboratorium klinis, kadar asam urat normal pada wanita 2,4 – 5,7 mg/dL
dan untuk pria yaitu 3,4 – 7,0 mg/dL. Pada anak-anak kadar asam urat
berkisar antara 3,0 – 4,0 mg/dL dan setelah pubertas pada pria mencapai 5,2
mg/dL. Apabila kadar asam urat melebihi kadar normal tersebut, maka
dinamakan Hiperurisemia (Suiraoka, 2012).

2.2 Anatomi Fisiologi


Menurut Tao (2013), secara sederhana sendi didefinisikan sebagai daerah
tempat tulang bertemu. Ada 3 tipe utama sendi : sinovialis, kartilaginea dan
fibrosa
a. Sendi sinovialis
Paling umum pada tubuh : memungkinkan gerak bebas antara dua
tulang yang bersendi. Cairan pelumas, dikenal sebagai cairan synovial,
yang ditemukan dalam rongga sendi antara kedua tulang, member
4

fasilitasi gerak. Rongga ini ditutupi oleh dua struktur : kartilago


artikularispada permukaan ujung tulang dan membran sinovialis yang
dalam hubunganya dengan bagian luarvkapsula fibrosa, mnyusun
kapsula artikularis. Periosteum kedua tulang yang bertemu ini
bercampur bersama kapsula artikularis tersebut. Periosteum dari kedua
tulang ini menyatu bersama denga kapsula artikular. Seringkali sendi ini
diperkuat oleh ligamentum disekitar.
Ada enam tipe sendi sinovialis, yaitu sebagi berikut :

Tipe Sendi Sinovialis Contoh Tipe Gerak


Sendi geser (plane joints Artikulasio Menggeser pada satu
akromioklavikularis sumbu
Sendi engsel (hinge Artikulasio kubiti Fleksi ekstensi
joints)
Sendi pelana (saddle Artikulasio Fleksi/ekstensi.
joints) karpometakarpal Abduksi/adduksi,
sirkumduksi
Sendi kondiloidea Artikulasio Sama seperti sendi pelana,
(condyloid joints) metakarpofalangeal biasanya dengan sumbu
yang satu lebih besar
daripada sumbu yang lain
Sendi bola dan soket (ball Artikulasio koksa Fleksi/ekstensi,
and socket joints) abduksi/adduksi,
sirkumduksi, rotasi ke
medial dan lateral
Sendi putar (pvot joints) Artikulasio Rotasi (pronasi/supinasi)
atlantoepistrofika seperti pada radius : rotasi
atlas mengelilingi dens
pada artikulasio
atlantorpistrofika)

b. Sendi kartilaginea
Dua tipe sendi kartilaginea ada pada tubuh diseluruh
perkembangan. Sendi kartilaginea primer dengan khas merupakan
persendian sementara tulang yang dibangun dari kartilago hialin : sendi
ini ada saat perkembangan tulang panjang dan pada lempeng episeal.
Sendi kartilaginea sekunder dibnagun dari fibrokartilago. Sebuah contoh
tipe sendi ini adalah diskus intervertebralis yang mengabungkan
vertebra bersama dan memungkinkan untuk pembatasan gerak tulang
belakang.
5

c. Sendi Fibrosa
Tulang yang bersendi dihubungkan oleh ligamentum atau membrane
fibrosa. Gerak pada sendi ini dapat terbatas atau tidak ada, bergantung
pada pembatasan fibrosa yang menghubungkan tulang-tulang.
Contohnya meliputi suara tulang tengkorak, simfisis osium dan sendi
yang menghubungkan radius dan ulna.

2.3 Etiologi
Menurut Mansjoer (2012), Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat, karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk
dalam golongan metabolik.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat
hiperurisemia. Hiperuresemia pada penyakit ini terjadi karena :
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik, disebakan sintesis langsung yang bertambah
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena Penyakit lain seperti leukemia
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
ditubuh distal yang sehat, penyebab ini tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya
pada gromerulonefritis
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun, secara klinis hal
ini tidak penting.
Sedangkan menurut Sustrani (2005), faktor yang berpengaruh sebagai
penyebab asam urat adalah:
1. Faktor keturunan
2. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya seperti
daging, makanan laut, kacang-kacangan, bayam, jamur dan kembang kol
3. Akibat konsumsi alkohol berlebihan
6

4. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama


gangguan ginjal
5. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama
diuretika ( furosemida dan hidroklorotiazida )
6. Penggunaan antibiotika berlebihan
7. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia
8. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olah
raga berlebihan

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik: 1. Stadium artritis gout akut
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5- 7
hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya
keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan
tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang
dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu. Faktor pencetus serangan akut
antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres,
tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan peningkatan
asam urat. 2. Stadium interkritikal Pada keadaan ini penderita dalam
keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang
dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang
sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 12 tahun.
Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa
ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama
kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout. Walaupun secara
klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut, namun pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan tetap
berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Dengan manajemen yang tidak baik ,
maka keadaan interkritik akan berlajut menjadi stadium dengan
7

pembentukan tofi. 3. Stadium artritis gout menahun (kronik) Tahap ketiga


disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini terjadi bila
penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini
akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih. pirai menahun dan
berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan bentuk sendi. Pengendapan
kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut dan menyebabkan
kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi. Benjolan keras dari
kristal urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di sekitar sendi.
Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya, dibawah
kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan
kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur.
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya: 1. Gout primer Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat berlebihan, penurunan
ekskresi asam urat melalui ginjal. 2. Gout sekunder Gout sekunder
disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan. a. Obat-obatan Salisilat
dosis rendah, diuretik, pyrazinamide(obat TBC), levodopa (obat parkinson),
asam nikotinat,ethambutol. b. Penyakit lain Insufisiensi ginjal: gagal ginjal
adalah salah satu penyebab yang lebih lazim hiperusemia. Pada gagal ginjal
kronikkdar asam urat pada umumnya tidak akan meningkat sampai kretinie
clearance kurang dari 20 mL/menit, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang
berperan. Pada kelainan ginjal tertentu, seperti nefpropati karena keracunan
timbal menahun, hiperusemia umumnya telah dapat diamati bahkan dengan
insufisiensi ginjal yang minimal. (Helmi, Zairin Helmi. 2011.
8

2.5 Patofisiologi

Diet tinggi purin Peninngkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak diekskresi melalui urine

Asam urat dalam Penyakit ginjal (glomerulonefritis


Kemampuan ekskresi asam
dan gagal ginjal
urat terganggu/menurun

Hipersaturasi asam urat Peningkatan asam laktatsebagai Konsumsi alkohol


dalam plasma dan garam produk sampingan metabolisme
urat dicairkan tubuh

Dibungkus oleh berbagai Merangsang neutrofil


Terbentuk kristal monosodium
protein (termasuk igG) (leukosit PMN)
urat (MSU)

Terjadi fagositosis kristal


Diginjal Dijaringan lunak dan persendian oleh leukosit

Penumpukan dan Penumpukan dan Terbentuk fagolisosom


pengendapan MSU pengendapan MSU

Merusak selaput protein kristal


Pembentukan batu Pembentukan tophus
ginjal asam urat
Terjadi ikatan hydrogen antara
Respon inflamasi permukaan ristal dengan
meningkat membrane lisosom
Proteinuria,
hipertensi ringan,
urin asam & pekat
Membrane lisosom robek,
terjadi pelepasan enzim dan
oksida radikal kesitoplasma
Resiko
(synovial)
ketidakseimbangan
volume cairan

Peningkatan kerusakan
jaringan
Hipertermi Pembesaran dan
penonjlan sendi

Nyeri hebat, gangguan rasa Deformitas sendi


nyaman, gangguan pola tidur

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Kerusakan integritas Fibrosis dan/atau


jaringan Hambatan
ankilosis tulang mobilitas fisik
9

2.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat
tidur.
2. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba
panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari, dilanjutkan
dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi
berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan
mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi.
3. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
4. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.
Berdasarkan diagnosis dari American Rheumatism Association (ARA),
seseorang dikatakan menderita asam urat jika memenuhi beberapa kriteria
berikut:
1. Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam cairan sendi.
2. Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam thopi, di tentukan
berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar
terpolarisasi.
3. Di dapatkan 6 dari 12 kriteria di bawah ini :
a. Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali.
b. Terjadi peradangan secara maksimal pada hari pertama gejala atau
serangan datang.
c. Merupakan arthritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi
persendian).
d. Sendi yang terserang berwarna kemerahan.
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak.
f. Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi
metatarsophalangeal.
g. Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
10

h. Adanya topus (Deposit besar dan tidak teratur yang berasal dari
natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula
sendi.
i. Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari
7mg/dL).
j. Pada gambaran radiologis tampak pembengkakan sendi secara
asimetris (satu sisi tubuh saja).
k. Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa erosi.
l. Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negative. Bengkak,
kemerahan, panas dan rasa nyeri yang hebat pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki (podagra) adalah tanda khas gout.

2.7. Komplikasi Asam urat


1. Gangguan Gaya Hidup
a. Tidur - Serangan asam urat paling sering terjadi pada malam hari dan
mungkin membangunkan Anda dari tidur. Rasa sakit yang terus
berlanjut juga bisa mencegah Anda kembali tidur. Kurang tidur
dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk kelelahan, stres
meningkat, dan perubahan suasana hati.
b. Cacat - Rasa sakit akibat serangan asam urat bisa mengganggu
proses berjalan, pekerjaan rumah tangga, dan aktivitas sehari-hari
lainnya. Selain itu, kerusakan sendi akibat serangan gout berulang
dapat menyebabkan cacat permanen.
c. Tophi - Tophi adalah endapan kristal urat yang terbentuk di bawah
kulit pada kasus encok kronis, atau gout tophaceous. Hal ini paling
sering terjadi di tangan, kaki, pergelangan tangan, pergelangan kaki,
dan telinga. Tophi seperti benjolan keras di bawah kulit dan biasanya
tidak menyakitkan, kecuali saat serangan asam urat saat meradang
dan bengkak. Karena tophi terus tumbuh, mereka dapat mengikis
kulit dan jaringan sekitarnya dari sendi, menyebabkan kerusakan
sendi.
11

2. Deformitas sendi
Penyebab Jika encok tidak diobati, serangan akut terjadi lebih
banyak dan lebih sering. yang di sebabkan oleh serangan ini, serta.
pertumbuhan tophi, menyebabkakerusakan pada jaringan sendi. Sendi
akhirnya bisa keluar dari keselarasan dan menjadi tidak bergerak
3. Batu ginjal
Ginjal yang menyakitkan. Konsentrasi tinggi batu ginjal urat bisa
mengganggu fungsi ginjal. Kristal urat yang sama yang menyebabkan
gejala nyeri encok juga bisa terbentuk di ginjal. Ini bisa membuat batu
4. Penyakit jantung
Asam urat umum terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi,
akan mengalami kondisi parah menjadi penyakit arteri koroner, dan
gagal jantung.
5. Kondisi medis lain yang terkait dengan asam urat

2.8. Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat ialah apabila pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 6 mg/dL
untuk pria dan lebih dari 5,5 mg/dL untuk wanita. Bukti adanya kristal
urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui mikroskop polarisasi
sudah membuktikan, bagaimanapun juga pembentukan topus hanya
setengah dari semua pasien dengan gout ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu
pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada dan tidaknya
gejala aterosklerosis.
2. Pemeriksaan Cairan Sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya
ialah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate (kristal MSU)
dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi
perlu dilakukan kultur cairan sendi. Dengan mengeluarkan cairan sendi
yang meradang maka pasien akan merasakan nyeri sendi yang berkurang.
12

Dengan memasukkan obat ke dalam sendi, selain menyedot cairan sendi


tentunya, maka pasien akan lebih cepat sembuh.
3. Pemeriksaan dengan Roentgen
Pemeriksaan roentgen perlu dilakukanuntuk melihat kelainan baik
pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi.

2.9 Penatalaksanaan Medis


1. Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangan gout akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut
di kemudian hari. Obat ini juga dapat digunakan sebagai sarana
diagnosis.
2. Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg setiap jam, sampai
gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada
bukti timbulnya efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah
4-8 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan.
3. Efek samping :Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat,
muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat
harus dihentikan.
4. Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24
jam sesudah pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari
ternyata cukup efektif untuk mencegah serangan gout berikutnya secara
sempurna atau mendekati sempurna.
5. Penggunaan kolkisin setiap hari cenderung memperingan episode gout
berikutnya, kalau memang serangan gout terjadi lagi. Penggunaan
kolkisin jangka panjang tak memperlihatkan efek samping yang berat.
6. Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan
efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan.
Indometasin juga cukup efektif.
7. Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi
pencegahan.
13

a. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-


400 mg per hari dapat menurunkan kadar asam urat serum.
b. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya
mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal
dan dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat.
8. Hindari makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi. Di antara
jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti manis dan
otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya
dibatasi.
9. Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu
gerakan sendi, maka dilakukan pembedahan.
14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Proses Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap:
a. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi nama,
jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis. Pada
umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST.
 Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah peradangan.
 Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.
 Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar ,
dan nyeri terjadi di sendi yang mengalami masalah.
 Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3
pada rentang skala pengukuran 0-4.
 Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak muncul keluhan dan secara
umum, mencakup awitan gejala, dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting di tanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic, alopurinol.
15

c. Riwayat penyakit dahuluPada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan


penyebab yang mendukung terjadinya gout. Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah adakah klien pernah dirawat dengan masalah yang
sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan dan
penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga Kaji adakah keluarga dari genarasi
terdahulu mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena
penyakit gout berhubungan dengan genetik. Ada produksi/sekresi
asam urat yang berlebihan yang tidak di ketahui penyebabnya.
e. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
penyakit klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan
akan program pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan
asam urat terhadap sirkulasi.Adanya perubahan peran dalanm keluarga
akibat adanya nyri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon
terhadap konsep diri yang maldaptif.
f. Pengkajian Berdasarkan Pola
1) Pola Presepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Keluhan utama nyeri pada pada sendi
b. Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau
mengurangi serangan.
c. Riwayat penyakit Gout pada keluarga
d. Obat utntuk mengatasi adanya gejala
2) Pola nutrisi dan metabolic
a. Peningkatan berat badan
b. Peningkatan suhu tubuh
c. Diet
16

3) Pola aktifitas dan Latihan


a. Respon sentuhan pada sendi dan menjaga sendi yang terkena
b. Pola presepsi dan konsep diri
c. Rasa cemas dan takut untuk melakukan pergerakan
d. Presepsi diri dalam melakukan mobilitas
g. Pemeriksaaan fisik
1. B1 (Breathing)
a. Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
c. Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit,
biasanya di dapat suara ronki atau mengi.
2. B2 (Blood): pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering
ditemukan keringat dingin,dan pusing karena nyeri
3. B3 (Brain): kesadaran biasanya kompos mentis
a. Kepala dan wajah : ada sianosis
b. Mata : sclera biasanya tidak ikterik
c. Leher : biasanya JVP dalam batas normal
4. B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan
tidak ada keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout
sudah mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu
asam urat, dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi
pada sistem ini.
5. B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada
gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta
nbau feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna,
bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung,dan tidak ada nafsu makan, terutama klien yang
memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia.
17

6. B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan


a. Look: keluhan nyeri sendi uyang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
b. Feel: ada nyeri tekan pada sendi yang membengka
c. Move: hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan
kontraktur.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
informasi.
C. Perencanaan
No
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera
Pasien mampu menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri
1) Kaji nyeri pasien menggunakan metode PQRST.
R/ Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan
keefektifan intervensi.
2) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
R/ Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan
mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh.
3) Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi,
seperti pemijatan, mengatur posisi, dan teknik relaksasi.
R/ Membantu pasien mwmfokuskan pada subjek pengurangan
nyeri.
4) Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misalnya menggunakan
sepatu yang sempit dan terantuk benda yang keras
R/ Bila terjadi iritasi maka akan semakin nyeri.
18

5) Berikan obat-obatan yang dianjurkan sesuai indikasi


R/ untuk mengurangi nyeri yang adekuat.
2. Hambatan mobillitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan
kontraktur
Pasien mampu mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
1) Melakukan latihan ROM untuk sendi yang terkena gout jika
memungkinkan
R/ Tindakan ini mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot.
2) Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam sekali pada pasien tirah
baring
R/ Tindakan ini mencegah kerusakan kulit dengan mengurangi
tekanan.
3) Pantau kemajuan dan parkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
R/ untuk mandeteksi perkembangan klien.
4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
R/ kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik.
5) Ajarkan pasien atau anggota keluarga tentang latihan ROM
R/ Untuk membantu persiapan pemulangan pasien.
3. Defisit pengetahuan berhubungan kurang pajanan informasi
Pasien mampu mengkomunikasikan apa yang dirasakan dan yang
diajarkan.
1) Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan intruksi yang
diberikan
R/ Mengetahui respond dan kemampuan kognitif pasien dalam
menerima informasi.
2) Berikan jadwal obat yang di gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan koordinasi dan kesadaran pasien
terhadap pengobatan yang teratur.
19

3) Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin


dibutuhkan
R/ mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
4) Jelaskan pada pasien menegenai penyakit yang dialami.
R/ memberikan pengetahuan pasien sehingga dapat menghindari
terjadinya serangan berulang
5) Dorong pemasukan diet rendah purin dan cairan yang adekuat
R/ meningkatkan penyembuhan.

Evaluasi
1. Discharge Planning
Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk
perawatan dirumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang
harus sudah dipersiapkan/diberikan pada keluarga pasien ini adalah:
a. Pengertian dari penyakit Arthritis gout.
b. Penjelasan tentang penyebab penyakit.
c. Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh
keluarga.
d. Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan.
e. Klien dan keluarga dapat pergi ke Rumah Sakit/Puskesmas
terdekat apabila ada gejala yang memberatkan penyakitnya.
f. Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien
dalam menaati program pemulihan kesehatan.
g. Anjurkan pasien untuk diet rendah purin.
20

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gout arthritis adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus yaitu arthritis akut. Arthritis Gout lebih banyak terdapat pada pria
sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
Gejala Arthrtis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari
penyebabnya, penyakit ini termasuk kedalam kelainan metabolik.
Asam Urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal
terjadi keesimbangan antara produksi dan eksresi sekitar du pertiga (2/3)
jumlah yang di produksi setiap hari dieksresikan melalui ginjal dan sisanya
melalui feses. Serum asam Urat normal untuk laki-laki berkisar 3,5 – 7
mg/dl. untuk perempuan berkisar 2,6 – 6 mg/dl pada level lebih dari 7,0
mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.

4.2. Saran
Dengan adanya laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini pembaca
dapat memahami apa yang dimaksud asam urat, dan mengetahui tanda dan
gejala, komplikasi, semoga dapat di jadikan acuan pembelajran dan dapat
bermanfa,at bagi semua orang.
21

Daftar Pustaka

Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan


kedua. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.

McQueen, F.M., Reeves, Q., & Dalbeth, N. (201). New insights into an old
disease: advanced imaging in the diagnosis and management of gout. Postgrad
Med J 2013;89:87–93. doi:10.

Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan


kelima.Jakarta : Yarsif Watampone.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
22

Anda mungkin juga menyukai