Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1.1 Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelaian dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri (Fitryasari & Nihayati, 2015).
1.2 Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)

adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran

air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,

serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk

mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat

tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat

yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka

1
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan

dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan,

mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,

mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan

aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri

setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

a. Fisik

- Bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor; kuku panjang dan

kotor; gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi

b. Psikologis

- Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3)

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang; 3). Tidak mampu berperilaku


sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di
sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

1.3 Etiologi

2
Menurut Wartonah (2000) dalam Iskandar (2016), penyebab kurang
perawatan diri adalah :
a. Faktor presdiposisi
1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiw dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor – faktor yang
mempengaruhi personl higiene adalah
1. Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya,
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

3
5. Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6. Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo
dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
1.4. Pohon Masalah

Effect Isolasi

Core Problem Defisit Perawatan

Cause Harga Diri Rendah


Sumber : Maulana (2018)

1.5. Penatalaksanaan
Menurut Maulana (2018) Yang diberikan pada klien yang mengalami
gangguan jiwa mengamuk ada 2 yaitu :
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapieutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan
1.6. Masalah Keperawatan

4
Menurut Iskandar, (2014) masalah keperawatan yang muncul yaitu :
1. Isolasi mandiri
2. Deficit perawatan diri
3. Harga diri rendah
1.7. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
1.8. Tindakan Keperawatan
No Klien Keluarga
SPIP1 SPIK
1. Menjelaskan Mendiskusikan masalah yang dirasakan
pentingnya kebersihan keluarga dalam merawat pasien.
diri
2. Menjelaskan cara Menjelaskan pengertian, tanda dan
menjaga kebersihan gejala drfisit perawatan diri, dan jenis
diri deficit perawatan diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.

3. Membantu Menjelaskan cara-cara merawat pasien


klienmempraktekkan deficit perawatan diri
cara menjaga
kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.

SP2P SP2K
1. Mengevalusai jadwal Melatih keluarga mempraktekkan cara
kegiatan harian pasien merawat pasien dengan deficit
perawatan diri
2. Menjelaskan cara Melatih keluarga mempraktekkan cara
makan yang baik merawat langsung kepada psien deficit
perawatan diri.
3. Membantu pasien

5
mempraktekan cara
makan yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal Membantu keluarga membuat jadwal
kegiatan harian pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning).
2. Menjelaskan cara Menjelaskan follow up pasien setelah
eliminasi pulang
3. Membantu pasien
mempraktekkan cara
eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP4P SP4K
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
Menjelaskan cara
2. berdandan
Membantu pasien
3. mempraktekkan cara
berdandan
Menganjurkan pasien
4. memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

DAFTAR PUSTAKA

6
Abdullah Muhith. (2015) Pendidikan Keperawatan Jiwa. CV. ANDI
OFFSET.Ed.1. ISBN : 978 979 29 2398 8. Diakses pada tanggal 20 juli
2019 dari https://books.google.co.id
Iskandar,S.Kep.,Ns. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit PT Refika
Aditama. Cetakan Kedua. ISBN.978-602-8650-91-5
Ns. Wuri E.W. M.Kep.Sp.Kep.J (2018). Buku Ajar Keperawatan jiwa 1. Penerbit
Universitas Jember. Diakses pada tanggal 20 juli 2019 dari
https://books.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai