Anda di halaman 1dari 12

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SAMBUTAN
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2021
PROVINSI BANTEN

14 APRIL 2020

Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri,


Yang terhormat Gubernur Provinsi Banten,
Yang terhormat Wakil Gubernur Provinsi Banten,
Yang terhormat Para Pejabat Eselon I yang mewakili Menteri
terkait,
Yang terhormat Saudara Ketua DPRD Provinsi Banten,
Yang terhormat Para Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah
Provinsi Banten,
Yang terhormat Para Bupati dan Walikota seluruh Provinsi Banten,
Yang terhormat Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
Banten,
Yang terhormat Para Tokoh Masyarakat, Akademisi, Wakil
Organisasi Masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, serta

1
Hadirin peserta Musrenbang RKPD Provinsi Banten yang kami
muliakan.

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,


Salam Sejahtera untuk kita semua.

Mengawali sambutan kami, marilah kita panjatkan syukur kehadirat


Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia dan nikmat-
Nya sehingga kita bisa berkumpul secara virtual untuk membicarakan
hal yang penting dan strategis untuk kemajuan masyarakat dan wilayah
Banten. Untuk menghemat waktu, saya akan membagi sambutan saya
dalam tiga poin. Pertama, sebagai pengantar saya akan membahas
tantangan yang kita hadapi saat ini, dan apa implikasinya bagi
pembangunan nasional dan daerah. Kedua, saya akan menyampaikan
pokok-pokok rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021. Dan di
bagian terakhir saya akan menyampaikan beberapa arahan tentang
langkah-langkah pemulihan dan transformasi ekonomi daerah.

Saudara Gubernur dan para peserta Musrenbangprov yang saya


muliakan,

Saat ini kita sedang menghadapi tantangan yang sangat berat,


barangkali terberat sejak krisis finansial Asia 1998/1999 yang lalu. Tidak
hanya kita, hampir semua negara di seluruh dunia saat ini sedang
mencurahkan energi dan sumberdayanya untuk mengatasi wabah
pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Faktor yang membuat
kita dan negara-negara lain berada dalam kesulitan dan tekanan adalah
kecepatan penyebaran penyakit menular ini, sementara kita semua
belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perilaku virus baru
2
tersebut. Dengan belum ditemukannya vaksin Covid-19, terdapat
konsensus bahwa langkah terbaik adalah memutus rantai penularan
dan penyebaran penyakit ini dengan membatasi kontak fisik dan
pergerakan penduduk. Hampir tidak ada pilihan lain. Maka dalam waktu
singkat situasi ini telah memiliki implikasi luas terhadap aktivitas sosial
ekonomi masyarakat.

Pertama tentu dampak di bidang kesehatan masyarakat. Meningkatnya


jumlah penderita terinfeksi virus corona dalam waktu singkat telah
meningkatkan tekanan yang luar biasa pada sistem pelayanan
kesehatan kita. Kita tentu harus mengapresiasi semangat pantang
menyerah para tenaga medis di tengah kelangkaan alat-alat kesehatan,
termasuk alat pelindung diri (APD) bagi dokter dan perawat. Kita juga
prihatin dengan korban jiwa yang tidak bisa diselamatkan dari virus itu.
Saat ini pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk mengambil langkah-
langkah cepat mengatasi isu-isu yang ada.

Berikutnya, dampak sosial ekonomi. Pemerintah telah mengambil


kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam rangka
membatasi dan memutus rantai penyebaran virus corona.
Konsekuensinya, mobilitas penduduk dibatasi, khususnya di ruang-
ruang publik yang berpotensi kontak fisik dan mempermudah transmisi
virus baik melalui droplet ketika penderita atau carrier (orang sehat
pembawa virus) batuk/bersin maupun melalui kontak permukaan benda
di mana virus masih menempel. Dampak dari hampir berhentinya
mobilitas orang ini sungguh luar biasa: proses produksi di sektor riil
berkurang karena sebagian besar pekerja diminta bekerja dari rumah.
Sektor-sektor yang diperkirakan paling terpukul di antaranya industri
pariwisata (perhotelan, agen perjalanan, bisnis hiburan, dan usaha
3
kuliner), industri manufaktur khususnya yang padat karya dan
bergantung pada ekspor-impor, sektor perdagangan, dan sektor
konstruksi. Bagi UMKM dan pelaku ekonomi informal dampaknya juga
besar, dari berkurangnya omset usaha hingga kehilangan pekerjaan.

Di tingkat globalpun prediksi lembaga-lembaga internasional seperti IMF


mengindikasikan pelambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia, dari
sebelumnya diproyeksikan di kisaran 3 persen menjadi hanya 0,1
persen alias hampir tidak tumbuh. Penilaian terbaru ini konsisten
dengan indikator penurunan harga komoditas yang sangat tajam. Harga
minyak mentah yang di awal tahun masih di kisaran USD 50-60 per
barrel, saat ini hanya bernilai USD 20 per barrel. Tekanan sistem
eksternal ini ditambah pelambatan aktivitas ekonomi domestik membuat
para investor khawatir dan mencari aset yang paling aman, yang
menyebabkan capital outflow dari negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Akibatnya nilai tukar rupiah pun terdepresiasi cukup tajam
dalam sebulan terakhir ini.

Saudara Gubernur dan para peserta Musrenbang yang mulia,

Banyak yang beranggapan bahwa dalam situasi saat ini pemerintah


dihadapkan pada trade-off antara menangani isu kesehatan atau
menjaga perputaran perekonomian. Jika tanpa tindakan-tindakan
pembatasan massal para ahli hampir dapat memastikan kasus positif
terinfeksi Covid-19 akan bertambah dengan cepat dan angka mortalitas
akan tinggi, untuk kemudian diprediksikan laju pertambahan kasus baru
akan semakin berkurang dan akhirnya menurun (Baldwin, 2020).
Sebaliknya, bila kebijakan pembatasan diterapkan maka kurva
pertambahan kasus Covid-19 dan angka kematian sangat mungkin lebih
4
landai, tetapi dampaknya ke perekonomian akan lebih besar. Dalam
situasi seperti inilah kebijakan stimulus sangat diperlukan. Tujuannya
adalah untuk menahan laju pelambatan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah sejauh ini telah meluncurkan tiga paket stimulus berkaitan


dengan pandemi Covid-19 ini. Stimulus pertama senilai Rp10,3 triliun
berisi perluasan kartu sembako, perluasan subsidi bunga, insentif untuk
sektor pariwisata, percepatan implementasi kartu prakerja, dan
realokasi Dana Alokasi Khusus (DAK). Berikutnya pemerintah
meluncurkan Stimulus II senilai Rp22,9 triliun untuk mendukung
relaksasi pembayaran PPh dan restitusi PPN, serta penyederhanaan
proses ekspor-impor. Yang terbaru, pemerintah meluncurkan Paket
Stimulus III senilai Rp450 triliun dengan peruntukan Rp75 triliun untuk
bidang kesehatan (alat kesehatan, sarana prasrana, dan dukungan
SDM), Rp110 triliun untuk perlindungan sosial (PKH, BPNT, diskon
listrik, BPJS, kartu Pra-Kerja), Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan
dan stimulus KUR, dan Rp150 triliun untuk Program Pemulihan Ekonomi
Nasional termasuk penjaminan pembiayaan dunia usaha, terutama
UMKM. Paket stimulus fiskal ini juga didukung oleh paket kebijakan
moneter yang dikendalikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan.

Sebagai payung hukum untuk mengimplementasikan paket-paket


kebijakan tersebut pemerintah telah menerbitkan Perpu Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan.
5
Beberapa kebijakan penting yang bisa saya sampaikan di sini adalah:
(1) pelonggaran batasan defisit anggaran (APBN) hingga tahun 2023
untuk kemudian dinormalkan kembali maksimal 3 persen PDB; (2)
Penyesuaian belanja wajib di bidang kesehatan, anggaran dana desa,
dan Dana Alokasi Umum; (3) Pergeseran anggaran dan refocusing
belanja; dan (4) Sumber-sumber pembiayaan dan pemberian hibah.

Para peserta musrenbang yang saya hormati,

Selanjutnya perkenankan kami menyampaikan Pokok-Pokok


Rancangan RKP 2021. Beberapa waktu yang lalu Bapak Presiden telah
memberikan arahan bahwa RPJMN akan merupakan panduan dan
rencana dalam melangkah ke depan menuju Indonesia Maju. Selajutnya
RPJMN akan dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah. Pada
tahun 2019, kita sebenarnya sudah masuk ke kelompok negara-negara
berpendapatan menengah dengan pendapatan per kapita sekitar USD
4.500. Tetapi angka ini masih jauh dari impian kita untuk mencapai USD
23 ribu lebih di tahun 2045. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi perlu
dijaga konsistensinya dalam jangka panjang.

Untuk tahun 2020-2024 sasaran laju pertumbuhan ekonomi ditargetkan


pada kisaran 5,7 – 6,0 persen, yang selanjutnya diharapkan membuka
lapangan kerja dan menurunkan angka pengangguran hingga 3,6 – 4,3
persen. Sejalan dengan itu tingkat kemiskinan kita harapkan turun
hingga 6,0 - 7,0 persen. Untuk pembangunan manusia ditargetkan
meningkat hingga mencapai nilai 75,54 dan tingkat ketimpangan antar
kelompok diharapkan berada pada indeks 0,36 – 0,37.

Sesuai dengan arahan RPJMN, maka RKP 2021 akan memuat 7


agenda pembangunan yang meliputi pembangunan ekonomi,
6
pengembangan wilayah, pembangunan sumber daya manusia, revolusi
mental, pembangunan infrastruktur, pelestarian lingkungan hidup, dan
stabilitas polhukhankam. Untuk mencapai sasaran jangka menengah
RPJMN memuat 41 proyek prioritas strategis yang memiliki daya ungkit
tinggi, seperti percepatan pengembangan 10 destinasi pariwisata
prioritas, penanganan stunting dan kematian ibu, dan penuntasan jalan
tol Trans Sumatera dari Aceh hingga Lampung.

Tema RKP 2021 adalah “Mempercepat Pemulihan Ketahanan


Ekonomi dan Kehidupan Masyarakat” dengan fokus Pemulihan
Industri, Pariwisata dan Investasi Penguatan Sistem Kesehatan
Nasional. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2021 adalah (i)
pulihnya perekonomian nasional pasca dampak Covid-19 ditandai
dengan laju pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1-5,5 persen; (ii)
menurunnya tingkat kemiskinan hingga kisaran 8,3-8,8 persen,
terciptanya lapangan kerja berkualitas ditandai tingkat pengangguran di
level 4,8-5,2 persen; (iv) meningkatnya pembangunan manusia ditandai
angka IPM 73,0; dan (v) menurunnya tingkat ketimpangan ditandai
Rasio Gini 0,373-0,376.

RKP 2021 disusun dengan semangat menyusun kebijakan yang konkret


dan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat. Oleh karena itu 41
proyek prioritas strategis (major project) akan menjadi fokus dalam
rencana dan anggaran. Pelaksanaan proyek-proyek strategis ini
dilaksanakan sesuai dengan kesiapan dan pentahapan proyek.
Beberapa major project yang mendukung langsung tema RKP 2021
akan didahulukan. Beberapa contohnya antara lain: 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas, 9 kawasan industri di luar Jawa, industri 4.0 di 5

7
subsektor prioritas, pendidikan dan pelatihan vokasi, dan jaringan
pelabuhan terpadu.

Untuk memastikan rencana-rencana terlaksana, Bapak Presiden telah


memberikan arahan dalam Sidang Kabinet bahwa Bappenas perlu
berperan sebagai clearing house program pembangunan. Adapun
tugasnya adalah (i) memastikan bahwa seluruh rencana kegiatan
kementerian/lembaga harus sesuai dengan RPJMN/RKP; (ii)
memastikan konsistensi antara perencanaan dan penganggaran; dan
(iii) mengendalikan pelaksanaan rencana pembangunan.

Saudara Gubernur dan perserta Musrenbang yang mulia,

Selanjutnya perkenankan kami menyampaikan beberapa arahan terkait


pembangunan Provinsi Banten. Kami mengidentifikasi tiga isu strategis
yang memerlukan pendekatan lintas-sektor dan penanganan yang
konsisten dalam pembangunan Provinsi Banten. Pertama tentang
pemulihan kondisi sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19. Dari data
sementara tentang perkembangan wabah Covid-19 ini, Provinsi Banten
merupakan provinsi keempat tertinggi kasus positif Covid-19.
Diperlukan pemantauan yang ketat disertai disiplin yang tinggi dari
segenap masyarakat untuk menjalankan physical distancing untuk
memutus rantai penyebaran virus ini. Oleh karena itu, kami memohon
kerjasama pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan di
Banten untuk menjalankan arahan pemerintah tentang pembatasan
sosial berskala besar ini. Keberhasilan kita mengatasi penyebaran virus
ini akan menjadi kunci bagi pemulihan sosial ekonomi wilayah Banten.
Jika kita bisa mengatasi pandemi ini dengan relatif cepat, maka faktor-

8
faktor produksi tidak terlalu lama menganggur (idle) atau rusak sehingga
roda perekonomian bisa segera berputar dengan kapasitas penuh.

Salah satu hikmah di balik wabah ini adalah kita dipaksa untuk
bertransformasi ke ekonomi digital berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Maka sangat penting mulai sekarang para pelaku usaha,
khususnya skala mikro, kecil, dan menengah menyesuaikan dengan
perkembangan ini. Perubahan ini sepertinya tidak akan mundur lagi.
Demikian juga bagi pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi
informasi sangat membantu tugas-tugas pemerintahan seperti yang
saat ini kita lakukan. Kita harapkan pemanfaatan teknologi informasi ini
bisa terus dimantapkan khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan
publik secara efisien.

Isu yang kedua Isu kedua adalah kesenjangan pembangunan antara


Banten bagian pesisir utara dan bagian pesisir selatan. Kawasan utara
telah menjadi pusat investasi, jasa, dan industri. Dengan kepadatan
penduduknya yang tinggi didukung oleh infrastruktur konektivitas,
kawasan utara berpotensi untuk terus berkembang karena keuntungan
aglomerasinya. Sementara itu kawasan selatan yang sebenarnya juga
punya potensi besar relatif tertinggal. Oleh karena itu diperlukan upaya
strategis yang komprehensif untuk mengembangkan kawasan pesisir
selatan. Pengembangan sumber daya manusia tidak bisa ditawar,
dengan didukung ekspansi infrastruktur. Dari sisi strategi, perlu dicari
arah pengembangan yang saling komplementer atau setidaknya tidak
saling mematikan. Jika di utara berorientasi jasa dan industri, mungkin
di selatan lebih berpotensi sebagai wilayah pariwisata, yang didukung
dengan infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai.

9
Isu strategis yang terakhir peran industri manufaktur yang terus
menurun dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, sektor industri
merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi di Banten, sekaligus
penyerap tenaga kerja yang utama. Perlu ada skema atau insentif untuk
industri baru yang akan dikembangkan di Banten, termasuk juga
penyederhanaan perizinan untuk menarik investasi.

Berdasarkan Isu Strategis tersebut, maka arah kebijakan di Banten


untuk tahun 2021 diarahkan untuk: (i) mengurangi kesenjangan
pembangunan antara Banten bagian utara dan bagian selatan; (ii)
meningkatkan investasi dan mengembangkan pariwisata masal kelas
dunia di Tanjung Lesung; (iii) mendorong pengembangan ekonomi
kreatif khususnya ekonomi digital yang mengoptimalkan kekayaan
budaya lokal; (iv) meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan
memperluas kerjasama antardaerah dalam peningkatan daya saing
daerah; dan (v) menjaga daya dukung lingkungan hidup

Sementara, sasaran pembangunan provinsi Banten untuk tahun 2021


yaitu: (i) memacu transformasi ekonomi menjadi perekonomian berbasis
industri dan jasa modern yang merupakan bagian rantai global dengan
pertumbuhan ekonomi antara 5,32 – 6,70 persen. (ii) melanjutkan
penurunan angka kemiskinan wilayah menjadi sekitar 4,50 – 4,71
persen; (iii) menekan tingkat pengangguran terbuka hingga 7,68 – 12,82
persen; dan (iv) meningkatkan pembangunan sumber daya manusia
dengan sasaran indikator indeks pembangunan manusia 73,75.

10
Saudara Menteri, Gubernur, dan peserta Musrenbang yang saya
hormati,

Di awal Bulan Maret yang lalu kita punya dua even penting yang menjadi
bagian dari proses perencanaan: Rapat Koordinasi Kepala Bappenas
dan Para Gubernur di Jakarta, dan Rapat Koordinasi Teknis dan
Perencanaan Pembangunan yang dilaksanakan di Surabaya dan
Bandung. Dari dua forum tersebut, ada kategori usulan yang akan
dibahas lagi. Sebagai tindak lanjut, kami harapkan pemerintah provinsi
bisa memenuhi prasyarat yang ditetapkan jika penyebab usulan tersebut
belum bisa diakomodasi karena ada prasyarat yang belum dilengkapi.

Dalam penyusunan RKP 2021 ini proyek prioritas strategis (major


project) dalam RPJMN 2020-2024 menjadi fokus perencanaan dan
pendanaan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu mensinergikan
rencana kerja dan usulannya dengan prioritas RKP ini. Yang tidak kalah
penting, pemerintah daerah juga perlu ikut memastikan kesiapan
pelaksanaan proyek-proyek yang diusulkan.

Akhirnya, kami mengharapkan peran aktif pemerintah daerah dalam


penanganan covid-19 tahun ini, baik dalam pengendalian penyebaran
virus maupun refocussing anggaran APBD, penyediaan insentif untuk
menjaga bergeraknya ekonomi lokal, serta bersinergi dengan
pemerintah pusat dalam membantu meringankan beban penduduk
terdampak dan mempercepat pemulihan. Sumber-sumber alternatif
pembiayaan daerah untuk penanganan Covid-19 bisa berasal dari
realokasi APBD, revisi DAK Kesehatan 2020 yang diusulkan melalui
sistem KRISNA (21 Maret-15 April), pemanfaatan Dana Desa,

11
partisipasi swasta dan organisasi masyarakat, dan swadaya
masyarakat. Penanganan wabah ini memerlukan kerja bersama. Kita
harus bersatu padu, memperkuat koordinasi, dan tetap optimis bahwa
kita akan mampu melewati ini semua.

Kami ucapkan selamat bermusrenbang, semoga forum ini meneguhkan


tekad kita untuk bersatu padu mengatasi dampak Covid-19 ini,
menghilangkan sekat-sekat sektoral untuk kemajuan Banten yang
merata.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

14 April 2020
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Soeharso Monoarfa

12

Anda mungkin juga menyukai