PENDAHULUAN
Diabetes Melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Rata-rata 1,5-2% dari
seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di Indonesia, penderita
diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduksedangkan di Eropa
mencapai 3-5% (Tjay dan Rahardjah, 2007).
Diabetes merupakan sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikimea,
perubahan metabolisme lipid, karbohidrat dan protein dan peningkatan resiko komplikasi
penyakit pembuluh darah (Gilman, 2007). Diabetes Melitus disebabkan kekurangan hormon
insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan sintesa lemak,
kekurangan hormon insulin menyebabkan glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia)
dan akhirnya disekresikan lewat kemih tanpa digunakan yang disebut juga dengan istilah
glycosuria (Tjay dan Rahardjah, 2007). Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke
dalam sel terhambat serta metabolisme terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50%
karbohidrat yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5%
diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak, pada diabetes semua
proses terganggu (Handoko dan Suharto, 1995). Penderita diabetes melitus dapat mengalami
ketoacidosis yang menyebabkan penderita pingsan (Tjay dan Rahardjah, 2007). Pada
hiperglikemia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan mikroangipati, retinopati,
proteinuria, gagal ginjal, infark miokard (Silbernagl dan Lang, 2006). Sebagian penderita
diabetes juga dapat mengalami stroke dan impotensi pada pria (Jhonson, 1998).
Penyakit Diabetes Melitus memerlukan pengobatan jangka panjang diabetes melitus
dan biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan
terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah dengan melakukan penelitian
tentang obat tradisional yang mempunyai efek hipoglikemia. Pada tahun 1980 WHO
merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek
menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman (Kumar, et, al,
2005).
Salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat untuk pengobatan diabetes melitus
ialah mahoni (Swietenia mahagoni jacq). Bagian yang digunakan dari tumbuhan tersebut
adalah bijinya. Biji mahoni memiliki efek farmakologis antipiretik, antijamur, menurunkan
tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), kurang nafsu makan,
rematik, demam, masuk angin, dan eksim (Hariana 2007).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji efek ekstrak etanol biji
mahoni terhadap penurunan kadar gula darah mencit putih jantan dengan uji toleransi
aloksan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak biji mahoni (swietenia mahagoni jacq) terhadap
penurunan kadar gula darah mencit putih jantan ().
2. Untuk mengetahui seri konsentrasi yang mempengaruhi aktivitas terhadap penurunan
kadar gula darah mencit putih jantan ().
3. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak biji mahoni (swietenia mahagoni jacq) yang
memiliki aktivitas penurunan kadar gula darah mencit putih jantan ().
Diharapkan nanti masyarakat bisa mengetahui tata cara pengelolaan tanaman biji
mahoni sebagai salah satu cara alternatif untuk pengelolaan penyakit DM yang
bersifat herbal, murah, dan berdayaguna.
1. Untuk memanfaatkan tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar kita yang diduga
berpotensi dan efektif bagi kesehatan manusia.
2. Diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kesehatan masyarakat. Dengan
penelitian ini diharapkan dapat diketahui cara pengelolaan tanaman insulin yang
efektif untuk pengobatan penyakit DM