Minggu 9
BENTUK-BENTUK KONFLIK ADMINISTRASI NEGARA DAN PENYELESAIANNYA
1. Lingkup Konflik Administrasi Negara
Konfilik Administrasi Negara atau biasa disebut dengan tata usaha Negara adalah
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Ruang lingkup konflik
adiministrasi negara adalah suatu batasan terhadap masalah yang bersangkutan dengan
struktur birokrasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.
Konflik administrasi Negara atau tata usaha Negara dibagi menjadi dua bentuk
yaitu sengketa intern dan sengketa ekstern.
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1985 dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
yang timbul sebagai akibat diterbitkannya suatu Keputusan Tata Usaha Negara
(Beschikking) dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu antara lain:
1. Upaya Administrasi
Prosedur Keberatan
Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut.
Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersbut dilakukan oleh instasi
lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan Keptusan Tata Usaha Negara
yang bersangkutan.
2. Gugatan
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat
tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.Sehingga yang
menjadi tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.Pengadilan baru berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara jika seluruh upaya
administratif sudah digunakan.
Minggu 10
Aspasial
Yang Diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN)
Keterpaduan;
1. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
2. Keberlanjutan;
3. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
4. Keterbukaan;
5. Kebersamaan dan kemitraan;
6. Pelindungan kepentingan umum;
7. Kepastian hukum dan keadilan; dan
8. Akuntabilitas.
4. Hirarki Peraturan
Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional hingga
dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata ruang
tersebut adalah:
• Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana
ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia.
Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
• Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran RTRWN
pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing provinsi
yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada wilayah
hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk dokumen
RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.
• Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran
dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai
contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum
Kabupaten Aceh Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen
detil ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan pembangunan,
dokumen RTRWK merupakan acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam
menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
• Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran
detil dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Minggu 11
SUBSTANSI PERATURAN PENATAAN RUANG
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup
penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara. Jadi, hukum penataan ruang
menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang
(ialah susunan pusat-pusat pemukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki
hubungan fungsional) dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi.
Rencana umum tata ruang: Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan
pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang.
Rencana rinci tata ruang: Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan
nilai strategis kawasan atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Tahap Persiapan:
Pemantapan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB); b)
Penyiapan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan;
Minggu 12
Minggu 13
2. penetapan rencana;
Minggu 14
• Azas
• Tujuan
Minggu 15
Tujuan dari disusunnya RPI2-JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai dokumen
acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan,
baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPI2-J
memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang
mencakup sektor Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah
permukiman, persampahan, dan drainase)
a. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk
rencana investasi yang disusun.