Anda di halaman 1dari 14

RESUME HUKPER

Nama : ikhlas hidayatullah


NIM : 118220100
Resume minggu 9- 15

Minggu 9
BENTUK-BENTUK KONFLIK ADMINISTRASI NEGARA DAN PENYELESAIANNYA
1. Lingkup Konflik Administrasi Negara
Konfilik Administrasi Negara atau biasa disebut dengan tata usaha Negara adalah
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Ruang lingkup konflik
adiministrasi negara adalah suatu batasan terhadap masalah yang bersangkutan dengan
struktur birokrasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.

2. Bentuk-Bentuk Konflik Admnistrasi Negara

Konflik administrasi Negara atau tata usaha Negara dibagi menjadi dua bentuk
yaitu sengketa intern dan sengketa ekstern.

· Sengketa internal (horizontal)

Sengketa Internal admnistrasi Negara merupakan sengketa yang menyangkut


tentang persoalan pejabat adminitrasi Negara yang disebabkan karena tumpang tindihnya
kewenangan sehingga menimbulkan kekacauan kewenangan. Sengketa ini biasa disebut
dengan sengketa antar wewenang

· Sengketa eksternal (vertical)

Sengketa esketernal atau sengketa admnistrasi Negara dengan masyarakarakat


adalah perkara admninistrasi yang menimbulkan sengketa antara negara dengan rakyat
sebagai subjek yang berperkara ditimbulkan oleh unsur peradilan administrasi murni yang
mensyaratkan adanya minimal dua pihak yang mencakup administarsi Negara ditingkat
daerah.

3. Proses Penyelesaian Konflik Administrasi Negara

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1985 dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
yang timbul sebagai akibat diterbitkannya suatu Keputusan Tata Usaha Negara
(Beschikking) dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu antara lain:

1. Upaya Administrasi

Upaya administratif adalah merupakan prosedur yang ditentukan dalam suatu


peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara
yang dilaksanakan dilingkungan pemerintah sendiri (bukan oleh badan peradilan yang
bebas), yang terdiri dari Prosedur keberatan dan Prosedur banding administrasi.

Berdasarkan rumusan penjelasan pasal 48 tersebut maka upaya administratif


merupakan sarana perlindungan hukum bagi warga masyarakat (orang perorangan/badan
hukum perdata) yang terkena Keputusan Tata Usaha Negara (Beschikking) yang
merugikannya melalui Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dilingkungan pemerintah itu
sendiri sebelum diajukan ke badan peradilan.

 Prosedur Keberatan

Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus dilakukan sendiri
oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut.

Contoh : Pemberian hukuman disiplin sedang dan berat (selain pemberhentian


dengan hormat dan tidak dengan hormat bagi (PNS).

 Prosedur Banding Administrasi

Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersbut dilakukan oleh instasi
lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan Keptusan Tata Usaha Negara
yang bersangkutan.

Contoh : Keputusan Panitia Tenaga Kerja Migas di lingkungan Departemen


Pertambangan bagi perusahaan minyak dan gas bumi (PERTAMINA)

2. Gugatan

Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat
tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.Sehingga yang
menjadi tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya
yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.Pengadilan baru berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara jika seluruh upaya
administratif sudah digunakan.

Minggu 10

KERANGKA HUKUM PERENCANAAN PENATAAN RUANG

Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum


adat, dan hukum negara eropa terutama Belanda sebagai Bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak heran
apabila banyak peradaban mereka yang diwariskan termasuk sistem hukum.
1. Kerangka Hukum Perencanaan di Indonesia
Terdapat 2 kerangkia hukum perencanaan di Indonesia:
 Sapasial
Yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

 Aspasial
Yang Diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN)

2. Hukum Perencanaan Penataan Ruang


Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, hal-hal yang diatur untuk
menyesuaikan perkembangan tersebut untuk mengantisipasi kompleksitas perkembangan
permasalahan penataan ruang adalah sebagai berikut:

 Pembagian wewenang antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan


Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk
memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat
pemerintahan dalam mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.
 Pengaturan penataan ruang yang dilakukan melalui penetapan peraturan
perundang-undangan termasuk pedoman bidang penataan ruang sebagai acuan
penyelenggaraan penataan ruang.
 Pembinaan penataan ruang melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan kinerja
penyelenggaraan penataan ruang.
 Pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan.
 Pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan terhadap kinerja
pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang, termasuk pengawasan
terhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
melalui kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
 Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang
untuk menjamin keterlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adat dalam setiap
proses penyelenggaraan penataan ruang.
 Penyelesaian sengketa, baik sengketa antardaerah maupun antarpemangku
kepentingan lain secara bermartabat.
 Penyidikan, yang mengatur tentang penyidik pegawai negeri sipil beserta
wewenang dan mekanisme tindakan yang dilakukan.
 Ketentuan sanksi administratif dan sanksi pidana sebagai dasar untuk penegakan
hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang.
 Ketentuan peralihan yang mengatur keharusan penyesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang yang baru, dengan masa transisi selama 3 (tiga) tahun
untuk penyesuaian.
3. Azas dan Tujuan Hukum Perencanaan
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:

 Keterpaduan;
1. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
2. Keberlanjutan;
3. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
4. Keterbukaan;
5. Kebersamaan dan kemitraan;
6. Pelindungan kepentingan umum;
7. Kepastian hukum dan keadilan; dan
8. Akuntabilitas.

4. Hirarki Peraturan
Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional hingga
dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata ruang
tersebut adalah:
• Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana
ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia.
Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
• Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran RTRWN
pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing provinsi
yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada wilayah
hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk dokumen
RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.
• Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran
dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai
contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum
Kabupaten Aceh Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen
detil ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan pembangunan,
dokumen RTRWK merupakan acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam
menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
• Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran
detil dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Minggu 11
SUBSTANSI PERATURAN PENATAAN RUANG

1. Produk Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup
penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara. Jadi, hukum penataan ruang
menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang
(ialah susunan pusat-pusat pemukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki
hubungan fungsional) dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi.

Terdapat 2 jenis produk penataan ruang, yaitu:

 Rencana umum tata ruang: Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan
pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang.

 Rencana rinci tata ruang: Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan
nilai strategis kawasan atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.

2. Tahap Penataan Ruang

Bagaimana tahapan dalam penyusunan RTRW?

a. Proses penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota:

1. Persiapan penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota;

2. Pengumpulan data yang dibutuhkan;

3. Pengolahan dan analisis data;

4. Perumusan konsepsi RTRW provinsi/kabupaten/kota;

5. Penyusunan Raperda RTRW provinsi/kabupaten/kota;

6. Pembentukan tim penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota;

7. Pelaksanaan penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota;

8. Pelibatan peran masyarakat di tingkat provinsi dalam penyusunan RTRW


provinsi/kabupaten/kota;

9. Pembahasan Raperda RTRW provinsi/kabupaten/kota.


b. Bagaimana cara untuk menyusun RTRW?

Tahap Persiapan:

 Pemantapan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB); b)
Penyiapan metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan;

 Penganggaran kegiatan penyusunan RTRW provinsi/kabupaten/kota;

 Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:

1. Penyiapan rencana kerja rinci;

2. Pengumpulan data awal wilayah perencanaan;

3. Kajian awal data sekunder yang menghasilkan kebijakan terkait wilayah


perencanaan, potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan,
serta
gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan;

4. Penyiapan program kerja;

5. Penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan, panduan


wawancara, kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dll), serta
mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan;

6. Penyusunan laporan pendahuluan, yang merupakan kumpulan hasil dari


semua kegiatan pada tahap persiapan teknis pelaksanaan penyusunan
RTRW provinsi/kabupaten/kota.

Tahap Pengumpulan Data:

a) Kegiatan pengumpulan data, meliputi:

1. Peta-peta (skala 1:250.000 untuk provinsi dan 1:100.000/50.000 untuk


kabupaten/kota)

2. Data dan informasi

b)Hasil pelaksanaan kegiatan Tahap Pengolahan dan Analisis Data: Kegiatan


pengolahan dan analisis data:

1. Karakteristik fisik wilayah


Dalam menganalisis fisik wilayah terlebih dahulu menganalisi: Analisis kemampuan
lahan Analisis kesesuaian lahan

2. Karakteristik social- kependudukan: Analisis potensi pengembangan berdasarkan


sosial budaya;

 Analisis penentuan sektor potensial;

 Analisis kependudukan dapat menggunakan regresi linier, berganda maupun


multiple.

3. Karakteristik ekonomi wilayah:

 Analisis struktur ekonomi dan pergeserannya (shift share analysis);

 Analisis sektor basis (Analisis LQ);

 Analisis komoditi sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dan


berpeluang ekspor.

4. Kemampuan keuangan pembangunan daerah

5. Kedudukan provinsi di dalam wilayah lebih luas

b) Hasil pelaksanaan kegiatan analisis

Tahap Penyusunan Konsep RTRW:

a) Kegiatan penyusunan konsep RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota:

1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang provinsi/kabupaten/kota;

2. Rencana struktur ruang provinsi/kabupaten/kota;

3. Rencana pola ruang provinsi/kabupaten/kota;

4. Kawasan strategis provinsi/kabupaten/kota;

5. Arahan pemanfaatan ruang;

6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

b) Hasil pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi RTRW:

1. Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;

2. Buku rencana yang disajikan dalam format A4;


3. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitan skala minimal 1:250.000
(provinsi) dan skala 1:100.000 / 50.000 (kabupaten/kota) dalam format A1.

Minggu 12

HUKUM PERENCANAAN DAN PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBANGUNAN

1. Azas dan Tujuan

Berdasarkan UU No 25 tahun 2004 pasal 2 Azas dan tujuan Hukum


perencanaan dan pembiayaan program pembangunan adalah

1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan


prinsip- prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan Nasional.

2. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah,


terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan


Asas Umum Penyelenggaraan Negara.

4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:


a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antarDaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Hierarki peraturan perencanaan dan pembiayaan program pembangunan

Hirearki peraturan yang mengatur kerangka hukum perencanaan dan


pendanaan program pembangunan berdasarkan UU NO 25 TAHUN 2004
Kerangka hukum perencanaan berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat (3) yang
berbunyi : bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Minggu 13

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBANGUNAN MENCAKUP


PRODUK, TAHAP dan KELEMBAGAAN

1. Pengertian Perencanaan Pembangunan

Perencanaan Pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan


yang diinginkan dalam proses pembangunan sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang maju, Makmur, dan sejahtera. Perencanaan pembangunan adalah
suatu pengarahan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang,jangka menengah,dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat ditingkat pusat dan
daerah. Pada dasarnya perencanaan pembangunan nasional di Indonesia
mempunyai 5 tujuan dan fungsi pokok. Adapun tujuan dan fungsi pokok
perencanaan pembangunan tersebut sebagai berikut:

1. Untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

2. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar Daerah.

3. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,


penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

4. Untuk mengoptimalkan partisipasi dan peran masyarakat dalam


perencanaan.

5. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,


efektif

2. Dasar Hukum Perencanaan Pembangunan

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara


perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Perencanaan pembangunan menurut uu no. 25 tahun 2004 mendefinisikan
perencanaan pembangunan sebagai berikut” Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasioanl (SPPN) adalah suatu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah,
dan jangka tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat ditingkat pusat dan daerah. Pada dasar hukum system perencanaan
pembangunan nasional terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan:

• Pasal 1 dan pasal 2 menjelaskan asas dan tujuan pembangunan Nasional


berdasarkan demokrasi dengan prisip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.

• Pada pasal 3, 4 ,5, 6 dan 7 menjelaskan ruang lingkup perencanaan


Pembangunan Nasional berisikan Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan:
a. rencana pembangunan jangka panjang;
b. rencana pembangunan jangka menengah; dan c. rencana pembangunan
tahunan.

• Pada pasal 8 dan 9 tentang Tahapan Perencanan Pembangunan Nasional


berisikan penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian
pelaksanaan rencana dan evaluasi pelaksanaan rencana. Penyusunan RPJP
dilakukan melalui urutan:

• penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;

• musyawarah perencanaan pembangunan; dan

• penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

• Pada pasal 10-27 tentang Penyusunan dan Penetapan Rencana berisikan


tentang Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan
diikuti oleh unsur- unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan
masyarakat, RPJM Nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.

3. Tahapan Program Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni:


1. penyusunan rencana;

2. penetapan rencana;

3. pengendalian pelaksanaan rencana; dan

4. valuasi pelaksanaan rencana.

Minggu 14

HUKUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

1. Pengertian Hukum Pembangunan Infrastruktur.

Hukum pembangunan Infrastruktur merupakan suatu sistem yang mengatur


modal dalam upaya peningkatan produktivitas suatu negara serta upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas baik dari segi sosial, ekonomi ,
dan budaya.

2. Azas Dan Tujuan

• Azas

Peraturan Presiden RI No.38 Tahun 2015

“ KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN


INFRASTRUKTUR.”

• Tujuan

Bahwa ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan


merupakan kebutuhan mendesak, untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan
masyarakat, dan meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global
3. Hierarki Peraturan

4. Pemetaan Kerangka Hukum

Minggu 15

SUBSTANSI PERATURAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

1. Pengertian RPI2-JM Bidang Cipta Karya

Rencana terpadu dan program investasi infrastruktur jangka menengah


Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, masyarakat,
dan dunia usaha dengan mengacu pada rencana tata ruang dan kebijakan skala
nasional, provinsi, dan kabupaten kota, untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

2. Kedudukan RPI2-JM Bidang Cipta Karya

RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun dengan mengintegrasikan berbagai


dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat, provinsi,
hingga kabupaten/ kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun sebagai dokumen
teknis operasional pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya sesuai dengan
dokumen rencana yang ada, dengan perkuatan pada rencana investasi sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitas Daerah.

3. Maksud Dan Tujuan

Maksud disusunnya RPI2-JM Bidang Cipta Karya adalah untuk mewujudkan


kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman
yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan.

Tujuan dari disusunnya RPI2-JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai dokumen
acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan,
baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPI2-J
memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang
mencakup sektor Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah
permukiman, persampahan, dan drainase)

4. Prinsip Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya

Prinsip dasar RPI2-JM Bidang Cipta Karya secara sederhana adalah:

a. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk
rencana investasi yang disusun.

b. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan sistem penyediaan


air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem
pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase,
peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan
kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta
penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.
c. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah,
sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat
terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta
dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social
Responsibility (CSR). Masyarakat dapat berkontribusi dalam pemberdayaan
masyarakat, antara lain dalam bentuk barang dan jasa.

d. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan masyarakat, pemerintah, dan swasta


sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya
maupun pada saat pelaksanaan program.

e. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah


(kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).

Anda mungkin juga menyukai