3. METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek akhir dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari sampai dengan 15
mei 2020. Ekstraksi kitosan Larut Air dari Limbah Kulit Udang Vannamei
(Lipopenaeous vannamei) di laboratorium Balai Besar Riset Pengolahan Produk
dan Bioteknologi (BBP2BKP) Jakarta.
Alat yang digunakan yaitu hot plate, gelas kimia, labu Erlenmeyer 250 mL,
gelas piala 100 Ml, timbangan digital, pipet volumetrik, sudip, alumunium foil,
stopwatch, pH meter, mortar, alu, kertas saring dan seperangkat alat Fourier
Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit udang,
H2O2 , akuades, NaOH, dan kertas saring.
Pengujian
Mutu Bahan
Kitosan Larut
Baku
Air
Deproteinasi
NaOH 3,5% 65oC. 2 jam Hidrolisis H2O2 50%
disaring, dioven 60oC. (13%, 16%, 19%) suhu
(Salami 1998) 40-50oC.
Deasetilasi
Kitin
NaOH 60% 80-
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Kitosan Larut Air
Kulit Udang
Deproteinasi
NaOH 3,5% 65oC (Salami
1998)
Netralisasi
Demineralisasi
HCl 1 N (15:1) 60oC 30
menit, disaring, dioven
60oC, 24 jam. (Salami
1998)
Netralisasi
kitin Rendemen
Kitin
Netralisasi
Deasetilasi
NaOH 60% 80-100oC,
24 jam.
Kitosan
Analisis :
1. Kadar Air 4. Derajat Keasaman
2. Kadar Abu 5. Derajat Deasetilasi
3. Kadar Nitrogen 6. Rendemen
kembali denga isopropil alkohol hingga pH netral. Bagan Alur Proses pembuatan
Kitosan larut air dapat dilihat pada gambar 6.
Kitosan
Hidrolisis H2O2
B1 B2 B1 B2 B1 B2
1) Rendemen
2) Derajat Keasaman
3) Kadar Air
B−C
Kadar air(% )= x 100 %
A
Keterangan:
A : Berat cawan (gram)
B : Berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gram)
C : Berat sampel dan cawan setelah dikeringkan (gram)
4) Kadar Abu
dalam desikator selama 1 menit (A: berat cawan). Kitosan sebanyak 1 gram
dimasukkan ke dalam cawan pengabuan selanjutnya dipijarkan di atas nyala api
sampai tidak berasap lagi (B: berat cawan dan samperl sebelum dikeringkan).
Sampel hasil pembakaran dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu
600 ºC selama 4 jam. Sampel hasil pengabuan dimasukkan ke dalam desikator
selama 15 menit dan ditimbang kembali (C: berat cawan dan sampel setelah
dikeringkan). (AOAC 2005) Kadar abu dapat dihitung dengan rumus berikut:
Bobot abu(g)
Kadar abu(%)= x 100 %
Bobot sampel ( g)
5) Total Nitrogen
Analisis kadar protein terdiri dari tiga tahap yaitu tahap destruksi, destilasi,
dan titrasi. Analisis kadar protein dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak
0,25 gram dan masukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL dan ditambah selenium
0,25 gram serta3 mL H2SO4 pekat. Sampel didestruksi selama 1 jam hingga
cairan bening. Campuran tersebut dibiarkan hingga dingin, kemudian dipindahkan
ke alat destilasi. Labu Kjeldahl yang telah digunakan dicuci dengan akuades 50
mL. Air cucian tersebut dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambah 20 mL
NaOH 40% hingga berwarna coklat kehitaman, selanjutnya didestilasi. Hasil
destilasi ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 10 mL H3BO3 2% diberikan 2
tetes indikator Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda,
selanjutnya dititrasi dengan larutan H2O2 . sampai berubah menjadi warna merah
muda. (AOAC 2005) Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein
dihitung dengan persamaan di bawah ini:
(mL HCl−mLblanko) x N H 2 O2 x 14
Nitrogen( %)= x 100 %
mg sampel
6) Kelarutan
bobot akhir
Ketidaklarutan(%)= x 100 %
bobot awal
7) Viskositas Kitosan
PO
A=log x 100 %
P
Keterangan:
P0 = Jarak antara garis dasar dengan garis singgung yaitu dua puncak tertinggi
pada Panjang gelombang 1655 cm-1 atau 3450 cm-1
P = Jarak antara garis dasar dengan lembah terendah pada panjang gelombang
1655 cm-1 atau 3450 cm-1.
A 1655 1
N−deasetil ( % ) =[1− x ]
A 3450 1,33
Keterangan:
A1655 = Absorbansi pada panjang gelombang 1655 cm-1
23