Anda di halaman 1dari 8

Soal :

1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara PPN dan PPnBM dilihat dari aspek konsep, tarif

dan pengenaan pajak


2. Sebutkan beberapa dasar pertimbangan dalam pengenaan pajak
3. Menurut Anda, apakah pajak PPN dan PPnBM merupakan pajak tidak langsung?
Jelaskan secara singkat
4. Sebutkan objek pajak PPN
5. Apa yang dimaksud dengan restitusi dalam perpajakan
6. Jelaskan perbedaan antara pajak masukan dan pajak keluaran
7. Dalam perpajakan, kapan saat terutangnya pajak PPN dan PPnBM

8. Dalam perpajakan, siapa saja pihak yang dianggap sebagai pemungut PPN dan PPnBM
9. Apakah yang dimaksud dengan nota retur dalam perpajakan
10. Apakah PPN dan PPnBM di Kawasan Berikat Industri dan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Sabang dipungut pajak PPN dan PPnBM? Jelaskan alasan Saudara

Jawaban :

1. Jenis Pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah pungutan atas nilai
tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan pungutan tambahan yang dikenakan
selain PPN kepada barang yang sifatnya mewah.
Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang besar hingga tingkat pedagang
pengecer. Sementara, PPnBM hanya dikenakan satu kali, yakni saat impor atau saat
penyerahan BKP di dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak masukan dan pajak
keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM lainnya.
2. Dasar pertimbangan :
 Diperlukan adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi.
 Diperlukan adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah.
 Diperlukan adanya perlindungan terhadap produsen kecil/tradisional.
 Diperlukan untuk mengamankan penerimaan negara

3. PPn adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa.
Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas konsumsi
dalam negeri. Nama lain PPn dalam bahasa inggris adalah Value Added Tax (VAT).

PPnBM Merupakan pungutan tambahan. merupakan jenis pajak yang merupakan satu
hal dalam UUD Pajak PPn, PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) hanya
dikenakan satu kali pada waktu penyerahan BKP(Barang Kena Pajak) yang tergolong
mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada saat waktu import BKP yang
tergolong mewah. PPnBM ini bertujuan untuk konsumen yang membeli barang mewah,
yang notabene merupakan konsumen dengan daya beli tinggi, memikul beban
tambahan lebih tinggi dibanding konsumen berdaya beli rendah. Sebab, jika tidak
dibebankan pungutan tambahan, maka tidak ada asas keadilan, karena konsumen yang
daya belinya tinggi membayar persentase pajak yang harus sama dengan konsumen
dengan daya beli rendah.

4. Objek pajak PPN :


 Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
 Impor Barang Kena Pajak
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
 Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor Jasa Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

5. Restitusi Pajak adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang


dilakukan oleh wajib pajak kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak ini merupakan
hak bagi wajib pajak. UU KUP secara umum menyebut restitusi sebagai pengembalian
kelebihan pembayaran pajak. Artinya, negara membayar kembali atau mengembalikan
pajak yang telah dibayar.

6. Pajak Masukan merupakan pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak (PKP)
melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
Sedangkan PPN keluaran merupakan pajak yang dikenakan saat PKP melakukan
penjualan terhadap BKP/JKP.

Pajak Keluaran adalah pajak terutang yang wajib dipungut oleh PKP saat melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud / ekspor Jasa Kena
Pajak. 

7. Saat terutangnya PPN dan PPnBM :

 Penyerahan BKP berwujud yang menurut hukum dan sifatnya berupa barang
bergerak terjadi saat:
o BKP berwujud diserahkan secara langsung ke pembeli atau pihak ketiga untuk
dan atas nama pembeli.
o BKP berwujud diserahkan langsung ke penerima barang untuk pemberian cuma-
cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan antar cabang.
o BKP berwujud diserahkan ke juru kirim atau pengusaha jasa angkutan (kurir).
o Harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau saat
diterbitkannya faktur penjualan oleh PKP sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diimplementasikan secara konsisten.
 Penyerahan BKP berwujud berdasarkan hukum dan sifatnya berupa barang tidak
bergerak terjadi saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai BKP
berwujud tersebut, secara nyata atau secara hukum ke pihak pembeli.

 Penyerahan BKP tidak berwujud terjadi saat:

a) Harga atas penyerahan BKP TB diakui sebagai piutang atau pada saat diterbitkannya
faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara
umum dan diterapkan secara konsisten.
b) Perjanjian atau kontrak ditandatangani atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian, atau seluruhnya, sebagaimana
yang dimaksud pada poin sebelumnya tidak diketahui.

 BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat terjadinya pembubaran perusahaan:

a) Berakhirnya jangka waktu berdirinya suatu perusahaan yang ditetapkan dalam


anggaran dasar.
b) Telah ditandatanganinya akta pembubaran oleh notaris.
c) Tanggal penetapan pengadilan yang menyatakan perusahaan sudah dibubarkan.
d) Diketahui perusahaan secara nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau
sudah dibubarkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau
dokumen yang ada.

 Peralihan BKP dalam rangka peleburan, penggabungan, pemecahan, pemekaran, dan


pengambilalihan usaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 1A ayat (2) huruf d UU
PPN atau perubahan bentuk usaha terjadi saat:
a) Ditetapkan atau disepakatinya penggabungan, pemekaran, peleburan, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha sesuai dengan hasil rapat
umum pemegang saham yang terutang dalam perjanjian yang sudah disepakati.
b) Ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, pemekaran, peleburan,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha oleh
notaris.

 Impor BKP yang terjadi saat BKP dimasukan ke dalam daerah pabean.

 Penyerahan JKP terjadi saat:

a) Harga penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau ketika
diterbitkannya faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.
b) Perjanjian atau kontrak ditandatangani dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada
poin sebelumnya tidak diketahui.
c) Mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk digunakan secara nyata, baik
seluruhnya atau sebagian dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri
JKP.
d) Pemanfaatan BKP TB dari luar daerah pabean.
e) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean.

8. Pemungut PPN dan PPnBM :


 BUMN
 Kontraktor
 Bendaharawan Pemerintah :
 Pejabat yang ditunjuk menteri atau ketua lembaga sebagai
bendahara dan/atau bendahara proyek.
 Direktorat Jenderal Anggaran yang sekarang menjadi Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
 Bendahara pemerintah pusat juga daerah.

9. Nota retur adalah sebuah dokumen mengenai transaksi pengembalian barang dagangan


yang dilakukan oleh pihak pembeli kepada pihak penjual barang dagangan, dalam hal ini
pihak pembeli dan pihak penjual sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dan mempunyai hak memungut PPN.

10. Perlakuan Perpajakan Kawasan Berikat


Perlakuan perpajakan dalam kawasan berikat memiliki landasan hukum Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 255/PMK.04/2011 yang merupakan PMK perubahan
atas PMK Nomor 147/PMK.04/2011. PMK ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 85 Tahun 2015.

Pada kawasan berikat, PPN dan PPnBM tidak dikenakan pada beberapa aktivitas
pemasukan, antara lain:

1. Pemasukan barang dari dalam daerah pabean ke kawasan berikat untuk diolah.
2. Pemasukan barang hasil produksi kawasan berikat, yang bersifat kerja
subkontrak dari kawasan berikat lain atau perusahaan industri di tempat lain
dalam daerah pabean ke Kawasan Berikat.
3. Pemasukan kembali mesin atau moulding, dengan sifat peminjaman dari
kawasan berikat lain atau dari perusahaan lain yang masih di dalam lingkup
daerah pabean.
4. Pemasukan hasil produksi kawasan berikat lain atau perusahaan lain yang masih
di dalam lingkup daerah pabean, yang menggunakan bahan baku yang berasal
dari dalam daerah pabean untuk kemudian diolah dalam kawasan berikat.
5. Pemasukan hasil produksi dari kawasan berikat lain atau perusahaan lain yang
masih di dalam lingkup daerah pabean, dengan menggunakan bahan baku dari
tempat lain dalam daerah pabean, yang kemudian digabungkan dengan barang
hasil produksi kawasan berikat untuk diekspor.
6. Pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari tempat lain dalam daerah
pabean ke kawasan berikat, yang kemudian menjadi satu dengan hasil produksi
di kawasan berikat.

Sementara, untuk aktivitas pengeluaran pada kawasan berikat, PPN dan PPnBM tidak
dikenakan pada aktivitas sebagai berikut:

1. Pengeluaran hasil produk kawasan berikat yang menggunakan bahan baku dari
tempat lain dalam daerah pabean dan dikirim ke kawasan berikat lain.
2. Pengeluaran atas bahan baku dan bahan penolong, moulding dan/atau mesin,
dengan sifat pekerjaan subkontrak dari suatu kawasan berikat ke kawasan
berikat lain atau ke perusahaan industri di tempat lain di dalam daerah pabean.
3. Pengeluaran atas batang yang rusak atau apkir, yang berasal dari tempat lain di
dalam daerah pabean, yang tidak diproses di kawasan berikat lain. PPN dan
PPnBM tidak dikenakan sepanjang barang tersebut dikembalikan ke perusahaan
tempat asal barang.
4. Pengeluaran atas mesin atau moulding, yang dipinjamkan ke perusahaan industri
di tempat lain dalam daerah pabean dan kawasan berikat lain. PPN dan PPnBM
tidak dikenakan sepanjang barang hasil produksi akhirnya diserahkan ke pemberi
pinjaman di kawasan berikat asal.

Perlakuan Perpajakan Pada Kawasan Bebas

Untuk kawasan bebas, landasan hukum yang digunakan adalah PP Nomor 22 10 Tahun
2012. Pada kawasan bebas, masuknya barang dari luar daerah pabean mendapatkan
pembebasan bea masuk, pembebasan PPN, tidak dilakukan pemungutan PPh Pasal 22
serta bisa juga mendapatkan pembebasan cukai.

Syarat agar barang mendapatkan fasilitas pembebasan pajak ini antara lain:
1. Pemasukan dan pengeluaran hanya bisa dilakukan pengusaha yang sudah
mendapatkan izin usaha dari badan pengusahaan kawasan.
2. Pengusaha yang ditunjuk oleh badan pengusahaan kawasan hanya dapat
memasukan atau mengeluarkan baran yang berhubungan dengan kegiatan
usahanya.
3. Pemasukan barang untuk konsumsi dari luar daerah pabean, yang ditujukan
untuk kebutuhan penduduk yang berada dalam kawasan bebas. Untuk kegiatan
ini, hanya pengusaha yang sudah mendapat izin dari badan pengusahaan
kawasan dan dengan jumlah serta jenis yang juga ditentukan oleh badan
pengusahaan kawasan.

Untuk Barang Kena Pajak (BKP), pemasukan ke kawasan bebas melalui pelabuhan atau
bandar udara yang telah ditunjuk oleh badan pengusahaan kawasan, tidak dipungut PPN
dan PPnBM. Namun, ketentuan ini tidak berlaku bagi BKP yang telah dilunasi PPN-nya,
yang dalam pengiriman telah disertakan stiker “Lunas PPN” serta bahan bakar minyak
subsidi.

Fasilitas PPN dan PPnBM tidak akan dipungut sepanjang BKP yang dimaksud telah
masuk dalam kawasan bebas dan dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang terlebih
dahulu sudah diberikan endorsement oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tanpa
adanya endorsement dari DJP, BKP yang masuk ke kawasan bebas tetap akan terkena
pungutan PPN.

Anda mungkin juga menyukai