Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mery Salbiana

NPM : 1914201110034

Prodi : S1 Keperawatan Reguler Semester 2

Kelas A

TUGAS KETIGA AIK III

1. Jika manusia berfikir menggunakan akal mencari tuhan, akhirnya manusia menemukan
tuhan, bahkan banyk tuhan. Yang dicari tuhan yang bagaimana?

Jawaban :

Tidak perlu malu untuk mencari Tuhan. Kita bisa belajar dari kisah Nabi Ibrahim
yang dibesarkan oleh ayahnya Azar si pembuat berhala. Ibrahim heran mengapa ayahnya
justru membuat patung untuk di sembah. Ibrahim muda terus saja berpikir, mustahil
baginya patung-patung itu menjadi tuhan bagi kaumnya. Dia pun termenung bersandar
pada dinding gua. Pandangan matanya menatap lurus kelangit malam hari.

Dikutip dari Sejarah Nabi-Nabi Allah SWT. karangan Ahmat Bahjat, Ibrahim pun
melihat begitu banyak bintang yang indah. Dia kemudian berpikir, mungkin inilah
tuhanku. Nabi Ibrahim sempat memercayai itu. Kemudian, Nabi Ibrahim melihat bintang
yang besar, yaitu bulan. Nabi Ibrahim pun menyerukan pada kaumnya, bahwa tuhan
mereka adalah bulan yang cahayanya lebih terang dari bintang yang banyak itu.

Di kemudian hari, Nabi Ibrahim kembali tidak mendapati bulan di langit. Nabi
Ibrahim kembali berpikir, bulan juga menghilang sama seperti bintang-bintang kecil. Dia
juga berpikir, pada esok pagi, bulan juga menghilang. Justru ada cahaya yang lebih besar
dari bulan.

Cahaya yang lebih kuat, yaitu matahari. Lalu, Nabi Ibrahim meyakini inilah tuhan- nya,
tuhan yang paling terang, tuhan yang paling kuat. Ayahanda Ismail kembali kecewa
karena ketika malam datang, matahari tenggelam. Apakah bisa Tuhan tenggelam?
Nabi pemugar Ka'bah ini merenungi dengan sangat apa-apa yang telah dilaluinya.
Otaknya terus saja berpikir, tentang sesuatu yang paling kuat, sesuatu yang paling terang,
dan sesuatu yang tidak mungkin tenggelam. Nabi Ibrahim menyakini, bahwa bintang-
bintang yang dikaguminya, bahwa bulan dan matahari yang diikutinya, semuanya bisa
muncul kemudian menghilang.

Tuhan tidak mungkin seperti itu. Nabi Ibrahim meyakini, bahwa Tuhanlah yang
menjadikan mereka, Tuhanlah yang memunculkan dan menenggelamkan mereka.
Tuhanlah yang menciptakan mereka, alam semesta, termasuk menciptakan dan memberi
kehidupan bagi manusia. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (Kami) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
(QS Ibrahim:75).

2. Menurut teori Darwin, manusia berasal dari kera, berevolusi dari kera menjadi manusia
yang indah secara fisik. Sekarang nampaknya ada gejalan evolusi berubah lagi menjadi
kera lagi. Kera itu symbol hewan yang tidak mau berbagi. Di Negara kita mungkin lebih
banyak daripada manusia. Betulkah?

Jawaban :

logika manusia secara umum, semakin banyak yang didapat tentu semakin baik,
tetapi tidak dalam Islam.Tamak adalah lawan dari qanaah (menerima, puas diri). Orang
yang tamak memang tidak pernah kenal puas dengan yang namanya harta. Bak seekor
kera yang mendapati pisang berhamburan, kala kedua tangannya telah penuh, maka
digunakannya pula kedua kaki dan mulutnya untuk menggenggam kuat makanan
favoritnya itu.

Sifat tamak justru menjatuhkan seorang manusia pada kehinaan hakiki. Sifat
tamak tersebut sejatinya hanya bisa merusak agamanya. Ketamakan manusia kepada
harta dan kepemimpinan akan membawa kepada kezhaliman, kebohongan dan perbuatan
keji. Hadis Nabi ini perlu kita renungkan:
‫الَ فِي‬C‫ان أُرْ ِس‬C
ِ C‫ا ِن َجائِ َع‬CCَ‫ا ِذ ْئب‬CC‫ َم‬: ‫لَّ َم‬C‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬: ‫ي قَا َل‬
ِّ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫ك األَ ْن‬ ِ ‫َر َوي التِّرْ ِم ِذيُّ ع َْن َك ْع‬
ٍ ِ‫ب ْب ِن َمال‬
‫ين‬ ِ ‫ص ْال َمرْ ِء َعلَى ْال َما ِل َوال َّش َر‬
ِ ‫ف لِ ِد‬ ِ ْ‫َغن ٍَم بِأ َ ْف َس َد لَهَا ِم ْن ِحر‬

Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-Anshari radhiallahu anhu, beliau
berkata: Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dua ekor srigala yang
lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang
pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.” (HR. al-Tirmidzi)

Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan bahwa ini adalah permisalan yang
agung yang diumpamakan oleh Nabi Muhammad bagi kerusakan agama seorang muslim
akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih
berat dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala lapar.

Allah mengingatkan kita untuk tidak terlalu cinta akan dunia. Harta itu adalah
ujian. Bisakah ia tetap menjaga shalatnya di saat uangnya berlimpah? Atau ia hanya rajin
berdoa di saat penghujung bulan? Di saat tagihan-tagihan kredit mulai berdatangan?
Peringatan Allah tersurat dalam QS At-Taghabun ayat 15:

Baca Juga : Antara Takdir dan Ikhtiar

ِ ‫إِنَّ َما أَ ْم َوالُ ُك ْم َوأَوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ ۚ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ أَجْ ٌر ع‬


‫َظي ٌم‬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-
lah pahala yang besar”

Fokus dan komitmen meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah


adalah salah satu menyelamatkan iman kita dari sifat tamak. Menyadari bahwa dunia
hanyalah bandara kehidupan, kita datang sejenak lantas pergi untuk tujuan yang lebih
mulia. Tundukkan dirimu akan perihal duniawi dengan mencari akhirat. Dari Zaid bin
Tsabit Radhiyallahu anhu , ia mendengar Rasûlullâh bersabda :
ِ َ‫ان‬CC‫ َو َم ْن َك‬، ُ‫ه‬Cَ‫ب ل‬
‫ت‬ َ ِ‫ا ُكت‬CC‫ ُّد ْنيَا ِإاَّل َم‬C‫ ِه ِمنَ ال‬Cِ‫ َولَ ْم يَأْت‬،ِ ‫ ِه‬C‫ َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي‬C‫ َل فَ ْق‬C‫ َو َج َع‬، ُ‫ َره‬C‫ق هللاُ َعلَ ْي ِه أَ ْم‬
َ ‫ فَ َّر‬، ُ‫ت ال ُّد ْنيَا هَ َّمه‬
ِ َ‫َم ْن َكان‬
ِ ‫ َوأَتَ ْتهُ ال ُّد ْنيَا َو ِه َي َر‬، ‫ َو َج َع َل ِغنَاهُ فِ ْي قَ ْلبِ ِه‬، ُ‫ َج َم َع هللاُ أَ ْم َره‬، ُ‫اآْل ِخ َرةُ نِيَّـتَه‬.
ٌ‫اغ َمة‬

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan


urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan
dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat
(tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya,
menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.
”Dalam Risalah al-Qusyairiyah, Imam Abu Bakar al-Maraghi bernah bertutur kepada
murid-muridnya: ”Orang yang berakal sehat adalah orang yang mengatur urusan dunia
dengan sikap qana’ah dan mengatur urusuan agama dengan ilmu dan ijtihad”. Dan
tentunya, orang yang berakal dan cerdas seperti itu adalah orang memahami siapa diri
dan harus bagaimana diri ini.

Menurut Imam al-Ghazali, kemuliaan seorang hamba itu bermula dari qana’ah
dan kehinaannya berawal dari sifat tamak. Oleh karena itu qana’ah adalah karakter utama
mukmin sejati. “Qana’ah itu ibarat raja yang tidak mau bertempat tinggal kecuali di hati
mukmin” kata Imam al-Qusyairi. Sedangkan orang yang tamak selalu dikejar-kejar nafsu
untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya, tanpa memperdulikan apakah harta tersebut
diperoleh dengan cara yang halal ataukah haram. Untuk menjadi orang yang qan’ah,
maka kita perlu memperbanyak syukur, bersikap wara’ dan menghindari gaya hidup yang
berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai