FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 45 MAKASSAR PERATURAN PERHITUNGAN PERENCANAAN Perhitungan serta perencanaan konstruksi kayu harus mengindahkan: 1. Perhitungan konstruksi harus didasarkan atas pengetahuan ilmu gaya. Hitungan tidak boleh dijalankan berdasarkan atas aturan‐aturan menurut pengalaman (empiris), kecuali jika sesuai dengan yang ditentukan di dalam PKKI. 2. Muatan‐muatan yang telah ditetapkan oleh: Badan Standarisasi Nasional, Departemen Pekerjaan Umum dsb. 3. Syarat‐syarat minimum mengenai potonagn melintang dan segala bagian konstruksi. 4. Tegangan‐tegangan yang diperkenankan untuk kayu, alat penyambung dan kekuatan sambungan. 5. Penurunan maksimum dan peninggian (zeeg) Ukuran Penampang Minimum, Menurut PPKI : Batang-batang kayu dalam konstruksi rangka batang harus mempunyai ≥ 4cm, sedang luas tampang 32 ≥ cm2. Apabila batang-batang itu terdiri dan lebih dan satu bagian, maka syarat-syarat tersebut berlaku untuk seluruh tampang. Untuk konstruksi dengan paku atau perekat, syarat-syarat tersebut tidak berlaku.
Perlemahan, Menurut PPKI :
1. Pada batang-batang tarik dan bagian-bagian konstruksi yang dibebani dengan tegangan lentur, perlemahan-perlemahan akibat lubang-lubang untuk alat-alat penyambung dan lain- lainnya harus diperhitungkan. 2. Untuk batang-batang yang menahan tegangan tekan, perlemahan akibat alat-alat penyambung tidak perlu diperhitungkan. Tetapi apabila di dalam kenyataannya pada batang-batang kayu tersebut terdapat lubang-lubang yang tidak tertutup, maka lubang-lubang tersebut harus diperhitungkan sebagai perlemahan. Cara dan Syarat-syarat Perhitungan Batang Tertekan, Menurut PPKI : 1. Untuk batang yang menahan tegangan tekan, panjang tekuk lk harus diambil sebesar jarak antara dua titik yang berurutan yang bebas dari tekanan. Bagian konstruksi yang akan menghindarkan tekukan, harus diperhitungkan terhadap gaya dalam arah tekukan tersebut sebesar 1% dan gaya tekan yang terbesar yang bekerja pada batang-batang di sampingnya 2. Pada konstruksi rangka batang sebagai panjang tekuk harus diambil sebesar garis bagan. 3. Pada batang yang sebuah ujungnya terjepit sedang ujung lainnya bebas, sebagai panjang tekuk harus diambil dua kali panjang batang itu. 4. Yang disebut angka kelangsingan ialah:
Di dalam suatu konstruksj tiap-tiap batang tertekan harus
mempunyai λ ≤ 150. 5. Untuk menghindar bahaya tekuk pada batang tertekan, gaya yang ditahan oleh batang itu harus digandakan dengan faktor ω sehingga:
Besar ω harus diambil dari daftar di bawah ini yang sesuai
dengan λ dari batang tersebut, sedang besar σtkII harus diambil dari pembahasan sebelumnya. Untuk kayu-kayu yang sudah diketahui kelas kekuatannya, tegangan tekuk yang diperkenankan pada batang tertekan yang angka kelangsingannya (λ) sudah diketahui, dapat langsung diambil dan daftar di bawah ini. 6. Pada batang berganda, di dalam menghitung momen lembam terhadap sumbu-sumbu bahan (sumbu X dalam gambar 35 a, b) kita dapat menganggap sebagai batang tunggal dengan lebar sama dengan jumlah Iebar masing-masing bagian, sehingga terdapat: Untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu bebas bahan (sumbu X dalam gambar 35 c dan sumbu Y dalam gambar 35a, b) harus dipakai rumus sebagai berikut: Apabila jarak antara masing-masing bagian a > 2b, di dalam menghitung It harus diambil a = 2b. Masing-masing bagian yang membentuk batang berganda, harus mempunyai momen lembam :
Masing-masing bagian itu pada ujung-ujungnya dan juga pada dua
titik yang jaraknya masing-masing dan ujung-ujung batang tertekan itu sepertiga panjang batang, harus diberi perangkai seperti pada gambar 36. Jika lebar bagian b ≤ 18 cm, harus dipakal 2 batang baut dan jika b > 18 cm maka harus dipakai 4 batang baut. Untuk konstruksi paku sebagai ganti baut-baut tersebut, dapat dipakai paku yang jumlahnya sesual dengan keperluan dan pemasangannya harus sesuai dengan peraturan. Untuk λ ≤ 100 berlaku rumus seperti dari Tetmajer sedangkin rumus dan Euler berlaku untuk λ > 100. Faktor keamanan adalah 3,50 untuk λ ≤ 100 dan n = 3,50 - 4,00 untuk 100 < λ ≤ 150. Rumus tekuk Euler adalah sebagai berikut
dengan keempat kondisi yang mungkin seperti path gambar 37.
Kontruksi Lentur y Jarak Bentang menurut PPKI a) Panjang perletakan dan sebuah balok di atas 2 perletakan harus diambil setinggi-tingginya 1/20 jarak antara kedua ujung perletakan. Sebagai jarak bentang harus diambil jarak antara kedua titik tengah perletakan tersebut dan setinggi-tingginya 1,05 x jarak antara kedua ujung perletakan (Gambar 38). b) Apabila perletakan-perletakan itu berupa sendi, maka sebagai jarak bentang harus diambil jarak antara kedua titik sendi tersebut. c) Jika sebuali balok atau pelat itu merupakan balok terusan, maka sebagai jarak bentang masing-masing lapangan harus diambil jarak antara titik-titik tengah masing-masing perletakan. Pada balok terusan masing-masing lapangan dapat dianggap seperti terletak di atas dua perletakan, sedangkan tegangan lentur yang diperkenankan untuk balok tersebut boleh dinaikkan 10%. d) Pada balok dengan tunjang, sebagai jarak bentang harus diambil e) Apabila perletakan berupa pasangan batu, maka tekanan balok pada perletakan tersebut dianggap merata, tetapi tegangan yang timbul pada pasangan itu setinggi-tingginya harus 4/5 x tegangan yang diperkenankan.
y Lendutan, Menurut PPKI :
a) Untuk membatasi perubahan-perubahan bangun dari suatu konstruksi, sambungan harus dilaksanakan sedemikian baiknya, sehingga pergeseran dari masing- masing bagian konstruksi terjadi sekecil mungkin, terutama untuk kontruksii yang mengalami getaran- getaran seperti jembatan. b) Dengan mengabaikan pergeseran pada tempat-tempat sambungan, lendutan pada sesuatu konstruksi akibat berat sendiri dan muatan tetap dibatasi sebagai berikut : Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi yang terlindung fmax ≤ 1/300 L Untuk balok yang dipergukan pada konstruksi yang tidak terlindung fmax ≤ 1/400 L Untuk balok pada konstruksi kuda-kuda, seperti gording kasau, dan sebagainya fmax ≤ 1/200 L Untuk konstruksi rangka batang yang terlindung fmax ≤ 1/500 L Untuk konstruksi rangka batang yang tidak terlindung fmax ≤ 700 L di mana : f = lendutan L = jarak bentang c) Di dalam perhitungan lendutan, besarnya momen lembam I harus diambil harga-harga dari pasal mengenai balok tersusun dengan pasak dan sebagainya d) Di dalam perhitungan lendutan untuk jembatan muatan- muatan bergerak tidak perlu digandakan dengan angka kejut.
Ahlak Adalah Suatu Kondisi Kejiwaan Seseorang Yang Menjadikan Seseorang Mampu Melakukan Sesuatu Dengan Mudah Dan Tanpa Paksaan Secara Otomatis Dan Tidak Perlu Lagi Membebani Dirinya Untuk Melakukannya