FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 45 MAKASSAR SAMBUNGAN & ALAT –ALAT PENYAMBUNG Dari diagram-diagram beban pergeseran (Gambar 5) dapat dilihat adanya kekakuan yang paling tinggi dan sambungan dengan perekat dan yang paling rendah dan sambungan dengan baut. Untuk sambungan dengan baut kekuatan yang diizinkan ditetapkan p oleh syarat-syarat y y pergeseran. p g
Perekatan tidak melemahkan ppenampang
p g kayu-kayu y y yang disambung dan mempunyai daya pemikul yang lebih tinggi daripada sambungan-sambungan lain. Tetapi daya pemikul itu tidak seluruhnya dapat dipergunakan berhubung dengan tegangan-tegangan sekunder k d serta t kekuatan k k t yang lebih l bih rendah d h dari d i serat-serat kayu. Menganggap efisiensi suatu konstruksi kayu (fiktif) tanpa sambungan sama dengan 100% maka “overall efficiency” konstruksi-konstruksi dengan bermacam-macam alat penyambung dapat dinilai sebagai berikut: y dengan sambungan baut 30% y dengan g sambungan g ppaku 50% y dengan sambungan pasak 60% y dengan sambungan perekat 100% Angka-angka di atas adalah rata-rata dan kasar karena tentunya tergantung dan banyak faktor, faktor seperti pemakaian pelat buhul (gusset), dan sebagainya. sebagainya y Di Indonesia untuk konstruksi-konstruksi bangunan seperti kuda-kuda atap, sambungan gigi, sambungan lubang dan pen dengan gigi, dan sambungan dengan baut telah umum dipakai, baut, dipakai sedang pasak kayu model Kubler pada umumnya di digunakan k untukk bentang-bentang b b yang lebih besar. y Angka-angka efisiensi tersebut dapat dilihat bahwa hanya sambungan dengan perekat dapat mencapai efisiensi 100%. Ini berarti bahwa untuk sambungan-sambungan b b yang lain l i sering i k li kali ukuran-ukuran batang konstruksi kayu ditetapkan oleh tempat yang dibutuhkan untuk menempatkan alat-alat penyambung. y Biasanya dalam perencanaan konstruksi rangka batang kayu, setelah didapat gaya-gaya batang, ukuran-ukuranbatangg direncanakan berdasarkan rencana setelah dikontrol tegangan-tegangan yang terjadi dalam batang-batang tersebut. Dalam perencanaan sambungan titik bubul, penting sekali dihindarkan sedapat mungkin eksentrisitas SAMBUNGAN DENGAN BAUT Baut sebagai alat penyambung yang dibebani b banyakk dipakai d k meskipunk sebetulnya b l tidak d k begitu g baik karena: - efisiensi rendah - deformasi besar Tegangan-tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang baut dianggap rata dalam perhitungan. Sesungguhnya pembagian tegangan-tegangan itu seperti pada gambar. gambar Yang menentukan kekuatan patah P, bukan kekuatan- kekuatan-kekuatan tarik dan geser melainkan kokoh desak kayu pada lubang serta kekakuan baut baut.. Menurut PPKI Pasal 14 1. Alat penyambung baut harus dibuat dan baja St. 37 atau dan besi yang mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37. 2 Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak 2.Lubang boleh lebih dari 1,5 mm. 3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8 (3/8”),), sedang untuk sambungan, baik bertampang satu maupun bertampang dua, dengan tebal kayu lebih besar dari 8 cm, harus dipakai baut d dengan garis i tengahh paling li kecil k il 12,7 12 7 mm (1/2”). (1/2”) 4. Baut harus disertai pelat ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5 mm dengan garis tengah 3 d, d atau jika mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3 d, di mana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelekap, maka tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan maksimum 4 mm. 5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu, yaitu ggolongan g I, II dan III. Agar g sambungan g dapat p memberi hasil kekuatan yang sebaik-baiknya diambil dan angka-angka angka angka yang tertera di bawah ini Dan tiap-tiap golongan yang diambil adalah harga yang terkecil. Yang a g te termasuk asu di dalam a a go golongan o ga I ialah a a se semua ua kayu ayu dengan e ga kelas e as kuat I ditambah dengan kayu rasamala. Yang termasuk dalam golongan II ialah semua kayu dengan kelas k t II. kuat II Yang Y t termasuk k di dalam d l golongan l III ialah i l h semua kayu k d dengan kelas kuat III. 6. Jika pada sambungan bertampang satu, salah satu batangnya adalah dan besi (baja) atau pada sambungan bertampang dua pelat-pelat penyambungnya dari besi (baja), maka harga-harga S dalam rumus tersebut dapat dinaikkan 25%. 7. Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi dalam keadaan selalu terendam dalam air atau untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3. A bil baut Apabila b t tersebut t b t dipergunakan di k untukt k konstruksi k t k i yang tidak terlindung tetapi kayu itu dapat mengering dengan cepat, p maka di dalam pperhitungan, g kekuatannya y harus dikalikan dengan angka 5/6. 8. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan t tetap t t dand muatan t angini atau t untukt k bagian-bagian b i b i konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan tidak tetap,p maka kekuatan sambungang dapatp dinaikkan dengan 25%. 9. Perlemahan luas tampang p g batangg konstruksi rangka g kayu y dengan sambungan baut dapat diambil 20 - 25%. SAMBUNGAN DENGAN PAKU Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku: - mempunyai efisiensi yang lebih besar - memberib perlemahan l h yang lebih l b h kecil k l yaitu kira- k kira 10%, yang sering kali diabaikan saja - kekuatan k k tidak d k tergantung arahh serat, dan d pengaruhh cacat-cacat kayu juga kurang - adalah d l h lebih l b h kkaku k - beban-beban pada penampang lebih merata - untukk kayu k yang tidak d k terlalu l l keras k d bila dan b l kayu k yang harus disambung tidak terlalu tebal, maka tidak id k perlul dibor, dib sehingga hi d dapat dik j k oleh dikerjakan l h setengah tukang. Sambungan paku pakuÆ Æ Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) 1.Paku yyangg dipergunakan p g dapat p mempunyai p y tampang p g melintang yang berbentuk bulat persegi atau beralur lurus. 2. Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar V PKKI berikutnya dan berlaku untuk tebal kayu seperti tertera dalam daftar tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak tergantung dan besar sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat kayu. 3. Untuk sambungang yyangg menyimpang y p g dan Daftar Va dapat p dipakai rumus-rumus di bawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku. 4. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan g tegak g lurus arah serat, asal ppembengkokan g tersebut tidak akan merusakkan kayu. 5. Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dan 10 batang paku maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% paku, dan jika lebih dan 20 batang harus dikurangi dengan 20%. 6. Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4 batang paku. 7 Jarak paku minimum harus memenuhi syarat 7. syarat-syarat syarat seperti ditunjukkan dalam gambar a. Dalam arah gaya. 12 d untuk tepi kayu yang dibebani 5 d untuk tepi kayu yang tidak dibebani 10 d jarak j k antara t paku k dalam d l satut barisan b i b. Dalam arah tegak lurus arah gaya. 5 d untuk jarak sampai tepi kayu 5 d untuk jarak barisan paku. 8 Apabila ada banyak kemungkinan, 8. kemungkinan bahwa paku akan berkarat, maka hendaknya dipakai paku yang disepuh seng atau cadmium. 9. Apabila paku dipergunakan untuk konstruksi yang selalu terendam dalam air atau untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi, maka di dalam perhitungan, kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3. 2/3 Apabila paku digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu itu dapat mengering dengan cepat, kekuatannya hams dikalikan dengan angka 5/6. /6
10. Kekuatan sambungan paku dapat dinaikkan dengan 25%
10 jika muatan terdiri dan muatan tetap dan muatan angin atau dan muatan tetap dan muatan tidak tetap, kecuali untukk beban-beban b b b b di dinamis i sepertii pada d jembatan- j b jembatan dan sebagainya.
11. Jika sesuatu konstruksi dengan paku berbentuk
lengkung, maka jari-jari lengkungannya paling kecil harus 400 b,b di mana b adalah tebal papan kayu yang dipergunakan dalam konstruksi tersebut.