Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.(UU

Nomor 44 tahun 2009).

Di Rumah sakit RS PKU Gamping Jogjakarta mempunyai beberapa unit yaitu

diantaranya unit IGD, Farmasi rawat jalan, Farmasi rawat inap, Logistik, K3,

Relasi, Rawat jalan, Rawat inap, SDI, Penetapan biaya, Rekam medik.

Instalasi Farmasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh. Instalasi Farmasi rumah sakit

merupakan unit di rumah sakit yang bertanggung jawab atas pengadaan dan

pengajian informasi obat bagi seluruh pihak di rumah sakit. Tanggung jawab

instalasi farmasi rumah sakit adalah mengembangkan pelayanan farmasi yang luas

dan terkoordinir dengan baik untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit secara

menyeluruh serta memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien.

Unit farmasi rawat jalan di RS PKU Gamping Jogjakarta sendiri buka 24 jam

yang terbagi dari 3 shiff yaitu shiff pagi dari jam 07.00-14.00 yang bertugas 1

apoteker dan 3 ttk, shiff siang dari jam 14.00-21.00 yang bertugas 1 apoteker 2

ttk, dan shiff malam dari jam 21.00-07.00 hanya ada 1 apoteker yang bertugas.

1
Dijelaskan dalam Permenkes 56 tahun 2014 Pasal 32 Ayat 1 bagian B tentang

Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas tenaga

kefarmasian terdiri atas 13 orang Apoteker yang 1 orang bertugas sebagai kepala

instalasi farmasi rumah sakit, 4 orang yang bertugas di rawat jalan dan 4 orang di

rawat inap, 1 orang di instalasi gawat darurat, 1 orang di ruang ICU,1 orang

koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap melakukan

pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan, dan 1 orang koordinator

produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

dan rawat jalan dan dibantu dengan TTK atau tenaga teknis kefarmasian yang

berjumlah 20 orang yaitu yang bertugas 8 orang di rawat jalan, 8 orang di rawat

inap, 2 orang di instalasi gawat darurat, dan 2 orang di ICU.

Berdasarkan jumlah tenaga yang ada di unit farmasi rawat jalan dengan

jumlah tenaga ke farmasian yang dijelaskan Permenkes 56 tahun 2014 Pasal 32

ayat 1 bagian B tentang SDM Rumah sakit umum kelas B diatas terlihat masih

sangat kurang tenaga SDM yang ada di unit farmasi rawat jalan RS PKU

Gamping jogjakarta.

Penyelenggaraan pelayanan ke farmasian di laksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan

jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke

profesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan

pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan

keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit (Kep

Menkes, 2004)

2
Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan SDM yaitu kepuasan pasien

berkurang karena masih menunggu waktu yang lama pelayanan yang diberikan

petugas, pelayanan yang didapatkan pasien tidak sesuai dengan semestinya

sehingga akan menimbulkan efek negatif terhadap rumah sakit itu sendiri seperti

pasien lebih mencari rumah sakit yang menurutnya lebih memberikan

kenyamanan dan pelayanan yang cepat dan juga akan menurunkan angka

kunjungan pasien, dan dampak lain yang ditimbulkan ialah petugas kewalahan

alam melayani pasien.

Berdasarkan latar belakang di atas maka saya merasa tertarik untuk melakukan

identifikasi masalah tentang “Kurangnya Sumber Daya Manusia di Unit Farmasi

Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah Gamping Jogjakarta”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Sumber Daya Manusia di Unit Farmasi Rawat Jalan RS

PKU Muhammadiyah Gamping Jogjakarta.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa dapat Mengidentifikasi Masalah pada Kurangnya Sumber

Daya Manusia Di Unit Farmasi Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah

gamping Jogjakarta.

2. Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah dan mampu memilih

prioritas pemecahan masalah yang ada pada Kurangnya Sumber Daya

Manusia Di Unit Farmasi Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah

gamping Jogjakarta.

3
3. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah pada

Kurangnya Sumber Daya Manusia Di Unit Farmasi Rawat Jalan RS

PKU Muhammadiyah gamping Jogjakarta.

1.3. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya di

bidang SDM RS khususnya di Unit Farmasi Rawat Jalan dan

sebagai menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah

b. Dapat belajar untuk mengidentifikasi serta memberikan alternatif

pemecahan masalah yang dihadapi di lapangan

2. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Sebagai masukan tentang Sumber Daya Manusia bagi petugas rumah sakit

PKU Muhammadiyah Gamping khususnya Di Unit Farmasi Rawat Jalan. Dengan

dijadikannya RS PKU Muhammadiyah Gamping sebagai tempat kegiatan

praktikum kesehatan masyarakat oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan. Prodi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup laporan ini adalah meliputi permasalahan yang ada pada

Kurangnya Sumber Daya Manusia Di Unit Farmasi Rawat Jalan RS PKU

Muhammadiyah gamping Jogjakarta.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Banyak pendapat para ahli mengenai asal kata dari rumah sakit, konon

katanya hospital (rumah sakit) berakar dari kata lain hostel yang biasa digunakan

di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi yang sakit, menderita,

dan miskin. Pendapat lain oleh willan (1990) mengatakan bahwa kata hospital

berasal dari bahasa latin hospitum, artinya suatu tempat / ruangan untuk menerima

tamu. Sementara itu, Yu (1997) menyatakan bahwa istilah hospital berasal dari

bahasa perancis kuno dan medieval english, yang dalam kamus inggris oxford

didefinisikan sebagai (Febriawati, 2013) :

1. Tempat untuk istirahat dan hiburan

2. Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan akomodasi, lemah dan

sakit

3. Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda

4. Institusi untuk merawat mereka yang sakit dan cidera

Rumah sakit itu adalah sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah

institusi dan sebuah organisasi. Untuk mengetahui definisi dari rumah sakit secara

jelas dapat kita lihat dari pendapat para ahli dibawah ini:

1. Menurut UU No 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu sosial ekonomi masyarakat, yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yan lebih bermutu

5
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajad kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Menurut Azwar (1996) rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui

tenaga medis professional serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

pasien.

3. Menurut American Hospital Association (1978), Rumah Sakit adalah

suatu institusi yang fungsi utamanya adalah untuk memberikan pelayanan

kepada pasien-diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan

masalh kesehatan, baik yan bersifat bedah maupun non bedah.

2.2 Farmasi Dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.2.1 Farmasi Rumah Sakit

Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan

pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat. Ini meliputi seni dan

ilmu pembuatan dari sumber alam atau sintetik menjadi matrial atau produk yang

cocok dan enak di pakai untuk mencegah, mendiagnosa, atau pengobatan

penyakit. Pembuatan produk ini meliputi pengetahuan identifikasi, seleksi, aksi

farmakologi, pengawetan, kombinasi, analisa dan standarisasi obat (Anief, 2008).

Menurut Siregar(2004) Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang

melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis

kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

6
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga

yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

atas sarjana farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker.

2.2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut siregar,C,J,P (2004) Instalasi adalah fasilitas pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan,

pelatihan, dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Sedangkan farmasi rumah sakit

adalah seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan di suatu rumah sakit.

Jadi instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) menurut Siregar C,J,P (2004)

adalah suatu bagian, unit, devisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat semua

kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu

sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan, dan

distribusi obat, pengolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) dapat di definisikan sebagai suatu

departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang

Apoteker yang memenuhi syarat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang

terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,

penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan

7
resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu dan

pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan dirumah

sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup layanan langsung

kepada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit

secara keseluruhan (Kep Menkes, 2004).

Tugas utama instalasi farmasi di rumah sakit adalah pengolahan mulai dari

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan

resp/order, distribusi obat sampai dengan pengendalian semua perbekalan

kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien

rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit termasuk poli klinik rumah sakit

(siregar, 2004).

Menurut keputusan mentri kesehatan nomor 129 tahun 2008. Standar

minimal pelayanan Rumah Sakit Memiliki indikator waktu tunggu pelayanan

farmasi untuk obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan pelayanan farmasi untuk obat racik

yaitu ≤ 60 menit ( kepmenkes 2008) Proses ini dinilai mulai dari penyerahan

etiket obat sampai penyerahan obat. Hasil pengamatan waktu tunggu waktu

tunggu pelayanan resep rata-rata obat racikan ≥ 70 menit , obat jadi ≥ 30 menit.

2.3 Sumber Daya Kefarmasian

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran

dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga

Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi

dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.

8
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada

dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun

sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi.

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:

1) Apoteker

2) Tenaga Teknis Kefarmasian

b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:

1) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian

2) Tenaga Administrasi

3) Pekarya/Pembantu pelaksana

Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam

penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung

jawabnya.

2. Persyaratan SDM

Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis

Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan

Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.

Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan

administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

9
2014 tentang tenaga kesehatan yang dimaksud SDM Kesehatan (Sumber Daya

Manusia Kesehatan) terdiri tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang diploma tiga.

3. Penghitungan Beban Kerja

Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada

Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial

dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian Resep, penyerahan

Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan

tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien.

2.3.2 Sarana Dan Peralatan

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung

oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan

kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah

Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan

langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang

dilengkapi penanganan limbah.

Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan

kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau

10
institusi yang berwenang. Peralatan harus dilakukan pemeliharaan,

didokumentasi, serta dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

1. Sarana

Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat

menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja

yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.

a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri

dari:

1) Ruang Kantor/Administrasi

a. ruang pimpinan

b. ruang staf

c. ruang kerja/administrasi tata usaha

d. ruang pertemuan

2) Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas, terdiri dari:

a. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:

1) Obat jadi

2) Obat produksi

3) bahan baku Obat

11
4) Alat Kesehatan

b. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:

1) Obat termolabil

2) bahan laboratorium dan reagensia

3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar

4) Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik)

3) Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai terdiri dari distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit

farmasi).

Ruang distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang

distribusi terdiri dari:

Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang

khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan peracikan.

4) Ruang konsultasi / konseling Obat

Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai sarana untuk Apoteker

memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus jauh dari

hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah Sakit dan nyaman sehingga pasien

maupun konselor dapat berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling

dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan maupun rawat inap.

12
5) Ruang Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat dilakukan di ruang tersendiri dengan dilengkapi

sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon.

c. Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus memenuhi

kriteria:

1) Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur orang/pekerja.

a. Pengendalian lingkungan terhadap:

1. Udara;

2. Permukaan langit-langit, dinding, lantai dan

peralatan/sarana lain;

3. Barang masuk;

4. Petugas yang di dalam.

2) Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan

jarak setiap peralatan minimal 2,5 m.

3) Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan

barang.

2. Peralatan

Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk perlengkapan

peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk

Obat luar atau dalam.

Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi

persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.

13
2.4 Sumber Daya Yang Harus Ada Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Sumber daya manusia yang dibutuhkan di instalasi farmasi rumah sakit adalah

sebagai berikut:

1. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga

a. Apoteker

b. Sarjana farmasi

c. Asisten apoteker (AMF,SMF)

2. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga:

a. Operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian

b. Tenaga administrasi

3. Tenaga pembantu pelaksana

Personalia pelayanan instalasi farmasi rumah sakit adalah sumber daya

manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian dirumah sakit yang termasuk

dalam bagian organisasi rumah sakit dengan persyaratan:

a. Terdaftar di departemen kesehatan

b. Terdaftar di asosiasi profesi

c. Mempunyai izin kerja

d. Mempunyai SK penempatan

Penyelenggaraan pelayanan ke farmasian di laksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan

jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke

profesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan

pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan

14
keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit (Kep

Menkes, 2004)

Dijelaskan dalam Permenkes 56 tahun 2014 Pasal 32 Ayat 1 bagian B tentang

Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum kelas B terdiri atas tenaga

kefarmasian terdiri atas :

a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;

b. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling

sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8

(delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

d. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh

minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

e. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2

(dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

f. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi

yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap

atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang

jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah

Sakit

g. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat

jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya

disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

15
BAB III

ANALISA SITUASI UMUM

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Jogjakarta

3.1 Sejarah Rumah Sakit

RS PKU muhammadiyah gamping sebelumnya bernama pku

muhammadiyah yogyakarta unit ii .perubahan ini berdasarkan sk badan

pelaksanaan harian nomer 0161/BL/BPH-111/2016 tanggal 2 Maret 2016 . RS

PKU Muhammadiyah Gamping merupakan pengembangan dari RS

PKUMuhammadiyah Yogyakarta yang terletak di jalan kh.ahmad dahlan No 20

Yogyakarta

RS PKU Muhammadiya Yogyakarta awalnya didirikan berupa klinik pada

tanggal 15 febuari 1923 dengan lokasi pertama di kampung Lagang Notopraja No

72 Yogyakarta .awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)

dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa ,pendiri

pertama atas nama inisiatif H.M Sudjak yang di dukung sepnuhnya oleh K.H

Ahmad Dahlan seiring dengan waktu ,nama PKO berubah menjadi PKU

(Pembinaan Kesejahtraan Umat) pada tahun 1928 klinik dan poliklinik PKO

Muhammadiyah pindah lokasi kejalan ngabean Nomor 128 Yogyakarta (sekarang

jalan KH Ahmad Dahlan ) pada tahun 1970-an status klinik dan poliklinik

berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,bersamaaan dengan

berkembanganya berbagai amal usaha dibidang kesehatan,termasuk didalamnya

adalah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ,maka dipimpin pusat perlu

mengatur gerak kerja dan amal usaha muhammadiyah bidang kesehatan melalui

surat keputusan pimpinan pusat muhammadiyah No 36/SK-PP/IV-B/1998 tentang

16
Qaidah Amal Usaha Muhammadiyah bidang kesehatan dalam surat keputusan

tersebut diatur tentang misi utamanya untuk meningkatkan kemauan masyarakat

agar RS PKU Muhammadiyah adalah perwujudan dari amal shalih sebagai sarana

ibadah yang dilandasi iman dan taqwa kepada allah swt.

3.2 Visi dan Misi Rumah Sakit

3.2.1 Visi

Mewujudkan RS Pendidikan Utama dengan keunggulan dalam pelayanan

kesehatan, pendidikan dan riset dengan sistem jejaring dan kemitraan yang kuat

pada tahun 2018.

3.2.2 Misi

1. Misi pelayanan publik/sosial

Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu berdasar pada bukti ilmiah

dan teknologi.

2. Misi pendidikan

Menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga kedokteran dan tenaga kesehatan

lain secara profesional melalui pendidikan dalam pelayanan.

3. Misi penelitian dan pengembangan

Menyelenggarakan penelitian dibidang ilmu pengetahuan dan moderen

bidang kesehatan.

4. Menyelenggarakan dakwah amar ma’aruf dan nahi munkar yang

terintegrasi dalam proses pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan.

3.3 NILAI-NILAI UTAMA (CORE VALUE)

Untuk lebih mendaratkan visi dan misi sehingga lebih mudah

diimplementasikan maka dibentuk motto pelayanan sebagai berikut:

17
AMANAH (Antusias, Mutu, Aman, Nyaman, Akurat, Handal)

Adapun makna dari motto pelayanan AMANAH dpat dijelaskan sebagai

berikut:

Antusias : pelayanan yang diberikan oleh petugas dilakukan dengan

penuh semangat atas dasar ghiroh keislaman dan

kemuhammadiyahan sebagai wujud kecintaan terhadap sesama

manusia. Tolok ukurnya adalah respon yang cepat terhadap

kebutuhan pelanggan.

Mutu : pelayanan yang diberikan bermutu tinggi baik aspek mutu

dalam pandangan pasien (ramah, tidak berbelit dll) maupun

aspek mutu dalam pandangan teknis (sesuai dengan persyaratan

medik dan non medik) yang ditetapkan. Tolok Ukurnya adalah

kepuasan pelanggan dan kesesuaian terhadap standar dan

regulasi.

Aman : pelayanan yang dilakukan dalam kerangka sistem yang

menjamin keselamatan pasien (patient safety). Tolok ukurnya

adalah rendahnya insiden KPRS

Nyaman : pelayanan rumah sakit yang didukung oleh suasana fisik yang

bersih dan asri. Pelayanan yang memahami kebutuhan pasien

sebagai makhluk sosial spiritual sehingga memberikan

ketenangan psikologis dan spiritual.

Akurat : pelayanan yang diberikan berbasis pada data dan informasi

yang akurat, valid dan berbasis bukti (evidence) sehingga

18
memberikan kepercayaan dan kemantapan yang tinggi pada

pasien sekaligus memberikan teladan (uswah) bagi peserta didik.

Handal : pelayanan diberikan melalui dukungan fasilitas medis dan non

medis modern serta dukungan teknologi informasi yang

menjawab kebutuhan pelayanan.

RS PKU Muhammadiyah Gamping dikelola berdasarkan manajemen

entrepreneural yang bertumpu pada nilai-nilai yang bersumber dari Al Qur’an

sebagai share value yaitu

Amanah, Sidiq, Fathonah, Tabligh, Inovatif dan Silaturrahim

(networking & partnership)

3.4 Tujuan Rumah Sakit

Tujuan RS PKU Muhamadiyah Gamping adalah mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi tingginya bagi semua lapisan amsyarakat melalui

pendekatan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif)

penyembuhan penyakit (kuratif) ,pemulihan kesehatan (rehabilitatif ) dan paliatif

yang dilaksanakan secara menyeluru sesuai dengan peraturan perundang -

undangan serta tujuan ajaran agama islam dengan tidak memandang agama

,golongan dan kedudukan.

19
3.5 Alur Pelayanan Pasien RS PKU Muhammadiyah Gamping

PENDAFTARAN

PASIEN
RELASI

UNIT GAWAT POLIKLINIK SPESIALIS


DARURAT

BAGIAN
RELASI

PELAYANAN PENUNJANG

 Radiolog

 Laboratorium

uj
RAWAT INAP APOTEK
Pendaftaran
Ranap
ADMINISTRASI

RUANG RANAP

Rujuk Pulang
g

20
3.6 Struktur Organisasi RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit tipe B yang

dipimpin oleh seorang direktur, dibantu oleh wakil direktur pelayanan klinis dan

wakil direktur umum dan keunagn. Hal ini sesuai dengan peraturan mentri

kesehatan Nomor 971/Permenkes/PER/IX/2009 tentang standar kompetensi

pejabat struktur kesehatan.

21
BAB IV

ANALISA SITUASI KHUSUS

4.1 Struktur Organisasi Unit Farmasi

Struktur organisasi merupakan perangkat manajemen yang

menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi dari

setiap jabatan yang ada dalam organisasi. Struktur organisasi Unit farmasi

berpedoman pada struktur organisasi rumah sakit yang ditetapkan oleh Badan

Pelaksana Harian RS PKU Muhammadiyah Gamping. Adapun struktur organisasi

senantiasa melalui penyesuaian setelah melalui analisa dan evaluasi berkelanjutan

dengan memperhatikan adanya peningkatan jenis dan jumlah pelayanan farmasi,

peningkatan mutu pelayanan serta perubahan regulasi di bidang farmasi baik

lokal, nasional maupun internasional.

Adapun struktur organsasi di lingkungan Unit farmasi dipimpin oleh

seorang Apoteker dengan kualifikasi tertentu yang diatur dalam uraian tugas

rumah sakit, dapat digambarkan sebagai berikut :

MANAJER

Spv. Unit Farmasi

Administrasi

Koordinator Koordinator
Koordinator Layanan Farmasi
Logistik Farmasi Layanan Farmasi
& Anfragh Rawat Inap
Rawat Jalan
Ruangan

3.1 Uraian Tugas


Pelaksana Pelaksana Layanan pelaksana
Layanan pelaksana
Anfragh Ruangan
Logistik
Supervisior Farmasi

22
Nama Jabatan : Supervisior Unit Farmasi

Persyaratan Jabatan :

1. Pendidikan : Apoteker lulusan Universitas dengan akreditasi minimal B

2. Pelatihan/kursus :

a. Kursus manajemen farmasi Rumah Sakit

b. Kursus farmasi klinik

3. Pengalaman kerja: Berpengalaman di bidang farmasi Rumah Sakitminimal

5 tahun

4. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Apoteker dan Surat Izin Praktek

Apoteker (SIPA) Rumah Sakit sebagai apoteker penanggung jawab

5. Memiliki sertifikat Kompetensi Apoteker

6. Berkepribadian dan berakhlak baik

7. Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, danberkomunikasi

dengan orang lain.

8. Sehat jasmani, rohani dan sosial

Tugas Pokok :

Mengelola dan mengorganisir pelayanan farmasi rumah sakit.

Bertanggung jawab kepada : Manajer Pelayanan Medik & Penunjang Medik

Melakukan supervisi atas :

1. Apoteker Fungsional dan Farmasi Klinis

2. Koordinator Layanan Logistik & Anfragh Ruangan

3. Koordinator Layanan Farmasi Rawat Jalan

4. Koordinator Layanan Farmasi Rawat Inap

5. Pelaksana Administrasi

23
Wewenang :

1. Menyusun rencana strategis pelayanan kefarmasian

2. Mengusulkan kebijakan kepada direksi mengenai pelayanan

kefarmasian

3. Membuat kebijakan dan mengambil keputusan mengenai pelayanan

4. kefarmasian yang bersifat internal

5. Membangun hubungan dan koordinasi dengan pejabat struktural lain di

6. luar unit farmasi

7. Menjadi representasi unit farmasi dalam komite atau tim lain di RS

8. Melaksanakan proses pengadaan perbekalan farmasi.

9. Mengorganisir program pengembangan SDM di lingkungan unit

farmasi

10. Mengorganisir program penjaminan dan peningkatan mutu (Continuous

11. Quality Improvement) di lingkungan unit farmasi.

12. Memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai pelayanan

kefarmasian

13. baik kepada tenaga kefarmasian maupun tenaga lain yang

membutuhkan.

14. Menilai kinerja/DP3 staf di bawahnya.

24
4.2 Uraian Tugas :

Fungsi-fungsi manajemen

1. Fungsi perencanaan

a. Merencanakan sistem pelayanan kefarmasian yang optimal baik darisisi

pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan kefarmasiandalam

penggunaan obat dan alat kesehatan

b. Membuat rencana program pengembangan stafdi unit farmasi

c. Merencanakan dan mengajukan kebutuhan dan mutasi SDM,

sarana,prasarana serta anggaran biaya untuk unit farmasi kepada direksi

d. Merencanakan kebutuhan obat donasi pemerintah yaitu obat

programTB DOTS.

2. Fungsi Operasional

Aktivitas pembuatan kebijakan/keputusan:

a. Mengolah dan menganalisa data untuk menjadi informasi manajemen

b. Mengelola informasi manajemen untuk mengambil keputusan

c. Melakukan analisa, telaah dan evaluasi prosedur dan kebijakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

d. Mengusulkan kebijakan mengenai pelayanan kefarmasian yang bersifat

eksternal (berhubungan dengan unit lain)

e. Membuat kebijakan/keputusan mengenai pelayanan kefarmasian yang

bersifat internal.

Aktivitas membangun hubungan dan koordinasi dengan pejabat

struktural lain di luar Unit Farmasi:

a. Rapat pertemuan pagi

25
b. Rapat struktural RS

Aktivitas representasi unit farmasi dalam komite atau tim lain di Rumah

Sakit:

a. Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi

b. Kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi

c. Kegiatan Tim Patient Safety

d. Kegiatan Tim TB DOTS

e. Kegiatan Tim Akreditasi/Tim mutu/Tim Litbang/Tim SIM, dan tim lain

yang melibatkan pelayanan kefarmasian.

Aktivitas pengadaan perbekalan farmasi:

a. Merancang sistem pengadaan perbekalan farmasi yang efisien (supply

chain management)

b. Memberikan masukan kepada direksi dalam menjalin kerjasama dengan

pemasok atas dasar saling menghormati, dengan cara yang beretika

untuk mencapai kemitraan yang saling menguntungkan

c. Menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam hubungan kerja

dengan pemasok dan produsen perbekalan farmasi mitra kerja Rumah

Sakit

Aktivitas pendidikan dan pelatihan:

a. Mengikuti program pendidikan berkelanjutan dan pengembangan

b. Memberikan pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan kepada tenaga

kefarmasian dan tenaga kesehatan lain.

c. Mengadakan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan di

lingkungan unit farmasi

26
3. Fungsi Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian

a. Melakukan pengawasan terhadap koordinator pelayanan di lingkungan

unit farmasi dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab

operasional harian masing-masing.

b. Mengatur, mengawasi dan bertanggung jawab terhadap semua peralatan

dan sarana yang ada di unit farmasi agar selalu dalam keadaan baik,

lengkap dan siap pakai.

c. Mengadakan pengawasan dan bertanggung jawab agar semua kegiatan

di lingkungan unit farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai

peraturan yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan.

d. Mengadakan pengawasan terhadap semua kegiatan di lingkungan unit

farmasi agar semua aset Rumah Sakit dikelola dengan baik.

e. Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan di unit farmasi dan bila

perlu mengadakan perbaikan-perbaikan.

f. Menilai kinerja staf dibawahnya.

g. Membuat laporan secara berkala, meliputi:

1. Penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulannya

2. Stok opname setiap bulan

3. Laporan kinerja pelayanan kefarmasian setiap 1 tahun

Indikator Keberhasilan :

1. Tersedianya produk perbekalan farmasi yang bermutu, dalam jumlah

yang cukup, terjangkau untuk menunjang proses pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit.

27
2. Terselenggaranya pengelolaan perbekalan farmasi secara efektif dan

efisien.

3. Terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang memenuhi standar mutu

yang ditetapkan.

4. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang berorientasi pada

kepentingan pasien, termasuk pelayanan farmasi klinik yang bertujuan

mengoptimalkan terapi obat pasien.

Target Kerja :

1. Terlaksananya program kerja yang direncanakan, minimal 75%

2. Tercapainya target kerja yang ditetapkan dalam kerangka acuan mutu

pelayanan farmasi.

3. Deviasi/penyimpangan antara realisasi dan rencana anggaran pendapatan

dan belanja (RAPB) yang sudah ditetapkan, tidak lebih dari 10%

4.3 Farmasi Rawat Jalan

Unit farmasi rawat jalan melayani pasien IGD, POLIKLINIK, HD

a. Alur pasien Farmasi rawat jalan

1. Loket 1 bagian penetaan resep/ penerimaan resep

a. Administrasi

b. Farmatetis/sediaan

c. Klinis

2. Input data-buat etiket-print etiket (aturan yang buta obat)

3. Sementara ngprint etiket, pasien diminta ke penetapan biaya

4. Dispensing resep racikan maupun non racikan (penyiapan obat

sebelum diserahkan ke pasien)

28
5. Cek terlebih dahulu obat dengan etiket sebelum obat diserahkan ke

pasien

6. Kemudian obat diserahkan ke pasien oleh Apoteker

b. Jadwal/shif pegawai

Farmasi rawat jalan buka selama 24 jam.

1. Shif pagi jam 07.00-14.00

Terdiri dai 4 orang yaitu 1 orang Apoteker dan 3 orang TTK (tenaga

teknis keobatan)

2. Shif siang jam 14.00-21.00

Terdiri dari 3 orang yaitu 1 orang Apoteker dan 2 orang TTK ( tenaga

teknis keobatan)

3. Shif malam 1 orang

Petugas shif malam harus membuat order mutasi obat, pesanan obat

perhari ke gudang farmasi/logistik)

c. Unit farmasi rawat jalan melayani:

1. Pasien umum

2. Pasien bpjs

3. Pasien relasi/asuransi

d. SIM (sistem informasi manajemen)

1. Buka SIM

2. Tuliskan tanggal. Nomor resep, resep dari mana(misalnya dari IGD),

nama dokter, nomor registrasi, nama pasien, alamat, tanggal lahir,

jaminan

29
3. Masukkan kode obat, nama barang (nama obat), etiket tambahkan

jenis obat(obat dalam atau obat luar) cara pakai dan catatan lainnya,

untuk etiket itu di print dan ditempelkan pada kertas obat, harga, sisa

resep

4. Kemudian di print untuk pasien bayar ke penetapan biaya :

a. Untuk pasien umum bayar ke penetapan biaya kemudian ke

kassa

b. Untuk pasien relasi ke loket relasi

c. Untuk pasien bpjs ke loket penetapan biaya

e. Respon Time

Tabel 1.1

Respon time pasien

Nama
Nama pasien
Tanggal Waktu pasien (Non Waktu
(racikan)
racikan)
PTA 70 mnt PD 20 mnt
DJR 65 mnt MRT 8 mnt
FA 55 mnt SDRS 13 mnt
SG 75 mnt YD 45 mnt
12 Januari QN 68 mnt ASYF 50 mnt
2017 RG 44 mnt
KS 32 mnt
SS 15 mnt
HS 18 mnt
OP 13 mnt
ADYK 67 mnt TS 7 mnt
AVDN 77 mnt AG 10 mnt
13 Januari
DL 30 mnt YD 6 mnt
2017
WST 53 mnt AP 12 mnt
MZ 10 mnt MJ 7 mnt

30
IFK 10 mnt
SHT 11 mnt
PJ 19 mnt
HDY 37 mnt
SYB 13 mnt
AN 87 mnt
STN 14 mnt
CHS 66 mnt
BS 20 mnt
MDI 79 mnt BA 13 mnt
TM 70 mnt AZS 10 mnt
FTA 79 mnt AE 16 mnt
16 Januari
2017 IS 14 mnt
VA 14 mnt
YK 13 mnt
AZ 10 mnt

SA 16 mnt

SPJ 87 mnt WY 23 mnt

SRH 34 mnt PK 27 mnt


SRT 67 mnt AR 25 mnt
SK 34 mnt ANP 17 mnt
19 Januari RH 77 mnt EU 18 mnt
2017
AE 24 mnt
MR 29 mnt
TH 18 mnt
DA 26 mnt
S 23 mnt
20 Januari NA
47 mnt MS 24 mnt
2017
PE
59 mnt DY 25 mnt
YH
44 mnt J 17 mnt
AD
79 mnt SD 14 mnt
AA 78 mnt R 11 mnt

31
G 30 mnt
ES 28 mnt
MD 25 mnt
W 22 mnt
WD 24 mnt

BAB V

32
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

5.1. Pengertian Masalah

Masalah adalah kesenjangan anatara yang seharusnya dengan apa yang

terjadi tentang suatu hal, atau anatar kenyataan yag ada atau yang terjadi dengan

seharusnya ada atau terjadi, serta harapan dan kenyataan. Masalah bisa juga

diartikan sebagai kesenjangan antar teori dengan Fakta yang ada di lapangan

(Notoatmojo. 2010).

5.2. Indikator Masalah

Untuk dapat mengukur terpenuhnya atau tidaknya suatu standar yang

ditetapkan, dipergunakan indikator. Secara umum indikator tersebut dapat

dibedakan kedalam 2 macam bentuk (Azrul, 2010).

1. Indikator persyaratan minimal

Indikator ini merupakan batas ukur minimal terpenuhnya atau tidak suatu

input, lingkaran dan proses. Jika indikator ini tidak tercapai maka kesenjangan

atau penyimpanan permasalahan sudah di luar garis toleransi sehinggan

berpengaruh terhadap penyelenggaraan pelayanan.

2. Indikator penampilan minimal

Adalah output sebuah pelayanan. Jika standar penamilan minimal berada

dibawah indikator keluaran berarti penyebab pelayanan kesehatan yang di

selenggarakan kurang mencapai mutu yang diharapkan atau sesuai dengan standar

pelayanan. Indikator persyaratan minimal adalah faktoor penyebab timbal

gambaran atau pelayanan sedangkan indikator penampilan minimal merupakan

akibat dari mutu pelayanan yang diselenggarakan.

5.3 Identifikasi Masalah

33
Dari hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan selama

praktikum di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Jogjakarta, maka dapat

di identifikasi masalah dan merumuskan masalah yang ada di Unit Farmasi Rawat

Jalan RS PKU Muhammadiyah Gamping Jogjakarta adalah :

1. Ruang apotek yang kecil dan penataan ruangan yang kurang

Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum terlihat ruangan apotek yang

kecil yang didalam satu ruangan tersebut terdapat area obat-obatan dan langsung

diberi 2 area kecil, satu area untuk ruang kerja opeteker dan satu area

disampingnya untuk petugas istirahat dan makan, dan ada satu ruangan kecil lagi

untuk meracik obat racikan.

2. Masih kurangnya SDM atau tenaga apoteker maupun ttk

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di unit farmasi rawat jalan

menjelaskan masih kurangnya SDM, hal tersebut dibuktikan dari lamanya waktu

tunggu pasien dan di setiap shiff pagi itu hanya ada 1 apoteker yang menyerahkan

obat ke pasien sekaligus memberikan penjelasan mengenai obat tersebut kepada

pasien dan 3 ttk yang sudah termasuk untuk mengentry data dan resep skaligus

menyiapkan obat, untuk shiff siang itu 1 apoteker dan 2 ttk, dan untuk shiff

malam hanya ada 1 apoteker yang bertugas.

Dilihat dari respon time pasien juga masih lamanya waktu tunggu pasien baik

dalam pengambilan obat baik racikan maupun non racikan, dan juga konsultasi ke

tenaga apoteker.

3. Sistem komputer error

34
Berdasarkan penjelasan dari staff yang mengentry data dan resep obat pasien

di farmasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Gamping bahwa pernah terjadi

sistem komputer error saat mengentry data pasien dan resep obat pasien sehingga

mengganggu mengganggu kegiatan mengentry data pasien dan resep obat pasien

dan terjadinya penumpukan data dan resep pasien.

5.4 prioritas masalah

Prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan

metode tertentu untuk menentukan mana masalah yang paling penting sampai

dengan masalah yang tidak begitu penting. Setelah semua masalah yang sudah

teridentifikasi dan terkumpul maka dilakukan prioritas masalah dan dalam

menentukan prioritas masalah ini menggunakan teknik matrik. Teknik matrik ini

menggunakan 3 macam penilaian, dengan rentang nilai 1-5 yaitu :

1. Pentingnya masalah

Disini ukuran pentingnya masalah dipengaruhi oleh :

a. Prevalensi masalah

Artinya masalah tersebut sering terjadi dan sering ditemukan

b. Akibat yang ditimbulkan masalah

Artinya apabila masalah tidak cepat diselesaikan maka akan menimbulkan

masalah yang serius atau hebat.

c. Kenaikan masalah

Artinya kemampuan masalah masalah untuk mengalami peningkatan atau meluas

2. Teknologi yang tersedia untuk mengatasi masalah

3. Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah.

Yaitu biaya/dana, sarana dan tenaga.

35
Masalah-masalah yang sudah teridentifikasi kemudian diberi skor

berdasarkan penilaian kriteria-kriteria di atas.

kriteria di atas.

Tabel 1.2

Pemilihan prioritas masalah

Jumlah
I T R
IxTxR
No Masalah
S RI D S P P
P
U B B C
Ruang apotek yang kecil dan 3 2 1 2 2 1 2 2 3 78
1 penataan ruangan yang kurang

Masih kurangnya SDM atau 3 2 2 2 3 2 2 2 3 96


tenaga apoteker tenaga teknis
2
kefarmasian

2 2 1 2 3 1 2 2 2 52

3 Sistem Komputer Eror

Keterangan untuk menetukan skoring kriteria matrik :

Ket:

I = Penting Masalah (importancy)

P = Besarnya Masalah (prevalance)

S = Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (saverty)

RI = Kenaikan besarnya masalah (rate of incease)

DU = Derajad keinginan yang tidak terpenuhi (degre of un meet need)

SB = Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)

PB = Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)

T = Teknologi yang tersedia (tecnical feasibility)

36
R = Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah (resource

avaibility)

Nilai:

1 = masalah yang tidak penting diprioritaskan

2 = masalah penting untuk diprioritaskan

3 = masalah yang sangat penting diproritaskan

Setelah disaring menggunakan tabel kriteria matrik, maka saya mengambil

kesimpulan bahwa prioritas masalah yang diambil adalah Masih kurangnya SDM

atau Tenaga Apoteker maupun TTK maka harus memperhatikan SDM nya agar

dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.

1. Pentingnya masalah

a. Prevalensi Masalah

b. Akibat yang ditimbulkan masalah

c. Artinya apabila masalah tidak cepat selesai maka akan menimbulkan

masalah yang serius atau hebat

2. Teknologi yang tersedia untuk mengatasi masalah

3. Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah

5.5 penjabaran masalah

Proritas masalah dalam laporan praktikum ini akan saya jabarkan dalam 5W

1H yaitu :

1. What: Apa masalah yang harus dipecahkan ?

Masalah yang harus dipecahkan dalam praktikum ini adalah masih

kurangnya SDM di farmasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah

Gamping

37
2. When: Kapan masalah itu terjadi ?

Masalah ini muncul pada saat pasien ingin membeli atau mengambil obat

3. Where: Dimana masalah ini terjadi ?

Masalah ini terjadi di unit Farmasi Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah

Gamping

4. Who: Siapa yang terlibat dalam masalah ini ?

Yang terlibat dalam masalah ini adalah semua petugas dan pasien di unit

Farmasi RS PKU Muhammadiyah Gamping

5. Why: Mengapa masalah ini bisa terjadi ?

Masalah tersebut bisa terjadi karena kurang tenaga Apoteker maupun TTK

yang bertugas.

6. How: Bagaimana masalah tersebut itu terjadi ?

Petugas kewalahan dalam melayani pasien.

Setelah prioritas masalah teridentifikasi maka untuk menyelesaikan masalah

tersebut perlu dilakukan penentuan penyebab masalah bertujuan untuk

menetapkan masalah yang akan sangat sulit dilakukan. Pendekatan yang

dilakukan dalam mencari penyebab atau akar maslah adalah menggunakan

diagram tulang (fishborn diagram), sebagai berikut:

Gambar 1.1

Diagram Tulang Ikan (Fisborn Diagram)

38
Sering terhambatnya waktu Kurangnya tenaga petugas
yang dibutuhkan petugas dalam menyiapkan obat
dalam mengentry data dan baik racikan maupun non
resep pasien akibat sistem racikan
komputer yang sering error

Kurangnya Sumber
Daya Manusia Di
Farmasi Rawat Jalan

Lamanya waktu yang Lamanya waktu petugas


dibutuhkan petugas dalam dalam menyerahkan dan
menyiapkan obat pasien menjelaskan obat kepada
karena harus menunggu pasien
resep obat pasien dientry
terlebih dahulu dengan
hanya ada satu komputer

5.6 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Masalah Utama

1. kepuasan pasien berkurang

2. pelayanan yang didapatkan pasien tidak sesuai dengan semestinya

sehingga akan menimbulakan efek negatif terhadap rumah sakit itu

sendiri seperti, pasien lebih mencari rumah sakit yang menurutnya

lebih memberikan kenyamanan dan pelayanan yang cepat dan juga

akan menurunkan angka kunjungan pasien.

3. Petugas kewalahan dalam melayani pasien

BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Pengertian Pemecahan Masalah

39
Pemecahan masalah adalah salah satu upaya untuk mengatasi penyebab

masalah sehingga masalah yang ada dapat terselesaikan dan mutu pelayanan dapat

ditingkatkan. Penempatan penyelesaian masalah ini penting karena pada langkah

ini akan ditetapkan cara penanganan masalah selanjutnya dan apabila berhasil

maka diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang ada di unit farmasi rawat

jalan dengan sangat baik.

6.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan berdasarkan

prioritas masalah maka dapat dibuat tabel alternatif pemecahan masalah sebagai

berikut:

Tabel 1.3

Alternatif pemecahan masalah

No Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

1 Sering terhambatnya waktu yang Harus lebih diperhatikan sistem


dibutuhkan petugas dalam komputer khususnya di unit farmasi
mengentry data dan resep pasien rawat jalan dan dilakukannya
akibat sistem komputer yang evaluasi secara rutin
sering error
2 Lamanya waktu yang dibutuhkan Adanya penambahan komputer untuk
petugas dalam menyiapkan obat mengentry data dan resep obat pasien
pasien karena harus menunggu supaya bisa sedikit mengurangi
resep obat pasien dientry terlebih masalah waktu lamanya petugas
dahulu dengan hanya ada satu menyiapkan obat dan melayani
komputer pasien

3 Kurangnya tenaga petugas dalam Menambah tenaga petugas dalam


menyiapkan obat racikan menyiapkan obat khususnya apoteker
maupun non racikan di unit farmasi rawat jalan

4 Lamanya waktu petugas dalam Perlu adanya pembagian tugas baik


menyerahkan dan menjelaskan masing-masing petugas sehingga
obat kepada pasien dapat melayani pasien dengan baik
dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan

40
6.3 Prioritas Pemecahan Masalah

Tidak semua alternatif pemecahan masalah diidentifikasikan dapat

dilakukan, kemampuan yang terbatas dan kurang efektifnya penerapan pemecahan

masalah sekaligus, kecuali pemecahan masalah tersebut saling berkaitan

(Azwar.A, 1999).

Ada baiknya untuk mempertimbangkan pemilihan cara penyelesaian masalah

yang relatif lebih mudah dilaksanakan dan hasilnya lebih mudah dirasakan.

Pemilihan cara prioritas penyelesaian masalah penulis buat menjadi bentuk teknis

kriteria matrik.

Dari beberapa pemecahan masalah yang telah teridentifikasi maka

prioritas pemecahan masalahnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1.3

Prioritas pemecahan masalah

Jumlah
Efektivitas Efisiensi
No Cara penyelesaian masalah (MxVxI)
(C)
M V I C
Harus lebih diperhatikan sistem 4 3 3 3 12
komputer khususnya di unit
1 farmasi rawat jalan dan
dilakukannya evaluasi secara
rutin

Adanya penambahan komputer 4 3 3 4 9


untuk mengentry data dan resep
obat pasien supaya bisa sedikit
2
mengurangi masalah waktu
lamanya petugas menyiapkan
obat dan melayani pasien

41
Menambah tenaga petugas 5 4 3 3 20
dalam menyiapkan obat
khususnya apoteker di unit
3
farmasi rawat jalan dan
memperbaiki SDM nya.

Perlu adanya pembagian tugas 4 4 4 4 16


yang baik untuk masing-masing
petugas sehingga dapat
4
melayani pasien dengan baik
dan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan

Ket :

M: Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)

I : Imfortancy (pentingnya jalan keluar)

V: Venerability (sensitifitas jalan keluar)

C: Efficiency (efisiensi jalan keluar)

Nilai:

1 = paling tidak penting

2 = tidak penting

3 = Sedang

4 = penting

5 = paling penting

Nilai berkisar antara 1-5 M, V, dan I nilai 1 diberikan apabila kriteria

pemecahan masalah paling tidak efektif, sedangkan nilai 4 diberikan apabila

kriteria paling efektif, kemudian pada nilai c, angka 1 untuk nilai pemecahan

masalah yang paling efisien dan angka 5 diberikan untuk pemecahan masalah

yang tidak efisien.

6.4 PERENCANAAN/ RINCIAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

42
Menilai masing-masing masalah sesuai dengan kriteria dan melihat seluruh

masalah sehingga diperoleh masalah apa yang diprioritaskan atau yang

diutamakan untuk diselesaikan dengan mancari penyebab dan alternatif dari

masalah yang diprioritaskan.

Cara penyelesaian masalah dengan skor tertinggi dengan nilai 20 adalah

Menambah tenaga petugas dalam menyiapkan obat khususnya apoteker di unit

farmasi rawat jalan dan memperbaiki SDM nya, Karena dengan cara tersebut bisa

meminimalisir kurangnya sumber daya manusia di unit farmasi rawat jalan

sehingga sangat efisien untuk dijadikan pemecahan masalah.

6.5 RENCANA MONITORING DAN EVALUASI OPERASIONAL

KEGIATAN

1. Rencana operasional kegiatan

Tabel 1.5

Rencana operasional kegiatan

Hasil yang Volume


No Kegiatan Lokasi Biaya Dimulai Selesai Petugas
diharapkan kegiatan

1 Melakukan Unit Manajemen 1 x 24 - Waktu Waktu Dilakukan


rapat atau farmasi RS PKU jam pelaksanaan selesai oleh pihak
pertemuan rawat Muhammadiya kegiatan kegiatan unit farmasi
yang jalan h gamping dapat dapat rawat jalan
disusulkan Jogjakarta disesuaikan disesuaikan dan
oleh (manajer dapat membuat pada pada manajemen
Farmasi atau kebijakan kebijakan kebijakan RS PKU
asisten untuk SDM yang telah yang telah Muhammadiy
manajer) yang belum ditetapkan ditetapkan ah Gamping
berdasarkan sesuai dengan di unit di unit jogjakarta
musyawarah standar dan farmasi farmasi
kestruktural dapat rawat jalan rawat jalan
dulu meningkatkan RS PKU RS PKU
sebelumnya, pelaksanaan Muhammad Muhammad
dengan pihak pelayanan iyah iyah
manajemen RS dibandingkan Gamping Gamping

43
PKU sebelum- jogjakarta jogjakarta
Muhammadiya sebenlumnya
h Gamping
Jogjakarta
untuk
membahas
masalah
pelayan yang
belum optimal
dengan
kurangnya
Sumber Daya
Manusia
2 Melakukan Unit Agar 1 x 24 - Waktu Waktu Dilakukan
kontrol atau farmasi pelayanan jam pelaksanaan selesai oleh pihak
pemantauan rawat yang diberikan kegiatan kegiatan unit farmasi
terhadap jalan kepada pasien dapat dapat rawat jalan
kinerja dapat disesuaikan disesuaikan dan
apoteker dilaksanakan pada pada manajemen
maupun tenaga dengan baik kebijakan kebijakan RS PKU
teknis dan dapat yang telah yang telah Muhammadiy
kefarmasian meningkatkan ditetapkan ditetapkan ah Gamping
dalam tingkat di unit di unit jogjakarta
melayani kepuasan farmasi farmasi
pasien kepada pasien rawat jalan rawat jalan
RS PKU RS PKU
Muhammad Muhammad
iyah iyah
Gamping Gamping
jogjakarta jogjakarta
3 Melakukan Unit Agar tenaga 1 x 24 - Waktu Waktu Dilakukan
evaluasi setiap farmasi apoteker jam pelaksanaan selesai oleh pihak
1 bulan sekali rawat maupun tenaga kegiatan kegiatan unit farmasi
jalan teknis dapat dapat rawat jalan
kefarmasian disesuaikan disesuaikan dan
yang masih pada pada manajemen
kurang dapat kebijakan kebijakan RS PKU
ditingkatkan yang telah yang telah Muhammadiy
ditetapkan ditetapkan ah Gamping
di unit di unit jogjakarta
farmasi farmasi
rawat jalan rawat jalan
RS PKU RS PKU
Muhammad Muhammad
iyah iyah
Gamping Gamping
jogjakarta jogjakarta

44
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan

Tabel 1.6

Monitoring dan evaluasi kegiatan

Indikator Cara monitoring dan evaluasi


Kegiatan Target
Input Proses Periode Sumber data
Melakukan pengawasan Petugas unit Waktu Semua petugas Januari 2017 Laporan unit
terhadap pelaksanaan farmasi rawat pelaksanaan di unit farmasi farmasi rawat
operasional kegiatan dan jalan dan kegiatan rawat jalan baik jalan RS PKU
terhadap kegiatan manajemen RS apoteker Muhammadiyah
apakah ada perubahan PKU maupun tenaga Gamping
positif mengenai Muhammadiyah teknis Jogjakarta
komukasi yang efektif Gamping kefarmasian
atau pelayanan yang baik Jogjakarta dan pihak
antara apoteker/tenaga manajemen RS
teknis kefarmasian di PKU
unit farmasi rawat jalan Muhammadiyah
RS PKU Gamping
Muhammadiyah Jogjakarta
Gamping
Melakukan penilaian Petugas unit Waktu Semua petugas Januari 2017 Laporan unit
terhadap pelaksanaan farmasi rawat pelaksanaan di unit farmasi farmasi rawat
operasional kegiatan dan jalan dan kegiatan rawat jalan baik jalan RS PKU
terhadap kegiatan manajemen RS apoteker Muhammadiyah
apakah ada perubahan PKU maupun tenaga Gamping
positif mengenai Muhammadiyah teknis Jogjakarta
komukasi yang efektif Gamping kefarmasian
atau pelayanan yang baik Jogjakarta dan pihak
antara apoteker/tenaga manajemen RS
teknis kefarmasian di PKU
unit farmasi rawat jalan Muhammadiyah
RS PKU Gamping
Muhammadiyah Jogjakarta
Gamping

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

45
Dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta berdasarkan hasil

pengamatan dengan petugas di unit farmasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah

Gamping dapat disimpulkan bahwa :

1. Identifikasi masalah yang ditemukan pada unit farmasi rawat jalan adalah

Ruang apotek yang kecil dan penataan ruangan yang kurang, masih

kurangnya SDM atau tenaga apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian,

sistem komputer error.

2. Prioritas masalah yang ditemukan pada unit farmasi rawat jalan adalah

masih kurangnya SDM atau tenaga apoteker maupun tenaga teknis

kefarmasian dan prioritas pemecahan masalah adalah menambah tenaga

petugas dalam menyiapkan obat khususnya apoteker di unit farmasi rawat

jalan.

3. Alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan adalah Menambah

tenaga petugas dalam menyiapkan obat khususnya apoteker di unit farmasi

rawat jalan, Karena dengan cara tersebut bisa meminimalisir kurangnya

sumber daya manusia di unit farmasi rawat jalan sehingga sangat efisien

untuk dijadikan pemecahan masalah.

7.2 saran

1. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping untuk lebih

memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di unit

farmasi rawat jalan dan meningkatkan pelayanan terhadap pasien

sesuai dengan standar yang sudah ada.

2. Bagi Mahasiswa universitas muhammadiyah bengkulu

46
Dapat menjadikan laporan praktikum ini sabagai bahan masukan dan

gambaran mengenai kurangnya SDM di unit farmasi rawat jalan RS PKU

Muhammadiyah Gamping.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul.2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.


Tanggerang

47
Febriawati, henni. 2013. Manajemen logistik farmasi rumah sakit. Yogyakarta:
Gosyen publishing
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.56 Tentang Klasifikasi Dan
Perizinan Rumah Sakit. 2014
Permenkes No.72 Tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. 2016
Tim Penyusun. Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
Undang-Undang Repubik Indonesia, No.44 Tentang Rumah Sakit. 2009

48

Anda mungkin juga menyukai