Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tanaman obat tradisional indonesia sudah mulai banyak dilupakan, terutama tumbuhan yang
jarang diketahui oleh masyarakat awam. Kebanyakan obat tradisional yang dipakai itu-itu saja
antara lain: kunyit, jahe, kencur, dll yang biasanya juga digunakan sebagai bumbu masakan.
Tananaman obat tradisional biasanya digunakan untuk menjaga kesehatan, dan menyambuhkan
penyakit ringan, sedang, hingga berat dengan jangka waktu yang biasanya relatif lama. Namun
disisi lain obat tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil hingga nihil.

Demam penyakit yang sering diderita masyarakat, banyak masyarakat menyepelekan demam
tanpa meminum obat namun makin parah. Demam ialah naiknya suhu tubuh diatas 37 oC pada
umumnya terjadi infeksi. Zat toksin yang dihasilkan mikro organisme yang akan menggangu
sistem pengaturan panas di hipotalamus. Bukan hanya zat toksin dari mikroorganisme saja yang
menyebabkan demam, zat zat toksik lain yang masuk kedalam tubuh juga dapat menyebabkan
menaiknya suhu tubuh. Jika suhu tubuh diatas 37oC tubuh akan membuat sistem kekebalan tubuh
lebih aktif sehingga mampu melawan mikroorganisme yang penyebab infeksi. Nmaun jika
demam sampai diatas 41,5oC dapat menyebabkan hiperpireksia yang menyebabkan keadaan
darurat.

Demam pada dasarnya adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi oleh zat
asing. Penyakit infeksi seperti demam berdarah, tifus, malaria, peradangan hati, dan penyakit
infeksi lain merupakan contoh penyakit yang sering mempunyai gejala demam. Dampak
negative demam antara lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan saraf, rasa tidak nyaman
seperti sakit kepala, nafsu makan menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Pada
peningkatan suhu yang terlalu tinggi (44°C- 45°C), demam dapat menyebabkan kematian. Obat-
obatan antipiretik yang sering digunakan untuk mengobati demam yaitu parasetamol, asetosal,
dan sejenisnya. Efek samping yang ditimbulkan obatobatan sintetik, misalnya tukak lambung,
tukak duodenum, gangguan ginjal serta kerusakan hati merupakan efek penggunaan obat-obatan
golongan antipiretikanalgesik dan harga yang sangat cukup mahal menyebabkan masyarakat
menggunakan obat tradisional dengan cara pembuatan yang sederhana dan harga yang
terjangkau tetapi berkhasiat seperti pencegahan dan pengobatan secara herbal dengan
menggunakan tanaman obat yang sudah terbukti secara empiris berkhasiat untuk mengobati
penyakit. Bagian yang digunakan berupa rebusandaun atau bunga tanaman, perasan daun atau
seduhan akar serta kulit kayu (Guyton dan Hall 1997; Tan dan Rahardja 2007; Ladion 2009).

Daun sembung adalah salah satu tanaman obat tradisional yang banyak digunakan
masyarakat sebagai obat demam dan diare, selain itu juga diindikasikan untuk rematik sendi,
persendian yang sakit setelah melahirkan, nyeri haid, batuk, sariawan, dan kencing manis
(Dalimartha, 1999; Soedibyo, 1998).

Tanaman sembung (Blumea balsamifera) memiliki banyak zat yang terkandung didalamnya
baik dari daun bahkan akarnya, Zat yang terkandung dalam tanaman sembung ini antara lain
seperti :minyak atsiri, glikosida, flavanol dan tanin. Bagian tanaman sembung yang dapat
dijadikan sebagai obat yaitu daundan akarnya, tanaman ini tumbuh pada daerah yang cukup
cahaya, tidak terlalu kering dan biasanya hidup didataran rendah sampai berada pada ketinggian
2000 meter diatas permukaan laut. Tanaman sembung ini dapat digunakan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit seperti : sakit kepala, pilek, demam, diare, diabetes, rematik, perut kembung,
nyeri haid dan dapat digunakan untuk menambah nafsu makan.

Tanaman sembung dari suku Asteraceae yumbuh di tempat terbuka, di tempat yang
terlindung, di tepi sungai, tanah pertanian, tanah perkarangan, pada ketinggian 2200 mdpl.
Tumbuhan ini tumbuh tegak berdiri dengan tinggi hingga 4 meter, berambut halus. Batang
bagian bawah tidak bercabang namun pada ujungnya banyak cabang. Jika daunnya dilebamkan
akan mengeluarkan bau yang khas. Daun pada tanaman ini mengandung minyak atsiri, antara
lain sineol dan borneol, kapur barus/ kamfer damar dan zat amak (tanin). Karena mengandung
flavonol, ia juga berkhasiat anti radang. Tanaman sembung secara empiris mampu melancarkan
peredaran darah, menghambat pertumbuhan kuman, mempermudah pengeluaran dahak, dan
menghangatkan.(Isnawati,dkk,2006)
1.2. Rumusan masalah

A. Apakah ekstrak daun sembung (Bluemea balsamifera L.D.C) memiliki antipiretik?


B. Berapakah banyak dosis ekstrak daun sembung (Bluemea balsamifera L.D.C) yang bisa
menyebabkan efek anti piretik?

1.3. Hipotesis
A. Ekstrak daun sembung (Bluemea balsamifera L.D.C) memiliki potesi efek antipiretik
pada hewan uji mencit (Mus musculus) jantan.
B. Ekstrak daun sembung (Bluemea balsamifera L.D.C) memiliki aktivitas antipiretik yang
sama dengan obat pembanding (parasetamol)

1.4. Tujuan penelitian


A. Untuk mengetahui adakah efek antipiretik pada daun sembung (Bluemea balsamifera
L.D.C).
B. Mengetahui kadar/dosis pada daun sembung (Bluemea balsamifera L.D.C). yang dapat
memberikan efek antipiretik yang sama dengan obat control pembanding ( parasetamol).

1.5. Manfaat penelitian


A. Dapat memberi pilihan obat herbal dalam pengobatan demam.
B. Dapat mengurangai pemakain obat modern yang memiliki lebih banyak efek samping
dibandingkan dengan obat herbal.

Anda mungkin juga menyukai