Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang sendi.
Tiga jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis gout, dan
rheumatoid arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi atau radang pada sendi
secara serentak (Utomo, 2015). Di Indonesia penyakit rematik yang paling banyak
penyakit degeneratif persendian yang disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini
sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi
sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai
penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat
macam gangguan seperti impairment yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, adanya
nyeri yang mengakibatkan lingkup gerak sendi terbatas, terjadi spasme pada otot, dan
2 disability yaitu terjadi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas tertentu contoh
berlutut, berdiri lama, bangkit dari duduk, dan jongkok. Akibat dari menurunnya
gangguan saat berjalan, naik turun tangga, dan saat berlari. Penderita osteoarthritis di
Indonesia cukup tinggi yaitu pada laki-laki 15,5% dan pada perempuan 12,7% dari
seluruh penderita osteoarthritis, pada usia < 40 tahun penderita osteoarthritis
mencapai 5% sedangkan pada usia 40-60 tahun mencapai 30% dan pada usia > 60
tahun mencapai 65%. (Mutiwara, 2016). Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia di
atas 50 tahun.
osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut sebagai penyakit pasca pensiun. Sebagian
banyak menderita osteoarthritis daripada lelaki dan terutama pada usia lanjut. Sendi
yang sering dikenai osteoarthritis adalah sendi lutut, panggul dan beberapa sendi kecil
di tangan dan kaki (Yatim, 2016). Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang
sering timbul dan sering dijumpai pada kasus osteoarthritis. Sedangkan nyeri
merupakan gejala klinik yang sering dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut terutama
saat melakukan aktifitas atau pembebanan yang berlebih. Akibat lanjut dari
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah pada laporan kasus
ini adalah bagaimana memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap
klien dengan rematik di Wisma E BPSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Didapatkannya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada klien dengan rematik di Wisma E BPSTW Unit Budi Luhur
Kasongan Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Profesi Ners
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, merumuskan masalah,
mendiagnosa, merencanakan, implementasi dan mengevaluasi tindakan asuhan
keperawatan pada klien dengan rematik di Wisma Edelweis BPSTW Unit Budi
Luhur Kasongan Bantul.
b. Pasien
Mampu meningkatkan status kesehatan klien baik secara biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual.
D. Manfaat
1. Ilmu Pengetahuan
Hasil laporan ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah
pengetahuan di bidang kesehatan terutama ilmu keperawatan gerontik terkait
pemberian asuhan keperawatan pada klien lansia dengan rematik .
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Pasien
Diharapkan dapat menjadi media informasi untuk menambah pengetahuan dan
memotivasi klien dalam melakukan tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif terkait dengan kasus rematik pada lansia.
b. Bagi Profesi Ners
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dalam meningkatkan perkembangan
dan kualitas kesehatan klien serta sebagai bahan masukan terkait kasus rematik
pada lansia .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
REMATIK
Alkilosis Fibrosa
Resiko Cidera
Kekakuan Sendi
Resiko Jatuh
2020
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 84 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kebonagung, Imogiri, Bantul
Status perkawinan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Tanggal masuk : Juli 2019
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri pada bagian kedua lutut. Pasien
mengatakan nyeri dirasakan sekitar 1 tahun ini. Pasien mengatakan pernah mengalami
rematik.
P : Rheumatoid Artritis
Q : di tusuk tusuk
R : di kedua lutut
S : Tn. S mengatakan rasa sakit yang dialaminya menunjukan pada skala 6
T : rasa sakit yang dirasakan Tn. S pada malam hari dan bagun tidur dipagi hari
dan kadang terasa hilang dan timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit :
Tn. S memiliki penyakit Rematik sejak beberapa tahun yang lalu.
Tn. S mengatakan pernah jatuh sekitar 3 bulan yang lalu.
b. Alergi
Tn. S mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan obat.
c. Kebiasaan
1. Tn. S Tidak minum kopi
2. Tn. S merokok 1 batang perhari
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. S mengatakan keluarganya ada keluarga yang mengalami Rematik.
5. Tinjauan sistem
Keadaan Umum Composmetis
Mata Tn. S tidak dapat melihat jelas apabila jaraknya jauh, mata
bersih.
Mulut dan Tenggorokan Tidak memiliki gigi, tidak ada bau mulut
Sistem gastrointestinal Pola makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayuran yang
telah disediakan, frekuensi BAB lancar. Setiap pagi
bangun tidur
Sistem perkemihan BAK lancar minimal 3-4 kali sehari dan tidak ada keluhan
nyeri saat BAK
Sistem musculoskeletal Bagian kedua lutut kaki nyeri pada saat digerakkan
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”
2) Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? Tidak
b) Ada masalah / banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
e) Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari 1 atau sama dengan satu jawaban “Ya” masalah emosional positif.
dari beberapa pertanyaan yang dipertanyakan pada saat pengkajian tidak ada
jawaban “Ya” sehingga dapat disimpulkan Tn. S MASALAH EMOSIONAL
POSITIF
c. Spiritual
Tn. S selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi jarang berjama’ah di Mushola
BPSTW budi luhur.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi.
2) Mandiri semuanya kecuali satu fungsi saja.
3) Mandiri, kecuali mencuci pakaian.
Dari hasil observasi dan wawancara, Tn. S termasuk dalam kategori 1 yakni
mandiri.
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi: 3x
Jumlah: sedikit
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih dan teh
3 Berpindah dari 5-10 15 Pasien aktif melakukan
satu tempat aktifitas harian
ketempat lain
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi: 3x
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk 5 10 Frekuensi: 2-3 kali
toilet ( mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
meyiram)
6 Mandi 5 15 2 kali sehari
7 Jalan 0 5 Setiap ingin mealakukan
dipermukaan sesuatu misalnya mengambil
datar minum atau ke kamar mandi.
8 Naik turun 5 10 Tidak dilakukan
tangga
9 Mengenakan 5 10 Mandiri
pakaian
10 Kontrol Bowel 5 10 Frekuensi: 1x setiap pagi
(BAB) Konsistensi: -
11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi: 3-5 kali sehari
(BAK) Warna: kuning
12 Olah raga/ 5 10 Tn. S ikut senam setiap pagi
latihan di BPSTW unit budi luhur
13 Rekreasi/ 5 10 Jenis: mengobrol dengan
pemanfaatan teman yang berada di
waktu luang BPSTW unit Budi luhur.
Keterangan:
a) 130 : mandiri
b) 65-125 : ketergantungan sebagian
c) 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor 125 yang termasuk dalam kategori ketergantungan
sebagian.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Jumlah
Interpretasi hasil:
a) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c) Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d) Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 1 sehingga dapat disimpulkan
Tn. S mengalami fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)
1. Orientasi
2. Registrasi
3. Perhatian
4. Kalkulasi
5. Mengingat kembali
6. Bahasa
1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Skor:
5-9: kemungkinan depresi
10 atau lebih depresi
Dari hasil pengkajian depresi geriatrik Tn. S tidak mengalami DEPRESI.
D. Dwi Kostradam
2. Risiko Jatuh L.14138 I.14540 Selasa, 4 Februari 2020 Pukul 13.45
Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh Pukul : 11.00 S:
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Mengidentifikasi faktor usia Pasien mengatakan sudah
tindakan asuhan risiko jatuh (usia >65 >65 tahun, hipotensi ortostatik, tidak kuat berjalan jauh
keperawatan selama tahun, hipotensi gangguan keseimbangan. O:
3x7 jam pasien ortostatik, gangguan 2. Mengidentifikasi faktor Pasien tampak lelah
dapat mengontrol keseimbangan) lingkungan yang meningkatkan TD : 150/80 mmHg, Nadi:
derajat jatuh dengan 2. Identifikasi faktor risiko jatuh (lantai licin, lantai 71x/menit
kriteria hasil : lingkungan yang tidak rata). A:
a. Jatuh saat meningkatkan risiko 3. Menghitung resiko jatuh dengan Masalah risiko jatuh belum
berjalan dari 3 ke jatuh (lantai licin, menggunakan skala hipotensi teratasi
1. lantai tidak rata) ortostatik, fungsional reach test, P:
b. Jatuh saat 3. Hitung resiko jatuh time up and go. Planning dilanjutkan dengan
membungkuk dengan menggunakan 4. Menganjurkan menggunakan mengajarkan relaksasi
dari 3 ke 1. skala hipotensi alas kaki yang tidak licin. progresif.
ortostatik, fungsional 5. Menganjurkan berkonsentrasi
reach test, time up untuk menjaga keseimbangan
and go tubuh.
4. Anjurkan D. Dwi Kostradam
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
5. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh.
3. Nyeri akut b.d L.08066 I.08238 Rabu, 5 Februari 2020 Pukul 13.30
autoimun Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Pukul : 10.00 S:
(rheumatoid) pada Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian a. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri
penyakit artritis tindakan asuhan nyeri secara secara komprehensif. seperti ditusuk-tusuk
keperawatan selama komprehensif. b. Mengobservasi reaksi non dibagian dengkul.
3x 7 jam nyeri dapat 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak O:
berkurang dengan verbal dari ketidak nyamanan Pasien tampak mengurut
kriteria hasil : nyamanan. c. Memonitor TTV lutut
a. Nyeri berkurang 3. Monitor TTV d. Mengajarkan tehnik non P : Rheumatoid artritis
dari 4 menjadi 2 4. Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi Q: di tusuk-tusuk
dengan menggun farmakologi (relaksasi dengan tarik nafas dalam) R: di kedua lutut kaki
akan menejemen dengan tarik nafas e. Memantau respon sebelum S: Tn. S mengatakan rasa
nyeri. dalam) dan sesudah diberikan obat sakit yang dialaminya
b. Pasien merasa 5. Pantau respon Natrium Diklofenac menunjukan pada skala 6
nyaman setelah sebelum dan sesudah T: rasa sakit yang
nyeri berkurang. diberikan obat. dirasakan Tn. S pada
c. TTV dalam batas malam hari dan bagun
normal tidur dipagi hari dan
kadang hilang dan timbul
TTV :
TD pre : 150/80 mmHg,
TD post : 140/80 mmHg,
Nadi : 66x/menit.
A:
Masalah nyeri kronis
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memberikan Terapi
Relaksasi nafas dalam
D. Dwi Kostradam
4. Risiko Jatuh L.14138 I.14540 Rabu, 5 Februari 2020 Pukul 13.45
Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh Pukul : 11.00 S:
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Mengidentifikasi faktor usia Pasien mengatakan sudah
tindakan asuhan risiko jatuh (usia >65 >65 tahun, hipotensi ortostatik, tidak kuat berjalan jauh
keperawatan selama tahun, hipotensi gangguan keseimbangan. O:
3x 7 jam pasien ortostatik, gangguan 2. Mengidentifikasi faktor Pasien tampak lelah
dapat mengontrol keseimbangan) lingkungan yang meningkatkan TD : 140/80 mmHg, Nadi:
derajat jatuh dengan 2. Identifikasi faktor risiko jatuh (lantai licin, lantai 66x/menit
kriteria hasil : lingkungan yang tidak rata). A:
a. Jatuh saat meningkatkan risiko 3. Menghitung resiko jatuh dengan Masalah risiko jatuh belum
berjalan dari 3 jatuh (lantai licin, menggunakan skala hipotensi teratasi
ke 1. lantai tidak rata) ortostatik, fungsional reach test, P:
b. Jatuh saat 3. Hitung resiko jatuh time up and go. Planning dilanjutkan dengan
membungkuk dengan menggunakan 4. Menganjurkan menggunakan mengajarkan relaksasi
dari 3 ke 1. skala hipotensi alas kaki yang tidak licin. progresif.
ortostatik, fungsional 5. Menganjurkan berkonsentrasi
reach test, time up untuk menjaga keseimbangan
and go tubuh.
4. Anjurkan D. Dwi Kostradam
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
5. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh.
5. Nyeri akut b.d L.08066 I.08238 Kamis, 6 Februari 2020 Pukul 13.30
autoimun Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Pukul : 10.00 S:
(rheumatoid) pada Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian a. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri
penyakit artritis tindakan asuhan nyeri secara secara komprehensif. seperti ditusuk-tusuk
keperawatan selama komprehensif. b. Mengobservasi reaksi non dibagian dengkul.
3x 7 jam nyeri dapat 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak O:
berkurang dengan verbal dari ketidak nyamanan Pasien tampak mengurut
kriteria hasil : nyamanan. c. Memonitor TTV lutut
a. Nyeri berkurang 3. Monitor TTV d. Mengajarkan tehnik non P : Rheumatoid artritis
dari 4 menjadi 2 4. Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi Q: di tusuk-tusuk
dengan menggun farmakologi (relaksasi dengan tarik nafas dalam) R: di kedua lutut kaki
akan menejemen dengan tarik nafas e. Memantau respon sebelum S: Tn. S mengatakan rasa
nyeri. dalam) dan sesudah diberikan obat sakit yang dialaminya
b. Pasien merasa 5. Pantau respon Natrium Diklofenac menunjukan pada skala 6
nyaman setelah sebelum dan sesudah T: rasa sakit yang
nyeri berkurang. diberikan obat. dirasakan Tn. S pada
c. TTV dalam batas malam hari dan bagun
normal tidur dipagi hari dan
kadang hilang dan timbul
TTV :
TD pre : 140/70 mmHg,
TD post : 140/80 mmHg,
Nadi : 66x/menit.
A:
Masalah nyeri kronis
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan
memberikan Terapi
Relaksasi nafas dalam
D. Dwi Kostradam
6. Risiko Jatuh L.14138 I.14540 Kamis, 6 Februari 2020 Pukul 13.45
Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh Pukul : 11.00 S:
Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Mengidentifikasi faktor usia Pasien mengatakan sudah
tindakan asuhan risiko jatuh (usia >65 >65 tahun, hipotensi ortostatik, tidak kuat berjalan jauh
keperawatan selama tahun, hipotensi gangguan keseimbangan. O:
3x 7 jam pasien ortostatik, gangguan 2. Mengidentifikasi faktor Pasien tampak lelah
dapat mengontrol keseimbangan) lingkungan yang meningkatkan TD : 150/80 mmHg, Nadi:
derajat jatuh dengan 2. Identifikasi faktor risiko jatuh (lantai licin, lantai 66x/menit
kriteria hasil : lingkungan yang tidak rata). A:
a. Jatuh saat meningkatkan risiko 3. Menghitung resiko jatuh dengan Masalah risiko jatuh belum
berjalan dari 3 ke jatuh (lantai licin, menggunakan skala hipotensi teratasi
1. lantai tidak rata) ortostatik, fungsional reach test, P:
b. Jatuh saat 3. Hitung resiko jatuh time up and go. Planning dilanjutkan dengan
membungkuk dengan menggunakan 4. Menganjurkan menggunakan mengajarkan relaksasi
dari 3 ke 1. skala hipotensi alas kaki yang tidak licin. progresif.
ortostatik, fungsional 5. Menganjurkan berkonsentrasi
reach test, time up untuk menjaga keseimbangan
and go tubuh.
4. Anjurkan D. Dwi Kostradam
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
5. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh.
Kesimpulan
Lansia yang menderita Rheumatoid selain pola makan yang sangat diperhatikan
dan pola istirahat maka perlu juga dilakukan tindakan nonfarmakologis yaitu terapi
relaksasi progresif. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan klien (Tn. S) setelah
diberikan terapi relaksasi progresif, klien mengatakan badannya lebih rileks ditandai
dengan adanya penuruhan tekanan darah. Hal ini diperkuat dengan hasil evidence based
yang menerangkan tetang terapi relaksasi progresif yang secara signifikan berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Oleh karena itu, terapi relaksasi progresif
perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan darah.
JENIS
Langkah-langkah Terapi Relaksasi Progresif
a. Senam progresif
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot
otot yang dilatih dalam senam progresif.
1) Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10
detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2) Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit (gambar 2).
3) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar
yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini diawali
dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.