Anda di halaman 1dari 6

KASUS POSTNATAL

Seorang ibu berusia 25 tahun poat SC hari ke 0 dengan status obstetry P1A0 Post SC
hari ke 0 atas indikasi DKP (Diproporsi Kepala Panggul) dengan ketuban pecah dini. Ibu
masuk kamar bersalin pada 06 Maret 2020 pukul 06.00 WIB kemudian Perawat melakukan
pengkajian pada pukul 09.00 WIB yang didampingi ibunya. Pasien melahirkan anak laki-laki
dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50cm. Hasil pemeriksaan APGAR skor pada
menit pertama 7, menit kelima 8, dan menit kesepuluh 9. Saat ini bayi sedang dirawat
dikamar bayi yang direncanakan akan dilakukan rawat gabung 8 jam post operasi.
Kronologi masuk rumah sakit, pasien merupakan pasien rujukan dari puskemas X
datang dengan SC elektif pada 05 Maret 2020 dengan indikasi disproporsi kepala Panggul.
Hasil pengkajian didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 120 x/menit, respirasi 24
x/menit, suhu 36,9 derajat celsius. Pengkajian fisik, pasien tampak lemas, menahan nyeri
skala 7 dengan P; nyeri post OP SC, Q; nyeri seperti ditusuk-tusuk, R;perut bagian bawah, S;
Skala 7, T; Sering. Tinggi badan pasien 155 dengan berat badan 60 (sebelum hamil), 75 (saat
hamil). Hasil pemeriksaan Head to Toe didapatkan Mata; simetris, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik. Pada bagian muka tampak udema. Pada payudara, puting kiri tidak menonjol,
puting kanan menonjol, areola hiperpigmentasi, teraba keras, saat dipencet belm
mengeluarkan ASI. Pada Abdomen terdapat striae Gravidarum, Linea Nigra terlihat jelas,
Bising Usus 8 x/menit, DRA (Diastesis Rectus Abdominis); 2cm, pada sekitar balutan kassa
terlihat bersih dan tidak rembes, tinggi fundus uterus 1 jari diatas pusat dan uterus teraba
keras. Pada bagian genetalia terpasang DC 7 jam yang lalu, terdapat lochea Rubra 20 cc per 3
jam, bau khas. Pada area ekstremitas bagian tangan terpasang infus RL 500 cc, udema pada
kedua kaki 2 mm.
Pada saat pengkajian ibu ditemani oleh ibunya karena suaminya merupakan pegawai
tambang dikalimantan yang pulang setiap 1 bulan sekali. Ibu mengatakan cemas karena ASI
nya belum keluar dan menanyakan apa yang bisa dilakukan agar ASInya bisa cepat keluar.
Orangtua ibu juga menanyakan kapan cucunya bisa diberikan susu formula karena takut jika
cucu laki-lakinya kurang ASI. Pada saat pengkajian ibu tampak masih lemas, blm bisa miring
kanan-kiri dan blm bisa menggerakkan anggota tubunya. Asupan nutrisi selama dirumahsakit,
ibu sudah makan 6 jam sebelum post operasi SC, minum 4x menggunakan gelas belimbing.
Eliminasi selama di rumah sakit, ibu mengatakan belum BAB dan terlihan urine bag 300 cc
per 4 jam. Saat dikaji budaya yang dianut selama habis melahirkan, ibu mengatakan tidak
boleh makan ikan karena takut jahitannya berair, kemudian ibu juga harus menggunakan
gurita agar perut nya bisa cepat kembali seperti semula. Ini merupakan pengalaman
pertamakali ibu dalam melahirkan, menyusui dan merupakan cucu pertama bagi keluarga
nya.
Buatlah asuhan keperawatan menggunaakan skenario diatas dimulai dari
pengkajian sampai membuat dicharge Planning !
KASUS 2

Pada tanggal 04 Mei 2020 pukul 10.00 WIB seorang ibu berusia 35 Tahun P3A0
datang ke Puskesmas untuk kontrol postpartum spontan hari ke 7. Perawat melakukan
pengkajian pada pukul 10.15 WIB, pasien mengeluh demam, menggigil dan payudara terasa
nyeri. Hasil pengkajian didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Respirasi 24 x/menit, nadi
80 x/menit, suhu 38,8 derajat celsius. Hasil pengkajian fisik, ibu tampak lemes, bagian mata
tidak anemis, sklera tidak ikterik, bagian payudara kiri tampak kemerahan, teraba keras dan
penuh, puting menonjol baguan kanan dan dibagian kiri sedikit tenggelam saat dipencet
keluar ASI sedikit, areola hiperpigmentasi, bagian abdomen terdapat striae gravidarum,
tampak linea nigra, TFU tidak teraba, uterus teraba keras, bagian genetalia lochea serosa
sebanyak seperempat pembalut selama 3 jam. Bau khas, terdapat luka episiotomi derajat 2,
luka tampak kotor, kerekatan jahitan baik, tidak udema, tidak kemerahan, dan tidak ada
cairan yg keluar. Pada bagian ekstremitas tampak udema di area kaki 1mm, tidak ada
keterbatasan pergerakan, human sign negatif, reflek patela positif.
Riwayat persalinan yang lalu, anak pertama lahir pada tahun 2016 jenis kelamin
perempuan, persalinan spontan dan tidak ada permasalahan dalam proses persalinan, anak
kedua lahir pada tahun 2018 jenis kelamin perempuan, jenis persalinan spontan ditolong oleh
bidan dan tidak ada permasalahan proses persalinan, kemudian ini merupakan kehamilan ke
tiga. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit tekanan darah, diabetes melitus dan
ibu juga mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan. Riwayat penggunakan
KB, sebelumnya ibu hanya menggunakan KB Kalender karena merasa takut terhadap
efeksamping KB yang menggunakan alat.
Ibu mengatakan setelah melahirkan ini BAB tidak lancar, 3 hari sekali baru BAB.
Untuk BAK sehari kurang lebih 4x. Dalam sehari ibu minum air putih 7 gelas belimbing,
makan menggunakan sayur dan lauk. Ibu mengatakan menyusui lebih sering pada payudara
kanan, karena ibu mengatakan payudara kiri ASI nya hanya sedikit, puting tenggelam dan
bayi tampak tidak nyaman. Aktivitas selama dirumah, ibu seperti biasa karena ibu hanya
tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Orangtua tinggal di luar daerah sehingga tidak ada
yang membantu dalam merawatan bayi bayi lahir. Suami ibu bekerja sebagai Sales kendaraan
bermotor dengan jam kerja yang tidak menentu. Selama dirumah, ibu sering merasa lelah
karena aktifitas banyak dan merawat ketiga anaknya. Ibu sering minum jamu uyup uyup
dengan tujuan ASI nya bisa lancar.
Buatlah asuhan keperawatan menggunaakan skenario diatas dimulai dari
pengkajian sampai membuat dicharge Planning !
KASUS 3

Seorang ibu berusia 38tahun, P4A0 postSC emergency atas indikasi gagal induksi dan
ketuban pecah dini masuk ruang nifas pada pukul 15.00 wib tanggal 01 mei 2020.
Selanjutnya perawat melakukan pengkajian pada pukul 15.30 di ruang nifas. Ibu menjalani
operasi SC 2 jam yang lalu yang sebelumnya sudah melalui proses persalinan normal dengan
usia kehamilaN 34 minggu dengan dengan induksi balon kateter dan drip oksitosin 1A dalam
500 cc RL.
Keluhan saat dikaji, pasien mengatakan nyeri skala 6 badan lemas, pusing dan belum
bisa menggerakann tangan dan kaki. Hasil pengkajian yang didapatkan tekanan darah 130/80
mmhg, suhu 36.8 derajat celsius, respirasi 22x/menit, nadi 84 x/menit. Riwayat persalinan
yang lalu, anak 1 lahir pada tahun 2009 jenis kelamin laki-laki jenis persalinan spontan oleh
bidan dan tidak ada permasalahan. Anak ke 2 lahir pada tahun 2012 jenis kelamin laki-laki
lahir dengan spontan oleh bidan dan tidak ada permasalahan. Anak ke 3 lahir pada tahun
2015 jenis kelamin perempuan jenis persalinan spontan oleh bidan dan tidak ada
permasalahan. Hamil ini merupakan kehamilan ke 4.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Kepala bersih simestris, mata simetris, sklera
tidak ikterik, konjugtiva anemis. Payudara simetris, teraba keras, puting menonjol, areola
mamae hiperpigmentasi, asi belum keluar. Abdomen, tampak striae gravidarum,
DRA(diastesis rectus abdominis)2 cm, balutan tampak bersih tidak ada bekas darah panjang
luka 7cm, TFU 1 jari diatas pusat, uterus teraba keras posisi ditengah. Kandung kemih teraba
kosong, eliminasi selama 3 jam 300cc, area genetalia tidak ada episiotomi, terdapat lochea
rubra sebanyak 400cc selama 3 jam. Pada area ekstremitas terpasang infus RL di tangan kiri,
kaki tidak ada keterbatasan dan tidak udema.
Hasil pemeriksaan laboratorium HbsAg negatif, HIV non reaktif, HB 9,8 mg/dl. Saat
dilakukan pengkajian ibu merasa cemas karena anak nya tidak rawat gabung dengan kondisi
Berat lahir 2000gram. Ibu terus terusan menanyakan kondisi anaknya dan bagaimana
menaikan BB anaknya. ibu juga cemas, karena asi yg belum keluar sama sekali. Selama di
rumah sakit ibu sama sekali blm BAB dan dan ibu merasa sudah banyak makan sayur hijau
dan lauk yg bergizi.
Penanggungjawab pasien adalah suaminya sendiri berusia 40 tahun, pekerjaan
pegawai swasta. Setelah dari rumahsakit, ibu hanya tinggal bersama suami dan anaknya. Ibu
merawat anak2nya sendiri dan suaminya bekerja selama 8 sampai 9 jam setiap hari nya.
Buatlah asuhan keperawatan menggunaakan skenario diatas dimulai dari
pengkajian sampai membuat dicharge Planning !

Anda mungkin juga menyukai