(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior Departemen
Kesehatan Masyarakat)
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Heppy Jelita Sari Batubara, M.KM
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
hanya dengan rahmat dan karunia-nya, penyusun penelitian ini dapat
selesai. Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena
berkat rahmatNya, kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik
senior Ilmu Kesehatan Masyarakat.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
artinya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada makanan
yang masuk dan aktivitas. Diabetes melitus terbagi menjadi beberapa tipe,
adalah 8,3%; 3,9%; 14,90%; angka kejadianDM tipe 2 meliputi lebih 90%
sebesar 4,6% atau sekitar 5,6 jutaorang jumlah pengidap DM. Dari sekian
kasus DM yang ada saat ini, hanya sekitar 30% saja diantaranya yang
fisik teratur, penyuluhan, obat (obat hipoglikemik oral dan insulin) dan
dengan dokter, selain itu dituntut untuk mempunyai kepatuhan dan sikap
obat yang harus diminum, toksisitas, serta efek samping obat dapat menjadi
faktor penghambat dalam penyelesaian terapi pasien. Salah satu pilar dalam
hipoglikemik oral.3
Keberhasilan dalam pengobatan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien
atas medikasi yang telah diresepkan yang terkait dengan waktu, dosis, dan
pengobatan dan penyakit antara lain faktor pasien, faktor demografi, sosio
ekonomi, durasi atau lamanya penyakit, dan keparahan penyakit. Selain itu,
atau kurang patuh dalam minum obat,5 pasien tidak memiliki pengetahuan
yang signifikan antara pasien yang patuh dan tidak patuh dalam minum
OHO dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2, yaitu pasien yangpatuh
memiliki kadar glukosa darah normal dan pasien yang tidak patuh memiliki
setelah dilakukan edukasi, terapi gizi medis danlatihan jasmani. Hal ini
sesuai dengan studi kasus yang berjudul “Peran Serta Keluarga Dalam
RSUD Kabupaten Malang adalah baik. Peran serta keluarga di sini meliputi:
hubungan tingkat kepatuhan minum OHO dengan kadar glukosa darah pada
pasien DM tipe 2 di Puskesmas Medan Area Selatan belum pernah
Apakah ada hubungan tingkat kepatuhan minum obat anti diabetik oral
1.2 Hipotesis
diabetik oral terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus
tipe 2.
Peneliti
obat anti diabetik oral terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes
mellitus tipe 2.
penelitian.
Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
otot, liver dan sel beta, ada organ lain yang ikut berperan dalam
fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja
melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-
4 inhibitor.
2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan
yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan
sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang
8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu
insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah
keluhan seperti:
Kriteria diagnosis DM
Atau
Program (NGSP).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM
Melitus Tipe-2 dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
keluarga).
hipertensi).
h) Riwayat prediabetes.
1. Riwayat Penyakit
2. Pemeriksaan Fisik
ortostatik.
c) Pemeriksaan funduskopi.
insulin)
3. Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, 2jam setelah TTGO, kadar HbA1c,
profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida, tes fungsi hati, tes
4. Penapisan Komplikasi
Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
1. Edukasi
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
berkelanjutan.
pengobatan.
tentang DM.
Pemeliharaan/perawatan kaki.
berserat tinggi. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
<2300 mg perhari.
3. Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2
perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.
4. Terapi Farmakologis
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
c) Krisis Hiperglikemia
stroke)
terkendali
prandial.
darah basal (puasa, sebelum makan). Hal ini dapat dicapai dengan
atau panjang)
c) Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai,
1. Krisis hiperglikemia
mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
anion gap.
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-
380 mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
2. Hipoglikemia
triad:
1. Makroangiopati
b) Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering terjadi pada
pada penderita.
2. Mikroangiopati
Resistensi insulin
Penurunan sekeresi insulin
Peningkatan sekresi glukagon
Penurunan efek inkretin
Peningktan produksi glukosa hepar
Penurunan ambilan glukosa otot
Disfungsi neurotransmitter
Peningkatan reabsorbsi lukosa pada Diabetes mellitus tipe 2
ginjal
Peningkatan lipolisis
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
umum khusus
Golongan
Dosis
Waktu
2.3 Kerangka konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
Operasional
Kepatuhan Kesesuaian Ordinal Kuesioner Skor < 6
menggunakan Sedang
obat Skor 8
berdasarkan Tinggi
cara
pemakaian,
jadwal
konsumsi ,
pernah atau
tidaknya
berhenti
mengkonsumsi
obat.
Kadar Gula Nilai Rasio dan Glucometer Terkontrol
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
gula darah
sewaktu
Area Selatan tahun 2018. Selain itu, hubungan sebab – akibat pada variabel
independen dan dependen pada penelitian ini tidak bersifat timbal balik.
Pada penelitian ini data pada semua variabel, baik variabel dependen
maupun independen diambil pada saat yang bersamaan dalam menggunakan
kuesioner.
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
sebagai sampel.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Kuesioner MMAS – 8
Petunjuk : berilah tanda centang pada kolom yang sesuai dengan jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Apakah anda pernah lupa
obat?
3. Pernahkah anda mengurangi
obat?
5. Apakah kemarin anda meminum
obat?
6. Ketika merasa sehat, apakah
pengobatan?
8. Seberapa sering anda
a. Tidak pernah/jarang
b. Beberapa kali
c. Kadang kala
d. Sering
e. Selalu
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah kadar gula darah pada pasien
Selatan Medan .
1. Lembar persetujuan
2. Alat tulis
3. Kuesioner
MMAS – 8
berikut:
1. Editing
2. Coding
Dilakukan dengan memberi tanda pada masing – masing jawaban
di komputer.
3. Skoring
Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan
responden.
4. Tabulating
5. Data entry
data yang dilakukan oleh peneliti untuk memasukkan data dari kuesioner ke
6. Processing
data di komputer.
analisis univariat.
Uji hipotesis yang akan di gunakan adalah uji chi – square (x 2) bila
memenuhi syarat. Bila tidak memenuhi syarat uji Chi – Square, digunakan
gula darah. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
Datang ke Puskesmas
Medan Area pada bulan
oktober - november 2018
Dilakukan dengan
memberi kuesioner
tentang penggunaan obat
antidiabetes oral
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
BAB 4
4.1 Hasil
inklusi.
analisis data skor kuesioner MMAS-8. Pada data tersebut nilai akhir yang
Autocheck.
darah
hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat anti diabetik oral dengan
kadar gula darah. Setelah melakukan uji hipotesis, ternyata didapatkan tabel
tersebut tidak layak untuk diuji dengan Chi-Square karena sel yang nilai
expected-nya kurang dari 5 ada 50%. Jadi dilakukan uji analitik spss dengan
Tingkat KGD
Jumlah P
Normal Hiperglikemi
Kepatuhan n % n % N %
Rendah 3 21,40% 11 78,60% 14 100%
Sedang 4 40% 6 60% 10 100%
0,305
Tinggi 5 83,30% 1 16,70% 6 100%
Total 12 40% 18 60% 30 100%
Significancy menunjukkan angka 0,305. Oleh karena p > 0,05, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa “tidak ada hubungan antara tingkat kepatuhan
4.1 Pembahasan
(46,7%), dan paling sedikit dengan kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 6 orang
Khartoum, Sudan, dengan hasil tidak patuh sebanyak 55%. penyebab utama
minum obat (30,7%), lalu dikuti dengan penyebab lainnya seperti rendahnya
pengobatan yang terlalu banyak. Pada penelitian ini dikatakan hal ini sering
halnya dengan Mesir, perempuan , usia muda dan edukasi yang baik dapat
obat antidiabetik.17
Penelitian lain yang dilakukan di RS Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
yang mendapatkan hanya 39,6% pasien yang patuh minum obat dan
informasi bahwa pasien memiliki aktivitas yang padat sehingga tidak ada
Kesibukan juga membuat pasien lupa minum obat. Pada jawaban lain, pasen
pasien dengan kepatuhan tinggi yaitu 60,9%. Hal ini disebabkan pasien-
mengenai diabetes.19
pasien, dan intervensi yang diberikan dapat mengubah kebiasaan pasien agar
Pada penelitian ini kadar gula darah pasien dijumpai paling banyak
bergerak atau olahraga, ketidakpatuhan minum obat atau obat yang tidak
adekuat, efek samping dari penggunaan steroid atau obat antipsikotik, ada
penyakit penyerta, stres, sedang merasa nyeri, masa menstruasi dan
dehidrasi.20
antara tingkat kepatuhan minum obat anti diabetik oral dengan kadar gula
darah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang berjudul “Perbedaan Faktor
Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Normal Dan Tidak Normal Pasien
kepatuhan konsumsi OHO antara pasien dengan kadar glukosa darah normal
dan pasien dengan kadar glukosa darah yang tidak normal.21 Namun,
penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian yang telah
pasien DM tipe II.22 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh wiwik et all
pada pasien dengan tingkat kepatuhan minum obat yang rendah maka
yang mempengaruhi kadar glukosa darah normal dan tidak normal pasien
DM pada penelitian tersebut. Beberapa faktor seperti pola diet (tepat jenis,
jadwal dan jumlah), pola latihan jasmani dan pengertian akan manfaat
dalam menjalankan pola diet, pola latihan jasmani dan penyuluhan yang
untuk terapi OHO tidak tampak secara signifikan hasilnya. Hasil tersebut
darah belum mencapai target setelah dilakukan edukasi, terapi gizi medis
kesehatan.21
BAB 5
5.1 Kesimpulan
20,0%.
2. Dari hasil penelitian ini di dapati nilai p = 0,305. Oleh karena p > 0,05,
kepatuhan minum obat anti diabetik oral dengan kadar gula darah”.
5.2 Saran
kepatuhan minum obat diabetes terhadap kadar gula darah dengan variabel
yang berbeda.
Daftar Pustaka