LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam dunia kesehatan di negara
Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 406/MENKES/SK/III/2004 tentang
“Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue di Indonesia” menetapkan bahwa
Demam Berdarah Dengue dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) sejak ditetapkannya sampai dengan dicabutnya
keputusan tersebut. Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 406/MENKES/SK/III/2004 ditetapkan dengan
mempertimbangkan bahwa di tahun 2004 Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus, disebarkan oleh nyamuk Aedes dan belum ditemukan vaksin pencegah dan
pengobatannya serta dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB.). Selain itu Demam Berdarah Dengue juga
merupakan penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat, oleh karenanya perlu diantiisipasi dan
dicegah penyebarannya. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mendapatkan
perhatian serius dari instansi terkait baik di tingkat nasional maupun daerah dikarenakan banyaknya kasus
akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menyebabkan manusia menjadi menderita sakit bahkan
sampai menimbulkan kematian.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus yang tersebar luas di rumah-rumah dan
tempat umum diseluruh wilayah Indonesia, kecuali yang ketinggiannya lebih 1000 meter di atas permukan laut
(Dinkes, Kab. Karanganyar, 2010). Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai dengan panas tinggi,
perdarahan dan dapt mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah (Djunaedi, 2006).
PERMASALAHAN
Dengan melihat kondisi lingkungan wilayah air dingin, sangat rentan terjadinya penyakit demam berdarah saat
ini, karena masyarakat untuk saat ini masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan masih kurang
pengetahuannya mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
kegiatan penyuluhan di lakukan di wilayah air dingin di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini
dimulai dari pukul 09.00 WIB s/d selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh
masyarakat yang hadir berjumlah sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan
pencegahan DBD dan tanya jawab terbuka antara dokter dan masyarakat
MONITORING
Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan
dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa
siswa/siswi yang berbeda tentang pencegahan DBD, dan mereka dapat menjawab dengan benar.
12
LATAR BELAKANG
Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen
Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Tantangan yang dihadapi
Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia
Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku
buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services
(BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar
12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan
bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi
47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya
angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar
423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensiterpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun
32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan
pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan
mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation
Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam
mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan
akses. Menyadari hal tersebut di atas, pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain
melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) di 6 Kabupaten pada tahun 2005,
dilanjutkan dengan pencanangan gerakan sanitasi total oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2006 di Sumatera
Barat serta pencanangan kampanye cuci tangan secara nasional oleh Menko Kesra bersama Mendiknas dan
Meneg Pemberdayaan Perempuan tahun 2007. Sebagai tindak lanjut, dilakukan replikasi CLTS di berbagai
lokasi oleh berbagai lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menghasilkan perubahan
perilaku buang air besar di sembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak 160 desa telah ODF dan
tahun 2007 mencapai 500 desa. (Depkes, 2007).
PERMASALAHAN
Masih banyak dari masyarakat yang hadir tidak mengerti program PHBS yang diselenggarakan pemerintah.
Selain itu, masih banyak juga diantara masyarakat tersebut yang tidak mengerti salah satu program kesehatan
lingkungan yaitu menggunakan air bersih, cara mencuci tangan dengan benar, dan lain sebagainya.
PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang hadir di puskemas harapan raya tentang Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) dan Kesehatan lingkungan. mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d
selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian
materi PHBS dan kesehatan lingkungan serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta kegiatan.
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan
tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi
penyuluhan kepada peserta kegiatan.
Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab
pertanyaan dengan baik.
13
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LATAR BELAKANG
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami
defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas,
pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata
bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa (Keith dan
West, 2008).
Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan baik di atas anak usia dini, namun data
terakhir menunjukkan bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan
kerugian bagi anak baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan.
Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang KVA maka sangat penting bahwa beban
kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta
evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan selama 4 dekade terakhir dalam
memperkirakan beban KVA, terutama dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari
negara dimana telah dikumpulkan dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telah
diantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhi antara 75 dan 254 juta
anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global
KVA ibu atau adanya insidensi tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012; Keith dan West, 2008).
PERMASALAHAN
Masih banyak dari ibu-ibu yang hadir tidak mengerti manfaat dari vitamin A yang diselenggarakan pemerintah.
Selain itu, masih banyak juga diantara ibu-ibu tersebut yang tidak mengerti akibat kekurangan dari vitamin a.
PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang kekurangan vitamin A
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di posyandu balita wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan
pukul 10.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 15 orang. Kegiatan ini
terdiri atas pemberian materi Kekurangan vitamin a serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta
kegiatan.
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi
Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab
14
LATAR BELAKANG
Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya
seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat ini penyakit hipertensi masih cukup tinggi dan
masih cendurung meningkat, yang disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diit karena kurangnya
pengetahuan tentang diit hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering kambuh(Franz, 2011).
Penyakit hipertensi telah membunuh 9.4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang besar. Negara maju memiliki 35%. Kawasan Amerika serikat sebanyak 35%. Di Asia Tenggara sebanyak
36%. Menurut Khancit pada tahun 2011, WHO mencatat ada satu milyar orang yang terkena hipertensi
sementara untuk kawasan Asia penyakit hipertensi telah membunuh 1.5 juta orang setiap tahunnya.
Sedangkan di Indonesia angka penderita mencapai 32% pada tahun 2008 dengan kisaran usia atas dari 25
tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42.7% sedangkan wanita 39.2% ( Widiyani, 2013).
Indonesia termasuk negara yang mengalami banyak masalah kesehatan karena semakin tua umur
seseorang maka masalah kesehatan akan semakin bertambah (Budiyanto, 2005). Jika penderita yang
mengelami hipertensi tidak mengetahui pola pengaturan diit seharianya dan cara mencegahnya, maka
beresiko terhadap komplikasi akibat hipertensi yang diderita seperti gagal jantung, stroke, dan sebagainya.
Diperkirakan dengan penderita yang umurnya 60 tahun keatas akan mengelami penyakit jantung kognitif,
infark miokard, stroke diseksi aorta, dalam lima tahun jika hipertensi tidak diobati (Stanley, 2007)
Salah satu cara mencegah hipertensi umumnya berupa diit rendah garam atau dengan kata lain membatasi
penggunaan garam dan konsumsi makanan yang kaya akan garam. Garam jika dikonsumsi secara berlebihan
akan menahan cairan dan menaikkan kerja jantung sehingga tekanan darah juga akan meningkat. Pemberian
nutrisi dan pola diit yang optimal pada lansia perlu mendapat perhatian yang lebih. Diit yang optimal
merupakan kunci bagi kesembuhan penyakit dan tentu saja jika penderita tidak patuh dengan diit yang
Berdasarkan dari hasil survey di Posyandu Setya Budi Desa Reksosari pada tanggal 4 Desember 2013, dari
110 lansia yang terdaftar di Posyandu ada yang mengalami hipertensi sebanyak 86 orang lansia, sedangkan
dari data posyandu lansia yang mengalami kekambuhan sebanyak 60 orang lansia. Dari hasil wawancara
terhadap 9 anggota keluarga yang mempunyai lansia dengan 3 kekambuhan terhadap hipertensi 7 anggota
keluarga mengatakan belum mengetahui apa yang dimaksud dengan diet untuk hipertensi, yang diketahui
adalah tidak boleh mengkonsumsi garam, tidak boleh minum kopi dan tidak boleh merokok. Sedangkan 2
anggota keluarga mengatakan diit hipertensi adalah makanan yang tidak boleh dimakan oleh seseorang yang
terkena hipertensi, misalnya tidak boleh sama sekali makan usus, hati ayam maupun kambing.
PERMASALAHAN
banyak dari lansia masih tidak tau bagaimana mengatur pola makan yang baik bagi penyakit Hipertensi nya.
Mereka berfikir dengan sudah mengkonsumsi obat anti hipertenis, maka tidak perlu khawatir dengan apapun
tentang makanan termasuk dengan mengkonsumsi garam tanpa memikirkan efek kedepannya.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di Aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d
selesai. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari atas pemberian
materi pola diet pada hipertensi, pengerjaan soal pre-post test tentang materi yang bersangkutan dan tanya
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta yang hadir memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pretest dan postest, dimana pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menilaian pemahaman peserta lansia dengan materi
penyuluhan yang diberikan. Dari soal tersebut dapat dilihat bahwa peserta lansia paham dengan materi
15
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi wanita.
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non
hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Terdapat beberapa jenis kontrasepsi yang terbagi dalam dua kategori, yaitu metode kontrasepsi modern
dan tradisional. Metode kontrasepsi modern meliputi sterilisasi, pil KB, suntik KB, implan, kondom, kontrasepsi
darurat, Sedangkan metode tradisonal terdiri dari pantang berkala (kalender), metode amenorrhea laktasi
(MAL) dan senggama terputus. Pil KB dan suntik KB merupakan metode kontrasepsi yang paling dikenal oleh
masyarakat persentase masing-masing 97% dibanding 98%. Di antara metode KB modern yang dipakai, suntik
KB merupakan alat kontrasepsi terbanyak yang digunakan oleh wanita yang sudah menikah (32%), diikuti pil KB
(13,6%), dan IUD (3,9%) (Badan Pusat Statistik, 2012). Setiap metode kontrasepsi memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang dapat bekerja dalam waktu lama dan
tidak memerlukan pemakaian setiap hariJenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan adalah Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) yang diberikan setiap 12 minggu (3 bulan) dengan cara disuntik intramuskular.
PERMASALAHAN
Masih banyak dari ibu-ibu yang hadir tidak mengerti manfaat dari program KB yang diselenggarakan
pemerintah. Selain itu, masih banyak juga diantara ibu-ibu tersebut yang tidak mengerti salah satu program KB
yaitu penggunaan kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, dan kontrasepsi apa yang baik dan aman itu seperti apa.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di kampung kb wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan
pukul 10.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 15 orang. Kegiatan ini
terdiri atas pemberian materi program KB dan kontrasepsi serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan
peserta kegiatan.
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi
Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab
16.
LATAR BELAKANG
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7
milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun
(balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health
Organization (WHO, 2013). Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,
penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%.
Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang.
Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan
gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak
sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab
diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah, 2015). Penularan diare dapat
dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak
tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak
langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo &
Santoso, 2012).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja
menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare (Ariani, 2016). Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi
dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-
zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi
(Kurniawati, 2016).
PERMASALAHAN
Banyak dari masyarakat Air putih tidak dan belum mengerti dengan baik apa itu diare, bagaimana terjadinya,
gejala dan dampak dari diare terutama pada anak. Hal ini terbukti dari masih kurangnya kesadaran masyarakat
tentang sanitasi lingkungan yang baik, seperti masih tidak memiliki jamban sehat dan buang air besar di
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 9.00 WIB s/d selesai.
Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian materi diare
dan bahaya diare, pengerjaan soal pre-post test tentang materi yang bersangkutan dan tanya jawab kesehatan
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat Air Putih memberikan respon yang baik terhadap
dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pretest dan postest, dimana pertanyaan yang
disampaikan untuk menilaian pemahaman masyarakat dengan materi penyuluhan yang diberikan. Dari
masyarakat paham dengan materi penyuluhan terlihat dari perbaikan jawaban pada postest.
17
LATAR BELAKANG
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit
-2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri
tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting
merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi
mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan
Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan
oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang
mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi kependekan
pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-
faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit
(UNICEF, 2007). Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu
tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas
dan kuantitas 3 makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang tidak
memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-
faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat (UNICEF, 2007).
PERMASALAHAN
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat
Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab
dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik, fungsi mental dan
PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu posyandu balita tentang stunting, faktor resiko yang mempengaruhi
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di Posyandu Balita , di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan
dilakukan pukul 09.30 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah 25 orang. Kegiatan ini
terdiri atas pemberian materi stunting dan sesi tanya jawab antara dokter dan ibu-ibu posyandu.
MONITORING
1. Monitoring berjalan dengan baik. Ibu-ibu yang datang di posyandu memberikan respon yang baik
terhadap kegiatan penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, dan mendengarkan
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab dimana pertanyaan yang diberikan
sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menilaian pemahaman masyarakat dengan materi penyuluhan
yang diberikan.
18
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabiestidak
membahayakanbagimanusia. Adanya rasa gatal pada malam harimerupakan gejala utama yang
mengganggu aktivitas dan produktivitas.Penyakit scabiesbanyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat
penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies
cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah,remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).
PERMASALAHAN
Masih banyak masyarakat yang hadir tidak mengerti tentang scabies. Selain itu, masih banyak juga diantara
masyarakat tersebut yang tidak mengerti cara pencegahan dan menjaga kebersihan dari skabies.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini dimulai dari pukul 08.00 WIB s/d
selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh masyarakat yang hadir berjumlah
sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan tentang scabies dan tanya jawab
MONITORING
Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan
dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa
siswa/siswi yang berbeda tentang pencegahan DBD, dan mereka dapat menjawab dengan benar.
19
Jenis Kegiatan : F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai
berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS-CoV). Novel coronavirus (2019- nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari
unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi
manusia.Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala
umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-
nCoV). Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar
wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara
dg 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau)
dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi
Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3
kasus), USA (2 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah
ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO melaporkan
bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di sebagian
besar Kota Wuhan, China dan negara lain. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrate
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) 10 pneumonia luas di kedua paru-
paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja,
menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini,
penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran
infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur
sampai matang. Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
pihak berwenang China melaporkan kasus pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui di Wuhan,
provinsi Hubei, ke Kantor China Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.
PERENCANAAN
melakukan pencegahan penyebaran infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk
dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang. Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang
PELAKSANAAN
MONITORING
mengevaluasi perkembangan kasus korona virus di wilayah puskesmas harapan raya dengan memonitoring
20
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke
atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan dengan semakin bertambahnya usia maka lansia lebih
rentan terhadap berbagai keluhan fisik baik karena faktor alamiah maupun penyakit.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan sepuluh jenis penyakit tersering
yang diderita oleh lansia yang didominasi oleh penyakit tidak menular, penyakit kronik dan
degeneratif. Adapun penyakit tersebut antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), Diabetes Mellitus (DM), kanker, penyakit jantung koroner, batu
Salah satu penyakit yang sering diderita oleh lansia adalah gout arthritis. Penyakit Gout Arthritis (GA) menurut
American Collage of Rheumatology merupakan suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang
sendi yang sudah lama dikenal, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki,
namun dapat mempengaruhi sendi‐sendi yang lain dan dapat menjadi semakin parah.
Gout merupakan istilah yang dipakai sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar
asam urat.
PERMASALAHAN
Kasus arthritis gout di Wilayah kerja Puskesmas harapan raya di posyandu lansia air dingin saat ini beberapa
warga nya menderita arthriitis gout sehingga petugas puskesmas selalu memberikan perhatian khusus kepada
penderita arthritis gout. beberapa warga yang menderita arthritis gout masih kurangnya pengetahuan tentang
PERENCANAAN
Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien artritis gout dalam kasus ini pada
Hal-hal yang perlu diketahui pasien mengenai penyakit Artritis Gout antara lain:
2. Penyakit artritir gout tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan gaya hidup sehat dan
PELAKSANAAN
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medikamentosa
• Alopurinol 1x100 mg
• Na diklofenak 3x25 mg
• Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan kadar asam urat nya.
• Pasien diminta untuk memodifikasi gaya hidup dengan diet rendah protein karena protein dapat
meningkatkan asam urat, terutama protein hewani. Protein diberikan 50‐70 g per hari. Sedangkan sumber
protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur.
Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batas lemak yang
boleh dikonsumsi adalah 15% total kalori/hari. Pasien juga disarankan untuk banyak minum air putih, minimal
2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.
MONITORING
Untuk memonitoring dan mengevaluasi, pasien diminta untuk kembali mengontrolkan kadar asam uratnya
secara rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi overdose ataupun lowerdose,
sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi.
21
Jenis Kegiatan : F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas
suatu proses ektrakranium ( = di luar rongga 1. tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan
yang tinggi ( demam ). Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah
infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat 2. memprovokasi terjadinya kejang demam. (Price
3. S.A 2000).
Kejang demam anak perlu diwaspadai, karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan
kecacatan otak bahkan kematian. Dalam 24 jam pertama walaupun belum bisa dipastikan terjadi kejang, bila
anak mengalami demam, hal yang terpenting dilakukan adalah menurunkan suhu tubuh (Candra, 2009).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera, pengelolaan yang tepat
sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Sehingga pertolongan pertama untuk menangani korban segera dilakukan untuk mencegah cedera dan
Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama untuk mencagah terjadinya kejang
pada anak demam adalah segera memberi obat penurun panas, kompres air biasa atau hangat yang diletakkan
di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah- buahan
yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Jangan selimuti anak dengan
selimut tebal, selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi
penguapan. (Candra, 2009). Ketika terjadi kejang dan tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera
dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Jika anak pernah mengalami kejang demam di usia pertama
kehidupannya, maka ada kemungkinan ia akan mengalami kembali kejang meskipun temperatur demamnya
PERMASALAHAN
berdasarkan hasil wawancara kepada ibu-ibu yang hadir saat penyuluhan tidak ada yang tahu tentang
pertolongan kejang, mereka juga tidak tahu apa penyebab kejang. Anggapan mereka bahwa kalau anak sakit
PERENCANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d
selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian
materi penangan kejang demam pada anak serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta kegiatan.
MONITORING
Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan
dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa
masyarakat yang berbeda tentang pencegahan Kejang demam pada anak dan penanganannya, dan mereka
22
LATAR BELAKANG
Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk. Keberadaan jentik nyamuk erat
kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit pada daerah tropis
dan subtropis yang disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut WHO dalam penelitian yang dilakukan Sari (2017) kasus DBD
tertinggi di daerah Asia berada di Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015, tercatat
terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal
dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak 100.347 penderita dan sebanyak 907
meninggal (KEMENKES, 2016). Angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung
PERMASALAHAN
Tingginya angka kejadian demam berdarah di lingkungan kelurahan air dingin. Dan Masih banyak dari
masyarakat yang hadir tidak mengerti manfaat dari pemberantasan jentik nyamuk yang diselenggarakan
pemerintah. Selain itu, masih banyak juga diantara masyarakat tersebut yang tidak mengerti cara
memberantas jentik nyamuk yang baik dan benar itu seperti apa.
PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Pemberantasan jentik nyamuk di kelurahan air dingin
PELAKSANAAN
kegiatan penyuluhan di lakukan di wilayah air dingin di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini
dimulai dari pukul 09.00 WIB s/d selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh
masyarakat yang hadir berjumlah sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan ttg
cara memberantas jentik nyamuk dan tanya jawab terbuka antara dokter dan masyarakat
MONITORING
Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat air dingin memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan dan melakukan kegiatan tanya jawab terbuka dengan dokter sebagai narasumber.
23
LATAR BELAKANG
Tubuh kita mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Semakin bertambah usia, maka akan semakin
berkurang fungsi tubuh kita. Pada mereka yang berusia lanjut atau lansia, terjadi berbagai perubahan baik
secara fisik maupun persepsi yang kemudian mempengaruhi kebutuhan gizi lansia tersebut.
Salah satu hal yang menyebabkan perubahan kebutuhan zat gizi seseorang adalah keadaan fisiknya. Pada
lansia, kebutuhan gizinya terkadang susah untuk digeneralisasi. Meskipun secara umum lansia akan mengalami
penurunan kebutuhan gizi, tetapi karena penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme basalnya
berbeda-beda, maka kebutuhan gizinya berbeda-beda pula. Selain karena penurunan massa tubuh dan
kecepatan metabolisme basal, menurunnya kemampuan organ-organ untuk bekerja secara maksimal juga
mempengaruhi kebutuhan gizi lansia. Masalah pencernaan seperti konstipasi dan gastritis juga sering terjadi
pada mereka yang berusia lanjut sehingga pemenuhan gizi lansia terkadang menjadi tantangan tersendiri.
Tidak hanya perubahan fisik, perubahan indra dan persepsi seperti kepekaan terhadap rasa, aroma, bahkan
pendengaran dan penglihatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi lansia. Salah satu
masalah terkait persepsi yang biasa terjadi pada lansia adalah berkurangnya kemampuan indera pengecapan.
Ketika kemampuan seseorang untuk mengecap rasa berkurang, makanan dapat terasa hambar atau pahit
sehingga cenderung menambahkan bumbu seperti garam atau penyedap ke dalam makanan, padahal
konsumsi garam dan penyedap termasuk yang harus dibatasi pada lansia. Penurunan fungsi penciuman juga
PERMASALAHAN
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, banyak lansia yang mengeluhkan kurangnya nafsu makan dan
rendahnya asupan gizi pada lansia maka kami memutuskan untuk memberikan edukasi kepada lansia dan
keluarga yang tinggal bersama lansia untuk memberi perhatian lebih terhadap asupan gizi pada lansia.
PERENCANAAN
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada lansia dan penerapan dalam kesehariannya.
Kami memilih para lansia dan perwakilan anggota rumah tangga yang tinggal bersama lansia Posbindu sebagai
prioritas penyuluhan kami dengan alasan agar lansia dan keluarga mampu mengetahui asupan gizi yang
PELAKSANAAN
Topik :
Sasaran: lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di posyandu lansia air dingin
Target: lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di posyandu lansia air dingin
c. Metode :
MONITORING
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
24
JAMBAN SEHAT”
LATAR BELAKANG
Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene, dan sanitasi masih sangat
besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan
47% masyarakat masih berperilaku buang air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37%
penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program.
Menurut World Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005, Buruknya kondisi sanitasi merupakan
salah satu penyebab kematian anak dibawah 3 tahun yaitu sebesar 19% hatau sekitar 100.000 anak meninggal
karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto.
Kondisi seperti ini dapat dikendal ikan melalui intervensi terpadu melalu pendekatan sanitasi total. Hal ini
dibuktikan melalui hasil WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang
terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke air yang digunakan untuk mencuci, mandi,
dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis
masyarakat untuk menambah perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitme
pemerintah dalam mencapai target Millenium Development Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Untuk
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak
mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak
dapat terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan di perkotaan,
oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan harus memenuhi persyaratan jamban sehat seperti yang
tersebut diatas. Terdapat dua jenis jamban yang sering kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis
cemplung dan leher angsa. Disebut cemplung karena kotoran yang masuk langsung menuju ke tempat
penampungan kotoran tanpa melewati penghalang dari udara luar, hal itu memungkinkan hewan seperti lalat
dan kecoa dan keluar masuk dari penampungan kotoran. Jenis leher angsa merupakan jenis yang paling
direkomendasikan, karena pada jenis ini terdapat genangan air yang berfungsi untuk mencegah hewan masuk
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
1.
2.
3.
PELAKSANAAN
MONITORING
25
LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang
selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes Melitus (DM)
merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya
(American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam Smeltzer & Bare, 2008). Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat
menimbulkan komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi akut yang dapat timbul meliputi koma hipoglikemia,
ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, dan komplikasi kronik seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan
Menurut PERKENI (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5
kg). Serta terdapat faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,
kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu penyuluhan, perencanaan makan,
latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Dengan pengelolahan ke-empat komponen tersebut bertujuan agar
tidak terjadi komplikasi yang berujung pada kematian pada penderita DM. Sebagai usaha pencegahan
terjadinya komplikasi pada diabetes melitus, salah satu pengelolahan yang dapat dilakukan dan diterapkan
adalah olahraga. Dengan berolahraga ringan namun teratur akan dapat memberikan kemajuan pesat dalam
penyembuhan DM.
PERMASALAHAN
Banyak dari lansia yang datang untuk pengobatan rutin diabetes mellitus tidak mengerti dengan benar tentang
penyakit mereka. Bagaimana efek dari tidak teraturnya mengkonsumsi obat diabetes mellitus karena masih
banyak yang hanya meminum obat bila gula darah tinggi. Selain itu, banyak juga yang datang untuk
pemeriksaan gula dan kontrol diabetes mellitus hanya karena disuruh untuk datang lagi, bukan karena
PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan dan pengeobatan dasar kesehatan tentang Diabetes Mellitus dan pentingnya
pengobatan DM.
PELAKSANAAN
Kegiatan penyuluhan di lakukan di Aula Puskesmas harapan raya,kota pekanbaru. Kegiatan dilakukan pukul
08.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri dari atas
pemberian materi diabetes melitus dan pentingnya pengobatan DM, kegiatan tanya jawab kesehatan antara
MONITORING
Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat air dinginmemberikan respon yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan dan melakukan kegiatan tanya jawab terbuka dengan dokter sebagai narasumber.