Anda di halaman 1dari 26

11

              Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan


Dokter Pendamping      :  Yenni aminora
Judul Lap. Kegiatan      :  Pencegahan Demam Berdarah Dengue

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam dunia kesehatan di negara
Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 406/MENKES/SK/III/2004 tentang
“Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue di Indonesia” menetapkan bahwa
Demam Berdarah Dengue dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) sejak ditetapkannya sampai dengan dicabutnya
keputusan tersebut. Keputusan menteri Kesehatan RI Nomor 406/MENKES/SK/III/2004 ditetapkan dengan
mempertimbangkan bahwa di tahun 2004 Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus, disebarkan oleh nyamuk Aedes dan belum ditemukan vaksin pencegah dan
pengobatannya serta dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB.). Selain itu Demam Berdarah Dengue juga
merupakan penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat, oleh karenanya perlu diantiisipasi dan
dicegah penyebarannya. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mendapatkan
perhatian serius dari instansi terkait baik di tingkat nasional maupun daerah dikarenakan banyaknya kasus
akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menyebabkan manusia menjadi menderita sakit bahkan
sampai menimbulkan kematian.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus yang tersebar luas di rumah-rumah dan
tempat umum diseluruh wilayah Indonesia, kecuali yang ketinggiannya lebih 1000 meter di atas permukan laut
(Dinkes, Kab. Karanganyar, 2010). Penyakit ini terutama menyerang anak yang ditandai dengan panas tinggi,
perdarahan dan dapt mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah (Djunaedi, 2006).

PERMASALAHAN

Dengan melihat kondisi lingkungan wilayah air dingin, sangat rentan terjadinya penyakit demam berdarah saat
ini, karena masyarakat untuk saat ini masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan masih kurang
pengetahuannya mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue.

PELAKSANAAN

kegiatan penyuluhan di lakukan di wilayah air dingin di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini
dimulai dari pukul 09.00 WIB s/d selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh
masyarakat yang hadir berjumlah sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan
pencegahan DBD dan tanya jawab terbuka antara dokter dan masyarakat
MONITORING

Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan
dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi
yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa
siswa/siswi yang berbeda tentang pencegahan DBD, dan mereka dapat menjawab dengan benar.

12

             Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan


Dokter Pendamping      :  Yenni aminora
Judul Lap. Kegiatan      :  Penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Kesehatan lingkungan
di puskemas harapan raya kota Pekanbaru

LATAR BELAKANG

Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen
Pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam
pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Tantangan yang dihadapi
Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia
Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku
buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services
(BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar
12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv) sebelum memberi makan
bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi
47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya
angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar
423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan
Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensiterpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun
32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan
pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan
mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.

Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation
Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam
mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan
sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan
akses. Menyadari hal tersebut di atas, pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain
melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) di 6 Kabupaten pada tahun 2005,
dilanjutkan dengan pencanangan gerakan sanitasi total oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2006 di Sumatera
Barat serta pencanangan kampanye cuci tangan secara nasional oleh Menko Kesra bersama Mendiknas dan
Meneg Pemberdayaan Perempuan tahun 2007. Sebagai tindak lanjut, dilakukan replikasi CLTS di berbagai
lokasi oleh berbagai lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang menghasilkan perubahan
perilaku buang air besar di sembarang tempat, sehingga pada tahun 2006 sebanyak 160 desa telah ODF dan
tahun 2007 mencapai 500 desa. (Depkes, 2007).

PERMASALAHAN

Masih banyak dari masyarakat yang hadir tidak mengerti program PHBS yang diselenggarakan pemerintah.
Selain itu, masih banyak juga diantara masyarakat tersebut yang tidak mengerti salah satu program kesehatan
lingkungan yaitu menggunakan air bersih, cara mencuci tangan dengan benar, dan lain sebagainya.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang hadir di puskemas harapan raya tentang Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS) dan Kesehatan lingkungan. mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d
selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian
materi PHBS dan kesehatan lingkungan serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta kegiatan.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan

tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.

2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi
penyuluhan kepada peserta kegiatan.

Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab
pertanyaan dengan baik.

              
13

Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Kekurangan vitamin A

LATAR BELAKANG

Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang berkembang

termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami

defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas,

pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata

bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa (Keith dan

West, 2008).

Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan baik di atas anak usia dini, namun data

terakhir menunjukkan bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan

kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan

kerugian bagi anak baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan.

Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang KVA maka sangat penting bahwa beban

kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta

evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan selama 4 dekade terakhir dalam

memperkirakan beban KVA, terutama dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari

negara dimana telah dikumpulkan dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telah

diantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhi antara 75 dan 254 juta

anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global

KVA ibu atau adanya insidensi tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012; Keith dan West, 2008).

PERMASALAHAN

Masih banyak dari ibu-ibu yang hadir tidak mengerti manfaat dari vitamin A yang diselenggarakan pemerintah.

Selain itu, masih banyak juga diantara ibu-ibu tersebut yang tidak mengerti akibat kekurangan dari vitamin a.

PERENCANAAN
Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang kekurangan vitamin A

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di posyandu balita wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan

pukul 10.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 15 orang. Kegiatan ini

terdiri atas pemberian materi Kekurangan vitamin a serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta

kegiatan.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan

tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.

2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi

penyuluhan kepada peserta kegiatan.

Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab

pertanyaan dengan baik.

14

          Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Diet pada hipertensi

LATAR BELAKANG

Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya

seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat ini penyakit hipertensi masih cukup tinggi dan

masih cendurung meningkat, yang disebabkan penderita tidak patuh melaksanakan diit karena kurangnya

pengetahuan tentang diit hipertensi sehingga penyakit hipertensi sering kambuh(Franz, 2011).

Penyakit hipertensi telah membunuh 9.4 juta warga didunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang besar. Negara maju memiliki 35%. Kawasan Amerika serikat sebanyak 35%. Di Asia Tenggara sebanyak

36%. Menurut Khancit pada tahun 2011, WHO mencatat ada satu milyar orang yang terkena hipertensi

sementara untuk kawasan Asia penyakit hipertensi telah membunuh 1.5 juta orang setiap tahunnya.

Sedangkan di Indonesia angka penderita mencapai 32% pada tahun 2008 dengan kisaran usia atas dari 25

tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42.7% sedangkan wanita 39.2% ( Widiyani, 2013).

Indonesia termasuk negara yang mengalami banyak masalah kesehatan karena semakin tua umur

seseorang maka masalah kesehatan akan semakin bertambah (Budiyanto, 2005). Jika penderita yang

mengelami hipertensi tidak mengetahui pola pengaturan diit seharianya dan cara mencegahnya, maka

beresiko terhadap komplikasi akibat hipertensi yang diderita seperti gagal jantung, stroke, dan sebagainya.

Diperkirakan dengan penderita yang umurnya 60 tahun keatas akan mengelami penyakit jantung kognitif,

infark miokard, stroke diseksi aorta, dalam lima tahun jika hipertensi tidak diobati (Stanley, 2007)

Salah satu cara mencegah hipertensi umumnya berupa diit rendah garam atau dengan kata lain membatasi

penggunaan garam dan konsumsi makanan yang kaya akan garam. Garam jika dikonsumsi secara berlebihan

akan menahan cairan dan menaikkan kerja jantung sehingga tekanan darah juga akan meningkat. Pemberian

nutrisi dan pola diit yang optimal pada lansia perlu mendapat perhatian yang lebih. Diit yang optimal

merupakan kunci bagi kesembuhan penyakit dan tentu saja jika penderita tidak patuh dengan diit yang

diberikan penyakit akan kambuh kembali (Purba, 2005).

Berdasarkan dari hasil survey di Posyandu Setya Budi Desa Reksosari pada tanggal 4 Desember 2013, dari

110 lansia yang terdaftar di Posyandu ada yang mengalami hipertensi sebanyak 86 orang lansia, sedangkan

dari data posyandu lansia yang mengalami kekambuhan sebanyak 60 orang lansia. Dari hasil wawancara

terhadap 9 anggota keluarga yang mempunyai lansia dengan 3 kekambuhan terhadap hipertensi 7 anggota

keluarga mengatakan belum mengetahui apa yang dimaksud dengan diet untuk hipertensi, yang diketahui

adalah tidak boleh mengkonsumsi garam, tidak boleh minum kopi dan tidak boleh merokok. Sedangkan 2

anggota keluarga mengatakan diit hipertensi adalah makanan yang tidak boleh dimakan oleh seseorang yang

terkena hipertensi, misalnya tidak boleh sama sekali makan usus, hati ayam maupun kambing.

PERMASALAHAN

banyak dari lansia masih tidak tau bagaimana mengatur pola makan yang baik bagi penyakit Hipertensi nya.

Mereka berfikir dengan sudah mengkonsumsi obat anti hipertenis, maka tidak perlu khawatir dengan apapun

tentang makanan termasuk dengan mengkonsumsi garam tanpa memikirkan efek kedepannya.
PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kesehatan pola diet sehat untuk hipertensi.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di Aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d

selesai. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari atas pemberian

materi pola diet pada hipertensi, pengerjaan soal pre-post test tentang materi yang bersangkutan dan tanya

jawab kesehatan antara dokter dan peserta yang hadir.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta yang hadir memberikan respon yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan

materi yang diberikan.

2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pretest dan postest, dimana pertanyaan yang

diberikan sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menilaian pemahaman peserta lansia dengan materi

penyuluhan yang diberikan. Dari soal tersebut dapat dilihat bahwa peserta lansia paham dengan materi

penyuluhan terlihat dari perbaikan jawaban pada postest.

15

              Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  penyuluhan keluarga berencana (KB)

LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi wanita.

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga. Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak

kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non
hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi

memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).

Terdapat beberapa jenis kontrasepsi yang terbagi dalam dua kategori, yaitu metode kontrasepsi modern

dan tradisional. Metode kontrasepsi modern meliputi sterilisasi, pil KB, suntik KB, implan, kondom, kontrasepsi

darurat, Sedangkan metode tradisonal terdiri dari pantang berkala (kalender), metode amenorrhea laktasi

(MAL) dan senggama terputus. Pil KB dan suntik KB merupakan metode kontrasepsi yang paling dikenal oleh

masyarakat persentase masing-masing 97% dibanding 98%. Di antara metode KB modern yang dipakai, suntik

KB merupakan alat kontrasepsi terbanyak yang digunakan oleh wanita yang sudah menikah (32%), diikuti pil KB

(13,6%), dan IUD (3,9%) (Badan Pusat Statistik, 2012). Setiap metode kontrasepsi memiliki kekurangan dan

kelebihan masing-masing. KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang dapat bekerja dalam waktu lama dan

tidak memerlukan pemakaian setiap hariJenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan adalah Depo Medroxy

Progesterone Acetate (DMPA) yang diberikan setiap 12 minggu (3 bulan) dengan cara disuntik intramuskular.

PERMASALAHAN

Masih banyak dari ibu-ibu yang hadir tidak mengerti manfaat dari program KB yang diselenggarakan

pemerintah. Selain itu, masih banyak juga diantara ibu-ibu tersebut yang tidak mengerti salah satu program KB

yaitu penggunaan kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, dan kontrasepsi apa yang baik dan aman itu seperti apa.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang Program Kontrasepsi.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di kampung kb wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan

pukul 10.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 15 orang. Kegiatan ini

terdiri atas pemberian materi program KB dan kontrasepsi serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan

peserta kegiatan.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Peserta memberikan respon yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan

tenaga kesehatan, selain itu peserta juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.
2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi

penyuluhan kepada peserta kegiatan.

Pertanyaan diberikan kepada 3 peserta yang berbeda, dan peserta yang ditunjuk mampu menjawab

pertanyaan dengan baik.

16.

  Jenis Kegiatan :  F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Diare dan Bahaya yang Disebabkan

LATAR BELAKANG

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7

milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun

(balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World Health

Organization (WHO, 2013). Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,

penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%.

Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang.

Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.

Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan

gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak

sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab

diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah, 2015). Penularan diare dapat

dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak

tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak

langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo &

Santoso, 2012).

Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Diare yang semakin parah menyebabkan tinja

menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus

selama diare (Ariani, 2016). Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi

dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-

zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi

(Kurniawati, 2016).

PERMASALAHAN

Banyak dari masyarakat Air putih tidak dan belum mengerti dengan baik apa itu diare, bagaimana terjadinya,

gejala dan dampak dari diare terutama pada anak. Hal ini terbukti dari masih kurangnya kesadaran masyarakat

tentang sanitasi lingkungan yang baik, seperti masih tidak memiliki jamban sehat dan buang air besar di

empang atau sungai, bahkan membiarkan anaknya BAB di tanah.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Diare dan Bahaya yang Disebabkan.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 9.00 WIB s/d selesai.

Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian materi diare

dan bahaya diare, pengerjaan soal pre-post test tentang materi yang bersangkutan dan tanya jawab kesehatan

antara dokter dan masyarakat Air putih yang hadir.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat Air Putih memberikan respon yang baik terhadap

kegiatan penyuluhan dan mampu bekerja sama

dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi yang diberikan.

2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pretest dan postest, dimana pertanyaan yang

diberikan sesuai dengan materi yang

disampaikan untuk menilaian pemahaman masyarakat dengan materi penyuluhan yang diberikan. Dari

soal tersebut dapat dilihat bahwa

masyarakat paham dengan materi penyuluhan terlihat dari perbaikan jawaban pada postest.
17

  Jenis Kegiatan :  F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Stunting dan Pencegahannya

LATAR BELAKANG

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit

-2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri

tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca

persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting

merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan

yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam

masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai

penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi

mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan

Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan

meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan

oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang

mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi kependekan

pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.

Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-

faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu

asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,

protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit

(UNICEF, 2007). Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu

tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas

dan kuantitas 3 makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang tidak

memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-

faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat (UNICEF, 2007).
PERMASALAHAN

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam

masyarakat. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan

kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat

lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit yang menyertai.

Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab

dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik, fungsi mental dan

intelektual akan terganggu

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu posyandu balita tentang stunting, faktor resiko yang mempengaruhi

terjadinya stunting, gejala, dampak stunting dan cara pencegahannya.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di Posyandu Balita , di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan

dilakukan pukul 09.30 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah 25 orang. Kegiatan ini

terdiri atas pemberian materi stunting dan sesi tanya jawab antara dokter dan ibu-ibu posyandu.

MONITORING

1. Monitoring berjalan dengan baik. Ibu-ibu yang datang di posyandu memberikan respon yang baik

terhadap kegiatan penyuluhan dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, dan mendengarkan

materi yang diberikan.

2. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab dimana pertanyaan yang diberikan

sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menilaian pemahaman masyarakat dengan materi penyuluhan

yang diberikan.

18

          Jenis Kegiatan :  F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  pencegahan skabies


LATAR BELAKANG

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabiestidak

membahayakanbagimanusia. Adanya rasa gatal pada malam harimerupakan gejala utama yang

mengganggu aktivitas dan produktivitas.Penyakit scabiesbanyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat

penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies

cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah,remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).

PERMASALAHAN

Masih banyak masyarakat yang hadir tidak mengerti tentang scabies. Selain itu, masih banyak juga diantara

masyarakat tersebut yang tidak mengerti cara pencegahan dan menjaga kebersihan dari skabies.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Pencegahan scabies

PELAKSANAAN

kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini dimulai dari pukul 08.00 WIB s/d

selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh masyarakat yang hadir berjumlah

sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan tentang scabies dan tanya jawab

terbuka antara dokter dan masyarakat

MONITORING

Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan

dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi

yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa

siswa/siswi yang berbeda tentang pencegahan DBD, dan mereka dapat menjawab dengan benar.

19

             Jenis Kegiatan :  F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  upaya pencegahan wabah virus korona


LATAR BELAKANG

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai

berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS-CoV). Novel coronavirus (2019- nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi

sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian

menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari

unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi

manusia.Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala

umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan

kematian. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak

diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-

nCoV). Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar

wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara

dg 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong, Taiwan, dan Macau)

dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi

Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3

kasus), USA (2 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah

ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO melaporkan

bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di sebagian

besar Kota Wuhan, China dan negara lain. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah

demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrate

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV) 10 pneumonia luas di kedua paru-

paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja,

menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini,

penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran

infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur

sampai matang. Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti

batuk dan bersin.


PERMASALAHAN

pihak berwenang China melaporkan kasus pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui di Wuhan,

provinsi Hubei, ke Kantor China Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV

berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.

PERENCANAAN

melakukan pencegahan penyebaran infeksi dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk

dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang. Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang

menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.

PELAKSANAAN

Hari / Tanggal : kamis , 29 januari 2020

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : puskesmas harapan raya

Kegiatan: Memberikan edukasi mengenai korona virus

MONITORING

mengevaluasi perkembangan kasus korona virus di wilayah puskesmas harapan raya dengan memonitoring

pasien yang memiliki gejala dari virus corona selama pengobatan

20

           Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  PENANGANAN ARTHRITIS GOUT PADA PASIEN LANSIA

LATAR BELAKANG

Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke

atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process

atau proses penuaan.


Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi,

maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan dengan semakin bertambahnya usia maka lansia lebih

rentan terhadap berbagai keluhan fisik baik karena faktor alamiah maupun penyakit.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan sepuluh jenis penyakit tersering

yang diderita oleh lansia yang didominasi oleh penyakit tidak menular, penyakit kronik dan

degeneratif. Adapun penyakit tersebut antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK), Diabetes Mellitus (DM), kanker, penyakit jantung koroner, batu

ginjal, gagal jantung dan gagal ginjal.

Salah satu penyakit yang sering diderita oleh lansia adalah gout arthritis. Penyakit Gout Arthritis (GA) menurut

American Collage of Rheumatology merupakan suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang

sendi yang sudah lama dikenal, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi.

Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki,

namun dapat mempengaruhi sendi‐sendi yang lain dan dapat menjadi semakin parah.

Gout merupakan istilah yang dipakai sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar

asam urat.

PERMASALAHAN

Kasus arthritis gout di Wilayah kerja Puskesmas harapan raya di posyandu lansia air dingin saat ini beberapa

warga nya menderita arthriitis gout sehingga petugas puskesmas selalu memberikan perhatian khusus kepada

penderita arthritis gout. beberapa warga yang menderita arthritis gout masih kurangnya pengetahuan tentang

pola makan, penanganan, dan pencegahan dari arthritis gout.

PERENCANAAN

Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien artritis gout dalam kasus ini pada

penderita arthritis gout

Hal-hal yang perlu diketahui pasien mengenai penyakit Artritis Gout antara lain:

1. Apa penyebab dan faktor risiko penyakit artritir gout

2. Penyakit artritir gout tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan gaya hidup sehat dan

minum obat teratur

3. Mengatur pola makan

4. Olahraga secara teratur sesuai dengan usia pasien


5. Komplikasi pada penyakit artritir gout

PELAKSANAAN

D. Penatalaksanaan

Setelah terdiagnosis memerlukan tatalaksana untuk mengontrol penyakitnya tersebut.

1. Penatalaksanaan medikamentosa

• Alopurinol 1x100 mg

• Na diklofenak 3x25 mg

• Vit B complek 1x1

2. Penatalaksanaan non medikamentosa

• Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan kadar asam urat nya.

• Pasien diminta untuk memodifikasi gaya hidup dengan diet rendah protein karena protein dapat

meningkatkan asam urat, terutama protein hewani. Protein diberikan 50‐70 g per hari. Sedangkan sumber

protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur.

Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui

urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang batas lemak yang

boleh dikonsumsi adalah 15% total kalori/hari. Pasien juga disarankan untuk banyak minum air putih, minimal

2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.

MONITORING

Untuk memonitoring dan mengevaluasi, pasien diminta untuk kembali mengontrolkan kadar asam uratnya

secara rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi overdose ataupun lowerdose,

sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi.

21

            Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Penanganan kejang demam anak dirumah


LATAR BELAKANG

Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas

380C) yang disebabkan oleh

suatu proses ektrakranium ( = di luar rongga 1. tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan

yang tinggi ( demam ). Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah

infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat 2. memprovokasi terjadinya kejang demam. (Price

3. S.A 2000).

Kejang demam anak perlu diwaspadai, karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan

kecacatan otak bahkan kematian. Dalam 24 jam pertama walaupun belum bisa dipastikan terjadi kejang, bila

anak mengalami demam, hal yang terpenting dilakukan adalah menurunkan suhu tubuh (Candra, 2009).

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera, pengelolaan yang tepat

sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.

Sehingga pertolongan pertama untuk menangani korban segera dilakukan untuk mencegah cedera dan

komplikasi yang serius pada anak (Candra, 2009).

Langkah awal yang dapat dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama untuk mencagah terjadinya kejang

pada anak demam adalah segera memberi obat penurun panas, kompres air biasa atau hangat yang diletakkan

di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Beri anak banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah- buahan

yang banyak mengandung air, bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Jangan selimuti anak dengan

selimut tebal, selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi

penguapan. (Candra, 2009). Ketika terjadi kejang dan tidak berhenti setelah lima menit, sebaiknya anak segera

dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Jika anak pernah mengalami kejang demam di usia pertama

kehidupannya, maka ada kemungkinan ia akan mengalami kembali kejang meskipun temperatur demamnya

lebih rendah (Candra, 2009).

PERMASALAHAN

berdasarkan hasil wawancara kepada ibu-ibu yang hadir saat penyuluhan tidak ada yang tahu tentang

pertolongan kejang, mereka juga tidak tahu apa penyebab kejang. Anggapan mereka bahwa kalau anak sakit

langsung dbawa kerumah sakit.

PERENCANAAN

Dilakukan penyuluhan mengenai penanganan kejang deman anak di rumah


PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di aula Puskesmas harapan raya. Kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB s/d

selesai. Jumlah peserta yang menghadiri kegiatan adalah sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian

materi penangan kejang demam pada anak serta tanya jawab kesehatan antara dokter dan peserta kegiatan.

MONITORING

Monitoring berjalan dengan baik. masyarakat memberikan respon yang baik terhadap kegiatan penyuluhan

dan mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan, selain itu masyarakat juga tertib mendengarkan materi

yang diberikan. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa

masyarakat yang berbeda tentang pencegahan Kejang demam pada anak dan penanganannya, dan mereka

dapat menjawab dengan benar.

22

            Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Pemberantasan jentik nyamuk di lingkungan rumah

LATAR BELAKANG

Jentik nyamuk merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup nyamuk. Keberadaan jentik nyamuk erat

kaitannya dengan angka kejadian deman berdarah dengue (DBD). DBD merupakan penyakit pada daerah tropis

dan subtropis yang disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, 2, 3, dan 4) melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus (Utami, 2015). Menurut WHO dalam penelitian yang dilakukan Sari (2017) kasus DBD

tertinggi di daerah Asia berada di Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan India. Pada tahun 2015, tercatat

terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal

dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dari tahun 2014, yaitu sebanyak 100.347 penderita dan sebanyak 907

meninggal (KEMENKES, 2016). Angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sendiri cenderung

mengalami peningkatan dari tahun 1968-2015 (KEMENKES, 2016).

PERMASALAHAN
Tingginya angka kejadian demam berdarah di lingkungan kelurahan air dingin. Dan Masih banyak dari

masyarakat yang hadir tidak mengerti manfaat dari pemberantasan jentik nyamuk yang diselenggarakan

pemerintah. Selain itu, masih banyak juga diantara masyarakat tersebut yang tidak mengerti cara

memberantas jentik nyamuk yang baik dan benar itu seperti apa.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan kesehatan tentang Pemberantasan jentik nyamuk di kelurahan air dingin

PELAKSANAAN

kegiatan penyuluhan di lakukan di wilayah air dingin di wilayah kerja Puskesmas harapan raya. Kegiatan ini

dimulai dari pukul 09.00 WIB s/d selesai. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini adalah seluruh

masyarakat yang hadir berjumlah sekitar 20 orang. Kegiatan ini terdiri dari pemberian materi penyuluhan ttg

cara memberantas jentik nyamuk dan tanya jawab terbuka antara dokter dan masyarakat

MONITORING

Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat air dingin memberikan respon yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Masyarakat juga tertib mendengarkan materi

yang diberikan dan melakukan kegiatan tanya jawab terbuka dengan dokter sebagai narasumber.

23

       Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  Gizi seimbang pada lansia

LATAR BELAKANG

Tubuh kita mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Semakin bertambah usia, maka akan semakin

berkurang fungsi tubuh kita. Pada mereka yang berusia lanjut atau lansia, terjadi berbagai perubahan baik

secara fisik maupun persepsi yang kemudian mempengaruhi kebutuhan gizi lansia tersebut.
Salah satu hal yang menyebabkan perubahan kebutuhan zat gizi seseorang adalah keadaan fisiknya. Pada

lansia, kebutuhan gizinya terkadang susah untuk digeneralisasi. Meskipun secara umum lansia akan mengalami

penurunan kebutuhan gizi, tetapi karena penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme basalnya

berbeda-beda, maka kebutuhan gizinya berbeda-beda pula. Selain karena penurunan massa tubuh dan

kecepatan metabolisme basal, menurunnya kemampuan organ-organ untuk bekerja secara maksimal juga

mempengaruhi kebutuhan gizi lansia. Masalah pencernaan seperti konstipasi dan gastritis juga sering terjadi

pada mereka yang berusia lanjut sehingga pemenuhan gizi lansia terkadang menjadi tantangan tersendiri.

Tidak hanya perubahan fisik, perubahan indra dan persepsi seperti kepekaan terhadap rasa, aroma, bahkan

pendengaran dan penglihatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi lansia. Salah satu

masalah terkait persepsi yang biasa terjadi pada lansia adalah berkurangnya kemampuan indera pengecapan.

Ketika kemampuan seseorang untuk mengecap rasa berkurang, makanan dapat terasa hambar atau pahit

sehingga cenderung menambahkan bumbu seperti garam atau penyedap ke dalam makanan, padahal

konsumsi garam dan penyedap termasuk yang harus dibatasi pada lansia. Penurunan fungsi penciuman juga

mempengaruhi bagaimana seseorang memilih jenis makanan.

PERMASALAHAN

Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, banyak lansia yang mengeluhkan kurangnya nafsu makan dan

rendahnya asupan gizi pada lansia maka kami memutuskan untuk memberikan edukasi kepada lansia dan

keluarga yang tinggal bersama lansia untuk memberi perhatian lebih terhadap asupan gizi pada lansia.

PERENCANAAN

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan

tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada lansia dan penerapan dalam kesehariannya.

Kami memilih para lansia dan perwakilan anggota rumah tangga yang tinggal bersama lansia Posbindu sebagai

prioritas penyuluhan kami dengan alasan agar lansia dan keluarga mampu mengetahui asupan gizi yang

seimbang, sehingga terhindar dari kekurangan gizi.

PELAKSANAAN

Topik :

gizi seimbang pada lansia dan penerapannya


b. Sasaran dan Target :

Sasaran: lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di posyandu lansia air dingin

Target: lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di posyandu lansia air dingin

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

e. Waktu dan Tempat :

Hari/ Tgl: 6/1/20

Pukul: 09:00 – selesai WIB

Tempat: posyandu lansia air dingin

MONITORING

1. Evaluasi Struktur

• Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

• Tidak semua ibu datang ke Posbindu

• Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

• Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

• Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

• responden aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

• Memahami pembagian gizi seimbang pada lansia.

• Menjelaskan mengenai tumpeng gizi seimbang dan penerapannya.

24

         Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  “UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PENGGUNAAN

JAMBAN SEHAT”
LATAR BELAKANG

Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene, dan sanitasi masih sangat

besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006, menunjukkan

47% masyarakat masih berperilaku buang air besar di sungai, sawah, kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37%

penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang aman menurut laporan Joint Monitoring Program.

Menurut World Bank Water And Sanitation Program pada tahun 2005, Buruknya kondisi sanitasi merupakan

salah satu penyebab kematian anak dibawah 3 tahun yaitu sebesar 19% hatau sekitar 100.000 anak meninggal

karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk Domestik Bruto.

Kondisi seperti ini dapat dikendal ikan melalui intervensi terpadu melalu pendekatan sanitasi total. Hal ini

dibuktikan melalui hasil WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses

masyarakat terhadap sanitasi dasar.

Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang

terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke air yang digunakan untuk mencuci, mandi,

dan kebutuhan higienis lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi nasional sanitasi total berbasis

masyarakat untuk menambah perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi. Hal ini sejalan dengan komitme

pemerintah dalam mencapai target Millenium Development Goal’s (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan

akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang

belum mendapatkan akses.

Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Untuk

mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan

baik. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : tidak

mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak

dapat terjangkau oleh serangga terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan

dipelihara, sederhana desainnya, murah, dan dapat diterima pemakainya.

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu berbeda dengan di perkotaan,

oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan harus memenuhi persyaratan jamban sehat seperti yang

tersebut diatas. Terdapat dua jenis jamban yang sering kita temui di masyarakat pedesaan, yaitu jenis

cemplung dan leher angsa. Disebut cemplung karena kotoran yang masuk langsung menuju ke tempat

penampungan kotoran tanpa melewati penghalang dari udara luar, hal itu memungkinkan hewan seperti lalat

dan kecoa dan keluar masuk dari penampungan kotoran. Jenis leher angsa merupakan jenis yang paling
direkomendasikan, karena pada jenis ini terdapat genangan air yang berfungsi untuk mencegah hewan masuk

dan keluar dan penampungan kotoran.

PERMASALAHAN

a. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat.

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

c. Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

PERENCANAAN

1.

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB sembarangan

Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai bahaya BAB sembarangan

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak BAB sembarangan

2.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat

Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai arti penting jamban sehat

Penyuluhan dan menyebarkan leaflet mengenai arti penting jamban sehat

3.

Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai strategi pengadaan jamban sehat

PELAKSANAAN

Penyuluhan “Jamban Sehat”

Masyarakat memahami mengenai fungsi jamban sehat

Masyarakat memahami dari feedback yang diberikan

MONITORING
25

       Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar

Dokter Pendamping      :  Yenni aminora

Judul Lap. Kegiatan      :  pengobatan diabetes melitus

LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang

selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes Melitus (DM)

merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam

darah (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya

(American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam Smeltzer & Bare, 2008). Penyakit Diabetes Mellitus (DM)

merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat

menimbulkan komplikasi akut maupun kronik. Komplikasi akut yang dapat timbul meliputi koma hipoglikemia,

ketoasidosis, koma hiperosmolar non-ketotik, dan komplikasi kronik seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan

kerusakan sistem saraf (Suyono 2006, dalam Sulistiyorini, 2013).

Menurut PERKENI (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Mellitus

Tipe 2 diantaranya, riwayat keluarga dengan diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5

kg). Serta terdapat faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan lebih,

kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu penyuluhan, perencanaan makan,

latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Dengan pengelolahan ke-empat komponen tersebut bertujuan agar

tidak terjadi komplikasi yang berujung pada kematian pada penderita DM. Sebagai usaha pencegahan

terjadinya komplikasi pada diabetes melitus, salah satu pengelolahan yang dapat dilakukan dan diterapkan

adalah olahraga. Dengan berolahraga ringan namun teratur akan dapat memberikan kemajuan pesat dalam

penyembuhan DM.

PERMASALAHAN

Banyak dari lansia yang datang untuk pengobatan rutin diabetes mellitus tidak mengerti dengan benar tentang

penyakit mereka. Bagaimana efek dari tidak teraturnya mengkonsumsi obat diabetes mellitus karena masih

banyak yang hanya meminum obat bila gula darah tinggi. Selain itu, banyak juga yang datang untuk
pemeriksaan gula dan kontrol diabetes mellitus hanya karena disuruh untuk datang lagi, bukan karena

kesadaran akan tentang bahaya penyakit yang mereka alami.

PERENCANAAN

Melakukan penyuluhan dan pengeobatan dasar kesehatan tentang Diabetes Mellitus dan pentingnya

pengobatan DM.

PELAKSANAAN

Kegiatan penyuluhan di lakukan di Aula Puskesmas harapan raya,kota pekanbaru. Kegiatan dilakukan pukul

08.00 WIB s/d selesai. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sekitar 30 orang. Kegiatan ini terdiri dari atas

pemberian materi diabetes melitus dan pentingnya pengobatan DM, kegiatan tanya jawab kesehatan antara

dokter dan peserta yang hadir.

MONITORING

Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat air dinginmemberikan respon yang baik terhadap kegiatan

penyuluhan dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Masyarakat juga tertib mendengarkan materi

yang diberikan dan melakukan kegiatan tanya jawab terbuka dengan dokter sebagai narasumber.

Anda mungkin juga menyukai