STROKE INFARK
Disusun oleh:
dr. Al anfal
Pembimbing:
dr. Agus Sp.S
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun sebagai
rangkaian Program Internsip Dokter Indonesia.
Laporan kasus ini berjudul “ Stroke Infark”, semoga laporan kasus ini dapat
memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
ilmu kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Penulis
dr. Al anfal
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
BAB IV PEMBAHASAN............................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke Infark merupakan penyebab stroke yang tersering. Dari seluruh kasus
stroke, sekitar 80% disebabkan oleh Infark, dan lebih dari setengahnya (44% dari
seluruh kasus stroke) mempunyai penyakit aterombotik sebagai keadaan yang
mendasarinya. Infark aterombotik mempunyai patomekanisme yang cukup kompleks
dan multifaktorial, karena melibatkan faktor genetik, lingkungan dan berbagai macam
tipe sel. Pengetahuan tentang patomekanisme stroke Infark aterombotik penting untuk
dapat melakukan pencegahan dan intervensi terapi pada penderita stroke.2
1
angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50- 100/100.000 penderita
pertahun. 3
Pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal
yang sangat penting, Penanganan terhadap pasien stroke terutama pasien baru
seharusnya dilakukan dengan cepat dan tepat. Kepastian penentuan tipe patologi
stroke secara dini sangat penting untuk pemberian obat yang tepat guna mencegah
dampak yang lebih fatal.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. S
Umur 56 tahun
Jenis kelamin Laki=laki
Alamat Pekanbaru
Agama Islam
Status perkawinan Kawin
Tanggal Masuk RS 14 Agustus 2019
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+) tetapi istri pasien tidak mengetahui sejak berapa lama.
Riwayat pengobatan hipertensi tidak jelas
Riwayat stroke sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat kolesterol tinggi disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien perokok aktif. Dalam sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.
Pasien tidak minum-minuman beralkohol.
Pasien tidak suka mengkonsumsi makanan berlemak.
III. PEMERIKSAAN
KEADAAN UMUM
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran umum : Kompos mentis
- Keadaan umum : Sakit sedang
- Vital sign : TD : 120/70 mmHg HR : 92x/i
RR : 20 x/i T : 37,1o C
4
- Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 163 cm
STATUS NEUROLOGIK
KESADARAN : E4M6V5:
FUNGSI LUHUR : Tidak dapat diperiksa
KAKU KUDUK : Tidak ada
SARAF KRANIAL :
N. I (Olfactorius )
Kanan Kiri Keterangan
Daya pembau - - Tidak dilakukan
N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan - - Tidak dilakukan
Lapang pandang - -
Pengenalan warna - -
N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
Ptosis (-) (-) Tidak diperiksa
Pupil
Bentuk Bulat Bulat Normal
Ukuran 2 mm 2 mm Normal
Gerak bola mata - - Tidak diperiksa
Refleks pupil Normal
Langsung (+) (+) Normal
Tidak langsung (+) (+)
N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata DBN DBN Normal
5
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik DBN DBN DBN
Sensibilitas - - Tidak dilakukan
Refleks kornea (+) (+) DBN
N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata DBN DBN Normal
Strabismus (-) (-) Dalam Batas Normal
Deviasi - - Tidak dapat diperiksa
N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Tic - - Tidak diperiksa
Motorik:
-sudut mulut - -
-menutup mata - -
-mengerutkan dahi - - Parese N. VII
-mengangkat alis - - sentral dextra
-lipatan nasolabial N Datar
Daya perasa - -
Tanda chvostek (-) (-)
N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran - - Tidak dilakukan
N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings - - Tidak dapat diperiksa
6
Daya perasa - - Tidak dapat diperiksa
Refleks muntah (+) (+) Dalam Batas Normal
N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus farings - -
Tidak dapat diperiksa
Dysfonia - -
N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik - - Tidak dapat diperiksa
Trofi Eutrofi Eutrofi Normal
N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Mencong ke kanan Mencong ke kanan
Trofi Eutrofi Eutrofi Parese N.XII
Tremor - - sinistra
Disartri - -
7
Proksimal DBN digerakkan
Tidak mampu
digerakkan
V. SISTEM SENSORIK
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba - -
Nyeri - - Tidak diperiksa
Suhu - -
Propioseptif - -
VI. REFLEKS
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps DBN (+) meningkat
Refleks fisiologis
Triseps (+) meningkat
meningkat pada sisi kiri
KPR (+) meningkat
APR (+) meningkat
Patologis
Babinski (-) (+)
Chaddock (-) (-)
Hoffman (-) (+)
Refleks patologis (-)
Tromer (-) (+)
8
Pemeriksaan Kanan Kiri Keterangan
Test telunjuk hidung DBN DBN Dalam Batas Normal
Test tumit lutut Tidak dapat dinilai
Gait Tidak dapat dinilai
Tandem Tidak dapat dinilai
Romberg Tidak dapat dinilai
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSA KLINIS : Stroke
DIAGNOSA TOPIK : Sistem karotis sinistra
DIAGNOSA ETIOLOGIK : Stroke infark trombosis
DIAGNOSA BANDING : Stroke infark emboli
DIAGNOSIS SEKUNDER : hemiparesis sinistra
PENATALAKSANAAN
a. Umum
-Tirah baring dengan posisi kepala ditinggikan 30
-Kontrol tanda vital dan neurologis
-Setelah tanda vital stabil, mobilisasi dan rehabilitasi medik
-Pemberian nutrisi peroral sesuai kebutuhan kalori pasien
-IVFD RL 20 tetes/menit
b. Khusus
- Inj. Citicolin 2 x 1 gr IV
- Inj omeprazole 40 mg/24 jam
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin (13 Agustus 2019)
Hb : 13,0 mg/dL
Hct : 41,3%
Leukosit : 13.700/µL
Trombosit : 140.000/µL
GDS : 79 mg/dl
Ureum : 42 %
Creatinin : 1,6 %
SGOT : 64
SGPT : 31
Natrium : 138
Kalium : 3,8
Clorida : 110
10
Hasil :
- Tampak lesi hipodens batas tak tegas di lobus temporalparietal kanan
- Girus dan sulci tampak normal
- System ventrikel dan sisterna normal
- Pons, cerebellum tak tampak kelainan
- Tak tampak kalsifikasi abnormal
Kesan :acute tromboemboli cerebral Infark di lobus temporalparietal kanan
Foto thoraks PA
11
Kesan : Cor membesar dengan CTR > 50 % , tampak dilatasi aorta
12
tanggal S O A P
14/8/19 anggota gerak kiri tidak dapat KU : sakit sedang Stroke Infark posisikan
digerakkan, nyeri kepala (+), kes : CM kepala 20-30
mual(-), muntah(-), reflex menelan TD : 110/60 derajat
baik HR :80 IVFD RL 20
RR: 20 tpm
T: 37,2 C Inj citicolin
Thorax: 2x1 gr
I: statis
Inj
simetris,dinamis
simetris omeprazole/2
P: vocal fremitus 4 jam
simetris
P: sonor seluruh lapang
paru
A: ves (+/+), wheezing
(-/-), Ronkhi (-/-)
Abdomen: Soepel, BU
(+), Nyeri tekan (-),
Ekstremitas : akral
hangat, kekuatan motoric
anggota gerak kiri
bernilai 1
15/8/19 anggota gerak kiri tidak dapat KU : sakit sedang Stroke Infark posisikan
digerakkan, nyeri kepala (+), kes : CM kepala 20-30
mual(-), muntah(-), reflex menelan TD : 120/70 derajat
baik, perut terasa kembung HR :84 IVFD RL 20
RR: 20 tpm
T: 36,5 C Inj citicolin
Thorax: 2x1 gr
I: statis
Inj
simetris,dinamis
simetris omeprazole/2
P: vocal fremitus 4 jam
13
simetris Pletaal 50 mg
P: sonor seluruh lapang (0-0-1)
paru
A: ves (+/+), wheezing Anjuran
(-/-), Ronkhi (-/-) fisioterapi
Abdomen: Soepel, BU
(+), Nyeri tekan (-),
Ekstremitas : akral
hangat, kekuatan motoric
anggota gerak kiri
bernilai 1
16/8/19 anggota gerak kiri tidak dapat KU : sakit sedang stroke infark posisikan
digerakkan, nyeri kepala berkurang kes : CM kepala 20-30
, mual(-), muntah(-), reflex TD : 110/70 derajat
menelan baik HR :72 IVFD RL 20
RR: 20 tpm
T: 36,5 C Inj citicolin
Thorax: 2x1 gr
I: statis
Inj
simetris,dinamis
simetris omeprazole/2
P: vocal fremitus 4 jam
simetris
Pletaal 50 mg
P: sonor seluruh lapang
paru (0-0-1)
A: ves (+/+), wheezing fisioterapi
(-/-), Ronkhi (-/-)
Abdomen: Soepel, BU
(+), Nyeri tekan (-),
Ekstremitas : akral
hangat, kekuatan motoric
anggota gerak kiri
bernilai 1
BAB III
14
TINJAUAN PUSTAKA
15
Bentuk dan posisi anatomis pembuluh darah dalam rongga kranium
berpengaruh dalam terjadinya proses aterombotik pada pembuluh darah tersebut. Lesi
aterosklerotik mudah terjadi pada tempat percabangan dan belokan pembuluh darah,
karena pada daerah-daerah tersebut aliran darah mengalami peningkatan turbulensi
danpenurunan shear stress sehingga endotel yang ada mudah terkoyak.3
16
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
3) stroke progresif (Progresif Stroke / Stroke in Evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4) Stroke komplit (Complete Stroke / Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap. Secara umum, perdarahan di dalam
tengkorak diklasifikasikan berdasarkan lokasi dalam kaitannya dengan
jaringan otak dan meningen oleh tipe Perdarahan ke dalam lapisan terluar
meningen, misalnya perdarahan subdura atau epidura, paling sering berkaitan
dengan trauma.
Tipe-tipe perdarahan yang mendasari stroke hemoragik adalah
intraserebrum (parenkimatosa), intraventrikel, dan perdarahan subarakhnoid
Stroke hemoragik dibagi atas ;
1) Perdarahan intraserebral Perdarahan intraserebral adalah perdarahan
yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan
disebabkan oleh trauma.
2) Perdarahan subaraknoid Perdarahan subaraknoid adalah keadaan
terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruang subaraknoid.
17
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang
terjadi karena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari
jantung atau melalui jantung.6
18
faktor pertumbuhan yang akan merangsang masuknya monosit ke lapisan intima
pembuluh darah.3
19
Proses kardioemboli
Emboli yang keluar dari ventrikel kiri, akan mengikuti aliran darah dan masuk
kearkus aorta, 90% akan menuju ke otak, melalui. A.karotis komunis (90%) dan
a.veterbalis (10%). Emboli yang terperangkan di arteri serebri akan menyebabkan
reaksi:7
20
3.5Faktor Resiko
• Usia
• Jenis kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada pria. Diperkirakan bahwa insidensi stroke
pada wanita lebih rendah dibandingkan pria, akibat adanya estrogen yang berfungsi
sebagai proteksi pada proses aterosklerosis.
21
• Merokok
• Diabetes mellitus
B. Posibel
22
Obesitas
Diet
Alkohol
Ras
3.5 Diagnosis
Untuk mendiagnosis stroke;8
1) Diagnosis stroke ditegakan berdasarkan temuan klinis.
2) CT-Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan
jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi non
vaskuler.
3) Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus.
4) MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologi stroke secara lebih tajam.
5) Neurosonografi dilakukan untuk mendeteksi adanya stenosis pembuluh darah
ekstrakranial dan intracranial dalam membantu evaluasi diagnostic, etiologic,
terapi dan prognostic.
Gambaran klinis
23
Kesadaran Biasanya Umumnya
kesadarannya kesadaran bagus
bagus namun dapat juga
menurun bila
emboli besar
Risk Factor
-Hipertensi +/- -
-Penyakit +/- RhHD
Jantung ++ -
-DM ++ -
-Hiperlipid Harus ada sumber
emboli (umumnya
dari jantung
akibat gangguan
irama atau katup)
1. Penurunan kesadaran
Penderita Stroke Akut
2. Sakit kepala
24
C = Consciousness(Kesadaran)
- Alert 0
- Drowsy & stupor 1
- Semicoma & coma 2
V = Vomitting(Muntah)
- No 0
- Yes 1
H = Headache within 2 hours(Nyeri kepala)
- No 0
- Yes 1
A = Atheroma (Diabetic history, angina, claudication)
- No 0
- One or more 1
DBP = Diastolic Blood Pressure
SSS DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
25
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke infark berdasarkan waktunya meliputi fase
prehospital, fase akut,fase perawatan dan fase pemulihan. Pada fase prehospital
diperlukan pendekatan diagnosis secara klinis serta primary survey. Berdasarkan
guideline stroke PERDOSSI penatalaksanaan stroke fase akut antara lain :9
26
Pada penderita dengan kenaikan TIK, posisi kepala 20-30 derajat, hindari
penekanan vena jugular, hindari hipotermi, jaga normovolumi, osmoterapi
dengan mannitol 0,25-0,5 g/kgbb selama 20 menit diulang tiap 4-6 jam
e. Pengendalian suhu tubuh
f. Pemeriksaan penunjang
EKG,kimia darah,fungsi ginjal, hematologic, faal hemostasis, glukosa
darah, analisis urin, analisa gas darah,serum elektrolit, rontgen dada dan
CT scan.
Pemberian antikoagulan9
a) Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke ulang
awal, menghentikan perburukan defisit neurologi, atau memperbaiki
keluaran setelah stroke iskemik akut tidak direkomendasikan sebagai
pengobatan untuk pasien dengan stroke iskemik akut.
b) Antikoagulasi urgent tidak direkomendasikan pada penderita dengan stroke
akut sedang sampai berat karena meningkatkan komplikasi perdarahan
intrakranial.
c) Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau heparinoid setelah stroke
iskemik akut tidak bermanfaat. Namun, beberapa ahli masih
merekomendasikan heparin dosis penuh pada penderita stroke iskemik akut
dengan risiko tinggi terjadi reembolisasi, diseksi arteri atau stenosis berat
arteri karotis sebelum pembedahan. Kontraindikasi pemberian heparin juga
termasuk infark besar >50%, hipertensi yang tidak terkontrol, dan
perubahan mikrovaskuler otak yang luas.
Pemberian antiplatelet9
a) Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam
setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.
27
b) Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi akut
pada stroke, seperti pemberian rtPA intravena.
c) Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
d) Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah
pemberian obat trombolitik tidak direkomendasikan.
e) Pemberian clopidogrel saja atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke
iskemik akut, tidak dianjurkan, kecuali pada pasien ada indikasi spesifik,
misalnya angina pektoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau recent stenting,
pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.
f) Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor glikoprotein
IIb/ IIIa tidak dianjurkan.
g) Kombinasi Aspilet + extended-releasedipyridamol pilihan yang diterima
oleh FDA sebagai pencegahan sekunder stroke iskemik dibandingkan
hanya aspilet saja. Pemberian warfarin dan antikoagulan oral lain
meningkatkan resiko perdarahan sehingga tidak direkomendasikan.
Neuroprotektan9
Pemakaian obat-obatan neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang
efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat
ini memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada pada stroke
iskemik akut dengan dosis 2 x 1000 g intravena 3 hari dan dilanjutkan dengan
oral 2 x 1000 g selama 3 minggu. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan
PERDOSSI secara multisenter, pemberian plasmin oral 3 x 500 mg pada 66
pasien di 6 rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan efek positif pada
penderita stroke akut berupa perbaikan motorik, score MRS, dan Barthel index.
28
meningkatkan kemampuan fungsional penderita
2. Edukasi pada penderita dan keluarga
3. Penilaian peralatan / perlengkapan adaptasi yang tepat
untuk mobilisasi dan ADL
4. Konseling psikososial
5. Prevensi stroke ulang
6. Prevensi dan terapi komorbiditas
7. Reintegrasi vokasional dan komunitas
8. Evaluasi pilihan paling aman yang memungkinkan pasien untuk
kembali ke tingkat kemandirian dalam lingkungan aman. Melalui :
evaluasi neuromuskuloskleletal
evaluasi medik umum
evaluasi fungsional
evaluasi psikososial
3.7 Prognosis
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini terdapat beberapa faktor resiko. Usia pasien yaitu 56 tahun.
Hal ini sesuai bahwa proses terjadinya stroke infark meningkat seiring bertambahnya
usia. Selain itu pada pasien ini juga memiliki riwayat hipertensi.Dimana diketahui
bahwa hipertensi menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah otak. Pasien juga
seorang perokok aktif dimana dapat menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari.
Zat zat yang terdapat pada rokok mengakibatkan Peningkatan permeabilitas endotel
terhadap lipid sehingga terjadi kerusakan pembuluh darah pada otak. Dari
perhitungan siriraj stroke score di dapatkan hasil SSS = 2,5 x 0 + 2 x 0 + 2x1+ 0,1 x
70 – 3 x0 -12 = - 3 ( cerebral infarction)
30
DAFTAR PUSTAKA
2.Asbury AK. Disease of the nervous system clinical neurology, vol 2. 2nd ed.
Philadelphia WBSaunders, 1992:1019-1029
3.Caplan LR. Stroke a clinical approach. 3rd ed. Wellington : Butterworth, 1993; 3,
517
4. Rumantir CU. Pola penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung periode 1984-1985.
Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Saraf.
1986
5. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD
Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
6. Bierman EL. Atheroma and other forms of atheroclerosis, in Isselbacher KJ.
Harrison’s principle of internal medicene. New York: McGraw Hill, 1994: 1106-116.
7. Helgason CM. Cardioembolic stroke: topography and pathogenesis in
cerebrovascular and brain metabolism reviews. New York: Raven Press, 1989: 28-58
9. Guideline Stroke Tahun 2011. Pokdi Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). Jakarta. 2011
31