Di susun oleh:
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
MASALAH PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
Di susun oleh:
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
A. Kasus (Masalah Utama)
Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
- Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon
neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofren
b. Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang
berlebihan
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
D. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor
dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan
(kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1. Biologis
Ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3. Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. Pohon Masalah
Menurut Trimelia ( 2012 ), pohon masalah pada klien dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendenganran dan perabaan sebagai beriku:
Isolasi Sosial
G. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Intervensi
J. Daftar Pustaka
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi
2. Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.
Di susun oleh:
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
A. Kasus (Masalah Utama)
Perilaku Kekerasan
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri:
harga dirirendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri denganmenganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan hargadiri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilangkepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan (Keliat,1999).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep, 2010. perawat dapat mengidentifikasi dan
mengobservasi tanda dangejala perilaku kekerasan :
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
D. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep, 2010. faktor-faktor yang dapat mencetuskan
perilakukekerasan seringkali berkaitan dengan :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
sepertidalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian massal dan sebagainya.
2. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3. Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukankekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat
danalcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasafrustasi.
E. Pohon Masalah
Perilaku kesekarasan
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
H. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan
No Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
.
1. Perilaku Klien terhindar dari a. Klien dapat membina - Bina hubungan saling percaya :
kekerasan mencederai diri, hubungan saling percaya. salam terapeutik, empati, sebut
orang lain dan b. Klien dapat nama perawat dan jelaskan tujuan
lingkungan. mengidentifikasi penyebab interaksi.
perilaku kekerasan. - Panggil klien dengan nama
c. Klien dapat panggilan yang disukai.
mengidentifikasi tanda-tanda - Beri kesempatan
perilaku kekerasan. mengungkapkan perasaan.
d. Klien dapat - Bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku perasaan jengkel / kesal
kekerasan yang biasa - Anjurkan klien mengungkapkan
dilakukan. yang dialami dan dirasakan saat
e. Klien dapat jengkel/kesal.
mengidentifikasi akibat - Observasi tanda perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan.
f. Klien dapat - Anjurkan mengungkapkan
mengidentifikasi cara perilaku kekerasan yang biasa
konstruktif dalam berespon dilakukan.
terhadap kemarahan. - Bantu bermain peran sesuai
g. Klien dapat dengan perilaku kekerasan
mengidentifikasi cara yang biasa dilakukan.
mengontrol perilaku - Bicarakan akibat/kerugian dari
kekerasan. cara yang dilakukan.
h. Klien mendapat dukungan - Bersama klien menyimpulkan
dari keluarga. akibat dari cara yang digunakan.
I. Klien dapat menggunakan - Beri pujian jika mengetahui cara
obat dengan benar (sesuai lain yang sehat.
program). - Diskusikan cara lain yang
sehat.Secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah
raga, memukul bantal / kasur.
- Bantu memilih cara yang paling
tepat.
- Bantu mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih.
- Beri pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga.
- Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.
- Diskusikan dengan klien tentang
obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping).
- Bantu klien mengunakan obat
dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
2. Gangguan konsep Klien tidak a. Klien dapat membina - Bina hubungan saling percaya :
diri : harga diri melakukan hubungan saling percaya. salam terapeutik, empati, sebut
rendah kekerasan b. Klien dapat nama perawat dan jelaskan tujuan
mengidentifikasi kemampuan interaksi.
dan aspek positif yang - Panggil klien dengan nama
dimiliki. panggilan yang disukai.
c. Klien mampu menilai - Diskusikan kemampuan dan
kemampuan yang dapat aspek positif yang dimiliki
digunakan untuk diri sendiri - Hindari penilaian negatif detiap
dan keluarga pertemuan klien
d. Klien dapat merencanakan - Diskusikan kemampuan dan
kegiatan yang bermanfaat aspek positif yang dimiliki
sesuai kemampuan yang - Diskusikan pula kemampuan
dimiliki yang dapat dilanjutkan setelah
e. Klien dapat melakukan pulang ke rumah
kegiatan sesuai kondisi dan - Rencanakan bersama klien
kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan
f. Klien dapat memanfaatkan setiap hari sesuai kemampuan.
sistem pendukung yang ada - Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang klien lakukan.
- Beri klien kesempatan mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan
klien
- Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat
klien
- Bantu keluarga memberi
dukungan selama klien dirawat
Carpenito, LJ. 200. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
2. Etiologi
Menurut Makhripah D & Iskandar, 2012, Harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi,
dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif.
C. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secaraumum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter diotak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klienmengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasaioleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
2. Identitas Diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahanstruktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkananak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan dandihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci kepada orang tua.Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas.Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui
oleh kelompoknya.
3. Peran Diri
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
sensitive, kuranghangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkankonflik diri maupun hubungan sosial.
4. Harga Diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
D. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor
dapat mempengaruhi komponen.Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran
diri adalah hilangnya bagiantubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsitubuh, proses tumbuh kembang prosedur
tindakan dan pengobatan. Sedangkanstressor yang dapat mempengaruhi harga
diri dan ideal diri adalah penolakan dankurang penghargaan diri dari orang tua
dan orang yang berarti, pola asuh yangtidak tepat, misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara,kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita
tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus
dapat berasal dari internal daneksternal :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
E. Pohon Masalah
b. Data objektf
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri & ingin mengakhiri
hidup.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Diagnosa Tujuan
No Keperawatan Umum Khusus Intervensi
1. Isolasi sosial Klien dapat a. Klien dapat - Sapa pasien dengan ramah baikverbal
menarik diri b/d berinteraksi membina hubungan maupun non verbal
harga diri dengan orang lain saling percaya - Perkenalkan diri dengan sopan
rendah b. Klien dapat - Tanyakan nama lengkap pasien dannama
menyebutkan panggilan yang disukai pasien
penyebab menarik - Kaji pengetahuan klien tentang perilaku
diri menarik diridan tanda-tandanya
c. Klien dapat - Beri kesempatan kepada klien
menyebutkan untukmengungkapkan perasaan penyebab
keuntungan menarik diri atau maubergaul
berhubungan dengan -Identifikasi bersama klien cara tindakan
oranglain dan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
kerugian tidak (tidur,marah, menyibukkan diri dll).
berhubungan dengan - Beri kesempatan kepada klien untuk
orang lain mengungkapkanperasaan tentang
d. Kaji pengetahuan keuntungan berhubungan dengan prang
klien tentang lain
manfaat dan - Diskusikan bersama klien tentang
keuntungan manfaat berhubungandengan orang lain
berhubungan dengan - Beri kesempatan kepada klien untuk
orang lain mengungkapkan perasaan dengan orang
e. Kaji pengetahuan lain
klien tentang - Diskusikan bersama klien tentang
kerugian bila tidak kerugian tidak berhubungan dengan orang
berhubungan dengan lain
orang lain - Kaji kemampuan klien membina
f. Klien dapat hubungan dengan orang lain
melaksanakan - Beri reinforcement positif terhadap
hubungan sosial keberhasilan yang telahdicapai.
g. Klien dapat - Dorong klien untuk mengungkapkan
mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
perasaannya setelah orang lain
berhubungan dengan - Diskusikan dengan klien tentang perasaan
orang lain masnfaat berhubungan dengan orang lain.
h. Klien dapat -
memberdayakan
sistem pendukung
atau keluarga
i.
2. Harga diri klien tidak terjadi a. Klien dapat membina - Bina hubungan saling percaya : salam
rendah gangguan hubungan saling percaya terapeutik, perkenalan diri
interaksisosial, b. Klien dapat - Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
bisa berhubungan mengidentifikasi lingkungan yang tenang,
dengan orang lain kemampuan dan aspek - Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat
dan lingkungan. positif yangdimiliki dan topik pembicaraan)
c. Klien dapat menilai - Diskusikan kemampuan dan aspek positif
kemampuan yang dapat yang dimiliki
digunakan - Hindarkan memberi penilaian negatif
d. Klien dapat
setiap bertemu klien
menetapkan &
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat
merencanakan kegiatan
dilanjutkan setelah pulang ke rumah
sesuai dengan
- Rencanakan bersama klien aktifitas yang
kemampuan yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai
dimiliki kemampuan
e. Klien dapat melakukan
-Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
kegiatan sesuai kondisi
toleransi kondisi klien
dan kemampuan - Beri kesempatan mencoba kegiatan yang
f. Klien dapat
telah direncanakan
memanfaatkan sistem
- Beri pujian atas keberhasilan klien
pendukung yang ada
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
- Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat.
I. Trend Issue Keperawatan Jiwa di Masa Pandemi Covid-19 (Pelaksaanan)
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanyadiperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak),dan Haloperidol (mengobati
kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
denganorang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya
iatidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
3. Terapi modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untukskizofrenia
yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiridan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompokbagi skizofrenia biasnya
memusatkan pada rencana dan masalah dalamhubungan kehidupan yang
nyata.( Eko P,2014)
4. Terapi kejang listrik
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secaraartifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yangdipasang satu atau
dua temples. Terapi kejang listrik diberikan padaskizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atauinjeksi, dosis terapi kejang
listrik 4–5 joule/detik. (Maramis, 2005)
J. Daftar Pustaka
Di susun oleh:
ARYANTI
NIM: JNR0190006
PROGRAM PROFESI NERS
2020
2. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini
dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan. (Farida, 2010).
C. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi
sampai usia lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang
positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon social maladaptif.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah
58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
c. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
Sikap bermusuhan/hostilitas
Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan
masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
Ekspresi emosi yang tinggi
Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
d. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
D. Faktor Presipitasi
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
a. Stresor Biokimia
1) Teori dopamine yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur
sel-sel otak.
b. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
c. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik. Menurut teori psikoanalisa perilaku
skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang
berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien
psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak
pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.
E. Pohon Masalah
1. Masalah Keperawatan
1. Perubahan persepsi – sensori : halusinasi
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1. Gangguan Klien dapat 1. Klien dapat membina 1. Bina hubungan saling percaya
isolasi sosial : berinteraksi dengan hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
menarik diri orang lain sehingga komunikasi terapentik.
tidak terjadi a. Sapa klien dengan ramah baik
halusinasi verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikp simpati dan
menerima apa adanya
g. Beri perhatian pada kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien tentang
menyebutkan penyebab perilaku menarik diri dan tanda-
menarik diri tandanya
K – P : Klien – Perawat
J. Daftar Pustaka
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Etiologi kurang perawatan diri
adalah:
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan Kesadaran
D. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar, 2012).
E. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
H. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan
No Keperawatan Umum Khusus Intervensi
1. Defisit Klien dapat a. Klien dapat membina - Beri salam setiap berinteraksi
perawatan diri melakukan hubungan saling - Perkenalkan nama,nama panggilan
perawatan diri secara percaya perawat, dan tujuan perawat
mandiri b. Klien mengetahui berinteraksi.
pentingnya perawatan - Diskusikan dengan klien penyebab
diri klien tidak merawat diri
c. Klien mengetahui - Manfaat menjaga perawatan diri
cara-cara melakukan untuk keadaanfisik, mental dan
perawatan diri sosial.
d. Klien dapat - Diskusika frekuensi mejaga
melaksanakan perawatan diri selama ini seperti
perawatan diri dengan mandi, gosok gigi, keramas,
bantuan perawatan Berpakain, Berhias, gunting kuku
e. Klien dapat - Diskusikan cara praktek perawatan
melaksanakan diri yang baik dan benar
perawatan secara - Bantu klien saat perawatan diri
mandiri - Beri pujian setelah klien selesai
f. Klien mendapatkan melaksanakan perawatan diri
dukungan keluarga - Pantau klien dalam melaksanakan
untuk meningkatkan perawatan diri
perawatan diri - Diskusikan dengan keluarga
penyebab klien tidak melaksanakan
perawatan diri
- Dukungan yang bisa diberika oleh
keluarga untuk meningkatkan
kemempuan klien dalam perawatan
diri
2. Penurunan Klien dapat a. Klien dapat membina - Berikan salam setiap berinteraksi.
kemampuan dan meningkatkan minat hubungan saling percaya - Perkenalkan nama, nama panggilan
motivasi dan motivasinya dengan perawat. perawat dan tujuan perawat
merawat diri untuk berkenalan.
memperhatikan - Tanyakan nama dan panggilan
kebersihan diri kesukaan klien.
- Tunjukan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berinteraksi.
- Tanyakan perasaan dan masalah
yang dihadapi klien.
- Buat kontrak interaksi yang jelas.
- Dengarkan ungkapan perasaan klien
dengan empati.
- Penuhi kebutuhan dasar klien.
- Beri pendidikan kesehatan tentang
merawat klien dan memotivasi klien
untuk kebersihan diri melalui
pertemuan keluarga
- Beri reinforcement positif atas
partisipasi aktif keluarga
Keliat,BudiAnna.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:CMHN(Basic
Course). Jakarta: EGC
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika
Fitria Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
DanSrategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba
Medika.
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
2. Etiologi
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
- 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
- Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar
dizigot
D. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusan
E. Pohon Masalah
Isolasi sosial
G. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri
Diagnosa Tujuan
No. Keperawatan Umum Khusus Intervensi
1. Resiko bunuh Klien tidak melakukan a. klien dapat membina - Perkenalkan diri dengan klien
diri percobaan bunuh diri hubungan saling - Tanggapi pembicaaran klien
percaya dengan sabar dan tidak menyangkal
b. klien dapat terlindung - Jauhkan klien dari benda-benda
dari perilaku bunuh diri yang dapat membahayakan
c. klien dapat - Tempatkan klien di ruangan yang
mengekspresikan tenang dan selalu terlihat oleh
perasaannya perawat.
d. klien dapat - Dengarkan keluahan yang
meningkatkan harga dirasakan
diri - Bersikap empati untuk
e. klien dapat meningkatkan ungkapkan
menggunakan koping keraguan, ketakutan dan
yang adaptif keputuasaan
- Bantu untuk memahami ahwa klien
dapat memgatas keputuasaanya
- Identifkasi aspek positif yang
dimilki
- Ajakrkan untuk mengidentifkasi
pengalamn yang menyenangkan
setiap hari
- Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia sayang
dam pentingknya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
2. Gangguan Meningkakan a. klien dpaat membina - Bina hubungan saling percaya
konsep diri kepecyaan diri pasien hubungan saling dengan memberikan salam
percaya terapeutik, empati, sebut nama
b. klien dapat perawat dan jelaskan tujuan
mengidentifkasikan interaksi
kemampuan dan aspek - Panggil klien dengan nama
positif yang dimiliki panggilan yang disukai
c. klien mampu menilai - Disuksiakan kemampuan dan aspek
kemampuan yang dapat postif yang dimilik
digunakan untuk diri - Diskusiskan pula kempuan klien
sendri dan keluarga yang padat dilanjukan setelah
d. klien dapat pulang kerumah
merencakana kegiatan - Rencanakan bersama klien aktifitas
yang bermanfaat sesuai yang dapat dilakuakn setiap hari
kemampuan yang sesuai kempuan
dimiliki - Beri contoh cara pelaksanaan
e. kllien dapat melakukan kegiatan yang klien lakukan
kegiatan sesuai kondisi - Beri klien kesempatan mencoba
dan kemampuan kegiatan yang direncakana
f. klien dapat - Beri pujian atas keberhasilan klien
memnfaatkan sistem - Beri pendidikan kesehatan pada
pendukung yang ada keluarga tentang cara merawat
klien bantu kleuarga memberi
dukungan selama klien dirawat
J. Daftar Pustaka
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
KerjaAsuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluandan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Kaplan Sadoch. 2009. Sinopsis Psikiarti. Edisi 7. Jakarta : EGC
Stuart, W. Gail. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier
Towsend, Marry C. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiarti edisi 3. Jakarta. EGC.
ARYANTI
NIM: JNR0190006
2020
2. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana
seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar.
Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung , sikap dingin dan
cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa
lingkungannya tidak nyaman , merasa benci , kaku , cinta pada diri sendiri
yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya memakai
mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta
mendambakan sesuatu secara berlebihan , maka keadaan ini dapat
berkembang menjadi waham. Secara berlahan – lahan individu itu tidak
dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan
dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala , adanya rasa
tidak aman , membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan
hal ini dapat berkembang menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga
diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan
waham. Selian itu kecemasan , kemampuan untuk memisahkan dan
mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan
perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan ,
mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Keliat,
1998)
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya , diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh : “saya tahu… seluruh saudara ingin mneghancurkan hidup
saya karena merasa iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “kalau saya masuk surge saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang
penyakit , diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker” , setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda – tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal ,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ini kan alam kubur ya , semua yang ada adalah roh – roh”.
D. Faktor Presipitasi
- Faktor sosial budaya, Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan
dengan orang yang berarti atau di asingkan dari kelompok.
- Faktor biokimia, Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di
duga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang
- Faktor psikologis, Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya
kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan.
E. Pohon Masalah
Resiko ----- Resiko Perilaku Kekerasan
J. Daftar Pustaka