Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NEUROMUSCULAR & PERILAKU


FUNGSI OTAK DALAM EMOSI

OLEH :
NAMA : ISYWANDA
NIM : PO713241181016
KELAS : D3 FISIOTERAPI TK 2

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WarahmatullahWabarakatuh

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Neuromuskular. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke jalan yang benar.

Makalah ini saya susun dengan kemampuan yang semaksimal mungkin. Namun, saya menyadari bahwa
dalam penyusunan ini tentu tidak sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari
itu saya sebagai penyusun mohon saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama
Dosen sebagai bahan koreksi untuk saya.

Wassalamu’alaikumWarahmatullahWabarakatuh

Pangkep , 27 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………………………….............

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………… …….

A. Latar Belakang……………………………………………………….

B. Rumusan Masalah …………………………………………………

C. Tujuan …………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. .......

A. Definisi Emosi………………………………………………………..

B. Macam macam Emosi Bagi Manusia……………………..

C. Bentuk bentuk emosi…………………………………………….

D. Fungsi emosi pada manusia…………………………………...

E. Gangguan Emosi Pada Manusia……………………………..

F. Pemeriksaan Gangguan Emosi Pada Manusia…………

G. Terapi Emosi Pada Manusia…………………..

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………….

B. SARAN. ………………………………………………………............

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi negatif.
Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena seseorang yang cakap secara
emosi akan mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik,
kecakapan mengelola emosi akan mempunyai andil yang lebih besar dalam kesuksesan
seseorang lebih dari mengandalkan kecerdasan interlektual. Hubungan personal membutuhkan
pengelolaan emosi yang baik, pengelolaan emosi disini menyangkut bagaimana individu mampu
memahami perasaan orang lain dan mampu mengatur diri sendiri sehingga bisa menempatkan
diri dalam posisi yang tepat dan bersikap baikterhadap diri sendiri dan orang lain.

Menurut Walton (Islamia, 2005) masalah-masalah yang menjadi sumber konflik dapat bersifat
emosional, yaitu yang berkaitan dengan perasaan seperti kemarahan, ejekan, penolakan, atau
perasaan takut. Individu yang stabil emosinya tentu dapat mengendalikan emosinya dengan
efektif dan mampu mengontrol emosi serta mampu menyeimbangkan perasaan negatif dalam
dirinya. Individu juga dapat mengelola emosinya lebih obyektif dan realistis dalam menganalisis
permasalahannya. Kemampuan menganalisis permasalahan secara obyektif dan realistis ini akan
mendorong individu mampu menyelesaikan dengan baik. Sebaliknya, individu yang memiliki
kestabilan emosi yang rendah, tidak terampil dalam mengelola emosinya sehingga
permasalahan yang sedang dihadapi tidakmampu dipecahkan secara efektif. Menghadapi semua
situasi yang menekan dan meminimalisasi dampak negatifnya secara psikologis, individu
membutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif. Hal ini didasarkan bahwa
stres dan stresor tidak bisa hindari. Hal yang bisa lakukan untuk meminimalisasi dampak dari
stress adalah dengan mengelola emosi secara konstruktif dan efektif. Salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk mengelola emosi dengan relaksasi, tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat
ketegangan psikis dan fisiologi akibat stresor yang menekan dan menggantikannya dengan
keadaan santai dan tenang.
Shapiro (dalam Safaria dan Saputra 2009) menegaskan bahwa individu yang memiliki
kemampuan mengendalikan emosi, maka akan lebih cakap menangani
ketegangan emosi, karena kemampuan pengendalian emosi ini akan mendukung individu
menghadapi dan memecahkan konflik interpersonal dan kehidupan secara efektif. Individu
dalam keadaan stabil emosinya akan cenderung berada dalam kondisi bahagia, dan lebih
percaya diri dalam menghadapi kehidupan yang menekan. Menjaga agar emosi tetap terkendali
merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dengan intensitas yang
terlampau tinggi atau untuk waktu yang terlalu lama akan mengoyak kestabilan individu. Salah
satu kemampuan untuk mestabilkan emosi adalah kemampuan menghibur diri maupun
relaksasi, dengan menghibur diri dan relaksasi maka emosi negatif akan dapat
ditekan atau mengurangi rasa sedih, marah, atau kecewa (Suryanto, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan emosi ?
2.Macam macam emosi ?
3.Bentuk bentuk emosi pada manusia ?
4. Fungsi emosi pada manusia
5.Bagaimana pemeriksaan gangguan emosi pada manusia ?
6.Bagaimana terapi gangguan emosi pada manusia ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui definisi emosi
2. Mengetahui macam macam emosi
3. Mengetahui bentuk bentuk emosi pada manusia
4. Mengetahui fungsi emosi
5. Mengetahui pemeriksaan gangguan emosi pada manusia
6. Mengetahui terapi gangguan emosi pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi emosi

Emosi adalah suatu keadaan berupa perasaan atau pikiran yang ditandai dengan perubahan
biologis yang dapat dilihat dari perilaku tertentu pada individu (Makmun, 2013). Emosi adalah
suatu suasana kompleks yang disertai dengan getaran jiwa yang muncul sebelum/sesudah
terjadinya perilaku pada individu (Achmad & Mubiar, 2011).
Kata emosi ini tentunya sangat familiar dibenak kita, bahkan hampir setiap hari kita
mengucapkan atau mendengarkan kata tersebut. Emosi secara bahasa berarti luapan perasaan
yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat. Emosi pada umumnya berlangsung
dalam waktu yang relatife singkat. Emosi pada umunya berlangsung dalam waktu yang relatife
singkat yang menjadikan emosi berbeda dengan mood. Emosi juga dapat berarti keadaan dan
reaksi psikologis serta fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, dan
termasuk kemarahan.

Emosi adalah reaksi yang ditunjukkan dalam jangka masa yang pendek hasil daripada interaksi
individu terhadap rangsangan yang tertentu (Seung Lee Do dan Schallert, 2004). Secara umum
dapat dikatakan bahwa emosi memainkan peranan yang aktif dalam mempengaruhi tingkah
laku dan tindakan individu. Dalam mendefinisi emosi, Ediger (1997) menekankan bahawa emosi
merupakan aspek yang penting dalam kesejahteraan individu dan kejayaan mereka dalam
kehidupan.

Makna emosi banyak dikaji oleh para psikolog dan banyak mendapatkan tempat dari pengkajian
mereka, karena dianggap sebagai kajian yang penting dan menarik dalam kehidupan manusia
ini. Menurut Crow & Crow dalam Sunarto & Hartono (2002: 149) memberikan pengertian emosi
sebagai pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik, dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.Damasio (1999) seperti yang
dikutip oleh Kosslyn & Rosenberg (2003:240) berpendapat bahwa emosi adalah reaksi positif
ataupun negatif terhadap objek peristiwa, atau situasi-situasi yang diterima atau dirasakan
individu. Emosi juga disertai dengan perasaan subjektif Dikatakan mempunyai dinamika jika
muncul emosi-emosi dalam diri seseorang yang senantiasa berubah ubah, dimana antara
komponen-komponen emosi saling berkaitan satu sama lain. Jadi, pada suatu saat komponen
yang satu dapat menjadi akibat dari suatu peristiwa sebelumnya dan dapat juga menjadi
stimulus yang memulai suatu kejadian selanjutnya. Sementara itu Aliah B. Purwakania membagi
emosi menjadi dua macam yaitu :
1.Emosi Primer merupakan emosi dasar manusia yang dianggap terberi secara biologis. Jadi,
emosi ini telah terbentuk sejak awal kelahiran manusia. Emosi primer tersebut, seperti gembira,
sedih, marah, dan takut.
2.Emosi Sekunder merupakan emosi-emosi yang mengandung kesadaran diri atau evaluasi diri
sehingga pertumbuhannya tergantung pada perkembangan kognitif atau intelektual seseorang.
Berbagai emosi sekunder, seperti malu, iri hati, dengki, sombong, angkuh, kagum, cinta, benci,
sesal, mandiri, toleran, impati, patuh, simpati.

B. Macam macam emosi

Secara garis besarnya emosi digolongkan menjadi dua golongan yaitu emosi positif dan emosi
negative. Emosi positif seperti bahagia, senang, gembira, dan cinta. Sedangkan emosi negatif
seperti takut, marah, sedih, dan cemas.

 Menurut Heider (1990), emosi sesih, marah, gembira, dan kaget mendekati kesamaan universal,
tetapi emosi cinta, takut, jijik, dan muak lebih bersifat khusus dan tergantung budaya.
 Menurut Ekman (1972), emosi dapat digolongkan menjadi enam, yaitu marah, muak, takut,
bahagia, sedih dan kaget. Dalam perkebanganselanjutnya Ekman (1999) menggolongkan emosi
menjadi tujuh belas macam, yaitu: girang, marah, jijik, suka, muak, memalukan, senang, yakut,
merasa bersalah, bahagia, bangga, lega, sedih, puas, senang, puas, malu, dan kaget.
 Sylvan Tomkins menggolongkan emosi cukup sederhana. Sylvan menggolongkan emosi menjadi
delapan golongan yaitu senang, gembira, kaget, marah, jijik, sedih, khawatir, dan malu. The Li
Chi menggolongkan emosi yang lebih rinci dikemukakan oleh prinz (2004). Mengemukakan
emosi menjadi Sembilan golongan yaitu kecewa, panic, cemas, jijik (fisik), menderita, enggan
puas, rangsangan, dan kasih sayang.

Meskipun berbeda-beda pendapat para ahli tentang penggolongan emosi, tetapi ada beberapa
persamaan bentuk-bentuk emosi yaitu senang, bahagia, jijik, sedih dan takut. Perbedaan
terletak pada emosi yang lebih khusus sperti kaget dan merasa bersalah.

 Lovheim (2011) mengusulkan hubungan langsung antara kombinasi spesifik dari tingkat sinyal
zat noradrenalin, dopamine, serotonin dengan delapan emosi dasar. Sebuah model kubus tiga
dimensi Lovheim tentang emosi, di man zat sinyal membentuk sumbu system koordinat, dan
delapan emosi dasar menurut Tomkins Sylvan ditempatkan di delapan sudut. Menurut model ini
kemarahan misalnya, yang dihasilkan oleh kombinasi serotonin rendah, dopamine tinggi, dan
noradrenalin yang tinggi. Lovheim mengatakan bahwa selama tidak ada serotonin maupun
sumbu dopamine identik dengan dimensi “keenakan” dalam teori-teori sebelumnya

Emosi dasar digolongkan menjadi empat golongan, yakni:

a. Emosi senang
emosi senang adalah gambaran rasa senag yang dialami seseorang. Emosi senang ini terdiri dari
bermacam-macam bentuk, misalnya bahagia, riang, gembira, dan cinta.
Emosi sedih
Emosi sedih adalah gambaran rasa tidak senang yang dialami seseorang. Emosi ini juga banyak
macamnya seperti duka, kecewa, hampa, dan malu.

b. Emosi takut
Emosi takut artinya gambaran rasa tidak senang yang dialmai oleh seseorang, baik terhadap
objek dari luar diri maupun dalam diri orang tersebut. Objek dari luar diri misalnya takut pada
pencuri, takut pada harimau, dan perampok. Rasa takut yang objeknya dalam diri orang tersebut
misalnya takut tidak lulus dan takut berbuat salah.

c. Emosi marah.
Emosi marah merupakan gambaran perasaan terhadap suatu objek seperti peristiwa, perilaku
orang, hubungan sosial, dan keadaan lingkungan. Masing-masing emosi dasar terdiri dari
berbagai emosi yang sejenis. Masing-masing emosi tidak ada yng bersifat universal, tetapi ada
pula yang bersifat khusus, artinya kata sifat emosi tersebut hanya ada pada golongan atau suku
tertentu saja sesuai dengan budaya golongan tersebut.

C. Bentuk bentuk emosi

Suatu fungsi psikis, seperti halnya emosi, selain diperoleh dari lahir, juga dipengaruhi oleh
lingkungan (Sobur, 2003:428). Emosi merupakan sesuatu yang berkembang. Pada anak kecil
terdapat bebrapa emosi dasar yang kemudian akan berkembang menjadi macam-macam emosi
yang lain. Watson (Sobur, 2003:428) menyatakan manusia pada dasarnya mempunyai tiga emosi
dasar, yaitu:

 fear, yang nantinya berkembang menjadi anxiety (cemas)


 rage, yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah)
 love, yang akan berkembang menjadi simpati.

Syamsudin (2004:114) menggolongkan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut:

 Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,
berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat, tindak kekerasan dan
kebencian patologis.
 Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus
asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
 Rasa rakut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, sedih,
tidak tenang, ngeri, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik.
 Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan
indrawi, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan
batas ujungnya, mania.
 Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kasmaran, kasih.
 Terkejut : terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
 Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
 Malu : rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Adapun menurut Daniel Goleman “2009” menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:

 Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung,
bermusuhan dna paling hebat ialah tindakan kekerasan dan kebencian patologis.
 Kesedihan : pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak dan depresi
berat.
 Rasa takut : tekut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak senang,
ngeri, takut sekali, fobia dan panic.
 Kenikmatan : bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan
manis.
 Cinta : persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat dan
kasmaran.
 Terkejut : terpana dan takjub.
 Jengkel : hina, jijik, muak, benci.
 Malu : rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.

D. Fungsi emosi

Emosi memiliki fungsi-fungsi vital bagi manusia. Emosi yang dialami manusia menjadikan manusia
mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi yang diterimanya. Misalnya ada yang mengganggu
maka muncullah marah. Lalu karena marah, seseorang mungkin akan bertindak mengusir si pengganggu.

Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu
berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap
lingkungan.

1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.

Bayangkan tiba-tiba Anda bertemu dengan ular. Anda mungkin merasa terkejut dan lalu melompat.
Karena terkejut itulah maka Anda selamat dari gigitan ular. Tiba-tiba saja Anda melompat. Bayangkan
juga saat Anda bertemu harimau di hutan, karena Anda takut maka Anda melarikan diri. Tanpa berpikir
apapun Anda lari begitu saja. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena Anda memiliki respon
otomatis. Anda otomatis merespon ular dengan melompat, dan merespon harimau dengan berlari.
Bayangkan juga Anda dimarahi oleh atasan Anda karena kerja Anda tidak beres. Anda merasa takut. Jika
tidak selesai maka Anda akan dipecat. Oleh karena rasa takut itu, maka Anda berusaha menyelesaikan
pekerjaan.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.

Pada saat Anda ditinggalkan oleh orang yang Anda sayangi, Anda akan bersedih hati. Nah, adanya sedih
membuat Anda menyesuaikan diri dengan reaksi yang tepat untuk kondisi kehilangan. Lalu misalnya
Anda sedang berlayar di lautan dengan kapal laut. Saat itu ada badai besar menerjang. Kapal Anda
digoncang kesana kemari. Boleh jadi karena emosi cemas, Anda jadi lebih waspada. Anda lalu memakai
pelampung, berpegangan erat, atau melakukan tindakan keamanan lainnya.

3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu.

Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan tertentu. Misalnya pada saat
mengalami emosi cinta. Karena emosi itu, Anda berbuat macam-macam hal untuk menarik perhatian
yang Anda cintai. Anda rela menembus hujan lebat karena ingin menunjukkan bahwa Anda selalu
menepati janji. Mungkin Anda juga rela menemaninya mendaki gunung, padahal Anda takut ketinggian.

4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain

Anda marah. Apa pesan Anda? Anda mungkin berpesan bahwa Anda tidak ingin disepelekan. Mungkin
Anda berpesan bahwa Anda ingin memukul orang yang membuat marah. Mungkin juga Anda berpesan
akan membalas dendam padanya. Intinya, ada pesan dibalik emosi Anda.

5. Meningkatkan ikatan sosial

Apa jadinya jika hubungan sosial Anda dengan orang lain tanpa ada emosi? Hubungan itu hambar saja.
Tidak akan ada rasa dekat yang terbangun. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan,
sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat. Anda semakin
dekat dengan teman-teman Anda karena terbangunnya emosi yang positif yang terus menerus lebih
kuat dalam hubungan itu.

6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian

Dono bertemu dengan seorang dara bernama Evi. Wajahnya cantik. Mereka berkenalan. Setelah
berkenalan, emosi yang dialami Dono maupun Evi pada saat kencan akan menjadi tolak ukur apakah
kencan itu akan diingat kuat, atau dilupakan. Jika Dono maupun Evi merasakan emosi suka yang kuat,
boleh jadi mereka akan beranjak ke kencan berikutnya. Jika mereka tidak merasakan apa-apa, maka
boleh jadi akan saling melupakan.

7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi yang kuat.
Misalnya pertama kali dicium pacar karena saat itu Anda seperti melayang-layang di awan rasanya. Lalu
misalnya saat Anda ditinggal mati orangtua Anda. Anda mengingatnya kuat karena saat itu Anda
merasakan kesedihan yang sangat. Begitu juga saat Anda mengingat saat-saat dimana Anda merasa
sangat ketakutan. Misalnya diancam preman, diserang anjing, atau yang lain.
E.Pemeriksaan gangguan emosi pada manusia

Permasalahan kejiwaan atau gangguan kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan adanya faktor
psikologis tertentu, seperti stres berkepanjangan. Namun sebenarnya, terdapat beberapa faktor yang
dapat berpengaruh pada munculnya gangguan kejiwaan, yaitu:

•Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan kejiwaan (genetik).

•Gangguan fisik tertentu seperti kanker atau kerusakan organ, misalnya otak.

•Efek samping obat-obatan dan alkohol

•Lingkungan di sekitar pasien, termasuk faktor sosial dan budaya.

Masalah kejiwaan yang terjadi dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti perubahan suasana hati
atau mood misalnya depresi dan mudah marah, gangguan kepribadian, gangguan tidur, gangguan
cemas, gangguan perilaku, gangguan halusinasi, hingga psikosis

Jika gejala-gejala dari gangguan kejiwaan tersebut sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, maka
penderita disarankan untuk memeriksakan kondisinya, agar tindakan pengobatan dapat dilakukan
segera.

Pemeriksaan medis kejiwaan dapat dilaksanakan sebagai pemeriksaan rutin atau darurat jika kondisi
kejiwaan pasien memerlukan penanganan darurat. Pemeriksaan kejiwaan rutin akan memeriksa kondisi
kejiwaan pasien secara menyeluruh dan rinci. Sedangkan pemeriksaan kejiwaan darurat, lebih berfokus
pada gejala, riwayat kelainan, dan perilaku pasien saat menjelang munculnya gangguan kejiwaan.

Perlu diingat bahwa pemeriksaan medis kejiwaan seringkali memakan waktu, dan setiap pasien akan
membutuhkan waktu berbeda-beda mulai dari proses pemeriksaan hingga diagnosis penyakit kejiwaan
selesai dilakukan. Baik pasien maupun keluarga pasien sebaiknya tidak meminta pemeriksaan kejiwaan
dipercepat, agar hasil diagnosis yang diperoleh adalah hasil yang akurat.

1.Indikasi Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Pemeriksaan medis kejiwaan bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan mental dan perilaku pada
seseorang. Ini dilakukan karena tidak semua gangguan kejiwaan dapat dideteksi dengan mudah. Bahkan,
terkadang seseorang yang mengalami masalah kejiwaan tidak menampakkan gejala sama sekali atau
sulit dibedakan dari perilaku orang normal. Salah satu ciri yang menandakan seseorang menderita
penyakit kejiwaan adalah gejala psikis yang terjadi terus-menerus.

Contohnya, ketika seseorang mengalami kesedihan ketika ada keluarga atau orang terdekat yang
meninggal, wajar jika merasa sedih dan berduka. Namun, jika perasaan sedih ini terjadi berkepanjangan
atau dirasakan cukup berat hingga menyebabkan keluhan tertentu seperti muncul ide bunuh diri, tidak
bisa tidur, dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari, maka bisa dikatakan seseorang sudah menunjukkan
adanya gejala gangguan kejiwaan.

Selain pada contoh kasus di atas, pemeriksaan medis kejiwaan juga bisa dilakukan pada atas alasan lain,
yaitu saat diminta pihak berwajib atau pengadilan untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap
seorang tersangka pelaku tindak kriminal. Pemeriksaan kejiwaan ini untuk membantu proses hukum
dalam memastikan apakah orang tersebut sehat secara kejiwaan untuk menjalani peradilan.

2.Peringatan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tidak ada peringatan atau kontraindikasi khusus yang menyebabkan pasien tidak bisa menjalani
pemeriksaan medis kejiwaan. Jika pasien setuju untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan dan memberi
persetujuan (informed consent) untuk dilakukannya pemeriksaan, maka dokter dapat memulai
pemeriksaan. Akan tetapi, jika pasien dianggap dapat membahayakan dirinya sendiri atau petugas
pemeriksa, keluarga dan petugas dapat melakukan langkah-langkah pengamanan untuk menjaga
keselamatan selama pemeriksaan.

Selama keselamatan diri pasien dan petugas tidak dapat dijaga akibat perilaku pasien, pemeriksaan
medis kejiwaan sangat dianjurkan untuk dilakukan di rumah sakit. Saat menjalani pemeriksaan, pasien
perlu menceritakan permasalahan yang dihadapi dan menjawab pertanyaan dokter dengan jujur. Hal ini
penting guna membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan langkah penanganan yang tepat.

3.Persiapan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Jika
diperlukan, dokter atau psikolog akan turut mewawancarai keluarga pasien agar hasil pemeriksaan yang
dijalani lebih akurat. Keluarga pasien juga akan diminta pertimbangannya untuk memilih pengobatan
yang akan dijalani pasien setelah hasil pemeriksaan kejiwaan diketahui. Pertimbangan keluarga atau
wali pasien untuk hal tersebut diperlukan, jika pasien tidak mampu (tidak kompeten) untuk
mempertimbangkan manfaat dan risiko dari pengobatan yang akan diberikan setelah pemeriksaan
selesai.

Sebelum menjalani pemeriksaan, ada baiknya juga pasien atau keluarga mencatat keluhan dan riwayat
masalah yang dihadapi, seperti dari kapan gejala mulai dirasakan, hal-hal apa saja yang memicu atau
memperberat gejala yang dikeluhkan, dan emosi apa saja yang dirasakan oleh pasien selama ini.

4.Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Dokter dan psikolog akan melakukan pemeriksaan medis kejiwaan pasien melalui berbagai metode.
Akan tetapi, metode yang paling utama dilakukan di dalam pemeriksaan medis kejiwaan adalah
wawancara dan observasi, baik dengan pasien ataupun dengan keluarga pasien. Meskipun demikian,
pemeriksaan tambahan lainnya seperti tes darah atau urine mungkin juga akan dilakukan untuk
mendukung atau mengonfirmasi diagnosis.

5.Pemeriksaan Medis Kejiwaan Melalui Wawancara

Saat menjalani pemeriksaan medis kejiwaan, pasien akan diminta informasi tentang riwayat dan
kondisinya secara umum oleh psikiater saat dilakukan wawancara. Jika pasien tidak dapat memberikan
informasi, maka wawancara bisa dilakukan terhadap keluarga atau orang terdekat pasien. Informasi
yang dapat diminta oleh psikiater kepada pasien dan keluarga, antara lain adalah:

•Identitas pasien, tujuannya adalah untuk mengetahui data-data pribadi pasien dan juga untuk
pendekatan personal psikiater kepada pasien. Data yang akan diminta meliputi nama, pekerjaan, status
perkawinan, riwayat pendidikan, dan hal lain seputar latar belakang sosial dan budaya pasien.
•Maksud utama pasien menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi alasan utama pasien menjalani pemeriksaan medis kejiwaan. Identifikasi ini seringkali
dilakukan dalam bentuk pertanyaan umum oleh psikiater yang memancing pasien untuk bercerita secara
rinci, terkait keluhannya kepada psikiater.

•Pemeriksaan penyakit jiwa yang sedang diderita. Ini adalah pemeriksaan yang paling utama untuk
menentukan diagnosis gangguan mental yang sedang diderita. Psikiater akan meminta pasien atau
keluarga untuk menceritakan gejala dan riwayat gangguan mental yang diderita serinci mungkin. Selain
gejala mental, dokter juga perlu menilai apakah ada gejala fisik yang dirasakan pasien.

•Pemeriksaan riwayat kesehatan pasien. Psikiater akan menanyakan penyakit-penyakit yang pernah
atau sedang diderita pasien. Psikiater juga dapat menanyakan riwayat tindakan medis yang pernah
pasien jalani, terutama riwayat operasi.

•Pemeriksaan obat-obatan dan alergi. Untuk melengkapi informasi kondisi kesehatan pasien, perlu juga
diketahui obat-obatan yang dikonsumsi dan alergi yang diderita oleh pasien.

•Riwayat gangguan mental di keluarga. Jika ada anggota keluarga dekat yang pernah menderita
gangguan mental atau masalah kejiwaan, hendaknya pasien atau keluarga memberitahukan informasi
ini kepada psikiater.

•Lingkungan dan riwayat sosial pasien. Pemeriksaan ini mencakup pengumpulan informasi terkait
kondisi sosial pasien, mencakup riwayat pendidikan, lingkungan pekerjaan, jumlah anak, dan riwayat
kriminal pasien. Kebiasaan pasien juga harus diinformasikan, terutama kebiasaan yang dapat merusak
kesehatan fisik dan mental pasien, seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi
NAPZA.

•Riwayat perkembangan pasien. Informasi ini penting jika pasien pernah menderita komplikasi pada
saat lahir atau terlahir prematur.

Selain dari wawancara, psikiater juga akan melakukan pemeriksaan medis kejiwaan dengan melakukan
pengamatan yang saksama dan teliti untuk mengevaluasi kondisi mental pasien.

6.Observasi Status Mental

Pemeriksaan kondisi mental pasien melalui observasi status mental dimulai dari pengamatan kondisi
personal pasien pada saat awal wawancara dilaksanakan. Hal-hal yang diamati pada pemeriksaan ini,
antara lain:

•Penampilan pasien. Psikiater akan melakukan pengamatan mulai dari saat pasien masuk ke ruang
pemeriksaan. Hal-hal yang dievaluasi dalam observasi ini seperti apakah pasien rileks atau gelisah,
postur tubuh, cara berjalan, dan pakaian pasien. Dokter akan menilai apakah pakaian dan penampilan
pasien secara umum sesuai dengan situasi, usia, dan jenis kelamin pasien.

•Sikap pasien kepada psikiater. Seperti ekspresi wajah pada saat pemeriksaan, kontak mata pasien
kepada psikiater, apakah pasien melihat ke satu titik tertentu seperti langit-langit atau lantai selama
pemeriksaan, dan apakah pasien mau diajak bekerja sama selama pemeriksaan (kooperatif) atau tidak.

•Mood dan afek pasien. Terutama suasana perasaan dan emosi pasien sehari-hari. Apakah pasien
merasa sedih, cemas, marah, atau senang selama hari-hari biasa Afek pasien dapat dilihat dari gelagat
dan raut wajah yang diekspresikan pasien ketika menjalani pemeriksaan. Kesesuaian terhadap mood
bisa terlihat dari apakah saat mengaku merasa senang, pasien terlihat tersenyum, murung, atau tidak
menunjukkan ekspresi sama sekali.

•Pola bicara. Pola bicara dapat dilihat dari volume suara dan intonasi pasien selama wawancara, kualitas
dan kuantitas pembicaraan, kecepatan berbicara, serta bagaimana pasien merespons pertanyaan
wawancara, apakah pasien hanya menjawab sekadarnya atau bercerita panjang lebar.

•Proses berpikir. Proses berpikir pasien dapat dievaluasi dari bagaimana pasien bercerita selama
wawancara dilakukan. Hal-hal yang akan diperiksa dari proses berpikir pasien yaitu hubungan antara
pembicaraan, apakah pasien sering mengganti topik pembicaraan, atau apakah pasien berbicara dengan
kata-lata yang tidak lazim dan tidak bisa dimengerti. Persepsi dan daya tanggap pasien terhadap
kenyataan atau apakah pasien memiliki halusinasi atau waham (delusi) juga akan diperiksa.

•Konten atau isi pikiran. Pemeriksaan konten pikiran pasien dapat dilihat dari:

•Orientasi pasien, terutama apakah pasien mengenal siapa dirinya, mengetahui kapan dan di mana dia
berada.

Kesadaran pasien.

•Kemampuan pasien dalam menulis, membaca, dan mengingat.

•Kemampuan berpikir abstrak, seperti persamaan dan perbedaan antara dua benda.

•Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien pada waktu wawancara.

•Keinginan membunuh.

•Keinginan bunuh diri.

•Fobia

•Obsesi, terutama pada penderita gangguan obsesif kompulsif (OCD/ Obsessive Compulsive Disorder)

•Pemahaman diri sendiri (insight). Dokter akan mengevaluasi apakah pasien memahami tingkat
keparahan atau sadar akan gangguan mental yang sedang dideritanya. Sikap pasien terhadap gangguan
mental yang sedang dideritanya juga akan diperiksa, termasuk sikapnya kepada petugas kesehatan yang
berupaya menangani masalah kejiwaan tersebut.

•Pertimbangan (judgement). Pasien akan diperiksa terkait kemampuannya menimbang suatu perkara
dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan tersebut. Umumnya psikiater akan menilai fungsi
penilaian pasien dengan membuat suatu skenario berbentuk cerita, yang akan melibatkan pasien untuk
membuat suatu keputusan di dalam skenario tersebut.

•Impulsivitas. Pasien akan diperiksa terkait impulsivitasnya dan kemampuan mengontrol impulsivitas
tersebut. Psikiater juga akan menilai apakah pasien dapat menahan dorongan (impuls) lewat
wawancara.
•Keandalan (reliability). Psikiater atau psikolog akan menilai apakah pasien dapat dipercaya atau
diandalkan, berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari observasi dan wawancara yang telah
dijalani.

7.Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes

Jika diperlukan, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan penunjang agar dapat membantu
psikiater menentukan diagnosis. Pemeriksaan penunjang ini dapat berupa pemeriksaan darah dan urine
di laboratorium atau dengan pencitraan, misalnya CT scan dan MRI otak.

Selain menjalani pemeriksaan medis kejiwaan lewat wawancara dan observasi dengan psikiater, pasien
juga kemungkinan akan diminta untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut yaitu psikotes. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengevaluasi lebih dalam fungsi mental dan hal spesifik terkait kejiwaan pasien,
seperti tipe kepribadian, tingkat kecerdasan (IQ), dan kecerdasan emosional (EQ) pasien.

Psikotes umumnya dilakukan dalam bentuk pengisian kuesioner atau lembaran yang berisi pertanyaan
atau instruksi tertentu. Pasien umumnya akan diminta untuk mengisi kuesioner ini dalam waktu
tertentu dan membaca atau menerima arahan tertentu dari psikiater sebelum memulai psikotes. Saat
menjalani psikotes, pasien dihimbau untuk mengisi dengan jujur, hal ini penting agar psikiater dapat
mengevaluasi dan mendiagnosis kondisi pasien dengan benar.

F. Terapi gangguan emosi

Psikoterapi merupakan pengobatan yang dilakukan oleh psikiater atau psikolog dengan cara
membangun komunikasi dua arah terhadap seseorang yang memiliki gangguan emosional. Psikoterapi
akan membuat penderita belajar mengenali kondisi, suasana hati, perasaan, pikiran, dan perilaku yang
sedang dihadapi. Sehingga penderita memahami cara mengendalikan diri dan merespon situasi yang
sulit dengan lebih baik

Seseorang yang membutuhkan psikoterapi mungkin menunjukkan kesedihan yang luar biasa, perasaan
yang mengganjal dan tak bisa dijelaskan, ketakutan, kegelisahan, kebingungan, bahkan merasa hidupnya
tak lagi berdaya. Masalah yang dihadapi pun terasa tak kunjung usai meski pun telah mendapatkan
bantuan serta dukungan dari keluarga dan kerabat terdekat dalam mengatasinya.

Pada pasien yang menderita gangguan kesehatan mental yang cukup berat, kombinasi antara terapi dan
obat sangat efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Adapun jenis terapi yang bisa dilakukan
diantaranya:

1.Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif merupakan psikoterapi yang menelaah kaitan antara pola pikir dan kepercayaan
dapat berpengaruh terhadap perasaan dan perilaku seseorang. Pasien biasanya akan dibantu untuk
melatih perilaku dan pola pikirnya dalam menghadapi berbagai situasi yang berat. Tujuannya agar
pasien mampu belajar mengenali pola pikir negatif, mengevaluasi kebenarannya dan berpikir lebih
positif.
2.Terapi psikoanalitik

Psikiater atau psikolog akan mendorong pasien untuk mengatakan apa pun yang ada dalam pikiran.
Umumnya, masalah yang muncul dikarenakan adanya konflik yang tidak terselesaikan dengan baik,
tanpa disadari dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku maupun tutur kata. Dengan terapi
psikoanalitik, pasien dapat memahami arti terselubung dari berbagai hal yang dilakukannya dalam
menghadapi situasi tertentu, yang kerap kali tidak disadari alasannya, sehingga pasien tersebut mampu
mengatasi perasaannya secara lebih baik dengan mengungkapkan pengalaman yang pernah dilaluinya.

3.Terapi kognitif analitik

Terapi ini merupakan gabungan antara terapi psikoanalitik dengan terapi perilaku kognitif. Pada terapi
ini, pskiater akan membantu pasien mengetahui penyebab masalah terkait dari perilaku pasien. Psikater
juga akan membantu pasien untuk memahami kejadian yang terjadi sebelumnya dan membantu pasien
mengeksplorasi bahwa hal tersebut bukanlah suatu masalah yang perlu ditakuti ke depannya.

4.Terapi interpersonal

Psikoterapi interpersonal bermanfaat dalam mengatasi masalah yang melibatkan hubungan dengan
orang lain seperti keluarga, teman dan rekan kerja. Psikoterapi interpersonal dapat memperbaiki
keterlibatan perasaan dengan mencari solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi antara diri sendiri
dengan orang lain di sekitarnya.

5.Terapi humanistik

Terapi ini akan mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap dirinya dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran dalam menghargai diri sendiri.

6.Terapi sistemik

Terapi ini dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga lainnya. Tujuannya agar masalah yang dihadapi
dapat diatasi bersama, mengingat bahwa keluarga adalah penopang yang baik untuk membantu
pemulihan.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Emosi adalah suatu keadaan berupa perasaan atau pikiran yang ditandai dengan perubahan biologis
yang dapat dilihat dari perilaku tertentu pada individu (Makmun, 2013).

Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu
berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap
lingkungan.

1.Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.

2.Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.

3.Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu.

4.Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain

5. Meningkatkan ikatan sosial

6.Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian

7.Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

B.Saran

Sangat penting bagi fisioterapis untuk mengetahui kondisi pasien khususnya pada emosi pasien karena
tiap pase]ien emosinya berbeda-beda, lewat makalah ini diharapkan fisioterapi dapat mengetahui
emosi-emosi dari pasien

C.Daftar pustaka

Sarlito W Sarwono, 2010.Pengantar Psikologi Umum, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Ahmadi Abu.2003.Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Rajawali

http://www.duniapsikologi.com/emosi/

http://s-idolaku.blogspot.com/2012/04/makalah-emosi

http://akhmadsudrajat.wordpress.com

http://wandi.guru-indonesia.net/artikel_detail

Anda mungkin juga menyukai