DISUSUN OLEH :
1. Tri Jumaini
2. Mega Tiara
3. Ica Hernanda
4. Dia Puja Pratiwi
5. Vevi Anggraini
Kelas : A2
TA 2017/2018
KATA PENGANTAR
1
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas kami ucakan
kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka kami bisa menyelesaikan
sebuah makalah berjudul “Ekstraksi Forcep dan Ekstraksi Vakum”.
Penulisan di dalam makalah ini adalah merupakan salah satu tahap
pembelajaran dalam mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang
dibuat pada jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua. Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan kapada
penyusun, maupun pembaca, dan dapat menjadikan semua ini sebagai ilmu yang
bermanfaat, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
A. Kegawatdaruratan Maternal dan neonatal........................................... 1
B. Ekstraksi Forcep.................................................................................. 2
C. Ekstraksi Vakum.................................................................................. 12
D. Kesimpulan.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 20
ii
3
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan
ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir
(Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat
disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau
bedah yang timbul secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah
situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi
baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2006)
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan.
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi
cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera.
Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus secara
sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan
urutan ABC, yaitu airway, breathing, circulation
Setiap wanita menginginkan persalinan berjalan lancar dan
melahirkan bayi yang sempurna.Namun tidak jarang proses persalinan
mengalami hambatan dan memerlukan penanganan dengan ekstraksi
4
vacum. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan
untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi. Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan
yang mengancam ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk menjalani
kelahiran pervaginam dengan bantuan alat. Jadi Tindakan ini dilakukan
dalam kondisi dan keadaan darurat di mana ibu dan bayi harus segera
diselamatkan meskipun ada efek samping yang ditimbulkan baik bagi ibu
dan bayi.
Persalinan tidak selamanya berjalan normal kadang memerlukan
persalinan buatan untuk membantu penyelamatan ibu dan bayi salah
satunya dengan tindakan vakum ektraksi. Tindakan vakum ekstraksi hanya
bisa dilakukan di Rumah Sakit oleh dokter spesialis kebidanan. Alat
pertolongan persalinan forsep mempunyai sejarah perkembangan yang
sangat unik. Mulai diperkenalkan oleh Albucacis (1112), yaitu forsep
dengan bagian dalamnya mempunyai gigi sehingga diperkirakan hanya
digunakan untuk janin yang telah meninggal. Sudah sejak abad ke-17
dipikirkan untuk membantu alat bantu persalinan dengan space accupying
instrument minimal, sehingga tidak banyak terjadi jepitan pada kepala
janin. Penemuan alat modern oleh : Malstrom (Swedia) 1957 dan diberi
nama: Vacuum extractor atau ventage (Manuaba, 2012).
B. Ekstraksi Forcep
1. Definisi Forcep
Alat ekstraksi forcep adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
melakukan ekstrasi forsep. Ekstrasi forceps banyak dilakukan untuk
menolong persalinan yang mengalami kemacetan dengan tingkat
penurunan tetentu. Permulaan forceps diperuntukan pada janin yang
telah mati, karena dijumpai terdapat gigi untuk mencengkam kepala
janinnya (Elmeida, 2014; Manuaba, 2015).
Forceps obstetrik yang ditemukan oleh Peter Chamberlen pada
permulaan abad ke tujuh belas, merupakan alat yang di rancang untuk
5
ekstraksi kepala janin. Meskipun terdapat banyak macam forceps,
bentuk pokok dan penggunaannya tetap tidak berubah (Oxorn, 2012).
Persalinan forceps adalah persalinan yang dilakukan dengan
menggunakan bantuan alat forceps. Alat forceps ini berbentuk seperti
penjepit besar dan terbuat dari logam. Biasa juga disebut sebagai
cunam (Fauziyah,2012).
Alat pertolongan persalinan forsep mempunyai sejarah
perkembangan yang sangat unik. Alat Forcep ini mulai diperkenalkan
oleh Albucacis (1112), yaitu alat dengan bagian dalamnya mempunyai
gigi sehingga diperkirakan hanya digunakan untuk janin yang telah
meninggal (Manuaba, 2012).
2. Jenis-Jenis Forcep
a. Forceps simpon : Ini merupakan cakal bakal forceps biasa. Ia
mempunyai lengkung kepala dan panggul. Tangkainya lurus.
Kuncinya dari jenis inggris. Ini merupakan forceps untuk
penggunaan umum yang baik dan digunakan secara luas dan
berhasil untuk semua tindakan forceps.
b. Forceps DeLee : Ini adalah forceps simpson dengan beberapa
modifikasi kecil. Tangkainya sedikit lebih panjang supaya
pegangannya jauh dari anus. Pegangannya dirubah supaya lebih
ringan dapat dipegang dengan lebih baik dan mudah
membersihkannya .
c. Forceps Tucker-McLane : Daunnya solid.
d. Forceps Kjelland : Forceps ini mempunyai lengkung panggul
sangat kecil dan kunci geser sehingga pengiuncian forceps menjadi
leebih mudah. Ia berguna dalam memutar kedudukan UUK lintag.
e. Forceps Barton : Daun sebelah depan dihubungkan dengan
tangkainya oleh sebuah engsel. Susunan ini ditambah kunci geser,
memungkinkan forceps dikunci meskipun ada asynclitismus yang
berat.
6
f. Forceps Piper : Daun forceps ini serupa dengan daun forceps
simpons. Tangkainya diperpanjang dan melengkung kebawah
sehingga peganganya lebih rendah dibanding dengan daunnya.
Dengan demikian forceps mempunyai lengkung panggul ganda
yang memudahkan pemasangannya pada kepala menyusul pada
presentasi bokong.
g. Forceps DeWees : Daunnya standar . Peganganya dirubah
sedemikian rupa sehingga dapat dipasang palang traksi-sumbu
(Oxorn, 2012).
3. Indikasi dan Kontra Indikasi Ekstraksi Forcep
a. Indikasi
1) Gawat Janin
Gejala-gejala yang menunjukkan bayi menderita kekurangan
oksigen meliputi :
a) jantung anak tidak teratur.
b) Bradikardia, di bawah 100 per menit, di luar his.
c) Denyut jantung yang cepat-lebih dari 160 per menit.
d) Keluarnya mekonium pada presentasi kepala (Oxorn,2012).
2) Keadaan ibu
a) Ibu yang kelelahan menunjukkan gejala-gejala dehidrasi,
air kencing yang pekat dan nadi serta suhu di atas 100.
Paaien ini tidak dalam keadaan shock tetapi hanya
kelelahan saja.
b) Jika ada penyakit-penyakit ibu-penyakit jantung,
tuberkulois, toksemia, atau penyakit-penyakit lain yang
melemahkan badan-maka forceps dapat digunakan untuk
memperpendek kala II dan meniadakan perlunya ibu harus
mengejan untuk waktu yang lama.
c) Kala II tidak maju
Dikatakan kala II tidak maju bila tidak terjadi penurunan
dan tidak terjadi putaran paksi dalam. Keadaan-keadaan
7
yang merupakan predisposisi persalinan tidak maju
meliputi :
(1) Kontraksi uterus yang jelek
(2) Disproporsi relative dalam derajat ringan disebabkan
misalnya oleh karena bayi yang besar atau spina
ischiadica yang menonjol.
(3) Kedudukan janin abnormal seperti UUK di belakang
atau sikap ekstensi.
(4) Perineum yang kaku sehingga kepala yang turun tidak
dapat menipiskan perineum.
(5) Diastasis m.rectus abdominis sehingga mengurangi
efisiensi hejan perut.
(6) Dasar panggul yang lemah sehingga menghalangi rotasi
kepala yang semestinya (Oxorn,2012).
b. Kontra Indikasi
1) Tidak adanya indikasi yang layak
2) Pembukaan cervix belum lengkap
3) Disproporsi kepala panggul yang nyata
4) Kepala belum masuk panggul
5) Tidaknya adanya pengalaman penolong (Oxorn,2012).
4. Syarat-Syarat Pemakaian Forcep
Bila forceps akan digunakan dengan selamat maka syarat-syarat nya
harus dipenuhi.
a. Panggul yang cukup lebar tanpa disproporsi merupakan syarat
mutlak. Bila syarat ini tidak diperhatikan dapat mengakibatkan
bencana untuk ibu dan anak.
b. Harus tidak ada obstruksi tulang atau jaringan lunak seperti
kistoma oparii yang masuk kedalam panggul atau fibromyoma.
c. Kepala janin harus masuk panggul sehingga tulang kepala (bukan
caput succedaneum) paling sedikit turun sampai spina ischidiadica
8
d. Servik harus telah membuka lengkap. Jika hal ini tidak
diperhatikan akan mengakibatkan robekan servik, pendarahan, dan
dapat menyebabkan: forceps gagal: (failed forceps).
e. Diagnosis mengenai kedudukan dan turunya kepala yang tepat
adalah penting sekali.
f. Ketuban harus sudah pecah. Jika tidak kemungkinan lebih besar
daun forceps meleset dan ada bahaya tertariknya plasenta ke luar
dari dinding uterus. Kalau ketuban masih utuh maka ia harus
dipecah lebih dulu. Seringkali ini menyebabkan persalinan maju
sehingga forceps tidak diperlukan lagi.
g. Pasien dibaringkan di atas meja bersalin yang baik dengan kedua
kakinya diletakkan di atas pemijak kaki dan pantatnya jauh ke
bawah, sedikit melampaui ujung meja.
h. Digunakan salah satu cara anestesi-umum, konduksi atau local. Ini
menimbulkan relaksasi dan hilangnya rasa nyeri.
i. Kandung kencing harus dikosongkan dengan menggunakan kateter
karet sebelum forceps dipasang. Kandung kencing yang kosong
tidak makan tempat disbanding bila penuh dan tidak mudah
terkena trauma.
j. Rectum harus kosong. Biasanya memang sudah demikian dengan
pemberian enema pada awal persalinan.
k. Tindakan dikerjakan dalam keadaan aseptic (Manuaba, 2012).
5. Keuntungan dan Kelemahan Forcep
a. Keuntungan Forcep
1) Prosedurnya aman selama tidak ada disproprorsi
2) Kadang-kadang secara mengejutkan tindakannya tidak mudah
dilakukandan memberi hasil yang baik.
3) Seringkali satu-satunya yang diperlukan hanyalah rotasi kepala
menjadi kedudukan yang lebih menguntungkan
4) Distosia jaringan lunak dapat diatasi
9
5) Cara ini efektif membawa kepala melewati disproposrsi ringan
yang teralokasikan
6) Sangat membantu jika ibu tidak dapat mengejan lagi
7) Persalinan berikutnya sering kali menjadi mudah (Oxorn,2012).
b. Kerugian Forcep
1) Ada bahaya kerusakan pada janin
2) Kemungkinan terjadi robekan alat reproduksi pada ibu
3) Ketakutan terhadap kesulitan dalam persalinan yang akan
datang menyebabkan pasien tidak mau hamil lagi
4) Ketakutan akan kehamilan menyebabkan libido berkurang
(Oxorn,2012).
6. Daftar Tilik Forcep
N NILAI
KEGIATAN
O 2 1 0
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIC
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda
petugas yang akan melakukan tindakan medik
10
B PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. Pasien
9 Cairan dan selang infus sudah terpasang
10 Pasien berbaring dalam posisi litotomi. Daerah vulva
dan sekitarnya (perut bawah dan paha) dibersihkan
dengan larutan antiseptik
11 Kandung kencing dikosongkan
12 Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
B. Instrumen (Bahan dan Alat)
11
Medikamentosa
a. Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika (penicilin procain injeksi, gentamycin
injeksi)
e. Akuabidetilata dan dextrose 10%
12
29 Cunam dimasukkan pada jam 5 atau jam 7
30 Memasukkan cunam kanan dengan tangkai cunam dari arah
lipat paha kanan dan cunam kiri dari lipat paha kiri
H. Pemasangan Cunam
31 Sarung tangan dipasang, fundus uteri ditahan asisten
operator. Cunam dimasukkan dengan bimbingan tangan,
dimasukkan diantara telapak tangan dan kepala janin (dua jari
telunjuk dan jari tengah atau empat jari), masukkan cunam
dengan dorongan ringan pada tangkai cunam dibantu dengan
dorongan ibu jari sebelah dan cunam masuk dilanjutkan
dengan wondering cunam kea rah biparietal janin. Tindakan
ini dilakukan bergantian cunam kiri-kanan atau sebaliknya
13
39 Bersihkan muka (mulut dan hidung) bayi dengan kain
bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas
bagian anak
J. Lahirkan Plasenta
40 Tunggu tanda lepasnya plasenta, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendorong uterus kearah dorsokranial
14
kumpulkan instrumen dan masukkan ke dalam wadah
berisi cairan klorin 0,5%
54 Masukkan sampah habis pakai ke tempat yang tersedia
55 Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan
tubuh dibubuhi dengan larutan klorin 0,5%
56 Masukkan tangan ke dalam wadah yang berisi larutan
klorin 0,5% bersihkan darah atau cairan tubuh pasien
yang melekat pada sarung tangan, lepaskan terbalik dan
rendam dalam wadah tersebut
N. Cuci Tangan Pasca Tindakan
57 Cuci tangan dan lengan hingga ke siku dengan sabun di bawah
air mengalir
58 Keringkan tangan dengan handuk atau tisu yang bersih
O. Perawatan
59 Periksa kembali tanda vital pasien, kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam
60 Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien (pertahankan infus bila diperlukan. Bila keadaan
umum pasien cukup baik lepaskan infus)
61 Beritaju kepada pasien bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan
lanjutan
62 Bersama petugas yang akan melakukan perawatan jelaskan
jenis dan lama perawatan serta laporkan pada petugas
tersebut jika ada gangguan dan keluhan pasca tindakan
Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan
\63 instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera
bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan
seperti tertulis dalam catatan pasca tindakan.
TOTAL
C. Ekstraksi Vakum
1. Definisi Vakum
Ekstraksi vakum adalah usaha-usaha untuk menggunakan
penghisap pada kulit kepala janin sebagai cara untuk melakukan traksi
pada kepala sudah diadakana sejak tahun 1706. Alat pertama yang
berhasil baik dibuat oleh malmstrom pada tahun 1954 dan
modifikasinya yang sekarang digunakan dikembangkan pada tahun
1957 (Oxorn,2012).
15
Ekstraktor vakum adalah alat untuk membantu persalinan dengan
space accupying instrument minimal, sehingga tidak banyak terjadi
jepitan pada kepala janin. (Manuaba,2012).
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan
untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan
ibu dan ekstraksi pada bayi (Fauziyah,2012).
Vakum adalam alat ekstrasi kepala yang ditemukan oleh Malstrom,
dokter Swedia (1957) disebut vakum extractor (ventage). Vakum
pertama dibuat dari stillestiel dan kini sudah dari karet. Trauma vakum
karet lebih kecil dibandingkan dari besi (Manuaba, 2015).
2. Susunan Alat Ekstraksi Vakum
a. Cup logam dengan ukuran diameter 3,5 cm dan 7 cm.
b. Apat pompa pengisap dengan tekanan negatif.
c. Manometer (untuk mengukur tekanan negatif).
d. Karet penghubung.
e. Alat pemegang, sehingga tarikan mantap (Manuaba,2012).
3. Keuntungan dan Kerugian Ekstraksi Vakum
a. Keuntungan
Keuntungan operasi ekstraksi vakum dibandingkan feorsep
ekstraksi adalah:
1) Tindakan ekstraksi vakum tidak memerlukan ruangan
tambahan, sehingga trauma jepitan kepala tidak terjadi.
2) Dapat di pakai pada kedudukan kepala yang tinggi.
3) Dapat di pakai pada pembukaan yang lebih kecil, sehingga
dapat memperbesar pembukaan serviks (dengan paksa)
4) Dipakai sebagai percobaan untuk membuktikan kemungkinan
CPD (Manuaba,2012).
b. Kerugian Operasi Ekstraksi Vakum
1) Sering mengalami kegagalan (lepas), karena kekuatan tarikan
terbatas dan tergantung pada kaput buatan yang terbentuk.
16
(kegagalan ektraksi vakum dapat diteruskan dengan tindakan
ektraksi forsep atau seksio sesarea).
2) Dapat menimbulkan gangguan peredaran darah otak yang akan
menyebabkan asfiksia intrauteri (Manuaba,2012).
4. Syarat-syarat ekstraksi vakum
Syarat untuk melakukan ekstrasi vakum adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan minimal 5 cm
b. Ketuban sudah pecah atau dipecahkkan
c. Bagian terendah/janin pada letak kepala atau letak bokong..
d. Penurunan bagian terendah telah mencapai H II
e. Kekuatan his dan mengejan cukup
f. Anak hidup (Manuaba,2012).
5. Indikasi dan Kontra Indikasi Ekstraksi Vakum
a. Indikasi
Indikasinya sama dengan indikasi untuk forceps. Ekstraktor vakum
tidak dapat digunakan untuk presentasi muka atau kepala menyusul
pada presentasi bokong (Oxorn,2012).
b. Kontraindikasi
1) Prematuritas
2) Letak muka
3) Fetal distress
4) Ruptura uteri imminen (Manuaba,2012).
6. Daftar Tilik Ekstraksi Vakum
NILAI
NO KEGIATAN
2 1 0
A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIC
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang diagnosis dan penatalaksanaan kala II
lama
2. *Jelaskan bahwa setiap tindakan medic mengandung resiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak.
3. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas.
4. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan
17
penjelasan ulang, apabila masih ragu dan belum mengerti.
5. *Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan
untuk melakukan tindakan ini, mintalah persetujuan secara tertulis dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
6. Masukkan lembar persetujuan tindakan medic yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medic pasien.
B. Persiapan Sebelum Tindakan
7. Persiapan Alat:
Bak Instrumen Steril berisi:
Partus set
Handscoon steril 2 pasang
Mangkuk/cup vakum
Vakum ekstraksi 1 set
Klem ovum 2 buah
Cunam tampon 2 buah
Spuit 5 cc 2 buah
Speculum sim’s S atau L 2 buah
Kateter karet 1 buah
Monaural stetoskop 1 buah
Tensimeter 1 buah
Penghisap lendir 1 buah
Kassa steril
Doek steril 2 buah
Perlengkapan Perlindungan diri
Scort
Masker
Penutup kepala
Kacamata pelindung
Sepatu boot
Wadah larutan klorin dan air DTT.
8. *Persiapan Obat:
Oksitosin
Ergomethrin
Lidocaine
Bethadine
Infuse set dan cairan infuse
9. *Persiapan Pasien:
a. pasien dalam posisi litotomi
b. infuse sudah terpasang
c. kandung kemih dan rectum sudah dikosongkan
d. perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air sabun.
10. *Persiapan Penolong:
a. memakai sepatu boot dan scort
b. mencuci tangan sampai siku dengan sabun di bawah air mengalir.
18
c. Mengeringkan tangan dengan handuk.
C. TINDAKAN
11. *Memakai handscoen steril
12. Pasang doek steril pada bokong dan perut ibu
13. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum
14. *Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi vakum (persentasi belakang kepala, pembukaan
lengkap, ketuban negative, penurunan kepala Hodge IV/dasar panggul).
15. Masukkan tangan kedalam wadah yang mengandung klorin 0,5%.
Lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
16. *Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
D. Pemasangan Mangkok Vakum
17. *Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan
pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura
sagitalis ± 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil.
18. *Dengan jari tengah dan telunjuk tangan kanan, tahan mangkok pada
posisinya, dan jari tengah dan telunjuk dengan tangan kiri lakukan
pemeriksaan disekeliling tepi mangkok, untuk memastikan tidak ada
bagian vagina atau portio yang terjepit.
19. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan kiri, jari
tangan kanan tetap menahan mangkok pada posisinya, instruksikan asisten
untuk mulai menaikkan tekanan negative dalam mangkok secara bertahap.
20. *Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negative –0,2 kg/cm²
(pada jenis malmstorm) setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik)
atau –0,6 kg/cm² (pada jenis malmstorm), periksa aplikasi mangkok dan
tunggu 2 menit. Periksa apakah ada jaringan vagina yang terjepit, jika ada
turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang terjepit (ingat jangan
menggunakan tekanan maksimal pada kepala bayi >8 menit).
21. Sambil menunggu His, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase
acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin, tarik lipat lutut
dengan lipat siku agar abdomen menjadi lebih efektif.
E PENARIKAN
22. *Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan seperti
tersebut diatas, lakukan penarikan dengan pengait mangkok, dengan arah
sejajar lantai (tangan kanan menarik pengait, ibu jari tangan kiri menahan
mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
19
23. *Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua.
Episiotomy (pada primi atau pasien dengan perineum kaku).
Dilakukan pada saat kepala mendorong perineum. Bila tarikan kedua
dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk.
24. *Saat sub-occiput berada dibawah simpisis, arah tarikan ke atas hingga
lahir berturut-turut dahi, muka dan dagu.
F MELAHIRKAN KEPALA
25. *Kepala bayi dipegang secara biparietal, gerakkan kebawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian gerakkan keatas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian lahirkan bayi.
26. *Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali
pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian neonatus.
G MELAHIRKAN PLACENTA
27. Tunggu tanda lepasnya placenta, lahirkan placenta dengan menarik tali
pusat dan mendorong uterus kearah dorso-cranial.
28. Periksa kelengkapan placenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian
yang lepas atau tidak lengkap)
H EKSPLORASI JALAN LAHIR
29. *Masukkan speculum sim’s L di bawah pada vagina
30. *perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau
robekan pada dinding vagina ditempat lain.
31. *Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara
bergantian kearah samping. Searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya
robekan portio.
32. *Bila terjadi robekan di luar luka episiotomy, lakukan penjahitan.
I DEKONTAMINASI ALAT
33. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan instrument dan
masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
34. Masukkan sampah bahan habis pakai ke dalam tempat yang telah
disediakan.
35. Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh, dibubuhi
dengan larutan Klorin 0,5%
36. *Masukkan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan klorin
0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh pasien yang melekat pada sarung
tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam wadah tersebut.
J CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
37. *Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun, dibawah air
20
mengalir.
38. Keringkan tangan dengan handuk kering.
K PERAWATAN PASCA TINDAKAN
39. *Periksa kembali vital sign pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi
lanjut bila diperlukan.
40. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom
yang tersedia dalam status pasien.
41. *beritahukan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan dan
pasien masih memerlukan perawatan lanjutan.
TOTAL
D. Kesimpulan
Alat ekstraksi forcep adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
melakukan ekstrasi forsep. Ekstrasi forceps banyak dilakukan untuk
menolong persalinan yang mengalami kemacetan dengan tingkat
penurunan tetentu. Permulaan forceps diperuntukan pada janin yang telah
mati, karena dijumpai terdapat gigi untuk mencengkam kepala janinnya
(Elmeida,2014).
Ekstraksi forcep dilakukan bila terjadi gawat janin maka bayi harus
dilahirkan secepatnya jika syarat-syaratnya telah memenuhi. Gejala yang
lebih penting adalah ketidak-teraturan dan lambatnya denyut jantung anak.
Selain itu Ekstraksi bayi oleh karena alasan ibu dapat dibenarkan bila
resiko untuk ibu dan anak lebih kecil disbanding bila menunggu persalinan
spontan. Ibu yang kelelahan menunjukkan gejala-gejala dehidrasi, air
kencing yang pekat dan nadi serta suhu di atas 100. Pasien ini tidak dalam
keadaan shock tetapi hanya kelelahan saja. Jika ada penyakit-penyakit ibu-
penyakit jantung, tuberkulois, toksemia, atau penyakit-penyakit lain yang
melemahkan badan-maka forceps dapat digunakan untuk memperpendek
kala II dan meniadakan perlunya ibu harus mengejan untuk waktu yang
lama (Oxorn, 2012)
Ekstraksi vakum adalah usaha-usaha untuk menggunakan
penghisap pada kulit kepala janin sebagai cara untuk melakukan traksi
pada kepala sudah diadakana sejak tahun 1706. Alat pertama yang berhasil
21
baik dibuat oleh malmstrom pada tahun 1954 dan modifikasinya yang
sekarang digunakan dikembangkan pada tahun 1957 (Oxorn, 2012).
Indikasinya hampir sama dengan indikasi untuk forceps. Ekstraktor
vakum tidak dapat digunakan untuk presentasi muka atau kepala menyusul
pada presentasi bokong (Oxorn, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Elmeida, Ika Fitria. 2014. Keterampilan Dasar Kebidanan 1. Jakarta; TIM
Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2015. Buku Ajar Phantom Obstetri. Jakarta; TIM
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Pengantar Kuliah Teknik Operasi
Obtetri dan Keluarga Berencana. Jakarta; TIM
Oxon, Hary dan William R. Forte. 2012. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: YEM
22