1
lainnya dapat menjadi faktor risiko penularan berbagai penyakitseperti penyakit akibat
infeksi nosokomial, penyakitHIV/AIDS, Hepatitis B dan C serta penyakit lain yang ditularkan
melalui darah.Apabila limbah medis tersebut tidak dikelola dengan baik akan berdampak
negatif dan merugikan bagi masyarakat di sekitar rumah sakit maupun bagi rumah sakit itu
sendiri. Dampak negatif tersebut dapat berupa gangguan kesehatan dan pencemaran akibat
cidera oleh benda tajam dikalangan tenaga medis dan tenaga pengelolaan limbah
rumahsakit.Pengelolaan limbah medis yang kurang baik dapat membahayakan masyarakat,
misalnya di RSUDTabanan, di mana kurangnya efektivitas pengelolaan limbah medis
mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar, terutama kualitas kesehatan warga yang tinggal
di sekitarnya maupun mutu kesehatan pasien di rumah sakit tersebut. Hal ini terjadi antara
lain karena pembakaran yang dilakukan dengan incinerator tidak sempurna. Pembakaran
yang tidak sempurna ini akan menghasilkan abu hasil pembakaran yang mempunyai kadar
logam berat yang cukup tinggi karena abu tersebut mengandung unsur-unsur kimia dan
logam sehingga tidak terjadi sublimasi.Berdasarkan uji laboratorium terhadap abu hasil
pembakaran limbah medis menunjukkan tingginya kandungan logam berat dalam abu hasil
pembakaran .Berdasarkan data ternyata masih ada sarana pelayanan kesehatandi Tabanan
tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadai untuk mengolah limbah
cair dan tidak memiliki incinerator (tungku pembakar) untuk mengelola limbah padat dan
radioaktif . Selain itu juga sistem pewadahan khusus yang seharusnya dibedakan antara
limbah berbahaya dengan limbah lainnya tampaknya belum dilakukan.Dihasilkan bahwa
Puskesmas yang memiliki mesin pembakar limbah (incinerator ) yaitu sebanyak 3 unit,
sementara itu rumah sakit yang memiliki incenerator hanya sebesar 2 unit. Pengelolaan
limbah medis puskesmas memiliki permasalahan yang kompleks. Limbah ini perlu dikelola
sesuai dengan aturan yang ada sehingga pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan. Perencanaan, pelaksanaan, perbaikan secara berkelanjutan
atas pengelolaan puskesmas haruslah dilaksanakan secara konsisten. Selain itu, sumber
daya manusia yang memahami permasalahan dan pengelolaan lingkungan menjadi sangat
penting untuk mencapai kinerja lingkungan yang baik .Di kabupaten Tabanan, terdapat 20
puskesmas, yang diantaranya adalah Puskesmas Rawat inap sebanyak 6 unit dan Non
Perawatan sebanyak 14 unit dengan karakteristik yang berbeda. Semia puskesmas yang
menyediakan rawat inap dan non rawat inap mengalami permasalahan mengenai limbah.
Hasil kajian terhadap 20 Puskesmas di Tabanan menunjukkan bahwa rata -rata produksi
sampah sebesar 3,2 kg perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah
(limbahpadat) berupa limbah domestik sebesar 76,8% dan berupa limbah infeksius sebesar
23,2%(Riyastri, 2010). Hal ini menjelaskan bahwa besarnya jumlah pasien terutama
yangrawat inap berhubungan dengan jumlah timbulan limbah medis pada Rumah
sakit/puskesmas. Sebagai gambaran, selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 di
2
Puskesmas Tabanan III yang melayani pasien rawat inap menghasilkan Sampah medis
1080 kg.Tingginya timbulan limbah medis jika tingkat hunian makin tinggi otomatis volume
limbah medis kian membengkak.
Jenis Limbah di Kabupaten Tabanan dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis
dan limbah non medis baik padat maupun cair. Bentuk limbah medis bermacam -macam
seperti limbah benda tajam , yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
erlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam
inimemiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahanmikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.Berdasarkan survei puskesmas se
Kabupaten Tabanan pada bulan juli tahun 2018 limbahyang ada meliputi limbah infeksius
yang mengandung logam berat , limbahorganik yang berasal dari makanan dan sisa makan
serta limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Volume limbah
infeksiusini lebih banyak ditemukan karena pemeliharaan lingkungannya kurang baik .
Limbah infeksius yang ditemukan berupa alat -alat kedokteran seperti perban, salep, serta
suntikan bekas (tidak termasuk tabung infus), darah, dan sebagainya. Limbah Puskesmas
pada Kabupaten Tabanan, khususnya limbah medis yang infeksius belum dikelola dengan
baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius tidak sesuai tandar persyaratan menurut
Kepmenkes RI 1428 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Puskesmas. Pengelolaan limbah medis yang termasuk limbah medis infeksius
seperti jaringan tubuh yang terinfeksi kuman , seharusnya dimusnahkan dengan
menggunakan incenerator. Berdasarkan data , ada 3 Puskesmas di Kabupaten Tabanan
telah memiliki incineratoruntuk mengelola limbah medis padat . Incinerator yang ada
tersebut hanya berfungsi untuk merubah limbah medis yang infeksius menjadi limbah medis
non infeksius, sehingga tidak menghancurkan secara total. Hal ini tidak sesuai dengan
Kepmenkes RI 1428 tahun 2006, di mana incinerator berfungsi untukmemusnahkan limbah
infeksius dengan pembakaran mencapai suhu 800 0C. Puskesmas yang tidak
menggunakan incineratordalam mengelola limbah medisnyamelakukan proses pembakaran
secara biasa.
3
2. Tujuan
3. Landasan Hukum
4. Limbah
Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan baik puskesmas/rumah sakit, klinik , akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit / puskesmas lebih
dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat (sampah) adalah sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat
(KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004). Limbah padat puskesmas adalah semua
4
limbah puskesmas yang berbentuk padat akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis (KepMenKes R.I. No.1428/MENKES/SK/XII/2006). Limbah padat
layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non medis :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di RS/Puskesmas
di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, imbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock (sediaan)
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan, dan bahan lain yang
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
5
Daftar : Volume Sampah Medis yang di hasilkan oleh Fasyankes pada tahun 2017
6
O
DIBUTUHKAN REALISASI
1 Puskesmas Pupuan I 22.500.000 8.000.000
2 Puskesmas Pupuan II 15.000.000 0
3 Puskesmas Selbar 22.500.000 0
4 Puskesmas Selemadeg 24.000.000 8.000.000
5 Puskesmas Seltim I 13.500.000 0
6 Puskesmas Seltim II 13.500.000 0
7 Puskesmas Kerambitan I 15.000.000 0
8 Puskesmas Kerambitan II 15.000.000 0
9 Puskesmas Kediri I 16.500.000 0
10 Puskesmas Kediri II 15.000.000 0
11 Puskesmas Kediri III 15.000.000 0
12 Puskesmas Penebel I 15.000.000 0
13 Puskesmas Penebel II 12..000.000 0
14 Puskesmas Marga I 15.000.000 0
Adapun pengelolaan sampah padat dibedakan, di mana untuk sampah infeksius harus
dimusnahkan dalam incinerator, sedangkan sampah domestic dapat dikubur, dibakar
ataupun diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
7
Dalam melakukan fungsinya puskesmas menimbulkan berbagai buangan dan sebagian dari
limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Limbah layanan kesehatan tersebut
dapat dibedakan berdasarkan karakteristik sampah yaitu :
a. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang
diisolasi, pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular
dan lain lain.
b. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti
penggunaan alat medis, riset dan lain –lain.
c. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan
pelayanan terhadap pasien Selain itu, limbah berdasarkan sumber air limbah dibagi
atas tiga jenis yaitu :
a. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis
seperti pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit
menular dan lain–lain.
b. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis
yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain–lain.
c. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain –lain
8
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar
menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah
berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola
limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain :
1. Simpulan
9
1. Proses pengelolaan limbah medis di Puskesmas Kabupaten Tabananpada
dasarnya memiliki proses yang sama yaitu dari pemilahan limbah medis dan
non medis, pengumpulan dan pengangkutan limbah ke TPS, disimpan di TPS
dampai penuh, kemudian dilakukan proses akhir pengelolaan limbah medis
padat yaitu melalui pembakaran biasa. Pembakaran di Puskesmas
Pupuan,Puskesmas Selemadeg dan Puskesmas Tabanan III menggunakan
incinerator.
2. Secara keseluruhan proses pengelolaan limbah medis di Puskesmas
Kabupaten Tabanan belum sesuai dengan ketentuan yaitu Keputusan
Menteri KesehatanNo.1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan Puskesmas.
3. Kendala utama pada peng elolaan limbah medis padat di Puskesmas di
Kabupaten Tabanan adalah tidak adanya biaya untuk pengelolaan limbah
medis secara rutin. Adapun upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah dengan melakukan pembakaran secara manual.
2. Saran
10
kembali terkait ijin, biaya operasional, kapasitas Incinerator dan pelatihan
terhadap petugas yang mengoperasikan incinerator..
11