Anda di halaman 1dari 14

DATA KUALITATIF

Pengertian Data
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan atau peneliti, dapat
berupa angka, lambang atau sifat. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang
diperoleh dari pengamatan (obsevasi) suatu objek, dapat disimpulkan bahwa data adalah
sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan dikelola dan
dianalisis dengan suatu metode tertentu. Secara garis besar terdapat dalam tiga kelompok,
yaitu: Wawancara, Observasi, dan dokumentasi. Menurut (Bogdan dan Biklen,1982) Data
kualitatif adalah bahan kasar yang dikumpulkan oleh peneliti atau pengamat dari dunia yang
mereka pelajari, kemudian data tersebut yang menjadi dasar analisis, data kualitatif
berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia
yang dapat diamat. Data kualitatif dapat dipilah menjadi tiga jenis (Patton, 1990) :

1. Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkah laku
yang diamati di lapangan.
2. Hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang tentang
pengalaman, sikap, keyakinan, dan pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara
mendalam
3. Bahan tertulis: petikan atau keseluruhan dokumen, surat-menyurat, rekaman, dan
kasus sejarah

Observasi dan wawancara merupakan teknik pengumpulan data terbesar yang tidak
bisa dihindarkan dari penelitian kualitatif. Peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data,yaitu
fakta mengenai dunia nyata yang diperoleh dari observasi. Begitu juga sebaliknya,wawancara
juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang diteliti. Dalam melaksanakan kedua cara pengumpulan data tersebut,
peneliti wajib membuat catatan lapangan, dimana tujuan dari pencatatan ini berguna untuk
memperkuat data yang diperoleh.

Catatan lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen(1982) catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan yang diperoleh dari lapangan dan disusun
secara lengkap, maka catatan inilah yang dikatakan sebagai catatan lapangan.
a. Isi Catatan Lapangan
Isi catatan lapangan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
deskriptif dan bagian reflektif. Bagian deskriptif memuat gambaran tentang latar
pengamatan orang, tindakan, dan pembicaraan, sedangkan untuk bagian reflektif
memuat kerangka berfikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya
(Bogdan dan Biklen, 1982). Bagian Deskriptif (catatan deskriptif), merupakan bagian
terpanjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang
dilihat serta dicatat selengkap dan seobjektif mungkin. Bogdan dan Biklen (1982 )
juga menambahkan bahwa catatan deskriptif lebih memfokuskan dalam mengambil
gambar,orang, perbuatan, dan percakapan yang diamati. Bagian dari catatan deskriptif
ini biasanya berisi hal-hal sebagai berikut:
 Gambaran dari subjek, pencatatan dilakukan pada penampilan fisik, cara
berpakaian,cara bertindak,dangaya berbicara.
 Rekonstruksi dialog, pencatatan dalam upaya mengulang kembali apa-apa saja
yang diperoleh dari subjek (secara verbal). Kemudian menggambarkan makna
dari latar atau suasana disekitar, selama melakukan observasi ataupun
wawancara.
 Catatan tentang peristiwa khusus, pencatatan yang tertuju kepada hal-hal
khusus, yang dirasa sangat mendukung data, hal ini bisa saja dalam bentuk apa
yang dilakukan,bagaimana peristiwa itu berlangsung, dan hakikat dari
peristiwa tersebut.
 Perilaku pengamat, pencatatan yang terfokus kepada gambaran fisik, reaksi,
tindakan,serta segala sesuatu yang dilakukanoleh pengamat sebagai instrument
penilitian.

Bagian Reflektif (catatan reflektif), merupakan bagian yang secara khusus


menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan pengamat itu sendiri. Bagian ini
berisi spekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang mengarahkan, kesan, dan
prasangka. Munandir (1990) juga menambahkan bahwa catatan reflektif lebih banyak
memuat kerangka pikiran, gagasan, dan perhatian pengamatnya. Tujuan catatan
refleksi ini adalah untuk memperbaiki catatan lapangan dan untuk memperbaiki
kemampuan melaksanakan studi ini dikemudian hari. Bagian catatan refleksi ini juga
dapat diartikan sebagai tanggapan peneliti/pengamat/pewawancaraan. Tanggapan dari
pengamat ini dapat berisi hal-hal sebagaiberikut:
 Refleksi mengenai analisis, bagian ini berisi sesuatu yang dipelajari, tema
yang mulaimuncul, pola umum yang mulai tampak, kaitan antara beberapa
penggal data, gagasantambahan, dan pemikiran yang timbul.
 Refleksi mengenai metode, bagian yang berisi penerapan metode yang
dirancangdalam usulan penelitian, prosedur, strategi, dan taktik yang
dilakukan dalam studi.Selain itu pada bagian ini juga dapat memberikan
arahan tentang metode yangdilakukan oleh peneliti dan kemudian bagaimana
hal itu dilaporkan dalam laporanpenelitian.
 Refleksi mengenai dilema etik dan konflik, refleksi ini berguna untuk
membantupeneliti menguraikan persoalan dan kemudian dapat memberikan
cara bagaimanasebaiknya dalam menghadapinya.
 Refleksi mengenai kerangka berfikir peneliti, berisi kepercayaan, kebiasaan,
asumsi, pengalaman, ide politik, latar belakang, etika, pendidikan, suku
bangsa, dan kelamin. Di dalam refleksi ini menggambarkan, semaksimal
mungkin, asumsi tentang apa yang ada di luar sana dan mengharapkan hasil
untuk hasil penelitian.
 Klarifikasi, pada bagian ini peneliti dapat menyajikan butir-butir yang
dirasakan perlu untuk lebih menjelaskan sesuatu yang meragukan atau sesuatu
yang membingungkanyang ada pada catatan lapangan

b. Proses Penulisan Catatan Lapangan


Bogdan dan Biklen(1982) memberikan beberapa petunjuk dalam melaksanakan
catatan lapangan:
1. Catatan lapangan langsung dikerjakan, jangan menunda waktu sedikitpun.
Semakin ditunda, Semakin kecil daya peneliti untuk mengingat sehingga semakin
sukar mencatat sesuatu secara baik dan tepat.
2. .Jangan berbicara kepada siapa pun sebelum peneliti menyusun catatan
lapangan.Membicarakannya dengan orang lain akan mencampur-adukkan fakta
yang diperolehdengan sesuatu pembicaraan.
3. Carilah tempat sepi yang memadai yang tidak terjangkau oleh gangguan, dan
siapkanlah dengan secukupnya alat-alat yang diperlukan.
4. Jika peneliti untuk pertama kali berada di lapangan dan hendak mengerjakan
penelitian semacam ini, sediakanlah waktu secukupnya untuk keperluan
pembuatan catatan lapangan tersebut. Bagi peneliti pemula, waktu untuk
mengerjakan catatan lapangan hendaknya disediakan sebanyak tiga kali lipat dari
yang biasa, dan lama kelamaan waktunya akan semakin singkat. Mulailah dengan
membuat kerangka, kemudian kerangka itu diperluas dengan coretan seperlunya,
tetapi kesemuanya harus diurutkan secara kronologis. Setelah gambaran menjadi
lengkap, barulah duduk mengetik, dan gunakan kata-kata yang kongkret.
5. Penyusunan tidak hanya secara kronologis, tapi dapat pula berdasarkan judul-
judul.
6. Biarkan percakapan dan peristiwa yang dialami mengalir secara berurut mulai dari
diri peniliti sampai kedalam bentuk tulisan-tulisan. Usahakan agar percakapan
dinyatakan dalam bentuk kalimat langsung.
7. Biarkan percakapan dan kejadian mengalir dari benak Anda ke atas kertas.
Beberapa orang secara netually berbicara melalui percakapan saat mereka
menulis.
8. Jika, setelah Anda menyelesaikan bagian catatan. Anda menyadari bahwa Anda
telah melupakan sesuatu, menambahkannya, juga, jika Anda menyelesaikan
catatan Anda dan kemudian mengingat sesuatu yang tidak disertakan. tambahkan
ke akhir. Jangan khawatir tentang mendapatkan semua yang pertama kali melalui.
selalu ada waktu untuk menambahkan
9. Pahami bahwa pencatatan itu melelahkan dan memberatkan, tapi, seperti yang
dikatakan petani Vermont saat berbicara tentang musim dingin di hari yang hangat
di musim semi, "Ini adalah penderitaan yang manis. Ini seperti Anda dibayar
untuk musim semi."
c. Bentuk transkrip Catatan lapangan

Menurut Bogdan(1982) bentuk catatan lapangan pada dasarnya adalah wajah catatan
lapangan yang terdiri dari halaman depan dan halaman-halaman berikutnya, berikut adalah
bentuk transkip catatan lapangan

1) Judul atau tema yang ditulis


Penulisan tema ini penting agar memudah peneliti dalam membuat kategori-kategori.
Tentu saja tema ini dapat diambil sesuai topik yang dibicarakan. Hanya saja perlu
diingat tema tersebut tidak boleh lepas dari kerangka besar desain penelitian yang
sedang dirancang.
2) Menjelaskan tentang kapan aktivitas itu terjadi (jam, tanggal, hari).
Peneliti hendaknya menuliskan secara rinci kapan suatu dialog itu terjadi lengkap
denga tanggal, hari, jam saat di mulai dan saat wawancara itu selesai dilakukan.
Proses ini berguna saat peneliti hendak melakukan uji keabsahan data. Dari catatan
tersebut peneliti dapat memperkirakan kapan lagi jika suatu data hendak dilakukan
keabsahannya.
3) Menyebutkan siapa yang terlibat dalam aktivitas itu (baik si pengamat maupun
yang diamati).
Pada bagian ini sebutkanlah siapa yang diamati dan siapa yang berposisi sebagai
pengamat. Menjelaskan aktivitas apa yang sedang terjadi. Paparkan aktivitas apa yang
sedang dilakukan oleh subyek. Penggambaran aktivitas ini penting agar peneliti dapat
memahami perilaku sesuai konteks yang dialami oleh informan. Di mana aktivitas itu
terjadi. Jelaskan di mana aktivitas itu berlangsung.

Dokumen

Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai dokumen dalam penelitian kualitatif,


maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsepsi atau pengertian dari istilah
dokumen itu sendiri. Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti
mengajar. Pengertian dari kata dokumen ini sering digunakan para ahli dalam dua pengertian,
yaitu : pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada
kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis. Kedua, diperuntukan bagi surat-
surat resmi dan surat-surat negar seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, dan lainnya.
Bogdan (1982) menyatakan terkadang dokumen digunakan sehubungan dengan. atau untuk
mendukung wawancara dan observasi partisipan. Adapun bentuk-bentuk dari dokumen yaitu
dokumen pribadi, dokumen resmi dan dokumen budaya popular.

1. Dokumen pribadi
Dalam kebanyakan tradisi penelitian kualitatif. Ungkapan dokumen pribadi digunakan
secara luas untuk merujuk pada narasi orang pertama yang menggambarkan tindakan
individu. Bogdan (1982) Adapun dokumen pribadi merupakan catatan seseorang
secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku
harian, surat pribadi, & otobiografi.
a. Buku harian
Sejarawan adalah peneliti yang sangat bergantung pada buku harian dan dokumen
pribadi lainnya. Contoh lainnya adalah bagi peneliti pendidikan, buku harian guru
yang mencatat secara rinci pengalaman mengajar pertama, masalah dengan siswa,
dan materi sejenis lainnya adalah temuan penting

b. Surat pribadi
Surat pribadi dapat berup (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat
dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat
izin dari orang yang bersangkutan.
c. Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata,
yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan
autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
Motivasi akan mempengaruhi isi dokumen. Sebuah Autobiografi, ditulis untuk
tujuan menceritakan kisah orang itu sendiri saat dia mengalami atau melakukan
penelitian.

2. Dokumen resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas,
keterlibatan individu pada suatu organisasi contohnya di sekolah. Sekolah, dan
organisasi lainnya, seperti kelompok dan perusahaan menghasilkan dokumen untuk
jenis konsumsi tertentu. Organisasi birokrasi, khususnya, memiliki reputasi untuk
menghasilkan banyak komunikasi dan arsip tertulis yang biasa disebut "data"
dokumen resmi. Dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen
internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan
suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan,
dan lain sebagainya. Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin,
surat pernyataan, dan lain sebagainya.

a. Dokumen internal
Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga
untuk lapangan sendiri sepertirisalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor,
dan komunikasi lainnya yang beredar di dalam organisasi seperti sistem sekolah.
Informasi ini cenderung mengikuti sistem hirarkis, beredar ke bawah dari kantor
pusat hingga guru dan staf. Dokumen lnternal dapat mengungkapkan informasi
tentang rantai komando dan peraturan internal resmi. Sementara memo rahasia adalah
informasi rahasia umumnya. disahkan dalam bentuk tertulis. Jika seorang peneliti
telah menjalin hubungan baik. dia akan memiliki akses ke sebagian besar dokumen
yang diproduksi secara internal.

b. Dokumentasi eksternal
Dokumentasi eksternal mengacu pada materi yang diproduksi oleh organisasi
untuk konsumsi publik: buletin, siaran pers. buku tahunan, catatan dikirim pulang.
Beberapa dokumen eksternal masuk dalam daftar strategi sistem sekolah untuk
meningkatkan dukungan fiskal. sementara dalam kasus lain mereka mewakili ekspresi
langsung dari nilai-nilai orang yang mengelola sekolah. Biasanya dokumen eksternal
mudah didapat. Faktanya.

3. Dokumen Budaya Populer


Dokumen budaya populer mencakup video, film pendidikan dan fitur , majalah,
television, novel roman dan iklan . Dokumen-dokumen ini, telah dipelajari dalam dua Cara:
pertama, sebagai teks, di mana transkrip dari pertunjukkan, lirik, dan film diperlakukan
sebagai catatan lapangan; dan kedua, sebagai bagian dari studi di mana penafsiran pemirsa
merupakan bagian utama dari proyek.

Photografi

Photografi sudah hampir selaras dengan peneltian kualitatif yang akan kita jelaskan di
bagian ini dan bagaimana cara mnggunakan photografi dengan berbagai cara. Data yang di
hasilkan oleh photografi memberikan data deskriptif yang sangat mencolok untuk
menjelaskan sebuah keadaan fakta dalam sebuah data.

Sosiologis bernama Lewis Hine adalah salah satu pengguna kamera bahkan ia adalah
pengguna pertama kamera untuk menunjukan hasil risetnya kepada negaranya tentang
kemiskinan di negaranya Amerika, foto documenter tentang pekerja anak sangat berpengaruh
dalam menyampaikan undang-undang dan undang- undang tentang pemburuhan anak
pertama yang di arahkan pada wajib belajar, “jika saya bisa menceritakan dengan kata- kata
saya tidak perlu membawa kamrea” (Stott, 1973).

Ilmu sosial dan fotografi telah lama dikaitkan, baru- baru saja mendapat perhatian
sejumlah peneliti yang siknifikan. Jika ingin mengejar fotografi dan penelitian kualitatif
melebihi apa yang dikatakan di sini. Minat fotografi ini kontorfersial. Beberapa orang
menganggap atau mengklaim bahwa fotografi hamper tidak ada gunanya sebagai cara untuk
mengetahui secara objektif karena mendistorsi apa yang di klaimnya (sontag, 1977: Tagg,
1988). Yang lain bertentangan dengan klaim bahwa fotografi merupakan riset yang
signifikan.

Sebuah penerobosan karena memungkinkan peneliti untuk memahami dan


mempelajari aspek kehidupan yang tidak bisa diteliti melalui pendekatan lain. Mereka
menggemakan saran bahwa gambar lebih banyak diceritakan daripada kata-kata atau klise
sehingga sebuah gambar bernilai seribu kata. Sementara beberapa orang berpendapat posisi
ekstrem ini. kebanyakan ilmuwan sosial tidak menerima atau tidak langsung memotret:
mereka bertanya. "Nilai apa yang ada untuk saya dan bagaimana saya bisa memanfaatkannya
dalam pekerjaan saya sendiri?" Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini sehubungan
dengan masalah penelitian tertentu dan dengan foto-foto tertentu yang diingat. 'Foto-foto
yang mungkin digunakan dalam penelitian pendidikan kualitatif dapat dipisahkan menjadi
dua kategori: yang telah diambil orang lain dan penelitian yang dimiliki oleh seorang peneliti.

Sumber daya jarang disadap sebagai data. Sebagai contoh buku tahunan, gambar kelas
dan foto amatir yang diambil pada acara tahunan tersedia untuk ditanyakan sebagai data.
Koran menyimpan perpustakaan foto, meski akses ke materi ini seringkali terbatas. Sebagai
contoh data yang bisa kita lihat seperti perencanaan wilayah kota menyimpan foto udara dari
semua tanah yang berada di dalam yurisdiksinya. Beberapa data ini bisa ditemukan di pasar
loak dan penjualan garasi. The Post Card Collector adalah majalah nasional pengumpul kartu
pos yang memiliki artikel tentang berbagai jenis kartu pos, termasuk foto, dan ada publikasi
serupa untuk bentuk materi visual lainnya. Kemungkinannya tak ada habisnya dan
menyenangkan untuk dikejar. Tanpa kita sadari selama ratusan tahun, kita adalah masyarakat
fotografi.

Foto yang muncul dalam setting yang diteliti dapat memberi rasa berpikir praktis
secara individu sesuai apa yang ada dalam setting itu. Sebagai contoh, sekolah sering
menyimpan koleksi foto buku tahunan dan terkadang album yang menawarkan sejarah visual
mereka sendiri. Foto menggambarkan perasaan seperti apa orang-orang ini meskipun anda
tidak pernah bertemu dengan mereka. Foto dapat menawarkan satu rendering historis dari
setting dan partisipannya. Selanjutnya, foto semacam itu bisa dimasukkan ke dalam laporan
penelitian untuk mengkomunikasikan perspektif ini.

Sementara foto memberikan gambaran umum tentang setting, mereka juga dapat
menawarkan informasi faktual spesifik yang dapat digunakan bersamaan dengan sumber
lainnya. Sebuah contoh gambar yang diambil di pesta pensiun, misalnya. Dapat menunjukkan
siapa yang hadir dan menunjukkan sesuatu tentang pengaturan tempat duduk.
Mengisyaratkan. pada struktur informal.
Sedangkan foto memang memberikan informasi faktual. Penting untuk memahami
bahwa foto yang dicari oleh peneliti diambil untuk suatu tujuan atau dari sudut pandang
tertentu. Untuk menggunakannya lebih dari sekedar superfisial. Kita harus tahu tujuan dan
kerangka pikir fotografer (Fancher 1987). Foto sama seperti semua bentuk data kualitatif
lainnya: Untuk menggunakannya. kita harus menempatkannya dalam konteks yang lebih
awal dan memahami apa yang mampu diungkapkannya sebelum mengeluarkan informasi dan
pemahaman (Fox & Lawrence, 1988). Salah satu penulis memulai studi tentang sejarah
memamerkan orang dengan anomali fisik di sampingnya dengan mengunjungi repositori
memorabilia sirkus. Data yang dia temukan terutama terdiri dari foto publisitas yang
dipamerkan peserta pameran untuk melengkapi pendapatan mereka. Awalnya foto tersebut
diperiksa seolah-olah mereka adalah sumber informasi tentang orang-orang yang dipamerkan.
Sebagai peneliti mulai membaca memoar dan otobiografi dari berbagai showman ia datang
untuk memahami bahwa pameran disajikan 'dengan cara palsu dalam foto untuk menarik
pelanggan. Gambar-gambar itu dilihat tidak seakurat gambaran orang-orang cacat, tetapi
sebagai presentasi pameran yang bergaya untuk ditingkatkan nilai mereka sebagai komoditas
hiburan. Dengan demikian penelitian tersebut ternyata dapat dilihat bagaimana pameran
dipromosikan, bukan siapa mereka secara pribadi (Bogdan, 1988).

Foto dapat mewakili pandangan fotografer tentang apa yang penting. Sementara
beberapa orang mungkin berpendapat bahwa hal ini dapat menempatkan mereka di ranah
subjektif dan mungkin mengurangi nilai "factual" mereka, hal itu memberikan penggunaan
foto sangat sesuai dengan perspektif kualitatif; ketika kami belajar fotogtafi, kita mengetahui
petunjuk dari apa yang orang nilai dan bagaimana mereka suka membayangkan dan
bagaimana mereka membayangkan orang lain. Dengan cara pendekatan seperti ini. Foto
adalah retorika visual. Foto mungkin tidak bisa membuktikan apapun secara meyakinkan,
bila tidak digunakan bersamaan dengan data lainnya foto akan dapat menambah bukti yang
berkembang (Bogdan 1988).

Fotografi yang diproduksi oleh peneliti


Di tangan peneliti pendidikan, banyak hal yang bisa di produksi dari sebuah kamera
untuk menghasilka sebuah foto untuk beberapa hal yang perulu di diskusikan. Kamera sangat
mudah mengumpulkan data informasi yang sangat faktual. Sebaga contoh peneliti meotret
keadaan sebuah bangunan sekolah dari fotografi udara untuk mengetahui letak bangunan
sebuah sekolah dan letak daerah kosong yang akan di bangun fasilitas lainnya. teknik
pengambilan data seperti ini sangat memudahkan untuk digunakan bersamaan dengan metode
lainnya.

Mungkin penggunaan kamera yang paling banyak di gunakan untuk menghubungkan


patrtisipasi observasi Bahasa Inggris 1988; Walker. 1993; Presldll. 1995). Dalam kapasita ini
paling sering di gunakan sebagai salat untuk mengingat dan mempelajarai hal hal detail yang
mungkin terlewatkan jika gambar foto tidah tersedia untuk direnungkan. Foto yang di ambil
oleh peneliti atau di pilih oleh peneliti digunakan sebagai stimulant atau pengumpulan data.

Fotografi sebagai analisis


Sejauh ini kita telah membahas foto sebagai data atau sebagai stimulan untuk
menghasilkan data. dalam perdebatan saat ini mengenai peran fotografi dalam penelitian ilmu
sosial. Penggunaan ini paling kontroversial. Subjek pertengkaran yang lebih besar adalah
penggunaan foto secara analitik. Ketika peneliti mengklaim bahwa citra itu berdiri sendiri
sebagai pernyataan abstrak atau sebagai perenderan penetapan yang obyektif (Goffman,
1979; Trachtenberg, 1979 'Harper 1994). Banyak pertanyaan muncul: Dapatkah foto diambil
oleh peneliti. atau orang lain menangkap kehidupan batin mengatakan Dapatkah mereka
memahami esensi yang sulit dipahami dengan pendekatan lain? Lakukanlah foto-foto yang
dikira orang-orang yang melebih-lebihkan apa yang seharusnya mereka lukiskan. atau apakah
mereka mendistorsi dengan berkonsentrasi pada sisi yang mencolok atau kerutan dalam
sebuah kehidupan? Apakah mereka mengabadikan apa yang sebenarnya hanya sesaat dalam
proses evenisasi sekarang? apakah kamera itu seperti mesin tik (Becker, 1978) yang tidak
bisa dikatakan sendiri? apakah itu hanya instrumen tergantung pada keterampilan dan
wawasan o! yang memegangnya? Atau ada sesuatu tentang hubungan antara pemegangnya.
kamera. dan pengertian yang transenden?

Dalam pencarian pengetahuan pendidikan yang menyeluruh, foto bukanlah jawaban,


tapi alat untuk mengejar data yang di perlukan. Penemuan kamera dan penggunaannya yang
ekstensif telah mengubah cara kita memandang dan mengalami dunia kita. Sementara kita
telah membahas penggunaan fotografi dalam penelitian pendidikan, penting juga untuk
melihat fotografi dan dunia para pemotret gambar sebagai materi pelajaran penting untuk
dipelajari dengan sendirinya. Kita harus memahami bagaimana masyarakat dipengaruhi oleh
perusahaan photographic. Hanya bila kita melakukan ini lebih lengkap dari yang kita miliki
sampai saat ini, kita dapat mengeksplorasi secara mendalam nilai analitik dari foto-foto.
Fotografi bisa menjadi alat peneliti pendidikan. namun harus dipahami sebagai produk
budaya dan sebagai prosedur budaya.

Teknik dan peralatan

Apakah Anda harus menjadi fotografer yang baik untuk menggunakan fotografi
dalam penelitian kualitatif? Jika tujuannya adalah untuk memiliki foto "inventaris" dari
setting penelitian, diperlukan sedikit keterampilan, Kuncinya adalah bisa menentukan kapan
isi dari foto yang diinginkan. Apa pun yang bisa ditentukan secara jelas dapat dengan mudah
dilakukan. Triknya adalah mencari tahu apa yang Anda cari dan, terutama dalam tahap
eksplorasi penelitian, tentukanlah apa yang Anda cari saat muncul.

Keterampilan fotografi khusus yang dibutuhkan saat bekerja dengan data yang lebih
kompleks daripada inventaris adalah kemampuan menilai pemandangan seperti apa bila
dikonversi menjadi kecil. Persegi panjang datar Keterampilan ini sangat penting saat bekerja
di media hitam dan putih. Yang terpenting mengetahui apa yang seharusnya ada dalam
gambar dan kemudian memastikannya benar-benar berada di jendela bidik kamera dan
mengurangi kecacatan dalam sebuah gambar yang membuat makna dari gambar terdistorsi
dengan keadaan yang sebenarnya.

Pada tingkat yang sedikit lebih kompleks. Anda juga harus mengembangkan rasa apa
yang akan "muncul" dalam sebuah foto. Mata bisa mengisolasi detail dengan cara yang tidak
bisa dilakukan gambar. Hal-hal yang halus dalam shading warna. tekstur. atau kecerahan
mungkin tidak muncul atau mungkin lebih detail. Objek yang kecil mungkin tidak tampak
begitu jelas pada film, Jika objek tersrebut cenderung merupakan data penting. Maka objek
tersebut harus difoto close up.
Sebuah proyek penelitian tentu tidak boleh menjadi pengalaman pertama Anda dalam
memotret. Tak satu pun dari keterampilan ini sulit dipelajari. tapi hal ini harus dipelajari.
Anda perlu untuk menyiapkan beberapa latihan yang mendekati jenis gambar yang Anda
inginkan dalam penelitian ini. tentukan apa gambar harus berisi dan kemudian menemukan
situasi di mana untuk mencoba untuk membidik gambar tersrbut.

Peralatan apa yang dibutuhkan? Sarannya sebuah kamera hamper sama seperti tape
recorder yang seharusnya bagus. Karena penelitian serius biasanya dilakukan dengan
setidaknya pemikiran untuk publikasi pada akhirnya. Data foto harus sebaik mungkin Karena
kualitas gambar memburuk dalam reproduksi.

Hambatan terakhir untuk melakukan penelitian kualitatif dengan fotografi adalah


"pelepasan model." Untuk publikasi, sangat penting bahwa setiap individu yang dapat
dikenali di setiap gambar menandatangani sebuah rilis yang memberi izin untuk
mempublikasikan fotonya. Orang tua atau wali harus menandatanganinya untuk anak di
bawah umur Langkah-langkah harus diambil untuk menjamin pelepasan segera setelah
proyek berjalan, karena masalahnya seringkali jauh lebih memakan waktu dan sulit. Dalam
menyiapkan sebuah studi dan mendapatkan akses ke sebuah situs, Anda akan mendapatkan
izin untuk mengunjungi dan memotret.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A Chaedar, 2002. Pokoknya Kualitatif (Dasar-Dasar Merancang dan
MelakukanPenelitian Kualitatif).PT Dunia Pustaka Jaya dan Pusat Studi
Sunda.Jakarta.
Bogdan, R. C., dan Biklen. S. K . 1990. Riset Kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar
KeTeori dan Metode. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan pusat Fasilitas
BersamaAntar Universitas/IUC. Jakarta.
Bogdan, R. C.,danTaylor, S. J. 1993. Kualitattif (Dasar-Dasar Penelitian).
UsahaNasional. Surabaya.Lofland, John dan Lofland, L. H. 1984.
Analyzing Social Setting: A Guide to QualitativeObservation and Analysis
. Belmont. Cal: Wadsworth Publishing Company.Miles, M. B., dan Huberman. A. M.
1992.
Analisis Data Kualitatif
. UI Press. Jakarta.Moleong, Lexy, J. 2007.
Metodologi Penelitian Kualitatif
. Edisi Revisi. PT RemajaRosdokarya. Bandung.Sugiyono, Prof., Dr. 2008.
Memahami Penelitian Kualitatif
. CV. Alfabeta. Bandung.
Patton, MQ. 1990. Qualitative Evaluation Methods. SAGE. Beverly Hills.
READ PAPER

Anda mungkin juga menyukai