Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu Dr.H. Agus Sikwan S.H.,M.Hum pada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas
Tanjungpura Pontianak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Penyegaran dan Pembaruan Nilai-Nilai Kehidupan Dalam Pancasila
Pada Generasi Milenial bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.H. Agus Sikwan S.H.,M.Hum


selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini ditengah wabah Covid-19 yang mengharuskan mahasiswa
melakukan aktivitas pembelajaran daring atau KBM jarak jauh sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 29 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Sumber Data...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Eksistensi Pancasila Hari Ini.......................................................................................3
2.2 Kerakteristik Generasi Milenial..................................................................................5
2.3 Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial.......................................................7
BAB III.................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi,
termasuk dalam ranah sosial dan pendidikan. Teknologi adalah mencakup segala
perangkat yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Sebagai bangsa yang
merdeka pada abad ke-20 ini, mengharuskan bangsa Indonesia ikut berlomba-lomba
dalam membangun dan melakukan proses peningkatan teknologi agar dapat
menanggulangi tantangan-tantangan pada masa ini . Selain itu, kehadiran arus
globalisasi dan upaya modernisasi negara-negara di dunia juga menyebabkan
perkembangan teknologi menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi oleh badan-
badan penyedia perangkat teknologi. Salah satu teknologi yang paling berperan dalam
kehidupan manusia adalah internet.

Internet merupakan singkatan dari interconnection networking yaitu jaringan yang


menggabungkan beberapa komputer dan terhubung dalam sebuah internet protocol
(IP), mecakup secara luas keseluruh dunia . Semenjak kemunculan internet pada
tahun 1969 dan kemudian mengalami kemajuan yang sangat pesat pada kisaran tahun
1993/1994, kehadiran internet telah mampu membawa perubahan dalam berbagai
aspek kehidupan manusia. Terutama dalam hal kebebasan untuk berkomunikasi dan
menyebarkan berbagai informasi kepada seluruh penjuru dunia, tanpa mengenal
batas-batas wilayah geografis.

Banyaknya manfaat dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet juga


berbanding lurus dengan dampak negatif yang dihasilkan. Secara garis besar dampak
negatif penggunaan internet adalah pertama semakin berkurangnya sifat sosial
manusia, hal ini dikarenakan mereka lebih suka berkomunikasi menggunakan media
berbasis internet dari pada bertemu dan bertukar sapa secara langsung. Kedua,
pornografi dan tindak kejahatan lainnya marak berseliweran pada beranda-beranda

1
pada hampir setiap web internet dan tanpa filter gambar maupun adegan. Tentu saja
ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan generasi selanjutnya, dan jika hal
ini dibiarkan terus menerus maka generasi-generasi muda Indonesia, terutama
generasi milenial yang mana mereka terlahir dan hidup pada jaman teknologi tinggi
ini, akan mengalami degradasi sosial dan moral.

Degradasi sosial dan moral yang berkepanjangan sedikit banyak dapat


mempengaruhi kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di masa depan.
Oleh karena itu, penting untuk menanggulangi degradasi moral dan sosial yang ada.
Salah satu cara yang dapat digunakan guna menanggulangi masalah tersebut adalah
dengan kembali kepada nilai-nilai Pancasila. Maka dari itu, perlu untuk melakukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila khususnya untuk generasi milenial dan kepada
masyarakat Indonesia umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka


masalah yang akan di bahas meliputi:

1. Bagaimana kehidupan Pancasila hari?


2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?
3. Bagaimana reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial?

1.3 Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah yang telah diambil adalah yang pertama adalah
untuk mengetahui eksistensi dan kehidupan Pancasila pada masa kini. Tujuan yang
kedua adalah untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial,
dan kemudian yang terakhir adalah untuk mengetahui reaktualisasi Pancasila pada
generasi milenial.

1.4 Sumber Data


Tinjauan pustaka tentang Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial dari
literature yang terdapat pada internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Eksistensi Pancasila Hari Ini


Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima
dan Sila berarti dasar. Pancasila adalah lima dasar yang menopang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengalaman Pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung
dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang telah di ekstrak sedemikian rupa oleh
orang-orang hebat pendiri bangsa Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila juga dapat
dikatakan sebagai jiwa dari bangsa Indonesia.

“Pancasila lahir dari dua himpitan ideologi besar yang pada saat itu
menguasai dunia. Ibarat bayi yang baru lahir, Pancasila harus
menghadapi dua raksasa yang sudah memiliki segalanya: kekuasaa,
senjata, modal, dan tentu saja pasukan. Akan tetapi bayi Pancasila ini
kemudian bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin besar. Dan mulai
diperhitungkan dalam percaturan ideologi dunia.”

Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan


pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai dasar
negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang
harus dihayati dan dijadikan pedoman oleh seluruh warga negara Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai suatu sistem nilai,
Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat ini. Lalu,
bagaimana kondisi Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa pada era globalisasi
ini?

Nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi
yang selalu membawa karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan
sarana untuk menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila

3
dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol
dan garnis saja. Pelengkap dan pemanis, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini terlihat
dari begitu pesat masuknya dampak-dampak globalisasi yang masuk begitu saja ke
Indonesia tanpa tedeng aling-aling dan filter. Dampak globalisasi tentu bukan hanya
mengenai dampak positif saja, dampak negatif dari adanya arus tersebut juga
berbanding lurus dengan dengan dampak positif yang ditawarkan. Salah satu dampak
dari masuknya arus globalisasi yang membawa konsep modernisasi adalah
kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia, dan merupakan
fenomena yang aktual bahwa globalisasi sesungguhnya membawa misi liberalisasi
dengan pesan-pesan visi dan misi Hak Asasi Manusia (HAM) serta demokrasi,
kebebasan dan keterbukaan.

Globalisasi adalah tantangan bagi setiap negara pada abad ke-20 ini. Diantara
basis modernisasi dan globalisasi terbesar terletak pada aspek teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat bebas, menyeluruh
dan dapat memutus jarak antar belahan bumi satu dan lainnya tentunya dapat
membawa beragam informasi dari seluruh belahan dunia. Informasi mengenai
budaya, bahasa dan tren kekinian pun dapat diperoleh dengan mudah melalui situs-
situs yang di sediakan oleh internet ataupun melalui media komunikasi dan informasi
lain. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap
nilai-nilai asing yang negatif juga semakin besar.

Seperti yang telah diketahui, bahwa tidak semua informasi yang didapatkan
dari dunia maya merupakan informasi yang baik dan mendidik, banyak juga di antara
informasi-informasi tersebut yang melenceng dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Contoh kecil yang seringkali ditemui pada kehidupan sehari-hari adalah
dari cara berpakaian banyak remaja-remaja yang cenderung berdandan seperti artis-
artis Barat. Dapat dikatakan bahwa pakaian tersebut merupakan pakaian minim bahan
serta memperlihatkan bagian tubuh yang semestinya tidak patut untuk diperlihatkan.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya berbusana tersebut tidak sesuai dengan
kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.

4
Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan
mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan
teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak semestinya, contohnya adalah
untuk membuka situs-situs porno. Selain itu, internet juga seringkali dijadikan ajang
pemecah belah bangsa dengan cara menyebarkan berita-berita yang tidak
bertanggung jawab ataupun menyebarkan ajaran-ajaran radikal yang berpotensi
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain internet, kecanggihan
teknologi komunikasi seperti handphone juga telah mengubah masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat yang individualistik dan memiliki rasa sosial yang rendah,
mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone dari pada bertatap
muka langsung dengan seseorang, karena menganggap hal tersebut adalah
merepotkan. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal
sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena
globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka
hati. Hal ini jelas membuktikan bahwa nilai Pancasila sebagai tameng dan pandangan
hidup bangsa sudah mulai memudar.

2.2 Kerakteristik Generasi Milenial


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin)
yang berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain) . Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana
dalam setiap kehidupannya mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain.
Oleh karena itu, manusia membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup yang lain.
Manusia merupakan makhluk yang terus berkembang mengikuti jaman. Pendeknya,
kodrat manusia bukan sesuatu yang kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan
tidak “di-kapsul-kan” . Generasi yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan
dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Generasi milenial
merupakan perwujudan dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.

5
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi.
Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan
tahun 2000. Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi
mengalami perubahan yang drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu
generasi X. Terutama sejak diperkenalkan dengan pemanfaatan teknologi. Kehidupan
sosial pada generasi ini sangat tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi
yang ada, dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak
dipergunakan adalah teknologi berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini
merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.

Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan


generasi milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan
komunikasi karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan
kecepatan akses. Berikut adalah karakteristik generasi milenial:

1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui
internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile
phone mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya.
Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka sangat
tergantung dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger)
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu
berhubungan dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam
memperoleh informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam
memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun. Mereka dengan
cepat bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan kadang mereka
melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas email
ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan mungkin mereka lebih
mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan (Oblinger &
Oblinger).
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu
chatting dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging),

6
berbagi informasi dan bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam
facebook, twitter dan lain-lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman,
perbedaan, dan mereka nyaman berinteraksi dengan orang asing yang tidak
dikenal sekalipun (Oblinger & Oblinger). Generasi milenial adalah orang-
orang yang paling sering, bahkan selalu terhubung dengan media sosial.
Kadang, apa yang dilakukan di media sosial hanya menunjukan eksistensi
keseharian mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi hati melalui
media sosial.
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik,
fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama
jika dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby boom pada saat usia
yang sama.
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung
kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga
memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya,
pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup.
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang
buruk, sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau
ponsel pintar. Banyak yang menyebutnya sebagai generasi galau karena sering
tidak betah disuatu tempat atau menekuni suatu hal.

2.3 Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial


Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan
lebih untuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan
kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-
nilai Pancasila. Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa menjadikan masyarakat Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan
tongkatnya. Persoalan yang sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang
ialah pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif
dan mendasar.

7
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa
Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh
pengaruh dari luar maupun dari dalam negeri. Dengan demikian, di era globalisasi
seperti sekarang ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila
sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi
identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi
nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial. Melakukan reaktualisasi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia merupakan suatu imperatif
yuridis dan imperatif politis. Karena Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia
dalam segi yuridis dan politis. Oleh karena itu, agar nilai-nilai Pancasila tidak punah
oleh arus globalisasi yang sangat dahsyat, maka reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
tidak dapat ditunda-tunda lagi.

Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang


pertama adalah dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non
formal yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-
sekolah formal melalui internalisasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran
di semua jenjang pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini sampai dengan
pendidikan tinggi.

“Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila


ditemukan baik secara struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural, negara
belum sepenuhnya memiliki instrumen yang memadai untuk mengenalkan Pancasila
pada level implementatif sejak dini. Memang Pancasila telah didesain sebagai
kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak punya kekuatan
implementatif. Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya didesain dengan sekadar
tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif
dalam kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih
mengena dan tepat sasaran, misalnya tentang bagaimana mengajarkan secara praktis
dan memberi contoh untuk menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi.”

8
Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai
dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan
masyarakat. Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik
pemimpin formal (pejabat negara) maupun informal (tokoh masyarakat) dan juga
oleh orang tua dan guru di lingkungan pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai
nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat luas akan mengikuti.

Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna
mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama
pada generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila
di dunia pendidikan merupakan yang paling efektif, karena pendidikan tidak hanya
mecetak manusia-manusia yang cerdas, terampil, namun juga mencetak manusia yang
diharapkan dapat mempertahankan mempertahankan, mengembangkan dan
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.

Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial.


Cara pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-
situs yang berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan
dengan pornografi, pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga
memerlukan dukungan dari pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga
masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah dengan memasukkan konten-konten
mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap media cetak maupun elektronik.
Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila melalui media sosial sangat penting untuk
dilakukan karena generasi milenial merupakan generasi yang sangat dekat dengan
teknologi, utamanya adalah media sosial.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan


pandangan hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai suatu
sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat
ini. Namun pada kenyataannya nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai
tergerus oleh globalisasi yang selalu membawa karakter individualistik. Pancasila
tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk menahan dampak globalisasi yang hadir.
Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai tubuh tanpa jiwa.

Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi.


Generasi ini merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun
2000. Oleh karenanya, generasi ini merupakan generasi dengan tingkat penggunaan
internet tertinggi saat ini. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet
tersebut menyebabkan generasi milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai
sumber informasi dan komunikasi karena internet dirasa lebih menjanjikan
kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Jika pemanfaatan internet dilakukan
secara tepat dan semestinya tentu akan mendapatkan banyak manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan
mahasiswa yang menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal yang tidak
semestinya.

Oleh karena itu, di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting
untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-
nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila
menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial. Reaktualisasi nilai-nilai

10
Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama adalah melalui
internalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap bidang pelajaran pada lembaga-
lembaga pendidikan baik formal dan non formal. Langkah kedua adalah dengan
pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara langsung dalamn
kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-
kajian ilmiah. Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media
sosial.

3.2 Saran

Sedikit masukan dari penulis Mengenai era Globalisasi ini bangsa Indonesia
memerlukan berbagai perbaikan dalam aspek menanamkan penyegaran dan nilai –
nilai kehidupan pancasila untuk masyarakat khususnya generasi milenial.  Agar
bangsa Indonesia tetap maju Kita dapat menanamkan penerapan nilai nilai UUD 1945
dan Pancasila  dan ciri khas dari bangsa tersebut tetap terjaga meskipun pengaruh era
Globalisasi tidak dapat dihindarkan. keyakinan saya  akan bangsa ini bahwa
mempunyai kehidupan yang lebih baik jika berpegang teguh pada pedoman yang ada,
walaupun jaman dan teknologi semakin canggih. Pada saat pembuatan makalah
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. 
dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik
serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan
Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Yogyakarta: Universitas
Gajahmada.
KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis tentang Manusia).
Yogyakarta: Kanisius
Mangunwijaya, Y. B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Notonagoro. 1980. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Malang: Wisnuwardhana Malang Press
Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP. Yogyakarta:
Mediakom.
Wulandari, Dian. 2011. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan
Net Generation (artikel).
(https://www.repositiory.petra.ac.id>net_generation1 ).
Ardian, Bagas. 2015. Lunturnya Ideologi Pancasila di Kehidupan Generasi Muda.
(Online). (https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-
lunturnya-ideologi-pancasila-di-kehidupan-generasi-muda/ ).
Wibisono, Nuran. 2016. Memahami Generasi Galau. (Online).
(https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY ).
Rani, Rezita. 2017. Ciri-Ciri Generasi Millennial. Sebagai Anak Millennial, Kamu
Setuju Nggak Nih?. (Online). (http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-
millennial-sebagai -anak-millennial-kamu-setuju-nggak-nih-1489737777 ).
Sumardjoko, Bambang. 2017. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kini.
(Online). (https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-
nilai-nilai-pancasila-pada-masa-kini-1496431646 ).
Wahyuningsih, Agustin. 2015. Mengenal generasi millenial dan karakteristiknya.
(Online). (https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-
karakteristiknya-150320a.html, diakses pada 20 Juli 2017).

12

Anda mungkin juga menyukai