Anda di halaman 1dari 2

Kudis adalah kutu kulit menular yang mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh

dunia setiap tahun. Walaupun scabies dapat mempengaruhi orang-orang di semua tingkatan
sosial ekonomi, individu yang masih muda, lanjut usia, immunocompromised atau
perkembangannya tertunda memiliki risiko yang lebih tinggi secara signifikan untuk terjangkit
skabies dan komplikasinya. Prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60% - 12,95% dan
penyakit skabies ini menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.

Skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei yang ditularkan melalui kontak kulit-ke-kulit
langsung. Karena kutu hanya dapat hidup jauh dari kulit manusia untuk waktu yang singkat
(biasanya 24 jam hingga 36 jam), penularan terjadi melalui bahan seperti pakaian dan sprei.
Tungau betina dewasa betina menggali ke dalam epidermis, menyimpan telur selama beberapa
hari. Larva menetas dalam waktu sekitar dua hingga empat hari dan memakan waktu sekitar 10
hingga 14 hari untuk matang menjadi tungau dewasa. Individu yang terinfeksi mengembangkan
reaksi hipersensitif terhadap tungau, telur atau kotorannya, yang biasanya terjadi sekitar tiga
minggu setelah paparan pertama. Dengan reinfestasi, respon imun dapat cepat, bahkan segera
setelah sehari reinfeksi. Infestasi dewasa rata-rata adalah sekitar 10 hingga 15 tungau betina
dewasa.

Manifestasi umum skabies termasuk liang, papula eritem dan pruritus yang tersebar,
biasanya memburuk di malam hari. Liang biasanya terletak di antara jari-jari, pada fleksi
pergelangan tangan, siku atau ketiak, atau pada alat kelamin atau payudara; namun, kadang-
kadang sulit ditemukan. Pada bayi dan orang tua, liang dapat ditemukan di kepala dan leher, dan
dapat bermanifestasi sebagai vesikel, pustula, atau nodul. Terlepas dari ruam yang sangat gatal,
skabies dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder dan komplikasinya, serta stigmatisasi,
depresi, sulit tidur dan biaya keuangan yang signifikan.

Lotion antiskabies topikal masih menjadi pengobatan utama, tetapi oral ivermectin juga
terbukti efektif dalam keadaan tertentu. Anggota keluarga di rumah yang bergejala atau tidak
harus ditatalaksana pada waktu yang bersamaan. Di Dunia, keberadaan skabies biasanya
merupakan gejala kondisi kehidupan yang buruk dan tanda bahwa kebutuhan dasar perlu
ditingkatkan. Klinisi yang bekerja di lingkungan tersebut haruslah faham mendiagnosa dan
faham mentatalaksananya, serta harus mampu menjelaskannya kepada mereka.
Daftar Pustaka baby

1. Fuller LC. Epidemiology of scabies. Curr Opin Infect Dis. 2013;26(2):123–6.

2. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: A ubiquitous neglected skin
disease. Lancet Infect Dis. 2006;6(12):769–79.

3. Heukelbach J, Feldmeier H. Scabies. Lancet. 2006;367(9524):1767–74.

4. Hay RJ, Steer AC, Engelman D, Walton S. Scabies in the developing world–its prevalence,
complications, and management. Clin Microbiol Infect. 2012;18(4):313–23.

5. Bouvresse S, Chosidow O. Scabies in healthcare settings. Curr Opin Infect Dis.


2010;23(2):111–118.

Anda mungkin juga menyukai