Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan
keseimbangan tubuh. Telinga sebagai indera pendengaran terdiri dari tiga bagian
yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.2
2.1.1 Telinga Bagian Luar
Telinga luar berfungsi menangkap rangsangan getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricula), saluran telinga luar
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai di membran timpani.5
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian pinna
adalah lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan anti tragus. Pinna di bentuk oleh
tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang
rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya
liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan
berhubungan dengan membran timpani. Bentuk pinna dengan berbagai tonjolan
dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm
– 3 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.4
Liang telinga atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti
huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal
memiliki kerangka tulang sejati.4 Saluran telinga mengandung rambut-rambut
halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut halus berfungsi untuk melindungi lorong
telinga dari kotoran, debu dan serangga. Sementara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea,
serumenosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat
kulit liang telinga.5,7

4
5

2.1.2 Telinga Bagian Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari batas luar adalah membran
timpani, batas depan adalah tuba eustachius, batas bawah adalah vena jugularis
(bulbus jugularis), batas belakang adalah aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
servikalis, batas atas adalah tegmen timpani (meningen/otak) serta batas dalam
berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.4
Telinga tengah atau cavum tympani. Telinga bagian tengah berfungsi
menghantarkan bunyi atau suara dari telinga luar ke telinga dalam. Pada ruang
telinga tengah terdapat bagian-bagian sebagai berikut:
1. Membran timpani
Membran timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncaknya, umbo, mengarah ke medial.2 Membran ini sekitar 1 cm dan selaput
tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen yang berfungsi
sebagai penerima gelombang bunyi. Setiap ada gelombang bunyi yang
memasuki lorong telinga akan mengenai membran timpani, selanjutnya
membran timpani akan menggelembung kearah dalam menuju ke telinga
tengah dan akan menyentuh tulang – tulang pendengaran yaitu maleus, inkus
dan stapes. Tulang – tulang pendengaran tersebut akan meneruskan gelombang
bunyi tersebut ke telinga bagian dalam.4
2. Tulang – tulang pendengaran
Tulang – tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (tulang martil),
incus (tulang landasan) dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu
dengan membran timpani.4
3. Tuba auditiva eustachius
Tuba auditiva austachius atau saluran eustachius adalah saluran
penghubung antara ruang telinga dengan nasofaring. Adanya saluran
eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga telinga tengah
dengan udara luar.4,5
6

2.1.3 Telinga Bagian Dalam


Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh
telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang
sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran. Di dalam koklea inilah terdapat organ corti yang berfungsi
untuk mengubah getaran mekanik gelombang bunyi menjadi impuls listrik yang
dihantarkan ke pusat pendengaran.4,5
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli. 4,5
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan
dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
corti.4,5
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.8
7

Gambar 2.1 Anatomi telinga.9

2.2 Fisiologi Pendengaran


Telinga luar berperan seperti mikrofon yaitu mengumpulkan bunyi dan
meneruskannya melalui saluran telinga luar (canalis acusticus externus) menuju
telinga tengah dan telinga dalam.4,10 Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu
“pengumpul” suara, sementara liang telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat
sangat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz; perbesaran pada
frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi
ini adalah yang paling berbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik.2
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya bunyi oleh auricula dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong
endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basilaris
8

dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang


menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 – 40) di lobus temporalis.1,10,11

2.3 Gangguan Pendengaran


Gangguan pendengaran dapat meliputi telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Pada penelitian kali ini tinjauan tentang gangguan pendengaran dibatasi
pada gangguan telinga luar. Telinga luar mempunyai fungsi untuk mengumpulkan
dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.
Gangguan pada telinga luar di daerah liang telinga yaitu penutup kepala, serumen,
benda asing, otitis eksterna, keratosis obsturans dan kolesteatoma eksterna.4,7,12-15
2.3.1 Penutup Telinga
Penggunaan penutup telinga, topi, helm ataupun busana yang menutupi
telinga dapat menyebabkan gangguan transmisi bunyi untuk masuk menuju
telinga tengah dan dalam sehingga menimbulkan gangguan fungsi pendengaran
yang bersifat tidak permanen.11,13-15
2.3.1.1 Pemakaian Hijab
1. Definisi Hijab
Pemakaian hijab atau jilbab dapat didefinisikan sebagai pakaian yang
menutupi seluruh tubuh seorang wanita kecuali wajah, telapak tangan dan telapak
kaki yang salah satu hal yang dituntut pada kehidupan bermasyarakat bagi kaum
muslim dalam menutupi auratnya di mana telah ditafsirkan sebagai hadits dan di
dalam Al-Qur’an. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
hijab atau jilbab adalah kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk
menutupi kepala dan leher sampai menutupi dada.16,17
9

2. Macam-Macam Jenis Hijab


Hijab merupakan salah satu cara untuk berhias atau mempercantik diri bagi
kaum muslimah. Berbagai macam jenis hijab yang sering digunakan pada masa
sekarang adalah sebagai berikut:17
1) Bergo (kerudung instan atau langsung)
Dikenal dengan hijab yang praktis, dan juga bisa digunakan dalam acara formal
atau non formal.
2) Hijab Rajut
Hijab rajut yang berbentuk persegi panjang seperti pasmina
3) Hijab Segiempat
Hijab yang berbentuk persegi empat yang terdiri dari berbagai macam bahan
seperti paris
4) Hijab Segitiga
Jenis hijab yang berbahan katun paris, katun serat, polyester dan sutra sehingga
jenis hijab yang berbentuk segitiga sering digunakan dalam kegiatan acara
resmi atau pesta.
3. Macam-macam jenis kain untuk hijab
Dari berbagai jenis hijab yang telah dibahas terdapat berbagai macam jenis
kain hijab yaitu sebagai berikut:18
1) Chiffon (Sifon)
Jenis bahan ini terbuat dari bahan dasar kapas, sutra, dan serat sintesis. Jenis
kain ini bersifat tipis sehingga ringan dikepala. Untuk mengenakan Chiffon
(sifon) ini kenakanlah dalaman atau ciput yang berbahan kaos sehingga tidak
merasa panas.
2) Hycon
Kain hycon ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Chiffon (sifon).
Perbedaannya terletak pada kelembutan dibanding sifon. Bahan seperti ini
dapat digunakan sebagai dalaman rok atau puring.
3) Paris
Kerudung ini sering digunakan para wanita pada umumnya di indonesia, jenis
kerudung ini dapat digunakan diberbagai kesempatan baik acara santai, kantor
10

ataupun ke pesta. Jenis bahan ini tipis dan saat menggunakannya disarankan
dilapisi dengan hijab lain agar tidak menerawang ketika digunakan.
4) Katun
Bahan katun terbuat murni 100 % dari kapas alami bahan jenis katun memiliki
tesktur yang halus, dingin, nyaman, dan mampu menyerap keringat.
5) Spandeks
Ciri-Ciri kain spandeks yang paling menonjol adalah sifatnya yang lebih
elastis. Spandeks sering digunakan sebagai bahan pakaian dalam, seperti kaos,
bra, kaus kaki, dan legging.
6) Kashmir
Bahan jenis kashmir ini jika semakin sering dicuci bahan ini akan semakin
halus.
4. Macam-macam jenis inner atau dalaman hijab
Kini tidak hanya pakaian Muslim dan model hijab saja yang beragam, tapi
juga model dalaman hijab. Begitu banyak model dan ragam dalaman hijab yang
dapat dipakai sebagai lapisan tambahan pada hijab, berikut beberapa model inner
atau daleman hijab diantaranya:18
1) Bandana
Bandana ini biasanya terbuat dari bahan stretch, seperti spandex.
2) Anak Kerudung
Anak kerudung atau hijab memiliki bentuk seperti hijab instan, memiliki topi
pet walaupun hanya sampai leher. Anak kerudung biasanya terbuat dari bahan
spandeks.
3) Ciput Ninja
Disebut sebagai inner atau ciput ninja karena bentuknya memang seperti yang
digunakan oleh para ninja di Jepang, serta lapisan tambahan yang satu ini
sudah tertutup hingga bagian leher.
4) Ciput Brokat / Renda
Ciput brokat atau renda merupakan lapisan tambahan hijab yang berbentuk
bandana, topi, atau ciput lainnya. Hanya saja ciput yang satu ini memiliki
tambahan aksen brokat atau renda.
11

5) Ciput Konde
Seperti namanya, ciput ini memiliki konde di bagian belakang yang berfungsi
untuk menambah extra volume.
6) Ciput topi
Dalaman atau inner jilbab yang satu ini menutup bagian kepala dan memiliki
tambahan topi di bagian depan nya. Ciput topi ini cocok untuk dipadukan
dengan kerudung kotak.
7) Inner Syiria
Inner jilbab ini memiliki model serupa seperti anak kerudung atau model syiria
biasa, namun inner syiria tidak memiliki topi pet nya dan biasanya ukurannya
lebih kecil dari standar hijab syiria. Kebanyakan inner syiria terbuat dari bahan
kaos spandex.
8) Ciput Turban
Ciput yang memiliki berlapis-lapis lapisan ini menjadikan ciput yang satu ini
memiliki bentuk unik di bagian atas kepala. Ciput turban kebanyakan terbuat
dari bahan spandex yang lentur.
5. Pengaruh Pemakaian hijab terhadap fungsi pendengaran
Penggunaan penutup kepala seperti hijab dengan atau tanpa lapisan dalam
dapat menyebabkan halangan pada transmisi bunyi. Halangan pada transmisi
bunyi untuk masuk ke dalam telinga menyebabkan turunnya ketajaman
pendengaran dan atau lokalisasi pendengaran.6,19
2.3.2 Serumen
Merupakan hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat
sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan pada daerah
tersebut.20 Serumen mempunyai fungsi sebagai sarana pengangkutan debris eptel
kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Konsistensinya biasanya
lunak, tetapi kadang-kadang kering.4,5
Serumen yang membentuk gumpalan yang menumpuk pada liang telinga
dapat menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif. Terutama bila
12

telinga masuk air (sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga


menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran.5,21
2.3.3 Benda Asing
Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat berupa benda mati seperti
mainan, manik-manik, kacang hijau, ujung kapas pada cotton bud yang patah
sering ditemukan terutama pada orang dewasa atau benda hidup seperti larva,
kupu-kupu, semut, kecoa atau nyamuk. Terdapatnya benda asing pada telinga
dapat menyebabkan terganggunya fungsi dari pendengaran.4,6
2.3.4 Otitis Eksterna
Merupakan radang telinga akut maupun kronis yang dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang dapat mempermudah terjadinya
radang pada telinga luar adalah perubahan pH yang berubah menjadi basa karena
proteksi terhadap infeksi yang menurun. Pada keadaan udara yang sangat hangat
dan lembab, kuman dan jamur akan mudah tumbuh pada liang telinga.4,7,18
2.3.5 Keratosis Obsturans dan Kolesteatoma eksterna
Pada keratosis obsturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga yang
disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi ke
arah telinga luar. Keratosis obsturans terdapat tuli konduktif akut, nyeri yang
hebat, liang telinga yang melebar, membran timpani yang utuh tapi menebal dan
jarang ditemukan adanya sekresi telinga serta sering ditemukan pada kedua liang
telinga atau bilateral dan sering ditemukan pada usia muda.4,7,18
Pada kolesteatoma sering menyebabkan otore dan nyeri tumpul yang menahun
karena invasi kolesteatoma ke tulang yang menimbulkan periosteitis. Pendengaran
dan membran timpani masih normal. Kolesteatoma eksterna lebih sering pada satu
sisi atau unilateral dan lebih sering pada usia tua.4,7

2.4 Pemeriksaan Pendengaran


Pemeriksaan fungsi pendengaran digunakan untuk mengetahui adanya
gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran dan derajat berat gangguan
pendengaran. Ada beberapa tes yang sering digunakan untuk mengetahui adanya
13

gangguan pendengaran yaitu tes bisik, uji Rinne, uji Weber, uji Schwabach dan
tes audiometri.4,22
2.4.1 Tes Bisik
Tes bisik merupakan uji reaksi penderita terhadap bunyi bisikan. Tes ini
merupakan petunjuk kasar akan adanya ketulian. Telinga penderita yang tidak
diperiksa harus “ditutup” dengan menggesekkan kertas di muka telinga tersebut.
Penderita tidak boleh melihat ke arah pemeriksa dan harus mengulang sejumlah
kata-kata seperti “cat”, “ban”, atau “hak” atau bisa berupa angka seperti 1, 5, atau
9 yang dibisikan pada telinga yang diuji. Jarak terjauh dari telinga yang masih
memungkinkan kata-kata terdengar, dicatat. Ruangan yang sunyi merupakan hal
yang penting untuk dapat berkonsentrasi dan mengabaikan bunyi yang lain,
dengan panjang minimal 6 meter. Nilai normal untuk tes bisik adalah 5/6 atau
6/6.4,22
2.4.2 Uji Rinne
Uji ini menunjukan apakah ketulian bersifat konduktif atau perseptif. Kaki
garpu tala diletakan di depan telinga dan tangkainya kemudian diletakkan pada
prosesus mastoid. Penderita diminta untuk membandingkan intensitas bunyi yang
terdengar pada kedua posisi tersebut. Penderita dengan tuli konduktif mendengar
dengan bunyi dengan lebih baik bila garpu tala diletakan di atas prosesus mastoid
daripada di depan telinga. Pada tuli perseptif sebaliknya.4,22
Jarak waktu yang diperlukan penderita untuk mendengar getaran terhitung
dari garpu tala diletakan pada prosesus mastoid dibandingkan dengan waktu yang
didengar oleh pemeriksa. Pada tuli konduktif jarak waktu penderita mendengar
garpu tala memanjang, sedangkan pada tuli perseptif memendek.4
2.4.3 Uji Weber
Tangkai garpu tala diletakan pada pertengahan dahi. Gelombang bunyi akan
melalui tengkorak menuju ke kedua telinga dan akan terdengar sama keras bila
pendengaran normal. Tuli konduktif pada satu telinga akan menyebabkan getaran
yang terdengar lebih kuat pada sisi yang sakit. Pada tuli perseptif yang unilateral,
bunyi akan terdengar lebih baik pada sisi yang sehat. Penghantaran bunyi
pemeriksaan ini adalah konduksi melalui tulang. Terdiri dari dua komponen yaitu
14

langsung, bunyi menuju ke koklea atau tidak langsung, bunyi menuju ke telinga
tengah.4,22
Komponen tidak langsung, sebagian langsung kek koklea, tapi sebagian besar
menyebar ke telinga luar. Pada penyakit telinga dalam, bagian koklea komponen
tidak langsung terlalu lemah untuk merangsang koklea sehingga bunyi menjadi
lebih keras pada telinga yang lebih baik. Pada penyakit telinga tengah komponen
langsung tidak dapat menyebar ke dalam telinga luar sehingga akan bertambah ke
bagian koklea. Hal ini menyebabkan bunyi terdengar lebih keras dalam telinga
yang sakit.22
2.4.4 Uji Schwabach
Uji Schwabach membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa.
Pasien diminta melaporkan saat garpu tala bergetar yang ditempelkan pada
prosesus mastoidnya tidak lagi dapat didengar setelah itu pemeriksa memindahkan
garpu tala ke prosesus mastoidnya sendiri dan menghitung berapa lama ia masih
dapat menangkap bunyi.4,22
Uji Schwabach dikatakan normal bila hantaran tulang pasien dan pemeriksa
hampir sama. Uji Schwabach memanjang atau meningkat bila hantaran tulang
pasien lebih lama dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus gangguan
pendengaran konduktif. Jika telinga pemeriksa masih dapat mendengar bunyi
garpu tala setelah pasien tidak lagi mendengarnya, maka dikatakan Schwabach
memendek.4
2.4.5 Audiometri Nada Murni
Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur
sensitivitas pendengaran dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni
(pure tone). Dan pengertian dari audiometer adalah suatu alat elektronik yang
mengeluarkan nada murni dengan memakai oscilator. Intensitas bunyi yang
dihasilkan dapat diubah-ubah dan diukur dalam desibel. Bunyi bicara normal
terdengar pada spektrum frekuensi 500, 2000, 4000 putaran perdetik. Dalam
pengambilan audiogram diperlukan ruangan sunyi yang ada pada rumah sakit
dengan fasilitas klinik otologi. Apabila dilakukan luar rumah sakit cukup
dilakukan pada ruangan sunyi dan jauh dari keramaian lalu lintas. Penderita
15

memakai ear phone yang dihubungkan dengan audiometer. Penderita


mendengarkan bunyi yang pertama terdengar sampai tak terdengar lagi. Nilai
pengukuran kedua nilai ambang ini adalah kekurangan pendengaran pada
frekuensi yang telah diujikan. Hal ini mula-mula diukur untuk konduksi melalui
udara dan kemudian melalui tulang pada tiap-tiap frekuensi. Frekuensi yang
dipakai berkisar antara 125–8000 Hz dan diberikan secara bertingkat.4,22
Audiometri harus memenuhi 3 persyaratan untuk mendapatkan keabsahan
pemeriksaan yaitu (1) audiometri yang telah dikalibrasi, (2) suasana/ruangan
sekitar pemeriksa harus tenang, dan (3) pemeriksa yang terlatih.4
Penentuan ambang pendengaran pada tes audiometri adalah sebagai berikut:22
1. Periksa telinga yang lebih baik terlebih dahulu menggunakan rangkaian
frekuensi berikut: 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, 1000 Hz (diulang),
500 Hz, 250 Hz dengan pengecualian ulangan frekuensi 1000 Hz, rangakaian
yang sama dapat digunakan untuk telinga satunya.
2. Mulai dengan intensitas tingkat pendengaran 0 dB, nada kemudian dinaikkan
dengan peningkatan 10 db dengan durasi satu atau dua detik hingga pasien
memberi jawaban.
3. Nada harus ditingkatkan 5 dB dan bila pasien memberi jawaban, maka nada
perlu diturunkan dengan penurunan masing-masing 10 dB hingga tidak lagi
terdengar.
4. Peningkatan berulang masing-masing 5 dB dilanjutkan hingga dicapai suatu
modus atau jawaban tipikal.
5. Setelah menentukan ambang pendengaran untuk frekuensi pengujian awal,
cantumkan simbol-simbol yang sesuai pada audiogram.
6. Lanjutkan dengan frekuensi berikutnya dalam rangakain. Mulai nada tersebut
pada tingkat yang lebih rendah 15-20 dB dari ambang frekuensi yang diuji
sebelumnya.
Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi
tulang (BC). Bila dihubung-hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka
akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat
ketulian. Pada audiogram terdapat simbol-simbol sebagai berikut:
16

x – kiri, hantaran udara


o – kanan, hantaran udara
> – kiri, hantaran tulang
< – kanan, hantaran tulang
Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga kanan dipakai
warna merah.4

Gambar 2.2 Audiogram.23

Derajat ketulian ISO:4


0 – 25 dB : normal
>25 – 40 dB : tuli ringan
>40 – 55 dB : tuli sedang
>55 – 70 dB : tuli sedang berat
>70 – 90 dB : tuli berat
> 90 dB : tuli sangat berat
17

Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher:

AC 500+ AC 1000+ AC 2000+ AC 4000


Ambang dengar ( AD)=
4

Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar


hantaran udara (AC) saja.4

2.5 Kerangka Pemikiran


Pendengaran adalah salah satu dari fungsi telinga yang berperan untuk
mendeteksi dan mengenali bunyi atau suara yang berguna untuk komunikasi,
penyerapan ilmu dan faktor keselamatan diri. Organ yang berperan untuk
pendengaran adalah telinga, telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Gelombang bunyi akan diterima oleh telinga luar yang akan
diteruskan ke telinga tengah dan selanjutnya ke telinga dalam, oleh karena itu
apabila pada telinga luar terjadi hambatan pada hantaran bunyi yang diterima
contohnya ketika memakai busana yang menutupi telinga atau hijab maka
kemungkinan dapat menyebabkan adanya penurunan pendengaran baik yang tidak
mengganggu hingga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.1,2,4
Penurunan pendengaran akibat hambatan hantaran bunyi tersebut dapat
mengganggu dalam berkomunikasi, mendapatkan informasi dan faktor
keselamatan diri. Untuk seorang mahasiswa kedokteran dibutuhkan indera
pendengaran yang baik sehingga dapat menerima segala informasi yang diberikan
kepadanya terutama ketika mahasiswa tersebut sudah menjadi dokter. Selain
untuk menerima informasi, pendengaran juga berfungsi dalam komunikasi antar
sesama manusia dan faktor keselamatan diri di jalan.3
Untuk menentukan besarnya penurunan pendengaran tersebut maka akan
dilakukan tes audiometri nada murni. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
menganggap perlu dilakukan penelitian mengenai efek dari pemakaian hijab
berdasarkan tebal atau tipisnya kain yang digunakan terhadap pendengaran.
18

2.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan fungsi keseimbangan tubuh

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Telinga luar berfungsi menangkap rangsangan getaran bunyi atau bunyi dari luar.

Penggunaan penutup kepala seperti hijab dengan lapisan tambahan dapat menyebabkan halangan pada transmisi bunyi

Halangan pada transmisi bunyi untuk masuk ke dalam telinga menyebabkan gangguan pendengaran

Penurunan fungsi pendengaran yang terjadi akan dibuktikan dengan melakukan tes audiometri nada murni

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


19

2.6 Hipotesis Penelitian


Pemakaian hijab akan mempengaruhi pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai