Anda di halaman 1dari 5

Perjalanan cintaku berakhir pada bisikan cinta tulus dariku kepada pria yang aku cintai sejak aku

berumur 19 tahun . Perasaan ku terus berkembang hari demi hari seperti hubungan kami yang terus
semakin mendekat . Setiap bulan aku akan menjadi asisten keuangannya , setiap Minggu kami akan
melakukan janji temu di cafe favorite kami becanda riya hingga Topic aneh yang kami bahas , setiap hari
kami bertukar pesan bagaimana cerita hari ini lalu setiap pagi dialah sang pembuka pagi ku .

Pertemuan kami diawali oleh pesan singkat darinya untukku , ia menanyai kabar seseorang yang dahulu
ia cintai namun berujung ia sakiti sehingga dia ingin sekali bertemu dengan kawan lamaku yang ia sakiti
itu. Aku bertemu dengannya di cafe ini . Cafe cloudy .

Kami menyusun rencana untuk pertemuan dia dan sang mantan . Sampai pada akhirnya mereka
bertemu . Tentu saja aku tak ikut dalam pembicaraan serius dua insan tersebut aku hanya duduk di kursi
dan meja yang berbeda dari mereka sendirian memberikan privasi kepada mereka . Aku cukup tahu diri
dan tidak peduli saat itu . Kawan lama ku pergi meninggalkan meja dengan air mata yang tampak jelas
terukir . Aku diam melihat punggung besar lelaki itu .

Tidak lama lelaki itu melirik ke mejaku dengan senyum lega namun matanya memerah seakan ingin
menangis dan kulit wajah putihnya yang juga memerah akibat aliran darah naik ke bagian wajahnya.

Laki-laki itu berjalan ke arahku dan aku berdiri siap akan hal yang sepertinya aku tahu . Aku menangkap
tubuh besarnya yang terus memelukku dengan erat dia mengatakan "terimakasih" isaknya.

***

Aku kira itu adalah terakhir kami bertemu karena tidak ada lagi alasan kami untuk saling bertemu
kembali. Namun, aku salah. Laki-laki ini masih menjadi awal pagiku , temanku bercerita dikeseharianku
dan teman di masa sulitku.

Pada saat itu perasaanku belum berkembang seperti sekarang. Status kami hanyalah teman dekat .
Meski sering berbelanja bulanan untuk memenuhi kebutuhan kami selama kos di kota besar , memakai
baju yang mirip, olahraga di car free day , Travelling bersama , memakai gelang yang sama hingga
merayakan anniversary pertemuan kami di setiap tahun . Status kami hanyalah teman dekat.

Sebenarnya aku sering berkencan dengan seseorang yang berbeda dan cukup aktif disosial media. cukup
banyak lelaki yang menaruh minat padaku . Tapi aku belum menemukan kecocokan disisi manapun
lelaki yang sering mengajakku berkencan. Oleh karena itu aku belum merasakan perasaan lebih dari
sekedar teman terhadapnya.

Namun semua berubah pada Minggu berikutnya di caffe Cloudy kami bertemu seperti biasa. Diawali
dengan memesan makanan lalu duduk si meja favorite kami kemudian saling bertukar handphone.
Tentu ini kebiasaan kami saling mengecek handphone masing-masing. Meskipun ini hal tabu yang
dilakukan oleh teman biasa tapi kami sudah terbiasa seperti ini . Sampai ada satu panggilan yang
membuat lelaki itu menyodorkan handphone padaku .

"Mau diangkat?" Tanyanya


Aku melirik ke layar handphoneku dan menggeleng

"Kenapa?"

Aku menghela nafas dan terus sibuk memainkan game di handphone miliknya sampai tangannya
menggapai tanganku membuatku berhenti memainkan game .

"Kenapa?" Tanyanya sekali lagi

"Dia dan gue cuma sekali doang ketemu malah ngajak pacaran dan teror gue terus-terusan" jawabku
kesal

Lelaki itu menghela nafas panjang lalu aku menyodorkan handphonenya "gue mulai bete" kataku
mendorong handphone miliknya sampai berada di hadapannya.

Pesanan kami datang dan aku mulai memotong steak setelah semua terpotong rapih aku menukar
piringnya dengan piringku . Tapi saat aku mulai memotong steak nya lagi satu potongan berada diatas
steak yang masih belum terpotong olehku. Aku menoleh kearahnya dan menerima tatapan intens
miliknya yang menatapku sendu namun terlihat cukup tegas "aku gak mau kamu begini.. cukup main-
mainnya kamu sudah lulus kuliah umur mu sudah cukup dewasa, apa gak mau mulai serius dalam
hubungan? Aku mohon jangan sakiti hati orang lain lagi" katanya.

***

Aku menatap burgerku diatas meja dan perkataan lelaki itu terus berputar di kepalaku seakan ada video
yang terus terputar di fikiranku. Aku kemudian mulai menyadari seseorang laki-laki teman kencanku saat
ini yang mulai mengetuk piringku dengan garpu .

"Ada apa? Kamu sakit?" Tanya laki-laki di hadapanku.

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban aku tidak apa-apa

Laki-laki dengan kulit hitam sawo dan rambut yang tipis sesuai dengan potongan militer seperti karirnya
saat ini . Kami bertemu di sosial media dan ini pertemuan kedua kami. Dia mengelap mulutnya dengan
tisu lalu menegakkan tubuhnya kemudian mengeluarkan kotak merah , menaruhnya diatasnya meja lalu
mendorongnya kearahku . Jantungku berdebar kencang namun perasaan ini bukanlah perasaan senang
tapi perkataan dan wajah seseorang yang membuatku berdebar .

" Uhm.. jadi.. aku mau Mela.." perkataan lelaki dergaya militer itu terhenti setelah aku mendorong
kembali kotak kecil itu kearahnya .

Aku menatap lelaki itu dengan sendu dan raut wajah sedih lelaki itu sangat tergembar di wajahnya
"terimakasih kak.. tapi.. aku mencintai orang lain" kataku lembut berusaha untuk tidak menyakiti
perasaan laki-laki ini meskipun hasilnya nihil.

***
Aku keluar dari pusat perbelanjaan dan menaiki mobil online yang aku pesan kemudian mencari nama
seseorang di layar handphone ku. Aku tak sabar menceritakan pengalamanku hari ini kepada orang
tersebut .

Panggilan pertama tak diangkat lalu aku coba kembali panggilan kedua lalu ketiga dan akhirnya
terangkat .

"Dy.. gue..." Kata-kataku terpotong saat mendengar suara Isak tangis dari sebrang sana

"Aisyah kecelakaan za.." isaknya yang terdengar hampa.

***

Hari itu banyak hal luar biasa yang aku lihat . Aku dilamar di umurku yang ke 22 kemudian aku melihat
lelaki yang aku sukai menangis karena orang yang dia cintai . Aku memeluk lelaki itu yang terus
menangis di pundak ku . Mencoba berusaha tegar meski hatiku terasa retak. Aku tahu sejak awal
hubunganku dengannya hanyalah sebatas teman dekat . Aku selalu ada untuknya dan dia selalu ada
untukku . Itu janji kami sebenarnya.

Aku mengelus punggung besar miliknya yang bergetar bingung untuk melakukan apa. Aku berfikir
apakah ini balasan tuhan karena aku telah menyakiti hati orang lain sedangkan aku telah berjanji pada
lelaki ini untuk tida menyaikiti siapapun lagi. Melihat dirinya menangis seakan aku juga ikut merasakan
sakit.

Meski Aisyah kawan lamaku tapi kami sudah lama tak bertemu dan bertegur sapa untuk merasakan
sesakit ini setelah ia kecelakaan seakan itu hal yang tidak mungkin terjadi. Karena sakitnya lebih dari itu.

Sampai di dalam toilet aku menangis tak kuat menahan rasa sakit seperti ini. Setelah aku baru saja
merasakan aku menemukan seseorang yang aku cintai aku malah disakiti saat itu juga.

***

Setelah dua tahun berlalu Aisyah tak kunjung menunjukan tanda-tanda ia akan sadar . Lelaki itu masih
bersamaku namun kini pertemuan kami bukan lagi berada di caffe favorite kami tapi di rumah sakit.
Secara kebetulan tempatku bekerja sama dengan tempat Aisyah dirawat sehingga aku mengajukan diri
sebagai dokter penanggung jawab untuk pasien Aisyah .

Aku sering bertemu dengan lelaki itu di ruangan dan menemaninya . Lelaki itu sering bercerita akan
tekanan yang kini terus ia hadapi dari orang disekitarnya . Yaitu menyuruhnya segera melupakan
Aisyah , menjalani hidup barunya bersama perempuan lain dan hanya aku yang menemaninya tanpa
memberikan ia tekanan . Maka dari itu lelaki itu mengatakan "aku nyaman denganmu , terimakasih atas
semua yang kamu berikan maka dari itu aku akan mengikuti semua intruksi mu setelah ini" kata lelaki itu
menatapku dengan tatapan yakin

Aku meneguk ludahku tak bisa menjawab apapun lagi.


"Jadi?" "menurutmu aku harus bagaimana?" Tanyanya.

Aku memainkan jariku , nafasku tak beraturan lalu aku menatapnya "menikah denganku dan kamu akan
jauh dari tekanan itu" kataku yang membuatnya kaget.

***

Pernikahan kami benar-benar diadakan setelah dua hari menunggu lamaranku dia menerima
lamarannya tersebut dan tak lama dia berhasil mengijab kabul diriku. Lima tahun setelah pernikahan
kami dikaruniai seorang anak laki-laki yang berumur tiga tahun saat ini . Galih nama putra kecil kami.

Waktu yang digunakan lelaki yang aku sukai itu saat ini bukan lagi berada di rumah sakit disamping
Aisyah yang masih koma selama 7 tahun namun lelaki itu berada di rumah kami bersama putra kecil
kami. Namun hal itu tak dapat membuat hatiku merasa tenang karena aku tahu lelaki itu masih
mengharapkan Aisyah untuk membuka matanya. Terlihat jelas perasaannya masih menyimpan ruang
untuk Aisyah bukan diriku. Aku sesekali menatap punggung lelaki itu yang duduk di kursi yang berada di
sebelah bangsal tempat Aisyah berbaring. Seperti sebelumnya aku memberikan mereka privasi.

***

Suara telepon rumah menginterupsiku yang sedang memasak . Aku mematikan kompor dan berlari kecil
melewati putra kecilku yang sedang bermain dengan ayahnya dengan setumpuk Lego di ruang keluarga
sampai kearah telephone rumah yang ada di dekat ruang keluarga. "Iya halo? Ada apa?" Tanyaku

Tak lama aku terdiam menyimak pembicaraan seseorang diseberang sana lalu diakhiri oleh salam. Aku
diam menatap suamiku yang masih tertawa riang bersama anak kami. Hingga mereka menyadari aku
yang hanya diam menatap mereka sambil meneteskan air mata. Suami ku menghampiriku lalu
mengusap air mataku . "Ada apa?" Tanyanya lembut . Aku masih menatapnya tanpa berbicara
sedikitpun . Fikiranku terus melayang mempertanyakan inilah akhirnya? Lalu sebuah tangan kecil
memeluk kakiku membuatku menatap si kecil galih.

***

Aisyah bnagun dari koma nya setelah 7 tahun dan selama 5 tahun aku menerima cinta lelaki itu sehingga
sudah cukup bagiku untuk bahagia.

Hakim mengetuk palu sesuai dengan perjanjian kami , lebih cepat lebih baik. Sehingga tidak ada lagi
kebohongan diantara kami. Setidaknya, dia masih menjadi ayah bagi galih anak kami.

Setelah pengadilan selesai aku menghampirinya lalu memeluknya. Setelah lima tahun lamanya aku
menerima kebahagiaan yang seharusnya bukan milikku. Aku menyembunyikan wajahku di dada bidang
miliknya , "aku mencintaimu" suaraku terdengar gemetar dan aku masih terus memeluk erat dirinya
sampai kurasakan pelukan balik darinya.

***
"Mama hari ini ayah bilang mama akan pulang Minggu depan?" Suara si kecil galih yang kini berumur 9
tahun yang ada di seberang sana menanyaiku . Setelah beberapa bulan berpisah dengan lelaki itu aku
memutuskan untuk melanjutkan studi ku di luar negri sehingga aku memberikan hak asuh galih
kepadanya. "Mama galih kangen banget sama mama" air mataku menetes mendengar celotehan galih
yang kini memberikan raut sedihnya

"Tunggu mama yah nak.. mama pasti pulang" kataku sambil menghapus air mataku

Setelah 11 tahun aku mencintai lelaki itu kini muncul bocah kecil yang mengobati perasaan ku yang tak
terbalas. Dari bocah ini aku merasakan bagaimana seseorang terus menungguku dan terus mengatakan
rindu. Buah hati ku adalah cinta terakhir yang aku miliki.

Anda mungkin juga menyukai