Anda di halaman 1dari 8

Askep glaucoma

A. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3. Mual, muntah, berkeringat.

4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5. Visus menurun.

6. Edema kornea.

7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

9. TIO meningkat.

( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

B. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aquelus oleh badan
siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik
mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.
Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg,
diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan
menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia
ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik.

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan
tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif
lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik.

( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )

C. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Riwayat

a. Riwayat Okular

- Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah, pandangan kabur

- Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan

b. Riwayat Kesehatan

- Menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, cerebrovaskular,


gangguan tiroid

- Keluarga menderita glaukoma

- Penggunaan obat kortikosteroid jangka lama : topikal atau sistemik

- Penggunaan antidepressant trisiklik, antihistamin, venotiazin

c. Psikososial

- Kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan


d. Pengkajian umum

- Usia

- Gejala penyakit sitemik : Diabetes mellitus, hipertensi, gangguan kardiovaskular ,


hipertiroid

- Gejala gastrointestinal : mual muntah

e. Pengkajian Khusus

- Mata

- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mmHg)

- Nyeri tumpul orbital

- Perimetri : menunjukkan penurunan luas lapang pandang

- Kemerahan (hiperemia mata)

- Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka

D. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam


penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Subyektif :

Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan area penglihatan.

Objektif :

- Pemeriksaan lapang pandang menurun.

- Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat)

Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.

Kriteria Hasil :

- Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan


penerimaan rangsang penglihatan

Intervensi :

a. Kaji ketajaman penglihatan klien.

b. Dekati klien dari sisi yang sehat.

c. Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan.

d. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakkan alat ditempat yang tetap.

- Hindari cahaya menyilaukan.

e. Anjurkan penggunaan alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil.

2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan


prognosis.

Subyektif :

Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan tindakan operasi.
Obyektif :

- Klien terlihat kebingungan dan selalu bertanya perihal tindakan operasi.

- Tingkat konsentrasi klien berkurang.

- Terdapat perubahan pada tanda vital, tekanan darah meningkat.

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan.

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.

- Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.

Intervensi :

a. Kaji derajat kecemasan, faktor yang menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan, dan
ketakutan klien akan penyakit.

b. Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, prognosis, dan tahapan perawatan yang
akan dijalani klien.

c. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dengan penyakitnya.

d. Berikan dukungan psikologis.

e. Terangkan setiap prosedur yang dilakukan dan jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani,
seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, foto toraks, EKG, diet, sedasi operasi dll.

f. Bantu klien mengekspresikan kecemasan dan ketakutan dengan mendengar aktif.

g. Beri informasi tentang penyakit yang dialami oleh klien yang berhubungan dengan kebutaan.
3. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

Subyektif :

Mengatakan mata tegang. Nyeri hebat, lebih sakit untuk melihat.

Objektif :

- Meringis, menangis menahan nyeri.

- Sering memegangi mata.

Tujuan :

Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil :

- Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.

- Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.

- Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.

Intervensi :

a. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin, jika diperlukan.

b. Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ tindakan yang dapat memicu nyeri.

c. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri.

d. Secara kolaboratif, berikan obat analgetik.

e. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.


4. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi.

Subyektif :

- Mengatakan takut dioperasi

- Sering menanyakan tentang operasi

Objektif :

- Perubahan tanda vital peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan

- Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan

Kriteria Hasil :

- Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.

- Klien berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi

Intervensi :

a. Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pasca operasi. Manfaat operasi, dan sikap yang harus
dilakukan klien selama masa operasi.

b. Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan. Berikan waktu untuk mengekspresikan


perasaan. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi
bertahap sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan
memerlukan waktu 6 bulan atau lebih.
Dapus : http://linaayupramatasari.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai